KATSUOBUSHI
KATSUOBUSHI
Ikan Kayu? kayu yang diukir hingga Mungkin bentuknya memilih mundur daripada berkeras
mengunyahnya. Pengolahan ikan kayu memang original Jepang, yang diadopsi Ikan oleh kayu
seperti ikan. Wajar kalau orang berpikir begitu. Tapi, walau Jepang sudah lebih maju dari kita, masa sih mereka makan kayu.
Indonesia.
Dimana
ilmu
sendiri telah berumur ratusan tahun di Negara induk. Konon, produk ikan kayu selalu di bawa tentara Jepang saat Perang Dunia I. karena selain bisa bertahan lebih dari setahun, produk tersebut dinilai cocok dalam segala kondisi (kecuali saat mandi ato tidur dong....) Orang Jepang sendiri menyebut
produk tersebut sebagai Katsuobushi. Konon, dari produk ikan kayu Jepang dapat meracik ratusan jenis orang
Indonesia bagi produk olahan ikan yang telah seperti mengalami perebusan rangkaian dan proses
makanan
pengasapan
penyedap. Namun, cara konsumsi yang umum adalah diserut (sbgmana halnya menyerut kayu), atau di buat tepung. Di sana, pengolahan ikan kayu banyak dilakukan di rumah-rumah (masa di panti pijat...). Alias home industry. Seiring berubahnya ikan jaman, kayu unit-unit dulu
bertingkat, hingga teksturnya menjadi sekeras kayu (kadar airnya berkisar antara 17%- 25%), dan berwarna coklat tua kehitaman (seperti kulit buah
manggis tua). Dengan tekstur sekeras itu, bahkan kucing yg tergiur dengan aromanya, akan
pengolahan
yang
tempat pengolahan ikan kayu yang tutup. Selain akibat krisis tenaga kerja,
1. Pemilihan bahan baku. Kualitas ikan merupakan salah satu factor terpenting selain cara proses yang benar 2. Pemotongan. Salah satu step
Jepang juga mengalami kesulitan bahan baku. Unit pengolahan di Jepang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Hanya sekitar 40% saja yang mampu disuplai ke konsumen, sedangkan sisanya harus diimport dari Negara lain, seperti Indonesia, Philiphina, Vietnam, Thailand dan China (peluang tuuhhh...sueerr deh). Walau di Sulawesi Utara ada
penting guna membentuk kualifikasi produk sesuai permintaan buyer 3. Perebusan. Bertujuan mengurangi kadar air pada produk, serta step lanjutan guna membentuk kualifikasi produk. Lamanya proses ini berkisar antara 15 menit hingga 3,5 jam. Tergantung ukuran ikan. 4. Pembersihan Tulang. Bertujuan
sekitar 5 industri pengolahan Ikan kayu ( 1 di Minahasa dan 4 di Bitung) yang jumlah eksportnya mencapai 200
ton/bulan, namun produk ini tergolong nihil dipasarkan di dalam negri. Selain masyarakat Indonesia kurang familiar dengan rasanya, produk ini-pun
tergolong mahal. Bayangkan, untuk ikan kayu yang telah diserut dalam kemasan 200 gram saja, harganya berkisar
antara Rp. 120.000 Rp. 150.000. Dari 5,8 kg raw material (ikan
lamanya proses berkisar antara 4 (empat) hingga 21 hari, tergantung ukuran produk. Semakin besar, maka semakin lama. 6. Grading pemisahan dan Packing. Grading: ikan kayu
mentah), akan di hasilkan produk ikan kayu sebanyak 1 (satu) kg, dengan kisaran nilai jual antara Rp. 35.000 s/d Rp. 75.000 per Kilogramnya.
produk
KH
SM
tongkol utuh) IB utuh) MK : Maguro Arakame bushi (Ikan : Iwashi Bushi (Ikan Sardin
Sumber : http://www.robinticoalu.com/2011/02/katsuobushi-olahan-ikan-yangkurang.html