Anda di halaman 1dari 2

Maulid Nabi Muhammad

Setiap tangal 12 Rabiulawal, umat Islam memperingati Hari Maulid Nabi, yaitu hari kelahiran Muhammad saw. Beliau dilahirkan di Mekkah pada 12 Rabiulawal (Tahun Gajah), bertepatan dengan 21 April 571 M. Menurut pakar tafsir Al-Quran yang juga mantan menteri agama RI, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, peringatan Maulid Nabi tetap dilaksanakan. Selain untuk terus meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah, juga dalam rangka mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Peringatan kelahiran Nabi sejatinya bukan semata-mata perayaan yang hampa makna atau sekedar berhura-hura. Peringatan yang telah berkermbang jauh setelah Rasul wafat tersebut merupakan ungkapan penghormatan tertinggi kepada beliau. Namun sebagian kelompok muslim, terutama kalangan Salafiyah dan Wahabi, berpendapat bahwa perayaan Maulid Nabi adalah bidah (mengada-adakan dalam urusan agama). Pendapat tersebut benar jika peringatan Maulid hanyalah ritual yang justru tidak menambah sentuhan mahabbah (cinta) terhadap Nabi, menghamburkan materi, energi, dan waktu. Kendati tidak pernah diajarkan Nabi, perayaan hari lahirnya tetap bernilai ibadah selama berniat menghadirkan keteladanan Nabiyullah yang menjadi junjungan seluruh umat di dunia. Terlebih ketika umat Islam dan peradaban dunia modern mengalami krisis keteladanan dalam melanjutkan amanah Tuhan di muka bumi. Masyarakat muslim Indonesia menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan keagamaan, seperti: pembacaan shalawat Nabi, syair Berzanji, kitab Maulid ad-Dibai, dan kitab Burdah, serta mengadakan pengajian ataupun shalawatan. Menurut penanggalan jawa, bulan Rabiulawal disebut bulun Mulud. Khusus di Yogyakarta dan Solo, terdapat ritual Grebeg Mulud yang biasa dirayakan dengan perayaan Sekaten yang diiringi gamelan. Peringatan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali muncul setelah diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang Gubernur Irbil di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193).ada pula yang berpendapat bahwa gagasan tersebut justru berasal dari Sultan Salahuddin.

Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhamad dan meningkatkan semangat kaum muslimin yang tengah berjuang melawan pasukan Kristen Eropa dalam Perang Salib. Sultan Salahuddin al-Ayyubi juga menyampaikan pesan bahwa peringatan Maulid Nabi menjadi sarana penting untuk membangkitkan semangat keislaman umat dengan meneladani akhlak dan kepribadian Rasul. Sungguh tak berlebihan jika sekarang pun, peringatan ini menjadi kesempatan baik dan titik awal untuk memperbaiki diri, keluarga, dan membangun masyarakat. Bagaimanapun, memperingati hari lahir Nabi Muhammad sebagai manusia teladan bukanlah untuk mendewakan, melainkan untuk mengambil semangat pengabdian Muhamad saw, sebagai hamba Allah yang mengabdi sepenuhnya kepada Sang Rabb. Peringatan Maulid Nabi justru mengajak umat Islam untuk mengenal sejarah perjalanan hidup Rasulullah dan mengambil hikmah darinya. Ada empat sifat dalam diri Rasulullah yang dapat kita teladani untuk melakukan perbaikan kehidupan beragama, bermasyarakat, dan berbangsa.

Pertama, beliau adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya (siddiq). Jauh sebelum dirinya mendapat wahyu sebagai rasul, Muhammad muda terkenal sebagai seseorang yang jujur.

Sifat kedua, Sang Rasul mampu menerima dan menjaga kepercayaan (amanah), suatu akhlak yang selama ini telah hilang dari nurani sebagian besar pemimpin kita.

Ketiga, beliau adalah manusia yang mampu menyampaikan firman Allah (tabligh), tidak menyembunyikan satu ayatpun dengan alasan apapun.

Keempat, Rasulullah adalah manusia yang cerdas (fathanah), baik cerdas secara intelektual, spiritual, maupun emosional.

Anda mungkin juga menyukai