Anda di halaman 1dari 3

Ciri Kota Metropolitan

Ciri Kota Metropolitan


DUTA MASYARAKAT, 18 Agustus 2010 Dr. Mulyono D. Prawiro (Dosen Pascasarjana Universitas Satyagama, Jakarta) Tidak sedikit orang mengatakan bahwa saat ini kita hidup di jaman yang serba ada dan boleh dibilang kita telah memasuki dunia baru yang serba modern. Pengaruh modernisasi dan globalisasi ini sungguh luar biasa, sehingga dapat menimbulkan perubahan yang berarti bagi kehidupan masyarakat, dan ini benar-benar sesuatu yang menarik untuk dicermati. Akibat adanya globalisasi yang semakin marak akhirakhir ini, membuat tantangan masa depan menjadi lebih menarik. Kalau dulu kita sudah bangga dengan apa yang kita miliki, tetapi saat ini telah berubah dan keinginan pun mulai berkembang. Dalam bidang usaha terjadi persaingan yang semakin ketat dan tanpa batas, pengusaha kecil bersaing dengan pengusaha besar yang produknya berasal dari luar negeri. Kualitas produk mereka relatif tinggi, sedang produk pengusaha kecil lokal dengan kualitas yang terbatas belum sanggup bersaing dengan mereka, disini menimbulkan berbagai problem di masyakarat, sehingga tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang perdagangan semakin lemah dan konflik dengan mudah bisa tercipta. Modernisasi ini bukan saja berdampak positif, tetapi di sisi lain justru menimbulkan masalah besar dan merugikan berbagai kalangan, khususnya masyarakat bawah. Disini terjadi suatu kegoncangan yang maha dahsyat bagi keluarga yang kurang beruntung. Mereka ini tidak bisa menikmati arus derasnya modernisasi itu sendiri, bahkan mereka hanya berperan sebagai penonton berbagai perubahan yang terjadi. Kondisi semacam ini bisa menimbulkan jurang pemisah yang begitu dalam. Mungkin tidak terpikirkan oleh kita, mereka ini tidak bisa mengenyam pendidikan yang layak, karena mereka miskin dan biaya pendidikan dianggap mahal, bahkan untuk berpikir memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja pun masih belum menentu. Keadaan semacam ini bisa terjadi, dikarenakan tingkat kemampuan dan pendidikan mereka rendah. Disinilah peran pemerintah dan lembaga sosial masyarakat sangat diperlukan, bagaimana mendorong dan memberdayakan mereka agar mereka mampu meningkatkan kemampuan untuk berusaha dan dapat memenuhi kebutuhan secara wajar, tentunya perlu ditopang dengan berbagai program pelatihan, pendidikan dan kewirausahaan dan lain-lain. Bagaimanapun kita harus akui, mereka ini adalah bagian dari kita, anak bangsa yang perlu mendapatkan perhatian yang sewajarnya. Secara keseluruhan, apabila kita ingin menaikkan citra sebagai bangsa yang besar dengan nilai mutu manusia-nya yang tinggi, maka perhatian kita harus tertuju kepada mereka yang hidupnya kurang beruntung tersebut. Kita perlu merenung, seandainya kita berada di tengah-tengah mereka, apakah hati kita tidak tersentuh untuk membantu memberdayakan mereka ? Bagi masyarakat kelas menengah ke atas, modernisasi disambut dengan gegap gempita dan

antusias tinggi, karena dengan adanya teknologi yang serba canggih, mereka ini dengan mudah dan cepat bisa mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, termasuk mendapat akses ke seluruh penjuru dunia. Kalangan tertentu dengan mudah mendapatkan pendidikan, pengalaman dan dengan mudah pula bisa meningkatkan kemampuannya. Karena pendidikan mereka tinggi, tingkat intelektualnya juga tinggi, sehingga tidak jarang, mereka berani bersuara nyaring di depan pemimpinnya. Apa yang telah diputuskan oleh para pemimpinnya dengan mudah dapat dikritisi dan dianggap kurang cocok dengan situasi yang berkembang. Keberanian masyarakat untuk tampil dan menyampaikan pendapatnya sungguh dihargai dan mendapatkan tempat yang layak di era moderninasi seperti sekarang ini. Menurut Prof. Dr. Haryono Suyono, salah satu ciri kota metropolitan adalah adanya wanitawanita karier yang berpendidikan tinggi dan berpengalaman luas. Oleh sebab itu tingkat kemandirian mereka sudah begitu tinggi, dan tingkat ketergantungan pada kaum pria mulai menurun, sehingga kondisi semacam ini menunjukkan adanya perubahan yang cukup menarik. Ini sudah terjadi, baik di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, bahkan sudah menyebar ke kota-kota lain di Indonesia. Disamping itu, bila seseorang ingin berubah dan siap untuk berubah, sesuai dengan situasi dan kondisi yang terus berubah, maka orang yang bisa menyesuaikan itu bisa disebut sebagai pemimpin yang berorientasi ke depan (visionary leadership). Ada kalanya bila kita mencermati situasi jalan raya di sekitar Jakarta, bahkan mungkin juga kotakota besar lainnya pada pagi dan sore hari. Kita akan dipertontonkan betapa banyaknya kendaraan roda dua berlalu-lalang menuju ke arah kota. Dengan kecepatan yang tinggi para pengendara motor saling berebut jalan, dan tidak menghiraukan keselamatan diri dan orang lain di sekelilingnya. Ini sungguh berbahaya dan ini juga merupakan fenomena kota metropolitan yang sedang tumbuh dan berkembang. Keselamatan bukan lagi faktor utama dalam berkendara, tetapi perasaan ingin lebih dahulu menjadi prioritasnya, tanpa melihat lagi bahaya yang mungkin mengancamnya. Dengan munculnya kota-kota baru, berpengaruh terhadap struktur penduduk yang ada, yang dulunya adalah penduduk rural, dengan kecepatan yang begitu tinggi berubah menjadi penduduk urban. Pikiran dan penampilannya pun ikut berubah. Suami isteri tidak tinggal dalam satu rumah itu merupakan hal yang biasa terjadi di kota-kota besar, sedangkan di dalam satu organisasi terdapat orang asing atau orang luar negeri yang bekerja di dalamnya dan ikut menentukan arah organisasi, ini menjadi hal yang biasa, sehingga oleh sebagian orang, bila di suatu tempat kerja atau dalam suatu organisasi terdapat orang asing di dalamnya dan mempunyai pengaruh untuk turut menentukan arah kebijakan, maka manajemen yang dianut adalah manajemen pelangi (pelaku kebijakan bukan hanya berasal dari dalam organisasi itu sendiri). Diperkirakan saat ini di kota terdapat 70 % atau lebih wanita usia 20 30 tahun belum kawin, sedang di desa terjadi sebaliknya. Ini merupakan fenomena dunia, bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi hampir terjadi di seluruh penjuru dunia, khususnya di negara-negara berkembang. Jadi, bagi Anda para remaja pria yang belum berkeluarga, kesempatan untuk mendapatkan pendamping sungguh terbuka lebar. Penduduk muda atau produktif usia 15 64 tahun, saat ini telah berjumlah pada kisaran 160 juta jiwa, dan akan terus bertambah menjadi sekitar 188 juta jiwa pada tahun 2025 yang akan datang. Negara tetangga kita seperti Singapura, saat ini justru kekurangan penduduk, sehingga tidak sedikit penduduk Indonesia yang relatif kaya dengan mudah pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura. Akhir-akhir ini pemerintah Singapura telah mengeluarkan himbauan

kepada warganya agar mereka mau mempunyai anak, dan akan memberikan kompensasi berupa cuti besar kepada para suami yang isterinya akan mempunyai anak lagi. Apalagi kalau isterinya sedang hamil, mereka ini mendapatkan perhatian yang luar biasa dari pemerintahnya, oleh karena itu boleh dikatakan bahwa Singapura sekarang ini perlu penambahan penduduk dan kekurangan bayi. [*]

Anda mungkin juga menyukai