Anda di halaman 1dari 10

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan

Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

ANALISIS WILAYAH PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

Oleh :
ARNOLD. P. FILINDITY & MUNIRA ISNAWI

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2011

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan


Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

I. 1.1.

PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu permasalahan dalam proses pembangunan daerah di Kabupaten Seram Bagian

Barat selama ini adalah adanya disparitas pembangunan antara kawasan perdesaan dan perkotaan. Pembangunan cenderung terpusat pada kawasan perkotaan sehingga masyarakat perkotaan memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya ekonomi dan cenderung memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraannya. Proses pemerataan akses kesempatan bagi masyarakat perdesaan merupakan bagian dari upaya penguatan kemampuan masyarakat untuk memperluas pilihan-pilihan baik dalam proses kegiatan maupun pemanfaatan hasil pembangunan. Proses tersebut memerlukan suatu pendekatan agar kemampuan yang dimiliki dapat didayagunakan secara optimal bagi pengembangan kehidupan masyarakat pedesaan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan produktivitas agar kesenjangan pendapatan makin berkurang antara masyarakat desa dan kota.

 Model Gravitasi Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Dalam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas kepentingan umum telah berada pada tempat yang benar. Selain itu, apabila suatu daerah hendak membangun suatu fasilitas yang baru maka model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal. Artinya, fasilitas itu akan digunakan sesuai dengan kapasitasnya. Model ini menunjukan hubungan antara potensi penduduk yang melakukan pergerakan dari suatu wilayah ke wilayah lain, Misalnya, ada dua kota (kota A dan B) yang berdekatan, ingin diketahui berapa besar interaksi yang terjadi antara dua kota tersebut. Interaksi bisa saja diukur dari banyaknya perjalanan dari penduduk kota A ke kota B atau sebaliknya. Faktor apa yang menentukan besarnya interaksi tersebut. Hasil pengalaman menunjukkan bahwa interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor dimana faktor pertama adalah besarnya kedua kota tersebut.

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan


Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

Timbul persoalan apa ukuran yang dijadikan untuk menentukan besarnya sebuah kota. Sebuah kota dapat diukur dari jumlah penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan, jumlah/ luas bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Mungkin karena mudah mendapatkan data maka ukuran yang digunakan adalah jumlah penduduk. Penggunaan jumlah penduduk sebagai alat ukur bukanlah arbiter karena jumlah penduduk juga terkait langsung dengan berbagai ukuran lain yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi adalah jarak antara kota A dan kota B. Jarak mempengaruhi keinginan orang untuk bepergian karena menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya. Makin jauh jarak yang memisahkan kedua lokasi, makin rendah keinginan orang untuk bepergian. Selain itu dalam hal jarak, orang mengamati bahwa minat orang bepergian menurun drastis apabila jarak itu semakin jauh, artinya penurunan melainkan eksponensial . Model matematiknya adalah sebagai berikut : I12 = (W1P1) (W2P2)/J2 12 Keterangan : I12 : interaksi dalam wilayah 1 dan 2 W1 : PDRB perkapita wilayah 1 (rupiah) W2 : PDRB perkapita wilayah 2 (rupiah) P1 : jumlah penduduk wilayah 1 P2 : jumlah penduduk wilayah 2 J12 : jarak antar wilayah 1 dan 2 (meter) minat itu tidak proporsional dengan pertambahan jarak,

 Interaksi antar Wilayah di kabupaten Seram Bagian Barat Di Kabupaten Seram Bagian Barat interaksi dalam perekonomian masih berjalan sederhana, dengan masyarakat desa cenderung memproduksi dan menjual hasil budidaya secara mandiri ke wilayah-wilayah sekitarnya yang relatif berdekatan. Mereka juga dapat menjualnya kepada para pengumpul yang kemudian menjualnya secara langsung atau dengan sedikit

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan


Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

pengolahan ke berbagai pasar, baik pasar lokal maupun pasar yang jauh. Sebaliknya, nelayan di wilayah pedesaan juga membutuhkan barang dan jasa yang tidak bisa dihasilkannya sendiri, seperti sabun, minyak, atau pada tingkatan perkembangan yang lebih tinggi, kendaraan bermotor, pelayanan perbankan atau pinjaman keuangan. Dengan demikian, pola interaksi antara desa-kota serta dasar interaksi (kebutuhan) yang melandasinya cukup dinamis dan bergerak dari waktu ke waktu sesuai tingkatan kemajuan suatu masyarakat, walaupun masih dalam tingkatan sederhana. Klasifikasi antara wilayah desa dan kota sangat penting dilakukan untuk menentukan jenis intervensi apa yang akan diberikan dalam mengembangkan kawasan minapolitan di Kabupaten Seram Bagian Barat. Kedua wilayah tersebut memiliki interdependensi yang tinggi dalam rantai keterkaitan permintaan dan penawaran. Di samping pertimbangan ekonomi seperti sudah diuraikan di atas, keterkaitan antara kedua wilayah tersebut juga penting untuk mengatasi masalah urbanisasi yang memiliki implikasi politik. Karenanya, keterkaitan desa kota tidak sekedar membawa implikasi ekonomi tetapi juga dampak politik. 1.2. Tujuan a. Komoditas apakah yang menjadi unggulan Kab SBB b. Lokasi mana yang potensial

II. 2.1.

PEMBAHASAN Penentuan Komoditas Unggulan di Kab SBB Salah satu kabupaten yang dapat digunakan untuk menganalisis komoditas perikanan

basis adalah di Kabupaten Seram Bagian Barat yang merupakan salah satu wilayah pengembangan sektor perikanan budidaya yang terkonsentrasi pada Kecamatan Waesala, Kairatu Barat dan di khususnya di Kecamatan Seram Barat yakni perairan Teluk Kotania yang terdiri dari kegiatan budidaya rumput laut, ikan kerapu dan ikan kuwe. Hasil produksi perikanan budidaya tersebut perlu diketahui sehingga dapat menentukan komoditas perikanan basis, sehingga akan mampu meningkatkan pendapatan dm kesejahteraan nelayan, serta rnemiliki kontribusi terhadap perekonomian daerah. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis komoditas basis pada sektor perikanan budidaya di Kecamatan Seram Barat dan Kabupaten Seram Bagian Barat yang dapat menjadi sektor kunci

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan


Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

pembangunan wilayah. Komoditas yang dijadikan sebagai bahan kajian adalah rumput laut, karena merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Seram Bagian barat. Hal ini dapat dikaji dengan menggunakan teori basis ekonomi dengan analisis perhitungan yang menggunakan formula location quotient (LQ), sehingga dapat melihat apakah benar komoditas rumput laut sebagai salah satu komoditas budidaya unggulan Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat.  Analisis Location Quotient Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya di Kecamatan Seram Barat No 1 2 3 Total Sumber: Data primer Komoditas Rumput laut Ikan Kerapu Ikan Kuwe Produksi Perikanan Budidaya (ton) 2006 681,8 681,8 2007 881,4 881,4 2008 2101,6 1,0 2102,6 2009 2184 1,0 2185 2010 1900,8 7,0 28,8 1936,6 7749,6 9,0 28,8 7787,4 Jumlah

Tabel 2. Produksi Perikanan Budidaya Kab. Seram Bagian Barat No Komoditas Rumput laut Ikan Kerapu Ikan Kuwe 682,5 905,4 Produksi Perikanan Budidaya (ton) 2006 681,8 2007 905,4 2008 2152 1,5 2153,5 2009 2200 1,2 2201,2 2010 2020,8 9,7 28,8 2059,3 7960 12,4 28,8 8001,2 Jumlah

1 2 3 Total

Sumber: Data primer

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan


Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

Adapun formula dari LQ adalah : LQ = Keterangan: Xi = jumlah produksi budidaya rumput laut pada KecamatanSeram Barat Yi = jumlah produksi total komoditas budidaya Kecamatan Seram Barat Xn = jumlah produksi total budidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat Yn = jumlah produksi total komoditas budidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat Jika diketahui : Xi Yi Xn Yn Maka : LQ = = = = = =  1,0003 7749,6 7787,4 7960,0 8001,2  

Berdasarkan hasil perhitungan LQ tersebut dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : Jika LQ > 1,merupakan sektor basis, artinya tingkat spesialisasi kecamatan lebih tinggi dari tingkat kabupaten. Jika LQ = 1 , berarti tingkat spesialisasi kecamatan sama dengan di tingkat kabupaten. Jika LQ <1, adalah merupakan sektor non basis, yaitu sektor yang tingkat Spesialisasi kecamatan lebih rendah dari tingkat kabupaten. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai LQ dari komoditas rumput laut adalah 1,0003. Besaran nilai LQ yang lebih dari 1, ini menunjukan besar derajat spesialisasi konsentrasi dari komoditas rumput laut di wilayah Kecamatan Seram Barat relatif terhadap wilayah

Kabupaten Seram Bagian Barat. Dalam aplikasi LQ perolehan komoditas unggulan Kecamatan Seram Barat didasarkan pada aspek jumlah produksi komoditas rumput laut didefenisikan bahwa LQ adalah rasio antara jumlah produksi komoditas rumput laut di Kecamatan Seram Barat

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan


Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

terhadap total jumlah produksi komoditas budidaya di kecamatan Seram Barat dengan jumlah produksi komoditas rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat terhadap total jumlah Produksi komoditas budidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat. Komoditas rumput laut dengan nilai LQ > 1, menunjukan bahwa komoditas rumput laut menjadi basis atau sumber pertumbuhan, karena memiliki keunggulan komparatif dan hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kecamatan Seram Barat tetapi juga dapat di eksport ke luar wilayah Kecamatan Seram Barat dan merupakan standar normatif untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan Kecamatan Seram Barat bahkan dapat menjadi komoditas unggulan Kabupaten seram Bagian. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai LQ komoditas rumput laut di suatu wilayah menunjukan semakin tinggi pula potensi keunggulan komoditas rumput laut. Kegiatan budidaya komoditas rumput laut membutuhkan waktu penanaman sampai tahap panen 45 hari. Hasil produksi komoditas rumput laut sejak tahun 2005 2010 pada tingkat pembudidaya dijual pada kisaran harga antara Rp 5000 Rp 17500. Fluktuasi harga tersebut terjadi karena harga rumput laut masih ditentukan oleh pembeli atau pengusaha rumput laut. Selain itu jarak antara wilayah basis dengan daerah tujuan pengiriman atau eksport

membutuhkan biaya yang besar, namun dengan kisaran harga tersebut, tidak menurunkan semangat pembudidaya dalam melakukan kegiatan budidaya rumput laut. Demikian hasil kajian komoditas perikanan basis di Kecamatan Seram Barat dalam hal ini komoditas unggulan perikanan budidaya yaitu komoditas budidaya rumput laut, dan diharapkan menjadi komoditas unggulan Kabupaten Seram Bagian Barat serta dapat menjadi komoditas unggulan Propinsi Maluku.

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan


Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

2.2.

Menentukan Lokasi daerah yang Potensial


Tabel 3. Rekapitulasi Data Perikanan Di Kabupaten Seram Bagian Barat Menurut Jumlah Penduduk, RTP , Nelayan, Pembudidaya, Armada, Alat Tangkap, Produksi, Nilai Produksi, Pendapatan, Konsumsi Perkapita Dan Kecamatan 2009

 Analisis Model Gravitasi Kab Seram Bagian Barat Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasikan interaksi ekonomi ibu Kota Kab SBB ( Piru/ Kec Seram Barat) dengan daerah belakangnya dan mencari daerah mana di sekitar Kota Piru dalam satu Kawasan Kab SBB yang memiliki interaksi ekonomi yang kuat dengan Kota Piru serta mengetahui peran Kota Piru sebagai pusat pertumbuhan bagi daerah pengaruhnya.

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan


Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung interaksi ekonomi antar daerah adalah : I12 = (W1P1) (W2P2)/J2 12 Keterangan : I12 W1 W2 P1 P2 J12 : Interaksi dalam wilayah 1 dan 2 : PDRB perkapita wilayah 1 (Seram Barat) (rupiah) : PDRB perkapita wilayah 2 (Huamual, Kairatu dan Taniwel) (rupiah) : jumlah penduduk wilayah 1(Seram Barat) : jumlah penduduk wilayah 2 (Huamual, Kairatu dan Taniwel) : jarak antar wilayah 1 dan 2 (meter)

 Hasil Analisisnya : Tabel 4. Indeks Gravitasi Wilayah dan Model Interaksi Wilayah Kota Piru
No Ibu Kota Kecamatan (daerah Hinterland) Jarak dari ibu Kota Kabupaten (Piru)(Km) 35 Nilai Indeks gravitasi (Thn 2009)

Waesala (Kec Huamual Belakang) Kairatu (Kec Kairatu) Taniwel (Kec Taniwel) Wael (Kec. Seram Barat)

3.03868

2 3 4

48 76,7 15

1.50454 0 2.85328

Sumber : data primer 2011

Hasil perhitungan Model Gravitasi (lihat Tabel 4.) menunjukkan nilai indeks gravitasi selama pengamatan selama tahun 2009 nilai indeks gravitasi Kecamatan Huamual Belakang,
Kecamatan Seram Barat dan Kecamatan Kairatu menunjukkan nilai gravitasi tertinggi dan memiliki

kecenderungan yang meningkat. Tingginya nilai indeks gravitasi Kecamatan Huamual Belakang,

Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional dan Pedesaan


Dosen : James Abrahamsz, S.pi., M.si

Kecamatan Seram Barat dan Kecamatan Kairatu tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Huamual Belakang, Kecamatan Seram Barat dan Kecamatan Kairatu adalah dua daerah yang memiliki

keeratan hubungan dengan Kota Piru sebagai Ibu Kota Kabupaten,

dibanding dengan

Kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat, karena Kecamatan Huamual
Belakang, Kecamatan Seram Barat dan Kecamatan Kairatu adalah dua daerah yang langsung

berbatasan dengan Kota Piru Sedangkan nilai indeks yang semakin naik menunjukkan bahwa keeratan hubungan kedua daerah semakin meningkat. Keeratan hubungan antarkota Piru dengan Kecamatan Huamual Belakang, Kecamatan Seram
Barat dan Kecamatan Kairatu sangat relevan karena memang kedua daerah tersebut berbatasan

langsung dengan Kota Piru. Keeratan ini juga diperlihatkan adanya mobilitas sumber-sumber ekonomi seperti produksi dan tenaga kerja kedua daerah ke Kota Piru atau sebaliknya

Sumber ; Choliq Sabana. 2007, Analisis Pengembangan Kota Pekalongan Sebagai Salah Satu Kawasan Andalan Di Jawa Tengah. Tesis. Program Pascasarjana UNDIP. SEMARANG. Abrahamsz. J. 2001. Materi Kuliah Prinsip Perencanaan Ekonomi Regional Dan Desa. UNPATTI. Ambon

Anda mungkin juga menyukai