Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

Lingkungan bagi manusia merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
kehidupannya, karena lingkungan tidak saja sebagai tempat manusia beraktivitas, tetapi
lingkungan juga sangat berperan dalam mendukung berbagai aktivitas manusia. Di lingkungan,
semua kebutuhan hidup manusia telah tersedia sehingga ada upaya yang dilakukan manusia
untuk mengeksploitasi lingkungannya demi hajat hidupnya. Karena, merupakan hal yang sangat
wajar bila interaksi manusia dengan lingkungannya akan berlangsung secara berkelindan dan
terus menerus. Dengan adanya interaksi ini, maka dapat dipastikan, bahwa kondisi lingkungan
juga akan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Sikap dan perilaku manusia akan menentukan baik
dan buruknya kondisi suatu lingkungan. Sebaliknya, bagaimana manusia memperlakukan
lingkungan dampaknya akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia itu sendiri.
Pertumbuhan penduduk di kota dari waktu ke waktu semakin menunjukkan peningkatan
yang signifikan, selain disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alami, faktor urbanisasi juga
semakin membuat wajah kota-kota kita saat ini semakin padat dan sesak. Perbandingan yang
tidak seimbang antara ketersediaan ruang perkotaan dengan jumlah penghuninya yang semakin
bertambah, secara sosial berdampak pada munculnya fenomena kepadatan (density), dan akan
menimbulkan fenomena kesesakan (crowding). Keduanya merupakan ancaman serius yang dapat
menggerogoti kesejahteraan warga perkotaan.
Meningkatnya arus urbanisasi tersebut nampaknya berjalan dengan seiring banyaknya
pusat-pusat perekonomian yang dibangun di daerah perkotaan, terutama dalam bidang
industrialisasi. Peningkatan pertumbuhan penduduk perkotaan akan menimbulkan berbagai
permasalahan serta membawa konsekuensi dalam segala aspek kehidupan di perkotaan. Banyak
kota besar yang dalam kenyataannya tidak mampu lagi menyediakan pelayanan sanitasi,
kesehatan, perumahan, transportasi, dan lapangan kerja lebih dari minimal kepada sebagian
penduduknya. Hal ini disebut pula sebagai salah satu faktor-faktor yang mendukung munculnya
kampung-kampung kumuh di perkotaan khususnya di daerah pesisir .
Masyarakat yang tinggal di daerah demikian memiliki keterbatasan mengakses kredit
formal untuk membiayai kebutuhan perumahan mereka karena status lahan yang mereka tempati
dan kemampuan finansial yang terbatas, seperti halnya terjadi di pasar Oesapa kampung nelayan.
Kondisi permukiman masyarakat ini menghadapi berbagai permasalahan, antara lain: 1) luas dan
Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

ukuran bangunan yang sangat sempit dengan kondisi rata-rata yang tidak memenuhi standar
kesehatan maupun standar kehidupan sosial yang layak; 2) kondisi bangunan yang berhimpitan,
sehingga rentan dan rawan terhadap bahaya kebakaran; 3) drainase yang sangat buruk, 4)
pengelolaan sampah yang terabaikan. Kondisi dan permasalahan tersebut telah berdampak pada
timbulnya berbagai jenis penyakit, menurunnya produktivitas warga penghuni, timbulnya
kerawanan dan persoalan-persoalan sosial.
Berangkat dari pemikiran-pemikiran tersebut di atas, dalam mata kuliah perencanaan dan
administrasi lingkungan melakukan observasi lapangan guna mengetahui elemen-elemen fisik
daerah tersebut dalam mendukung lingkungannya. Studi kasus yang diambil sekitar pasar Oesapa
kampung nelayan.

Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

ISI PENGAMATAN
1.

Gambaran Permukiman Pesisir Kelurahan Oesapa


Secara keseluruhan wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi
kepulauan dengan luas perairan laut mencapai 4 (empat) kali luas daratannya. Di dalam
rencana strategis dan program pembangunan jangka menengah daerah Kota Kupang yang
dikemas dalam suatu motto/semboyan Kupang Kota Kasih. Dalam hal ini kata kasih
merupakan panca fokus pembangunan Kota Kupang, sebagaimana yang tertuang dalam
renstra daerah Kota Kupang yang berarti:
Karya

: Penciptaan peluang dan kesempatan kerja.

Aman

: Penciptaan iklim dan suasana lingkungan hunian yang aman, tenteram untuk
pengembangan diri

Sehat

: Terbentuknya SDM yang handal, sehat rohani dan jasmani.

Indah

: Terciptanya lingkungan yang menarik estetis, humanis dalam keseimbangan


ekologi yang berkelanjutan.

Harmonis : Terbangunnya hubungan timbale balik, baik fisik maupun non fisik yang
seimbang, dinamis, dan lestari antar manusia dan manusia, manusia dengan
lingkungan hidupnya serta manusia dengan penciptanya.
Berdasarkan hal tersebut di atas upaya pembangunan dan pengembangan kawasan di
wilayah pesisir Kota Kupang diharapkan menjadi prioritas utama. Sehingga terwujudnya
kemampuan daerah di dalam mengembangkan kawasan pesisir yang layak huni serta
kegiatan penunjangnya baik kegiatan permukiman, pariwisata, perdagangan dan jasa
maupun kegiatan lainnya dapat dicapai. Di dalam Kebijakan dan Strategi Nasional
Perumahan dan Permukiman, perwujudan kondisi perumahan yang sehat adalah salah
satunya dengan strategi peningkatan kualitas lingkungan permukiman dengan prioritas
kawasan daerah pesisir/nelayan yang meliputi perbaikan prasarana dan sarana dasar
permukiman.

Demikian

pula

dengan

perwujudan

kebijakan

pembangunan

dan

pengembangan wilayah pesisir di Kota Kupang, pemerintah membuat suatu prioritas


program pembangunan untuk wilayah tersebut. Penataan wilayah pesisir tersebut berkaitan
dengan sarana dan prasarana lingkungannya agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi
suatu lingkungan yang baik dan sehat. Kelangkaan prasarana dan sarana dasar,
Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

ketidakmampuan memelihara dan memperbaiki lingkungan permukiman yang ada dan


masih rendahnya kualitas lingkungan baik secara fungsional maupun wujud lingkungan
merupakan isu utama bagi upaya menciptakan lingkungan permukiman yang sehat, dan
berkelanjutan.
Wilayah permukiman pesisir di Kota Kupang meliputi daerah seluas 22,7 km.
Penduduk yang bermukim di wilayah tersebut pada umumnya bekerja sebagai nelayan.
Permukiman di wilayah tersebut berkembang dengan cepat seiring dengan berkembangnya
Kota Kupang sebagai Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah pesisir di Kota
Kupang meliputi Kelurahan-Kelurahan yang berada di dalam lingkup wilayah Kecamatan
Kelapa Lima dan Kecamatan Alak). Seiring dengan berjalannya waktu, permukiman
pesisir Kota Kupang semakin berkembang, yang dapat dilihat dengan semakin
bertambahnya kawasan terbangun kota sehingga mengakibatkan wilayah tersebut menjadi
semakin padat dan kurang teratur. Untuk menghindari terjadinya kepadatan yang berakibat
pada kekumuhan di permukiman pesisir ini, maka perlu adanya perbaikan peningkatan
kualitas lingkungan seperti perbaikan sarana dan prasarana lingkungan permukiman.

Gambar 1.
Wilayah Pesisir Kota Kupang
Kelurahan Oesapa merupakan bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Kelapa
Lima. Di dalam penelitian ini untuk daerah studi difokuskan hanya di lokasi pasar
Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

kampung nelayan Oesapa yang disebut juga kampung nelayan Oesapa dengan alasan
bahwa:
1. Kampung nelayan merupakan daerah pesisir pantai Kota Kupang menjadi bagian yang
integral dengan Provinsi NTT, dimana wilayah pesisir menjadi prioritas di dalam
pembangunan Provinsi NTT.
2. Kampung nelayan pada dasarnya merupakan wilayah dimana penduduk miskin
merupakan penghuni yang mayoritas. Oleh karena banyak penduduk yang miskin dan
berpenghasilan rendah maka akses terhadap permukiman dan pelayanan persampahan
pun masih terbatas.
3. Daerah ini masih belum menjadi prioritas utama pembangunan di wilayah Pemerintahan
Kota Kupang, sehingga prasarana persampahanpun masih belum memadai.

Gambar 2.
Wilayah Kampung Nelayan Oesapa
Kampung nelayan (lihat Gambar 2) ini menjadi bagian di dalam wilayah administrasi
Kelurahan Oesapa. Kelurahan Oesapa terdiri dari 30 Rukun Warga (RW) dan 88 Rukun
Tetangga (RT). Luas wilayah administrasi Kelurahan Oesapa adalah 7,22 km 2 (4,01% dari
luas Kota Kupang) dengan jumlah penduduk sebanyak 26.297 jiwa (5.259 KK) dan tingkat
kepadatan penduduk 3.642 jiwa/km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk menurut RW
berjumlah 2.473 jiwa, sedangkan menurut RT 884 jiwa. Batas administrasi wilayah sebagai
berikut:
Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

1. Bagian Utara berbatasan dengan Teluk Kupang


2. Bagian Selatan berbatasan dengan Kelurahan Penfui dan Kelurahan Liliba
3. Bagian Timur berbatasan dengan Kelurahan Lasiana
4. Bagaian Barat berbatasan dengan Kelurahan Kelapa Lima
1.2. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Kependudukan Kampung Nelayan Oesapa
a. Penduduk
Dari data Kelurahan Oesapa jumlah penduduk di kampung nelayan oesapa meliputi
3.122 jiwa atau 625 kk (rata-rata 1 kk 6 orang). Wilayah administrasi Kampung Nelayan
meliputi 4 RW dan 11 RT. (lihat Gambar 3).

Gambar 3.
Wilayah Administrasi Permukiman Kampung nelayan Oesapa
Dari hasil data yang di dapat di kampung nelayan Oesapa, sebanyak 35% merupakan
penduduk asli Kota Kupang, sebanyak 43% merupakan pendatang yang berasal dari Bugis,
sebanyak 18% berasal dari Jawa dan 4% merupakan pendatang dari tempat lain yang
bertempat tinggal dan bekerja sebagai nelayan di Kota Kupang (lihat Gambar 4).

Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

Gambar 4.
Komposisi Penduduk Kampung Nelayan Oesapa
b. Mata Pencarian
Sedangkan untuk mata pencarian penduduk di kampung nelayan Oesapa, sebanyak
3,70% merupakan pegawai negeri, sebanyak 47,22% berprofesi sebagai nelayan, bekerja di
sektor swasta (pedagang, dan buka usaha lainnya) sebanyak 38,89%, sebanyak 2,78%
berprofesi sebagai buruh/pekerja kasar, dan sebanyak 7,41% bekerja pada sektor lainnya
yang tidak tetap dan sebagai pekerjaan sampingan seperti, berdagang di pasar, sopir, buruh
bangunan dan sebagainya yang tidak tetap dan sebagai sampingan.
c. Jumlah Anggota Rumah Tangga
Untuk jumlah anggota di dalam satu rumah tangga, dari hasil survai yang telah
dilakukan di kampung nelayan sebanyak 2% memiliki jumlah anggota keluarga 1-2 orang
dalam satu rumah, 23% memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4 orang, dan
sebanyak 34% memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5-6, sedangkan yang lebih dari
6 orang dalam satu rumah sebanyak 41%.
2.

Kondisi Perumahan
a. Status Kepemilikan Lahan dan Rumah
Dari sisi kepemilikan bangunan hunian sebagian besar rumah tangga di pasar kampung
nelayan Oesapa menyatakan bahwa bangunan rumah yang mereka tempati adalah milik
sendiri tetapi status kepemilikan tanah sebagian besar cuman menyewa atau kontrak.
Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

Kepemilikan lahan atau tanah tersebut didominasi oleh 2 (dua) keluarga yaitu keluarga
Kolo dan Keluarga Makatita. Sehingga mereka yang ingin mengusahakan usahanya
memilih untuk kontrak/sewa lahan tersebut.
b.

Kondisi Fisik Bangunan Hunian


Setelah diketahui tentang status kepemilikan bangunan hunian warga, analisis lebih lanjut
adalah mengenai kondisi fisik dari bangunan rumah yang ditempati. Analisis kondisi fisik
bangunan rumah ini membahas beberapa aspek dari bangunan rumah itu sendiri, seperti
jenis konstruksi bangunan, sistem penghawaan/udara, pencahayaan, lantai, plafon, dan
dinding rumah yang dimiliki.

Jenis konstruksi bangunan


Secara umum konstruksi bangunan rumah dibedakan atas tige jenis, yaitu permanen,
semi permanen, dan temporer atau non-permanen. Di mana definisi umum yang berlaku
terhadap ketiga jenis konstruksi bangunan hunian tersebut, adalah 1) permanen adalah
konstruksi bangunan yang sebagian besar tersiri dari atas tembok dan umur pakainya
dapat mencapai puluhan tahun; 2) semi permanen adalah konstruksi bangunan yang
terdiri atas tembok dan separuh kayu; 3) temporer atau non-permanen adalah tidak
terdapat unsur tembok dalam bangunan tersebut.
Konstruksi bangunan hunian warga pasar kampung nelayan Oesapa sebagian besar
adalah bangunan semi permanen yang jumlahnya mencapai 55%, sementara warga yang
memiliki konstruksi bangunan permanen sebanyak 15% dan 30% konstruksi bangunan
temporer atau non-permanen. Gambaran kondisi konstruksi bangunan tersebut
menunjukkan bila peningkatan kualitas bangunan rumah warga menjadi satu kebutuhan
yang dalam jangka panjang harus dilakukan.

Gambar 5. Konstruksi bangunan temporer

Gambar 6. Kontruksi bangunan permanen

Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

Gambar 7. Konstruksi Bangunan Semi Permanen


Di lihat dari Gambar 5, jenis konstruksi bangunan temporer tersebut memiliki
pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang, mereka pun tidak menggunakan plafon,
dan lantai juga tidak menggunakan semen atau lantai keramik jadi cumin tanah yang
dipadatkan. Sedangkan pada Gambar 6, jenis konstruksi permanen di atas sudah
memiliki ventilasi yang baik, jendela yang banyak sehingga pencahayaan dan sirkulasi
udara dalam rumah dapat terjaga dengan baik sehingga warga yang tinggal juga dapat
merasa nyaman. Lantainya pun sudah memakai lantai keramik, sehingga kebersihan pun
dapat dijaga, plafon rumah juga ada, dan batas anta ruang pun ada. Sehingga dapat
membagi fungsi tiap-tiap ruang di dalam rumah.

Aspek legal bangunan hunian


Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa sebagian besar status kepemilikan
bangunan hunian warga di seluruh lokasi pasar kampung nelayan Oesapa sebagian besar
adalah milik sendiri. Namun, banyak mereka tidak memiliki surat-surat atau
administrasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan, bangunan
hunian yang mereka bangun di atas tanah yang bukan milik mereka. Maksudnya, dalam
hal ini sebagian besar masyarakat sekitar pasar kampung nelayan Oesapa menyewa atau
mengontrak tanah dalam kurun waktu beberapa tahun.

Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

c.

Kondisi Prasarana dan Sarana Permukiman

Jaringan jalan lingkungan


Sebagian besar kawasan permukiman pasar kampung nelayan Oesapa telah memiliki
jalan lingkungan. Berbagai tipikal jalan lingkungan di lokasi tersebut ditunjukkan pada
Gambar 8.

Gambar 8. Kondisi Jalan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa


Dari Gambar 8 terdiri kondisi jalan pada umumnya sudah dilapisi dengan aspal,
semen. Di samping sebagai prasarana lalu lintas kendaraan, di beberapa wilayah
prasarana jalan lingkungan juga dimanfaatkan sebagai tempat warga melalukan
bermacam-macam aktivitas, antara lain: tempat pertemuan warga, tempat bermain anakanak, tempat menjemur pakaian karena terbatasnya luas pekarangannya.

MCK umum
Sebagai ilustrasi sarana sanitasi (MCK) umum di lokasi pasar kampung nelayan Oesapa
ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Kondisi MCK Umum di Pasar Kampung Nelayan Oesapa


Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

MCK Umum di pasar kampung nelayan Oesapa terdapat 2 (dua) dan jenis
konstruksi bangunan MCKnya permanen. Dari Gambar 9, kita bisa lihat kondisi MCK
Umum tersebut, namun kelemahan dari MCK umum tersebut adalah tidak memiliki
ventilasi yang cukup sehingga pengguna MCK umum merasa tidak nyaman karena
kurangnya sirkulasi udara yang masuk dan keluar. MCK umum tersebut di bangun oleh
Yayasan Peduli Bank Danamon dan Pemerintah Kota.

Drainase
Prasarana drainase lingkungan sangat erat kaitannya dengan kualitas kesehatan
lingkungan suatu komunitas. Pada umumnya kondisi drainase yang buruk menunjukkan
kekumuhan suatu kawasan. Dari hasil survai diperoleh fakta (Gambar 10), bahwa pada
umumnya saluran drainase tersebut tidak begitu berfungsi lagi. Adapun penyebab
terjadinya tidak berfungsiannya saluran drainase tersebut karena kebiasaan masyarakat
membuang sampah di saluran atau membuang sampah sembarangan yang menyebabkan
aliran air dalam saluran terhalang oleh sampah dan berbagai materi.

Gambar 10. Kondisi Saluran Drainase di Pasar Kampung Nelayan Oesapa


Dari Gambar 10, terlihat begitu banyak sampah dalam saluran drainase dan tidak
ada penanganan sama sekali oleh masyarakat sekitar dan pemerintah. Pembuangan
saluran drainase pun tidak ada pengelolaan pemisahan misalnya saringan pemisah
antara materi dan air. Sehingga pembuangan saluran tersebut langsung menuju ke laut,
dan laut pun menjadi tercemar dan kotor oleh sampah-sampah dan materi-materi
tersebut.

Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

Air bersih
Air bersih adalah salah satu komponen penting dalam permasalahan lingkungan yang
senantiasa harus diperhatikan. Air bersih menjadi salah satu faktor yang menentukan
kesehatan dari penduduk tersebut. Di pasar kampung nelayan Oesapa, hampir sebagian
besar warga menggunakan sumber air bersih dari air tanah atau membuat sumur, dapat
dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Sumber Air Bersih Masyarakat di Pasar Kampung Nelayan Oesapa
Pada gambar di atas, sumur atau air tanah yang digunakan masyarakat untuk
sumber air bersih krang diperhatikan dengan baik. Maksud dari kurang perhatian
masyarakat, karena masyarakat membuat kamar mandi, MCK, kandang ternak yang
berdekatan dengan sumur tersebut. Seharusnya harus diberikan jarak yang baik,
sehingga air sumur yang digunakan dapat terjaga kualitas kesehatannya.

Penerangan
Sumber penerangan sudah menjadi bagian yang sangat dibutuhkan manusia untuk dapat
melakukan aktivitas terutama di malam hari. Aksesibilitas terhadap sumber penerangan
sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan penduduk. Sekarang ini ketersediaan
listrik tidak lagi hanya sebatas untuk penerangan di malam hari, tetapi sudah menjadi
bagian dari sarana yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk.
Keberadaan jaringan listrik pada satu kawasan permukiman sudah menjadi
kebutuhan yang sangat penting dalam rangka menunjang aktivitas sosial dan ekonomi
masyarakat. Dari hasil obeservasi lapangan yang dilakukan pada lokasi pasar kampung
nelayan Oesapa terlihat hampir seluruh lokasi survai sudah memiliki jaringan listrik.
Namun, kelemahan dari lokasi tersebut lampu penerangan jalan yang disediakan oleh
Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

pemerintah tidak lagi berfungsi atau sudah rusak. Masyarakat sekitar pun tidak ada
alternatif untuk membuat lampu penerangan jalan tersebut.

Tempat pembuangan limbah dan sampah


Air limbah dan sampah merupakan salah satu penyebab permasalahan lingkungan yang
paling serius, di antaranya pencemaran lingkungan dan pada ujungnya akan
menurunkan kualitas hidup manusia. Keterbatasan pengetahuan serta kesadaran
penduduk akan pentingnya pengelolaan air limbah yang baik dan benar merupakan
penyebab timbulnya permasalahan pemgelolaan limbah rumah tangga.
Untuk wilayah permukiman kampung nelayan Oesapa, akses pelayanan
persampahan hanya dengan menyediakan prasarana persampahan seperti bak-bak
sampah dengan jumlah terbatas. Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan,
untuk prasarana sampah seperti tempat sampah keluarga (TSK), sebanyak 3% telah
memiliki tempat sampah keluarga dan sebanyak 97% tidak memiliki tempat sampah
keluarga. Wilayah pelayanan persampahan di Kota Kupang dibagi atas jalur yang
mengikuti jalan-jalan utama dan tempat-tempat umum seperti pasar. Untuk akses
layanan pengangkutan sampah di wilayah kampung nelayan, hanya dilayani dilokasi
pasar saja, dimana untuk pelayanan pengangkutan oleh Dinas Kebersihan kadangkala
tidak selalu mengangkut sampah tiap hari atau tidak selalu kontinyu.
Untuk pengangkutan sampah yang dilayani oleh Dinas Kebersihan rata-rata
mengangkut sampah 3 hari sekali dan kadangkala dalam 1 bulan hanya 2-4 kali
pengangkutan. Sedangkan untuk wilayah permukimannya belum ada pelayanan
pengangkutan sampah. Masyarakat diharapkan membuang ketempat sampah sementara
berupa bak penampungan yang telah ada di lingkungan permukiman kampung nelayan.
Untuk tempat sampah keluarga pada umumnya masyarakat membuang langsung ke
tempat-tempat yang dekat dengan rumah mereka, seperti pinggiran pantai, saluran
drainase, untuk mereka yang dekat dengan pantai dan yang dilalui oleh jaringan
drainase. Sedangkan masyarakat yang dekat dengan bak penampungan sampah
membuang pada bak sampah yang telah disediakan baik oleh Pemerintah daerah
maupun oleh swadaya masyarakat sendiri. Bahkan bagi masyarakat yang jauh dari
tempat pembuangan sementara (bak sampah) membuang sampah ditempat-tempat
terbuka. Untuk daerah pasar di permukiman nelayan, bak sampah yang ada hanya 2
Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

buah dan masyarakat pengguna pasar masih banyak membuang sampah ketempat yang
terbuka dan kesaluran drainase induk yang bermuara ke laut (lihat Gambar 12).

Gambar 12. Kondisi Persampahan Pasar Kampung Nelayan Oesapa


Jumlah bak sampah yang ada di permukiman nelayan berjumlah 6 buah dengan
kapasitas 1 m, tetapi yang dimanfaatkan hanya 5 buah. Sedangkan 1 bak sampah yang
merupakan hasil dari swadaya masyarakat tidak dimanfaatkan dan beralih fungsi
menjadi tempat mandi anak-anak. Pengangkutan dari sumber rumah tangga tidak
menggunakan gerobak karena fasilitas gerobak angkut tidak ada. Sehingga masyarakat
mengolah sampah secara individu, yaitu membakar dan membuang sembarang tempat
(seperti di pinggir pantai dan ke drainase).
Dilihat dari jenis sampah di kampung nelayan pada umumnya terdiri dari sampah
anorganik/kering (plastik, botol, kayu, logam karet, dll) dan sampah organik/basah (sisa
makanan, sayur, sisa-sisa ikan, dll). Pewadahan atau penampungan sampah dilakukan
dengan mengumpulkan sampah sendiri ke dalam tempat sampah yang tersedia (pola
individual langsung). Sebagian masyarakat juga akhirnya mengusahakan pengelolaan
sampah rumah tangga dengan cara membakar.
Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

PENUTUP
Kesimpulan

Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

DAFTAR PUSTAKA
Arya Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Andi.
Yogyakarta.
Effendi, Jauhari. 2013. Permukiman Kumuh Perkotaan; Karakteristik, Perubahan Bentuk, dan
Pola Penanganannya. Pohon Cahaya. Yogyakarta.
Hamzah, Syukri. 2013. Pendidikan Lingkungan; Sekelumit Wawasan Pengantar. PT Refika
Aditama. Bandung.
Iskandar, Zulrizka. 2012. Psikologi Lingkungan; Teori dan Konsep. PT Refika Aditama.
Bandung.
Mulyanto, HR. 2007. Ilmu Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Kelompok 1 | Lap. Observasi Lapangan di Pasar Kampung Nelayan Oesapa

Anda mungkin juga menyukai