DISUSUN OLEH :
Ajeng shellyana Ana Uswatun Hasanah Anisa Astri Evaliana Barce Risky Ristia Bella Aprillia Danela Amelia Debri Nurinti Devia Nur Rahmasari Dewi Sartika Dian Ika pramayanti Diyas Mega Yudhanti Dwi Norma Yunitasari
Peran Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui dan mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktik kebidanan. Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat, sebagai
anggota masyarakat, advocatoar motivator, educator dan motivator,fasilitator, tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus di lihat sebagai main idea untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan sebuah pelayanan kesehatan. Tuntutan professional diseimbangkan dengan kesejahteraan bidan daerah terpencil. Pemerintah telah mencanangkan mengangkat bidan sebagai PNS. Suatu langkah aktif dalam rangka menyongsong peningkatan pelayanan di daerah terpencil. Peran bidan mengacu pada keputusan Menkes RI no. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil, melahirkan dan senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahami dan siap menyusui anaknya.
Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya, fasilitator harus mulai mengurangi campur tangan secara perlahan.
Sebagai tenaga ahli, fasilitator sudah pasti dituntut untuk selalu terampil melakukan: a. Persoalan yang diungkapkan masyarakat saat problem solving tidak secara otomatis harus dijawab oleh fasilitator tetapi bagaimana fasilitator mendistribusikan dan mengembalikan persoalan dan pertanyaan tersebut kepada semua pihak (peserta atau masyarakat ). b. Upayakan bahwa pendapat masyarakatlah yang mengambil alih keputusan. c. Hal yang penting juga untuk diperhatikan pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator harus dapat mengenali tugasnya secara baik sebagai peran fasilitator. d. Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, menkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.
B.
Target Advokasi :
a. b. c. Pembuat keputusan, pembuat kebijakan Pemuka pendapat, pimpinan agama LSM , Media dan lain - lain
Bentuk Kegiatan :
a. Lobi politik. b. Seminar atau Presentasi. c. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan diwilayahnya lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik serta rencana program pemecahannya. d. Media ( lisan, artikel, berita, diskusi)
Persyaratan Advokasi :
a. Credible, artinya program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan. b. Feasible, artinya program tersebut harus baik secara teknis, politik, maupun ekonomi. c. Relevant, artinya program tersebut harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. d. Urgent, artinya program tersebut memiliki tingkat urgensi yang tinggi. e. High priority, artinya program tersebut memiliki prioritas yang tinggi.
C.
Bidan ingin memotivasi dukun, kader kesehatan, masyarakat untuk bersama sama meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama KIA / KB.
Daftar Pustaka