Anda di halaman 1dari 6

Dosen :

Devi Azriani , SST, M.Keb

DISUSUN OLEH :

Ajeng shellyana Ana Uswatun Hasanah Anisa Astri Evaliana Barce Risky Ristia Bella Aprillia Danela Amelia Debri Nurinti Devia Nur Rahmasari Dewi Sartika Dian Ika pramayanti Diyas Mega Yudhanti Dwi Norma Yunitasari

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA 1 JURUSAN KEBIDANAN 2011/2012

Peran Bidan

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui dan mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktik kebidanan. Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat, sebagai

anggota masyarakat, advocatoar motivator, educator dan motivator,fasilitator, tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus di lihat sebagai main idea untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan sebuah pelayanan kesehatan. Tuntutan professional diseimbangkan dengan kesejahteraan bidan daerah terpencil. Pemerintah telah mencanangkan mengangkat bidan sebagai PNS. Suatu langkah aktif dalam rangka menyongsong peningkatan pelayanan di daerah terpencil. Peran bidan mengacu pada keputusan Menkes RI no. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil, melahirkan dan senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI secara berkesinambungan sehingga ibu hamil memahami dan siap menyusui anaknya.

A. Bidan Sebagai Fasilitator


Peran bidan sebagai fasilitator adalah bidan memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan. Nilai - nilai universal dalam fasilitasi : 1. 2. 3. 4. 5. Demokrasi Tanggung Jawab Kerjasama Kejujuran Kesamaan Derajat

Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya, fasilitator harus mulai mengurangi campur tangan secara perlahan.

Sebagai tenaga ahli, fasilitator sudah pasti dituntut untuk selalu terampil melakukan: a. Persoalan yang diungkapkan masyarakat saat problem solving tidak secara otomatis harus dijawab oleh fasilitator tetapi bagaimana fasilitator mendistribusikan dan mengembalikan persoalan dan pertanyaan tersebut kepada semua pihak (peserta atau masyarakat ). b. Upayakan bahwa pendapat masyarakatlah yang mengambil alih keputusan. c. Hal yang penting juga untuk diperhatikan pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator harus dapat mengenali tugasnya secara baik sebagai peran fasilitator. d. Pendamping mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, menkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.

Peran Fasilitator Dusun (Bidan atau Kader)


Fasilitator selaku ketua dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga memiliki peran sebagai berikut: a. Melakukan penggalangan solidaritas masyarakat untuk berperan dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga. b. Mendorong anggota masyarakat untuk mampu mengungkapkan pendapatnya dan berdialog dengan sesama anggota masyarakat, tokoh/ pemuka masyarakat, petugas kesehatan, serta unsur masyarakat lain yang terlibat dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga. c. Melakukan koordinasi pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga.

B.

Bidan Sebagai Advokator


Advokasi merupakan proses menciptakan dukungan, membangun konsensus, membantu perkembangan suatu iklim yang menyenangkan dan suatu lingkungan yang suportif terhadap suatu sebab atau issu tertentu melalui serangkaian tindakan yang direncanakan dengan baik

Target Advokasi :
a. b. c. Pembuat keputusan, pembuat kebijakan Pemuka pendapat, pimpinan agama LSM , Media dan lain - lain

Kegiatan bidan sebagai advocator :


a. Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai program dan sector yang terkait dengan kesehatan b. Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau mempercayai bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung melalui kebijakan atau keputusan politik. c. Kebijakan itu dalam bentuk peraturan, Undang-Undang, instruksi yang menguntungkan kesehatan publik.sasarannya yaitu pejabat legislatif dan eksekutif .

Bentuk Kegiatan :
a. Lobi politik. b. Seminar atau Presentasi. c. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan diwilayahnya lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik serta rencana program pemecahannya. d. Media ( lisan, artikel, berita, diskusi)

Persyaratan Advokasi :
a. Credible, artinya program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan. b. Feasible, artinya program tersebut harus baik secara teknis, politik, maupun ekonomi. c. Relevant, artinya program tersebut harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. d. Urgent, artinya program tersebut memiliki tingkat urgensi yang tinggi. e. High priority, artinya program tersebut memiliki prioritas yang tinggi.

C.

Bidan Sebagai Motivator


Memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi (dukun, kader kesehatan,masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan.

Bidan ingin memotivasi dukun, kader kesehatan, masyarakat untuk bersama sama meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama KIA / KB.

Daftar Pustaka

http://aznhyieta.blogspot.com/2011/03/peran-bidan-dalam-promosi-kesehatan.html http://kuliahbidan.blogspot.com/ http://lianchingublog.blogspot.com/2011/12/peran-bidan-sebagai-fasilitator.html http://www.akubidan.com/?p=news&aksi=lihat&id=51

Anda mungkin juga menyukai