2009
KATA PENGANTAR
Maksud dan tujuan penerbitan pedoman teknis ini dalam rangka memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas lingkup Pertanian (Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, maupun Peternakan) baik Propinsi, Kabupaten/Kota maupun petugas lapangan untuk melaksanakan kegiatan Reklamasi Lahan yang dananya bersumber baik dari dana APBN maupun APBD TA. 2009.
Para
petugas
terkait
diharapkan
dapat
mempelajari
dan
mencermati pedoman ini dengan seksama. Disamping itu dengan memahami Pedoman Teknis ini diharapkan tidak akan terjadi keragu-raguan dalam implementasi kegiatan di lapangan serta kendala/hambatan yang ada akan dapat diatasi yang pada akhirnya kinerja yang diperoleh dapat tercapai secara optimal.
Muatan Pedoman Teknis ini bersifat umum karena berlaku secara nasional, oleh karenanya diharapkan pihak Dinas lingkup Pertanian Propinsi dapat menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota dapat menerbitkan Petunjuk Teknis yang akan menjabarkan secara lebih rinci Pedoman Teknis ini sesuai dengan kondisi spesifik daerah masing-masing.
Untuk meningkatkan pemahaman petugas terhadap Pedoman Teknis ini, sangat diharapkan dalam berbagai kesempatan yang
ada (misalnya acara Sosialisasi, Rapat koordinasi, Rapat Teknis, Supervisi, dsbnya), pedoman teknis ini dapat didiskusikan bersama secara intensif. Dengan demikian diharapkan semua pihak terkait baik Pusat dan Daerah dapat memiliki kesamaan pandang, gerak dan langkah dalam melaksanakan kegiatan ini.
Akhirnya, sangat diharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya dalam bingkai waktu yang telah ditentukan, agar hasil pembangunan melalui kegiatan ini benar-benar dapat dinikmati manfaatnya bagi sebesarbesar kesejahteraan petani di Indonesia.
Jakarta,
Januari 2009
Direktur,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... vi
I.
PENDAHULUAN...................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................ 1 1.2. Tujuan.............................................................. 3 1.3. Sasaran .......................................................... 4 1.4. Pengertian ....................................................... 5
II.
III.
SPESIFIKASI TEKNIS............................................. 12
IV.
PELAKSANAAN KEGIATAN .................................. 24 4.1. Cara Pelaksanaan .......................................... 24 4.2. Jadual Kegiatan............................................... 24 4.3. Tahapan Pelaksanaan..................................... 26 4.4. Pendanaan ...................................................... 32
iii
V.
PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN .......................................................... 34 5.1. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Lingkup Pertanian Propinsi .......................................... 34 5.2. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten/Kota ............................. 35 5.3. Jenis dan Format Laporan............................... 36 5.4. Alur Pelaporan dan Waktu Pengiriman ........... 37
VI.
INDIKATOR KINERJA ............................................ 39 6.1. Keluaran (outputs) ........................................... 39 6.2. Hasil (outcomes) ............................................. 39 6.3. Manfaat (benefits) ........................................... 40 6.4. Dampak (impacts) .......................................... 40
VII.
PENUTUP ................................................................ 42
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Lahan sawah berkadar bahan organik rendah ................................................. 15 Gambar 2 : Lahan kering yang diusahakan untuk budidaya Aloe Vera ................................ 18 Gambar 3 : Reklamasi lahan rawa untuk usaha tani nenas......................................................... 21 Gambar 4 : Lahan pertanian bekas penambangan ............. 23 Gambar 5 : Top soil pada lahan sawah digunakan untuk industri batu bata .................. 23
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Rincian Alokasi Kegiatan Reklamasi Lahan............................................................ 43 Lampiran 2 : Jadual Kegiatan Reklamasi Lahan .............. 47 Lampiran 3 : Contoh Format RUKK Reklamasi di Lahan Sawah............................................ 48 Lampiran 4 : Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan ....... 49 Lampiran 5 : Contoh Outline Laporan Akhir Kegiatan Reklamasi Lahan ......................................... 53 Lampiran 6 : Skoring / Pembobotan Kegiatan Reklamasi Lahan.......................................... 54
vi
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Sebagian besar lahan pertanian intensif (terutama lahan sawah) di Indonesia telah mengalami degradasi kualitas kesuburannya. Degradasi kualitas kesuburan lahan adalah suatu proses kemunduran produktivitas lahan menjadi lebih rendah, baik sementara maupun tetap, sehingga pada akhirnya lahan tersebut dapat menuju ke tingkat kekritisan tertentu (Sitorus, S; 2008). Degradasi lahan berdasarkan proses terjadinya dapat
dikelompokkan menjadi : (1) degradasi non erosif, yaitu merupakan kerusakan tanah in situ yang dapat merupakan proses degradasi kimia tanah atau fisika tanah (2) degradasi erosif, yaitu berhubungan dengan pemindahan bahan atau material tanah, seperti erosi oleh kekuatan air dan angin. Degradasi lahan pertanian meliputi 3 (tiga) aspek, yaitu aspek fisik. kimia dan biologi. Degradasi secara fisik terdiri dari pemadatan, pengerakan, ketidak seimbangan air, terhalangnya aerasi, aliran permukaan, dan erosi. Degradasi kimiawi terdiri dari asidifikasi, pengurasan unsur hara, pencucian,
ketidakseimbangan unsur hara dan keracunan, salinisasi, dan alkalinisasi. Sedangkan degradasi biologis meliputi penurunan
karbon organik tanah, penurunan keanekaragaman hayati tanah, dan penurunan karbon biomas. Degradasi yang terjadi pada lahan sawah adalah sebagai akibat dari pengolahan lahan yang tidak benar selama bertahun-tahun, yaitu perilaku petani yang hanya cenderung menggunakan input kimiawi (pupuk dan obat-obatan) secara berlebihan tanpa memperhatikan pemberian input bahan organik. Lahan sawah miskin bahan organik tersebut, perlu diupayakan peningkatan kesuburannya melalui pemberian input bahan organik/kompos. Di sisi lain, banyak lahan sawah yang digunakan sebagai tempat pembuatan bahan bangunan, yaitu genteng dan batu bata yang menggunakan bahan baku berupa lapisan tanah atas (top soil). Akibatnya permukaan lahan sawah menjadi cekungan-cekungan yang tidak subur dan sangat rendah produktivitasnya. Lahan eks industri tersebut dapat diupayakan kembali menjadi lahan subur dengan menggunakan teknologi reklamasi. Reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan, perbaikan dan peningkatan kualitas kesuburan lahan pertanian melalui
penerapan teknologi dan pemberdayaan masyarakat tani. Kegiatan reklamasi lahan meliputi beberapa kegiatan antara lain adalah reklamasi lahan sawah berkadar bahan organik rendah, reklamasi lahan kering berkadar bahan organik rendah, reklamasi lahan rawa, dan reklamasi lahan pertanian pasca tambang dan industri.
Dalam rangka meningkatkan kesuburan lahan-lahan pertanian yang telah terdegradasi kesuburannya, maka pada TA. 2009 Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen. PLA, Departemen
Pertanian mengalokasikan dana Tugas Pembantuan untuk mereklamasi lahan pertanian seluas 1.415 ha pada 28 propinsi, 69 kabupaten. Kegiatan reklamasi lahan ini dilaksanakan pada tipologi lahan sawah, lahan kering, lahan rawa dan lahan pasca tambang dan industri. 1.2. Tujuan Tujuan pedoman teknis reklamasi lahan adalah untuk
memberikan acuan dan masukan kepada Dinas Lingkup Pertanian di Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan reklamasi lahan yang sesuai dengan keadaan wilayah, sosial dan ekonomi masyarakat setempat dan ketersediaan dana sehingga dapat memberikan manfaat bagi para petani di lokasi tersebut. Tujuan kegiatan reklamasi lahan dimaksudkan untuk
memperbaiki ekosistem lahan melalui perbaikan kesuburan tanah dan penyediaan perluasan sarana areal produksi tanam dalam rangka
peningkatan
dan
peningkatan
produktivitas dan kualitas lahan. 1.3. Sasaran Sasaran kegiatan reklamasi lahan adalah lahan-lahan pertanian yang mengalami degradasi kesuburan tanahnya pada sub
sektor
tanaman
pangan,
hortikultura,
perkebunan
dan
peternakan seluas 1.415 ha yang dialokasikan di 28 propinsi, 69 kabupaten. Rincian alokasi kegiatan pada Lampiran 1. Sasaran tipologi lahan berdasarkan dukungan sub sektor adalah sebagai berikut : 1. Reklamasi lahan untuk mendukung sub sektor tanaman pangan dapat dilaksanakan pada lahan sawah berbahan organik rendah, lahan kering berbahan organik rendah, lahan rawa dan lahan pasca tambang dan industri. 2. Reklamasi hortikultura, lahan untuk mendukung dan sub sektor dapat
perkebunan
peternakan
dilaksanakan pada lahan kering dan lahan rawa dan lahan pasca tambang dan industri. 1.4. Pengertian Beberapa pengertian umum yang terkait dengan kegiatan reklamasi lahan, antara lain : 1. Reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan, perbaikan dan peningkatan kesuburan lahan pertanian kurang produktif baik yang rusak secara alami maupun pengaruh manusia melalui penerapan pemberdayaan masyarakat. 2. Ameliorasi lahan adalah suatu upaya pemberian masukan tertentu (misalnya kapur, zeolite, kompos) ke teknologi dan
dalam tanah yang lebih difokuskan untuk perbaikan fisika, kimiawi dan biologi tanah. 3. Sarana produksi adalah segala masukan yang
diberikan dalam usaha tani untuk menunjang kegiatan reklamasi lahan. 4. Reklamasi lahan sawah berkadar bahan organik rendah adalah reklamasi lahan yang dilaksanakan pada sawah beririgasi teknis, semi teknis dan sederhana maupun tadah hujan yang organik kurang dari 2 %. 5. Reklamasi lahan kering berkadar bahan organik rendah adalah reklamasi yang dilaksanakan pada lahan kering untuk usaha pertanian yang mempunyai kadar bahan organik kurang dari 2 %. 6. Reklamasi lahan rawa adalah suatu upaya mempunyai kadar bahan
pemanfaatan lahan rawa yang telah diusahakan untuk usaha pertanian melalui perbaikan prasarana dan sarana produksi di kawasan tersebut sehingga meningkatkan luas areal tanam dan produktivitas lahan. 7. Reklamasi lahan pasca tambang adalah suatu upaya pemanfaatan lahan bekas tambang milik petani melalui perbaikan lahan dan masukan teknologi serta revegetasi. 8. Reklamasi lahan pasca industri adalah suatu upaya pemanfaatan kembali lahan pertanian baik lahan sawah Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 5
diusahakan untuk
II.
2.1.
Reklamasi Lahan Sawah Berbahan Organik Rendah 2.1.1. Penyiapan Dan Perbaikan Kualitas Lahan Kegiatan yang termasuk dalam penyiapan dan
perbaikan kualitas lahan antara lain : 1. Pengolahan tanah, yaitu menyiapkan lahan untuk persiapan penanaman berikutnya, terdiri dari
membajak dan menggaru serta mencangkul dan meratakan hamparan lahan sawah. 2. Pembuatan/perbaikan pematang sawah / galengan. 3. Pemberian kompos/pupuk kandang (pupuk
organik) / zeolit bersama saat pengolahan tanah. 2.1.2. Penyediaan Sarana produksi Kegiatan yang termasuk dalam penyediaan sarana produksi antara lain : 1. Pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl, dll). 2. Pupuk organik (kompos), pembenah tanah atau zeolit. 3. Benih tanaman padi sawah. 4. Alat pengolah pupuk organik (APPO) /chopper skala kecil Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 7
5. Alat/mesin handtractor
pengolah sejauh
tanah, dananya
dapat
berupa dan
mencukupi
diperlukan oleh kelompok tani. 2.2. Reklamasi Lahan Kering Berbahan Organik Rendah 2.2.1 Penyiapan Dan Perbaikan Kualitas Lahan Kegiatan yang termasuk dalam penyiapan dan
perbaikan kualitas lahan antara lain : 1. Pembersihan dan perataan tanah, dalam rangka pengolahan tanah. 2. Pembuatan lubang tanaman tahunan/perkebunan/ hortikultura. 3. Pembuatan/ perbaikan surjan. 4. Pemberian kompos / pupuk kandang / bahan ameliorasi lainnya untuk peningkatan kesuburan tanah. 2.2.2 Penyediaan Sarana Produksi Kegiatan yang termasuk dalam penyediaan sarana produksi antara lain : 1. Penyediaan bibit / benih tanaman atau ternak kambing / domba. 2. Pupuk anorganik. 3. Pupuk organik (kompos) dan atau pembenah tanah. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 8
2.3.
Reklamasi Lahan Rawa 2.3.1 Penyiapan Dan Perbaikan Kualitas Lahan Kegiatan yang termasuk dalam penyiapan dan perbaikan kualitas lahan antara lain : 1. pembersihan lahan, terdiri dari penebasan semak dan pengolahan tanah. 2. 3. 4. 2.3.2 pembuatan pematang sawah atau galengan. pembuatan/perbaikan surjan. pemberian amelioran (kapur pertanian, zeolit, dll).
Penyediaan Sarana Produksi Kegiatan yang termasuk dalam penyediaan sarana produksi antara lain : 1. 2. 3. Pupuk anorganik Bahan Amelioran (kapur pertanian, zeolit, dll) Bibit / benih ( tanaman pangan, atau hortikultura, atau perkebunan, atau tanaman HMT ). 4. Alat/mesin Pengolah Tanah
2.4.
Reklamasi Lahan Pasca Tambang Dan Industri 2.4.1. Penyiapan Dan Perbaikan Kualitas Lahan Kegiatan yang termasuk dalam penyiapan dan perbaikan kualitas lahan antara lain : 1. penimbunan/ pengembalian top soil atau tanah mineral 2. pembuatan galengan/pematang/sistem pot
(pembuatan lubang untuk tanaman hortikultura dan perkebunan) 3. pengolahan dan perataan tanah untuk tanaman semusim 2.4.2. Penyediaan Sarana Produksi 1. 2. Pupuk organik/kompos/pupuk kandang Bahan Amelioran (kapur pertanian, zeolit, dll ) dan tanah mineral (top soil) 3. Bibit/benih tanaman pangan, hortikultura,
10
III.
SPESIFIKASI TEKNIS
3.1.
Reklamasi Lahan Sawah Berkadar Bahan Organik Rendah 3.1.1. Norma Kegiatan perbaikan lahan sawah berkadar bahan organik rendah diarahkan pada lahan sawah yang telah mengalami penurunan kualitas kesuburan fisika, kimia dan biologi tanah, akibat intensifikasi dan penggunaan input kimiawi yang berlebihan dan telah berlangsung lama, yang diindikasikan oleh hasil visualisasi kondisi tanaman di lapangan dan
kandungan C-Organik kurang dari 2%. 3.1.2. Standar teknis 1) Lokasi merupakan lahan sawah yang terletak pada daerah produksi padi dengan pola pertanaman minimal dua kali setahun pada luas lahan minimal 10 ha. 2) Jaringan irigasi mulai dari jaringan utama sampai dengan tingkat usahatani telah dibangun dan berfungsi. 3) Lahan sawah tersebut merupakan lahan yang telah mengalami penurunan kualitas kesuburan dengan kandungan bahan organik kurang dari 2 %. Untuk
11
mendapatkan lokasi tersebut, agar berkoordinasi dengan instansi BPTP setempat. Apabila telah ada data peta lokasi bahan organik rendah, maka dapat digunakan sebagai acuan, namun jika belum ada maka perlu diambil contoh tanah untuk dilakukan uji tanah di BPTP. 4). Petani setempat masih mempunyai kebiasaan setiap panen, dibakar. 5). Petani dalam kelompok tani pelaksana kegiatan berdomisili dalam satu wilayah desa yang sama. 6) Luas pemilikan/garapan lahan sawah petani jerami dibawa keluar lahan atau
maksimal 1 ha di Jawa dan Bali, serta maksimal 2 ha di luar Jawa dan Bali. 7) Petani bersedia secara teknis untuk melaksanakan kegiatan ini. 8) Alat Pengolah Pupuk Organik/Chopper berskala kecil dengan ukuran kekuatan mesin penggerak minimal 5 HP. 3.1.3. Kriteria 1) Lahan sawah milik / garapan petani mempunyai infrastruktur memadai.
12
2).
3).
4).
Petani
bersedia
mengikuti
kegiatan
dan
melakukan pemeliharaan. 5). Terdapat penyuluh pertanian atau petugas lapangan yang membina para petani secara aktif. 6). Lahan merupakan lahan yang intensif dengan perlakuan menggunakan input kimia secara berlebihan dalam kurun waktu yang lama.
Gambar 1.
13
3.2.
Reklamasi Lahan Kering Berkadar Bahan Organik Rendah 3.2.1. Norma Kegiatan reklamasi lahan kering berkadar bahan organik rendah diarahkan pada lahan kering yang telah mengalami penurunan kualitas kesuburan tanah yang diindikasikan dengan kandungan bahan organik kurang dari 2 % pada sub sektor tanaman pangan, hortikutura, perkebunan, atau peternakan. 3.2.2. Standar Teknis 1). Lokasi merupakan lahan kering yang terletak pada kawasan tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan atau tanaman hijauan makanan ternak, dengan minimal luas hamparan 10 ha dalam satu kelompok tani. 2). Tersedia sumber air yang mencukupi untuk
pertanaman. 3). Lahan kering tersebut merupakan lahan yang telah mengalami penurunan kualitas kesuburan dengan kandungan bahan organik kurang dari 2 %. Untuk mendapatkan lokasi tersebut, agar berkoordinasi dengan instansi BPTP setempat. Apabila telah ada data peta lokasi bahan organik rendah, maka dapat digunakan sebagai acuan, namun jika belum ada
14
maka perlu diambil contoh tanah untuk dilakukan uji tanah di BPTP. 4). Lahan tersebut merupakan lahan yang diperkirakan telah mengalami penurunan kesuburannya. 5). Petani anggota kelompok tani berdomisili dalam satu wilayah desa yang sama. 6). Luas pemilikan lahan petani maksimal 1 ha di
Jawa dan Bali, serta maksimal 2 ha di luar Jawa dan Bali. 7). Petani mengusahakan sendiri lahan usahataninya. 8). Petani bersedia secara teknis untuk melaksanakan kegiatan ini. 9) Alat Pengolah Pupuk Organik/Chopper berskala kecil dengan ukuran kekuatan mesin penggerak minimal 5 HP.
3.2.3.
Kriteria 1). Lahan kering yang dimiliki oleh petani, dan infrastruktur memadai. 2). Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam sengketa. 3). Pada lokasi tersebut petani merupakan anggota kelompok tani binaan.
15
4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan melakukan pemeliharaan. 5). Terdapat petugas lapangan yang membina para petani secara berkelanjutan di lokasi tersebut. 6). Petani bersedia secara swadaya melanjutkan kegiatan tersebut pada musim tanam berikutnya.
3.3.
Reklamasi Lahan Rawa 3.3.1 Norma Kegiatan reklamasi lahan rawa diarahkan pada lahan rawa pasang surut / lebak / gambut pada sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, atau
peternakan, yang mempunyai tingkat kemasaman yang tinggi atau tanah dengan salinitas yang tinggi. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 16
3.3.2
Standar Teknis 1) Lahan berupa rawa pasang surut atau lebak yang terletak dalam satu hamparan minimal 10 ha. 2) Jaringan irigasi dan drainase mulai dari jaringan utama sampai dengan tingkat usahatani telah dibangun dan berfungsi. 3) Kawasan tersebut masih memerlukan reklamasi dalam rangka pertambahan luas areal tanam dan peningkatan produktivitas lahan. 4) 5) Petani mengusahakan sendiri lahan usahataninya. Petani bersedia secara teknis untuk melaksanakan kegiatan ini 6) Alat Pengolah Pupuk Organik/Chopper berskala kecil dengan ukuran kekuatan mesin penggerak minimal 5 HP.
3.3.3
Kriteria 1) Lokasi merupakan kawasan lahan pertanian yang dimiliki oleh petani, dimana infrastruktur pertanian termasuk jaringan irigasi dan drainasi sampai tingkat tersier sudah berfungsi. 2) Status pemilikan tanah jelas dan tidak dalam sengketa.
17
3)
Pada lokasi tersebut terdapat petani dan yang telah berusahatani secara kelompok.
4)
5)
6)
Lahan merupakan lahan dengan daya dukung rendah, yang diindikasikan dengan tingginya
Gambar 3.
18
3.4.
Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Dan Industri 3.4.1. Norma Kegiatan reklamasi lahan pasca tambang dan industri diarahkan pada lahan pertanian pasca penambangan dan industri yang telah kehilangan lapisan olah tanah (top soil). Lahan pertanian tersebut pernah diusahakan oleh petani baik pada sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, maupun peternakan. 3.4.2. Standar Teknis 1). Lahan pertanian pasca penambangan dan
industri yang akan direklamasi merupakan milik petani dalam hamparan minimal 5 ha dan telah mengalami kehilangan top soil. 2). Kawasan tersebut merupakan lahan pertanian pasca penambangan dan industri tetapi masih memerlukan reklamasi dalam rangka
memanfaatkan kembali menjadi lahan pertanian. 3). Luas pemilikan lahan per petani maksimal 1 ha di Jawa dan Bali, serta maksimal 2 ha di luar Jawa dan Bali.. 4). Petani mengusahakan sendiri lahan
usahataninya.
19
5).
Petani
bersedia
secara
teknis
untuk
melaksanakan kegiatan ini. 3.4.3. Kriteria 1). Lokasi merupakan kawasan pertanian dengan infrastruktur sudah memadai. 2). 3). Status pemilikan tanah jelas dan tidak sengketa. Lahan merupakan milik petani yang pernah diusahakan dan petani telah tergabung dalam kelompok tani. 4). Petani bersedia mengikuti kegiatan dan
melakukan pemeliharaan. 5). Secara teknis, lahan tersebut masih dapat diusahakan untuk tanaman pertanian. 6). Terdapat petugas lapangan yang membina para petani secara aktif.
Gambar 5 : Top Soil pada lahan sawah digunakan untuk industri batu bata
20
IV.
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. Cara Pelaksanaan Mekanisme pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan dilakukan dengan sebesar-besarnya melibatkan partisipasi anggota kelompok tani, dan pengadaan / pembelian chopper dan peralatan lainnya, dilakukan secara langsung / swakelola oleh kelompok tani (MAK Belanja Lembaga Sosial Lainnya). Seluruh rencana pelaksanaan kegiatan agar dituangkan di
dalam RUKK (Rencana Usulan Kegiatan Kelompok). 4.2. Jadual Kegiatan Jadual kegiatan disusun dengan mempertimbangkan urutan kegiatan, ketersediaan sumberdaya, jadual tanam, iklim dan lain-lain sebagaimana pada Lampiran 2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain : a. Pembuatan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) oleh Propinsi pada Bulan Januari minggu I dan II. Pembuatan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Kabupaten pada Bulan Januari
minggu III dan IV b. Koordinasi dengan instansi terkait pada Bulan Februari minggu I
21
c.
Sosialisasi kegiatan oleh Dinas Kabupaten kepada petani pada Bulan Februari minggu II
d. e. f.
Inventarisasi CPCL pada Bulan Februari minggu III Penetapan lokasi pada Bulan Februari minggu IV Pembuatan desain sederhana pada Bulan Februari minggu IV sampai Bulan Maret minggu I
g. h.
Musyawarah kelompok tani pada Bulan Maret minggu I Pembuatan rekening kelompok pada Bulan Maret minggu I dan II
i. j.
Penyusunan RUKK pada Bulan Maret minggu II Pentransferan dana ke rekening kelompok tani pada Bulan Maret minggu II dan III
k.
Pelaksanaan konstruksi yang meliputi kegiatan : Penyediaan chopper pada Bulan Maret minggu III dan IV Pelaksanaan fisik pada Bulan Maret minggu IV sampai April minggu III Penyediaan sarana produksi pada Bulan April minggu I sampai minggu III Penanaman pada Bulan April minggu IV
l.
22
m.
Evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh : Kabupaten dilaksanakan pada Bulan Maret minggu III dan IV, Juni minggu IV sampai Juli minggu I, September minggu IV sampai Oktober minggu I Propinsi dilaksanakan pada Bulan Maret minggu I dan II, Juni minggu II dan III, dan September minggu II dan III Pusat dilaksanakan pada Bulan Maret minggu II dan III, Juni minggu III dan IV, dan September minggu III dan IV
n.
Pelaporan dilaksanakan tiap bulan pada minggu I sejak bulan Februari sampai dengan Bulan Desember.
4.3. Tahapan Pelaksanaan 4.3.1. Penerbitan Juklak dan Juknis Pedoman teknis ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Juklak oleh Dinas Pertanian Propinsi dan Juknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, disesuaikan dengan kondisi di lapangan. 4.3.2. Koordinasi Koordinasi dapat dilaksanakan internal lingkup Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan antar pihak terkait baik vertikal maupun horisontal, aparat daerah dan
23
masyarakat luas untuk memperoleh dukungan dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan. 4.3.3. Inventarisasi calon lokasi dan calon petani (CLCP) Inventarisasi calon lokasi dan calon petani dilakukan secara terinci untuk menunjang keberhasilan kegiatan, sesuai dengan kriteria dan standar teknisnya. Inventarisasi CLCP dilakukan oleh tim teknis dan petugas lapangan bersama aparat desa setempat, hasilnya dilaporkan kepada Bupati / Kepala Dinas untuk ditetapkan sebagai lokasi kegiatan. 4.3.4. Penetapan Calon Lokasi dan Calon Petani Berdasarkan hasil inventarisasi calon lokasi dan calon petani tersebut, Bupati/Kepala Dinas Pertanian
kabupaten menetapkan calon lokasi dan calon petani definitif melalui surat keputusan, sehingga dokumen ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan fisik termasuk pengadaan sarana produksi sesuai dengan RUKKnya. 4.3.5. Musyawarah Kelompok Tani Pada lokasi dan petani yang telah ditetapkan dalam kegiatan, perlu dilakukan pertemuan dengan kelompok tani untuk mendapatkan masukan dan saran agar seluruh kegiatan dapat dipahami dan direncanakan dengan benar. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 24
Hasil dari pada musyawarah kelompok tani ini dituangkan di dalam RUKK. 4.3.6. Desain Sederhana (DS) Desain sederhana diperlukan sebagai acuan dan dasar bagi petani untuk melaksanakan kegiatan fisik sesuai dengan keadaan lapangan. Desain sederhana meliputi informasi sederhana yang diperoleh dari lahan calon lokasi kegiatan, yang disajikan meliputi : a. Peta situasi lahan calon lokasi kegiatan. b. Peta batas petakan lahan kelompok tani beserta daftar nama petani yang menjadi lokasi kegiatan. c. Rencana anggaran biaya yang diperlukan. 4.3.7. Penyusunan RUKK RUKK atau semacam TOR/proposal sederhana tetapi lengkap, disusun berdasarkan musyawarah kelompok tani, dimana seluruh komponen kegiatan, jadual pelaksanaan, maupun perincian biayanya
direncanakan melalui musyawarah dan disepakati bersama. Format RUKK mengacu kepada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial yang diterbitkan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan
25
Lahan Dan Air. Contoh format RUKK sebagaimana pada Lampiran 3. 4.3.8. Pengadaan / Pembelian Chopper Chopper yang diperlukan dalam kegiatan reklamasi pada lahan sawah atau lahan kering sebanyak 1 (satu) unit untuk setiap kelompok tani dengan luas hamparan (lahan sawah atau lahan kering) minimal 10 ha. Chopper dipilih yang memiliki mesin penggerak yang kuat dan awet, pisau pencacah yang tajam dan tahan lama, sesuai dengan standar teknis. 4.3.9. Penyediaan Sarana Produksi Sarana produksi berupa pupuk anorganik yang akan disediakan sesuai dengan rekomendasi anjuran di lokasi tersebut. Penyediaan kompos diupayakan dari daerah setempat. Pengadaan chopper dan peralatan lainnya sesuai dengan standar teknis. Penyediaan sarana produksi dapat dilaksanakan langsung oleh kelompok tani sesuai dengan RUKK. 4.3.10. Pelaksanaan Fisik Kegiatan Pelaksanaan fisik kegiatan di lapangan harus teknik
reklamasi, peralatan yang digunakan dan waktu pelaksanaan. a. Penyiapan Lahan Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 26
Kegiatan penyiapan lahan dilaksanakan pada areal yang telah ditetapkan sebagai lokasi kegiatan reklamasi. Pekerjaan dalam penyiapan lahan
antara lain pembersihan lahan, penyediaan media penutup tanah, dll sesuai dengan keperluannya. b. Konstruksi Fisik Beberapa bentuk komponen kegiatan fisik
reklamasi lahan antara lain : Pengolahan tanah Pemberian kompos / pupuk organik Pembuatan lubang tanam (untuk subsektor perkebunan dan hortikultura) Pemberian lapisan olah tanah / top soil (untuk lahan pasca tambang dan industri) c. Penanaman Penanaman sesuai dengan komoditasnya,
dilakukan setelah pekerjaan penyiapan lahan dan konstruksi fisik selesai. Pelaksanaan fisik kegiatan reklamasi lahan dinyatakan selesai apabila memperoleh persetujuan Tim Teknis berdasarkan desain sederhana yang dibuat. Apabila masih dipandang perlu, maka kelompok tani harus memperbaiki pekerjaannya hingga sesuai dengan desain sederhana. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 27
4.3.11. Pemeliharaan Petani berkewajiban memelihara seluruh infrastruktur di lokasi tersebut, dan selama pertanaman harus memelihara tanaman untuk memberikan hasil yang terbaik sesuai dengan teknis budidaya.
4.4.
Pendanaan Biaya pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan dialokasikan melalui Dana Tugas Pembantuan di Kabupaten/Kota per ha sebesar Rp. 4.500.000,-/ha (MAK Lembaga Bantuan Sosial Lainnya) terdiri dari : a. Penyediaan sarana produksi / saprotan sesuai
kebutuhan lapangan (antara lain benih / bibit, pupuk, pestisida, kompos, chopper, alat / mesin pengolah tanah) b. Biaya perbaikan reklamasi lahan melalui pembayaran upah / insentif tenaga kerja untuk pekerjaan fisik Dana APBD Kabupaten/ Kota dapat digunakan antara lain untuk membiayai kegiatan pertemuan koordinasi, CLCP, desain sederhana, sosialisasi, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan serta biaya analisa contoh tanah. Kontribusi petani penerima manfaat diwujudkan dengan
tanggung jawab petani terhadap pemeliharaan kegiatan fisik, tanaman, dan keberlanjutan kegiatan usahatani.
28
V.
Dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi lahan akan dilakukan kegiatan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan oleh petugas di tingkat Propinsi dan Kabupaten / Kota sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. 5.1. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Lingkup Pertanian
Propinsi Dinas Lingkup Pertanian Propinsi melaksanakan kegiatan sebagai berikut : 5.1.1. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan sebagai penjabaran dari Pedoman Teknis yang disesuaikan dengan kondisi di daerah. 5.1.2. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat Propinsi. 5.1.3. Melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi. 5.1.4. Menyusun laporan rekapitulasi pelaksanaan kegiatan yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian
Kabupaten/Kota, selanjutnya disampaikan ke Direktorat Pengelolaan Lahan Ditjen PLA. 5.2. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Lingkup Pertanian
Kabupaten / Kota
29
Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten / Kota melaksanakan kegiatan sebagai berikut : 5.2.1. Melakukan koordinasi vertikal dan horisontal dengan instansi terkait. 5.2.2. Menyusun Petunjuk Teknis sebagai penjabaran lebih rinci dari Petunjuk Pelaksanaan yang disusun oleh Propinsi disesuaikan dengan kondisi di daerah. 5.2.3. Inventarisasi calon lokasi dan calon petani 5.2.4. Melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada para petugas di lapangan dan kelompok tani pelaksana kegiatan. 5.2.5. Membuat desain sederhana 5.2.6. Mengusahakan alokasi dana APBD Kabupaten / Kota sebagai sinergitas kegiatan. 5.2.7. Menyusun laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan bulanan, Pusat disampaikan ke Propinsi dan tembusan ke (Direktorat Pengelolaan Lahan, Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air). 5.3. Jenis dan Format Laporan Adapun jenis dan format laporan adalah sebagai berikut: Laporan Bulanan Laporan Bulanan disusun oleh Dinas Lingkup Pertanian
Kabupaten / Kota sebagaimana format laporan bulanan Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 30
yang mengacu pada Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan Sosial yang dikeluarkan oleh Sekrtaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan Dan Air sebagaimana pada Lampiran 4 (Form PLA 01,02,03,04). Sedangkan Dinas Lingkup Pertanian Propinsi menyusun rekapnya. Laporan Akhir Laporan Akhir disusun oleh Dinas Lingkup Pertanian
Kabupaten / Kota dan Dinas Lingkup Pertanian Propinsi menyusun rekapnya juga dalam bentuk Laporan Akhir Propinsi. Format laporan akhir mengikuti outline pada Materi laporan akhir agar dilengkapi dengan : Dokumentasi foto-foto kegiatan, minimal meliputi Lampiran 5.
kondisi / keadaan sebelum dilaksanakan kegiatan (0%), pelaksanaan kegiatan (50%) dan akhir kegiatan (100%). Pembobotan / skoring perkembangan kegiatan
sebagaimana pada Lampiran 6. 5.4. Alur Pelaporan dan Waktu Pengiriman Alur pelaporan dan waktu pengiriman disusun sebagai berikut : 5.4.1. Laporan Bulanan a. Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten/Kota dikirim ke Propinsi dan Pedoman Teknis Reklamasi Lahan 31
tembusan bulannya.
ke
Pusat
pada
tanggal
setiap
b. Laporan bulanan yang dibuat oleh Dinas Lingkup Pertanian Propinsi merupakan rekapitulasi laporan bulanan dari Dinas Lingkup Pertanian Kabupaten /Kota, selanjutnya dikirim ke Pusat pada tanggal 10 setiap bulannya. 5.4.2. Laporan Akhir a. Laporan Dinas Lingkup Pertanian Akhir
Kabupaten/Kota dikirimkan ke Propinsi dengan tembusan ke Pusat. b. Laporan akhir Dinas Lingkup Pertanian Propinsi merupakan rekapitulasi laporan akhir Dinas
Lingkup Pertanian Kabupaten/Kota, selanjutnya dikirim ke Pusat dengan alamat : Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen PLA, Kantor Pusat Departemen Pertanian Gedung D lantai 9 Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan.
32
VI.
INDIKATOR KINERJA
4.1
Keluaran (Outputs) Keluaran yang diharapkan dari kegiatan reklamasi ini adalah : a. Tereklamasinya lahan seluas 1.415 ha (terdiri dari Tanaman Pangan 935 ha, Hortikultura 120 ha,
Perkebunan 240 ha, dan Peternakan 120 ha) di 28 propinsi, 69 kabupaten/kota sesuai dengan pedoman teknis, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan dokumen yang disepakati dengan pihak-pihak terkait. b. Terserapnya tenaga kerja sebanyak 11.320 HOK di
daerah pelaksanaan kegiatan. 4.2 Hasil (Outcomes) Hasil yang diharapkan dari kegiatan reklamasi lahan adalah: a. Terlaksananya penerapan pemupukan berimbang
dengan aplikasi bahan organik seluas 1.415 ha. b. Asumsi peningkatan produksi sebesar 0,3 ton/ha GKP pada tanaman padi di lahan reklamasi sawah 935 ha, maka diperoleh pertambahan produksi padi sebesar 424,5 ton GKP. c. Di subsektor perkebunan dengan luas sekitar 240 ha hasil yang diperoleh belum diketahui, masih terbatas
33
kepada upaya perbaikan kesuburan tanah dan hasilnya jangka panjang. d. Perbaikan lahan seluas 120 ha di subsektor peternakan diharapkan dapat menambah produksi HMT yang belum dapat dihitung. e. Perbaikan lahan seluas 120 ha di subsektor hortikultura diharapkan dapat menambah produksi hortikultura yang belum dapat dihitung. 4.3 Manfaat (Benefits) Manfaat yang diperoleh dari kegiatan reklamasi lahan ini adalah meningkatnya pendapatan petani dari upah tenaga kerja perbaikan lahan dan peningkatan pendapatan dari usahataninya dengan adanya peningkatan produksi. 4.4 Dampak (Impacts) Petani dengan swadaya sendiri akan melakukan kegiatan reklamasi pada tahun berikutnya. Petani disekitarnya merasa tertarik setelah mengetahui
manfaatnya untuk selanjutnya melakukan sendiri kegiatan reklamasi di lahan usahataninya. Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan dana APBD untuk kegiatan reklamasi lahan pada lokasi yang lain dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas lahan pertanian
34
VI.
PENUTUP
Mengingat pentingnya upaya reklamasi dan perbaikan kesuburan lahan pertanian pada lahan - lahan yang mengalami degradasi atau penurunan kualitas dan demi kelestarian lingkungan hidup di kawasan pertanian, maka perlu terus ditingkatkan penanganan lahan - lahan yang menurun kualitasnya dengan berbagai masukan teknologi, sehingga dapat menambah luas areal tanam dan meningkatkan produktivitas serta pendapatan petani.
35
II 5 6 7 8 9 10
SUMUT Tanah Karo Tapanuli Tengah Simalungun Tapanuli Utara Humbang Hasundutan Kota Pematang Siantar RIAU Kampar KEP. RIAU Bintan JAMBI Tanjab Barat
III 11 IV 12 V 13
BUN
TP
14 VI 15 16 VII
TP TP
36
17 18 VIII 19 IX 20 21
Rejang Lebong Lebong BANGKA BELITUNG Bangka Tengah LAMPUNG Lampung Timur Lampung Tengah BANTEN Tangerang JABAR Bandung Majalengka JATENG Rembang Blora Banyumas Kebumen Klaten Sragen DIY Bantul JATIM Mojokerto Jombang Bayuwangi Probolinggo Kediri Nganjuk Madiun Magetan
TP TP
20 20 20
HORTI
20 40 20 20
TP TP
TP
20 20 40 20 20 120 20 20 20 20 20 20 20 20 110 10 20 10 10 10 20 10 10
4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
90.000.000 90.000.000 180.000.000 90.000.000 90.000.000 540.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 495.000.000 45.000.000 90.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 90.000.000 45.000.000 45.000.000
TP TP
BUN TP TP TP TP TP
NAK
TP TP TP TP TP TP TP TP
37
Pacitan BALI Gianyar NTB Lombok Barat Lombok Tengah Bima NTT Timor Tengah Selatan Lembata KALBAR Sekadau Melawi Landak Bangkayang Pontianak KALTENG Kapuas Barito Selatan Kota Palangkarya KALSEL Banjar Kota Baru KALTIM Nunukan Malinau GORONTALO Gorontalo
TP
10 50 50 80 20 20 20 20 70
4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
45.000.000 225.000.000 225.000.000 360.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 315.000.000 90.000.000 225.000.000 405.000.000 90.000.000 45.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 225.000.000 90.000.000 90.000.000 45.000.000
TP
BUN TP BUN TP
BUN BUN
20 50 90 20 10 20 20 20 50 20 20 10
TP TP TP
XX 55 56 XXI 57 58 XXII 59
TP TP
30 10 20 40 20 20 40 20
TP TP
TP
38
Pohuwato SULUT Minahasa Minahasa Tenggara Kota Mobagu SULTENG Parigi Moutong SULTRA Buton Konawe SULBAR Majene MALUKU Maluku Tengah PAPUA Merauke JUMLAH
TP
20 50 10 20 20 20 20 40 20 20 20 20 20 20 20 20 1.415
4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
90.000.000 225.000.000 45.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 180.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 6.367.500.000
BUN TP TP
TP
BUN TP
TP
TP
TP
4.500.000
39
40
Lampiran 3 : CONTOH FORMAT LAPORAN BULANAN REKLAMASI LAHAN TA. 2009 Propinsi/Kabupaten/Kota Kondisi s/d Bulan : ............................. : .............................
Target No. Lokasi Kegiatan Kec/Desa/ Kel. tani Jenis Kegiatan Volume Satuan Dana (Rp) Volume Realisasi Satuan % Dana (Rp) % Ket.
41
Lampiran 3. CONTOH FORMAT RENCANA USULAN KEGIATAN KELOMPOK (RUKK) REKLAMASI di LAHAN SAWAH
Kab/ Kota Kecamatan Desa Kelompoktani
Jenis Pekerjaan
Volume Satuan
Dana TP a. Pelaksanaan Fisik - Pengolahan tanah - Pemberian kompos/pupuk organik - Pembuatan lubang tanam (untuk subsektor Perkebunan dan Hortikultura) - Pemberian lapisan olah tanah/top soil (untuk lahan pasca tambang dan industri) - Lain-lain (sebutkan) b. Penyediaan Sarana Produksi / Saprotan - Benih Padi - Pupuk Urea - Pupuk SP-36 - Pupuk KCl - Pupuk ZA - Pestisida - Pupuk organik/kompos - Pengadaan APPO/Chopper - Alat/mesin pengolahan tanah (sebutkan) - Lain-lain (sebutkan) c. Penanaman d. Pemeliharaan & Operasional - Penyiangan - Aplikasi pemupukan anorganik - Lain-lain (sebutkan) e. Panen TOTAL DANA
Jumlah Biaya & Sumber Dana *) (Rp) Dana Swadaya APBD Petani
Metode Pelaksanaan
v v v v v
v v v v v
,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,,
,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,, ,,,,,
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v
v v
v v v v
Keterangan : *) Sumber dana bersal dari : Tugas Pembantuan, APBD, Swadaya Petani
( Catatan :
Lampiran 4 : CONTOH OUTLINE LAPORAN AKHIR KEGIATAN REKLAMASI LAHAN TA. 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.2. Tujuan 1.3. Sasaran lokasi II. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2.1. Dukungan kegiatan komoditas 2.2. Komponen kegiatan III. IV. LOKASI KEGIATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 4.1. Tahapan kegiatan 4.2. Realiasi fisik dan keuangan NB. termasuk jumlah serapan tenaga kerja (HOK) dan produktivitas sebelum dan sesudah kegiatan (ton/Ha) V. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1. Permasalahan yang dihadapi 5.2. Pemecahan masalah VI. VII. PEMANFAATAN PENUTUP
LAMPIRAN
Lampiran 5: Skoring Pembobotan Kegiatan Fisik Kegiatan TA 2009 A. PERSIAPAN 1. Penyusunan SK Tim Teknis 2. Penetapan CPCL 3. Rancangan Teknis 4. Penyusunan RUKK 5. Perjanjian Kerjasama 6. Transfer dana B. KONSTRUKSI 1. Penyiapan Lahan 2. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian 3. Penanaman 20 % 2% 3% 4% 4% 4% 3% 80 % 20 % 25 % 35 %
Lampiran 6.
C. PERSIAPAN 1. Penyusunan SK Tim Teknis 2. Penetapan CPCL 3. Desain Sederhana 4. Penyusunan RUKK 5. Perjanjian Kerjasama dan Pembukaan Rekening Kelompok 6. Transfer dana
20% 2% 3% 4% 4%
4% 3%
80 % 40 % 30 % 10 %