Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TERSTRUKTUR TEKNOLGI DAN PRODUKSI BENIH

Oleh: Widdi Setiaawan A1L008090 KELAS B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012

Sejarah perkembangan perbenihan di indonesia Perkembangan perbenihan di indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangan perbenihan didunia di mana bukti serjarah tertua perbenihan dunia di temukan pada bangsa Babilonia, mesir dan romawi pada tahun 8000 SM di mana bangsa tersebut mulai melakukan pengumpulan benih untuk di tanam kembali, Pada masa tersebut petani selalu meyimpan sebagian benih utnuk pertanaman berikutnya dan tanpa sengaja melakuan seleksi terhadap tanaman yang memiliki keungguluan khusus seperti memilik batang yang kuat, memiliki biji yang besar atau buah yang lebat sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Penemuan-penemuan di bidang bioteknologi yang mendukung

perkembangan teknologi perbenihan seperti yang di lakukan Gregor Mendel pada tahun 1856 yang mengawali genetikan tumbuhan rekombinan serta hukum-hukum dalam penyampaian sifat induk ke turunannya. Pada tahun 1869 perbenihan pertama menurut catatan sejarah di lakukan di Jerman yaitu ketika Friendrick Nobbe melakukan suatu penelitian di kota kecil Tharandt yang terletak di jerman selatan. Abad ke-20 merupakan titik perkembangan perbenihan di dunia pada umumnya dan di indonesia khususnya yang berbasis ilmu pengetahuan Penemuan dengan penemuan kembali Hukum Pewarisan Mendel pada tahun 1900, eksperimen terhadap seleksi atas generasi pertama hasil persilangan dan galur abad ke-20), peletakan

murni oleh Wilhelm

Johannsen (dekade

dasar Hukum Hardy-Weinberg (1908 dan 1909), dan penjelasan pewarisan kuantitatif berbasis Hukum Mendel oleh Sir Ronald Fisher pada tahun 1916 memberikan banyak dasar-dasar teoretik terhadap berbagai fenomena yang telah dikenal dalam praktik dan menjadi dasar bagi aplikasi ilmu dan teknologi dalam perbaikan kultivar. Perkembangan yang paling revolusioner dalam genetika dan pemuliaan tanaman adalah ditemukannya cara perakitan varietas hibrida pada tahun 1910-an

setelah serangkaian percobaan persilangan galur murni di Amerika Serikat sejak akhir abad ke-19 oleh Edward M. East,George H. Shull dan Donald F. Jones yang memanfaatkan gejala heterosis. Ditemukannya teknologi mandul jantan di tahun 1940-an semakin meningkatkan efisiensi perakitan varietas hibrida. Pada saat penjajahan belanda pemerintahaan Hindia Belanda yang memiliki kepentingan untuk menguras sebanyak-banyaknya sumber daya alam di indonesia terutaman di bidang pertanian mereka mengadakan pendirian lumbunglumbung benih untuk mengadakan benih yang berkualitas baik. Setelah itu pengadaan perbenihan di tingkatkan kembali pada tahun 1930an dengan pembangunan Balai benih, pembangunan sekolah pertanian di sukabumi dan di bogor yang terkenal dengan hasil-hasil penelitian yang sangat membantu usaha balai benih tersebut yang berfungsi sebagai sumber benih yang lebih baik mutunya yang secara terus-menrus dapat memnuhi kebutuhan para petani serta tanah-tanah pertaniannya di desa-desa ( kastasaputra, 2003) Perkembangan perbenihan pada tahun 1958 di indoneisa khusus mengenai benih padi varietas unggul semakin banyak diperkenalkan melalui programprogram pemerintah seperti ( KOGM, SSBM dan BIMAS ) dan pada tahun 1970 pemerintah menganggap perlu adanya kesatuan dalam kebijakan mengenai kegiatan-kegiatan baik dalam hal usaha peningkatan produksi pertanian, maupun yang berkaitan dengan masalah perbenihan . sehingga dibentuk Badan Benih Nasional ( BBN) dalam lingkungan administratif Departemen Pertanian. Fungsi khusu badan ini adalah untuk merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan dalam bidang perbenihan. Salah satu tugas diantara tuga pokok badan benih nasional yaitu membentuk lembaga yang tugasnya memperbanyak dan memproduksi benih dari varietas- variestas yang di tingkatkan dan berkualitas tinggi bagi kepentingan masyarakat khusuyna para petani. Varietas-varietas ini bersal dari program seleksi balai penelitian ( kartasaputra, 2003) Dalam era modern untuk memperoleh informasi mengenai kemajuan teknologi benih dan pengembangan ilmu perbenihan di negara-negara maju serta mengetahui situasi industri pembenihan tanaman dan kebutuhan benih di negara-

negara Asia Pasifik, indonesia bergabung ke dalam APSA ( The Asian Pasifik seed Association ) yaitu suatu organisasi yang di bentuk FAO pada tahun 1994 dengan tujuan meningkatkan bertumbuhkembangnya industri benih di negaranegara anggota. Anggota organisasi ini terdiri atas institusi pemertintah dan swasta yang menangani atau mendukung usaha pembenihan tanaman. Dalam keanggotaan APSA ini pemerintah indonsia diwakili oleh Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura ( Rasaha, dkk. 1999 )

Daftar Pustaka Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih, penerbit Rineka Cipta, Jakarta Rasaha, C.A., dkk., 1999. Refleksi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Sejarah perkembangan teknologi perbenihan di indonesia ,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1108/1/pemuliaan%20tanamankhairunnisa.pdf. Diakses tanggal 16 maret 2012 pukul 22.33 wib

Anda mungkin juga menyukai