Anda di halaman 1dari 23

Rohmin Dahuri Andin H Haryoto

Didi sadili
Ferddy Numberi Amien Rais

Dana non-budgeter adalah anggaran ad-hoc yang dikumpulkan dan/atau digunakan oleh pemerintah/negara untuk keperluan keadaan mendesak (force majoure) karen APBN tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen. Anggaran ini tidak masuk dalam rancangan APBN yang diajukan pemerintah ke DPR.

anggaran non-budgeter adalah dana yang digunakan untuk bencana alam, bencana sosial, ataupun bencana ekonomi (krisis ekonomi), serta program-program departemen yang sangat mendesak. Kondisi ini memaksa menteri untuk memutuskan kebijakan mengumpulkan dana salah satunya dengan menerbtikan rekening pribadi atas nama jabatan institusi yang lebih dikenal sebagai rekening liar

sumber dana itu dari APBN (maksudnya yang dianggarkan dalam APBN) yaitu dana untuk proyek DKP di daerah pesisir. Namun secara sepihak (tanpa ada landasan hukumnya) Rohim memerintahkan seluruh pegawai DKP di daerah untuk mengumpulkan dana dengan cara meminta sucess fee (bahasa halus pemotongan) kepada pemenang proyek atau tender (pungutan ini juga tidak sah). Dana ini tidak dimasukan dalam kas negara sehingga tidak tercatat sebagai pemasukan dalam APBN seperti halnya pajak dan retribusi, melainkan masuk dalam rekening rohim sebagai menteri DKP. Inilah yang disebut dana non-budgeter. Dan Rohim menggunakan dana itu untuk segala keperluan baik sebagai menteri, pribadi, suami maupun politisi.

Proyek- proyek Pesisir

SEKILAS KASUS KORUPSI NON-BUDGETER DKP


masa pemerintah Megawati, Menteri DKP Dr. Rokhmin Dahuri menerbitkan rekening untuk menghimbun dana untuk kegiatan sosial dan membiayai program-program DKP yang tidak masuk dalam anggaran APBN. Dana tersebut dikumpulin dari pejabat eselon I, dinas-dinas DKP, perbankan hingga dari pengusaha pasir ilegal Riau-Singapura. PT Info Asia Teknologi Global Tbk Priska Emerentiana memberikan cek sebesar Rp 1,5 miliar kepada salah seorang keluarga Rokhmin Dahuri melalui Kantor BCA Cabang Senen, Jakarta. Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi memberikan dana sebesar Rp 100 juta. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Sofyan Basir memberikan dana sebesar Rp 100 juta. Muhammad Fadhil Hasan, mantan staf khusus Rokhmin mengaku bahwa menerima pengumpulan uang DKP dari para pemilik kapal pengeruk pasir laut yang berasal dari Singapura. Mendapat amplop 400.000 Singapura dollar untuk kasus Peter dipermudah. Fadil juga mengaku menerima pengumpulan uang DKP dari seorang aktivis Pupun Purwana yang memiliki perusahaan manajemen pengembangan masyarakat, dan masih banyak lagi

SEKILAS KASUS KORUPSI NON-BUDGETER DKP

SEKILAS KASUS KORUPSI NON-BUDGETER DKP

Rokhmin Dhuri mengaku bahwa terjadi aliran dana non budgeter negara yang masuk ke rekening para Capres dan Cawapres 2004 yakni sebagai berikut: Wiranto Salahuddin Wahid : 220 juta Megawati S Hasyim Muzadi : 280 juta Amien Rais Siswono Yudohusodo : 400 juta Susilo Bambang Yudhoyono Jusuf Kalla (SBY-JK) : 225 juta Hamzah Haz Agum Gumlelar : 320 juta Catatan : warna merah adalah mereka yang kembali mencalon diri sebagai capres-cawapres pada pilpres 2009.

SEKILAS KASUS KORUPSI NON-BUDGETER DKP

nama-nama yang disebut-sebut turut menerima uang haram seperti: Freddy Numberi (Menteri Kelautan), Chofifah Indar Parawansa (Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan), Akbar Tandjung (mantan ketua DPR), AM Fatwa (Wakil Ketua DPR), Fahri Amzah (DPR PKS), Suswano (DPR PKS), Gus Dur Munawar Fuad Nuh (Tim sukses SBY) Salahudin Wahid Hazim Muzadi Ormas seperti Kahmi, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, kelompok-kelompok nelayan, LSM, bahkan sejumlah anggota DPR juga ikut menikmatinya

Amien yang mengaku menerima dana dapat dikatakan jauh lebih elegan daripada sikap para capres yang membantah menerima dana DKP.. Amien Rais yang berani secara terbuka menyatakan menerima dana DKP Rp 400 juta yang mana 200 juta diantaranya untuk iklan TV. PAN yang mengusung Amien sebagai capres 2004 mengembalikan dana tersebut melalui pengadilan. Amien Rais sendiri mengaku sudah siap untuk dipenjara Amien menggigit SBY yang menyatakan ia juga menerima dana DKP dan bantuan dari AS selama kampanye presiden 2004

Pihak SBY pun membantah dan balik mengecam Amien karena melontarkan tuduhan yang mengarah pada fitnah. Pihak SBY bahkan mengancam memerkarakan secara hukum kalau tuduhan tersebut berlanjut

antara SBY-Amien Rais di Bandara Halim Perdana Kusuma pada hari Minggu, 27 Mei 2007. Dengan dalil yang mengelikan yakni adanya upaya untuk mempolitisasi kasus korupsi dana nonbudgter ke ranah politik, maka kasus ini tidak lagi diungkap. KPK diam seribu bahasa, Amien bersama 4 capres lain hidup lega.

SEKILAS KASUS KORUPSI NON-BUDGETER DKP

Menteri Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Freddy Numberi, mengakui pernah menerima dana nonbujeter DKP dari Sekertaris Jenderal (Sekjen) DKP saat itu, Andin H Taryoto, sebesar Rp 164 juta. Dana itu digunakan untuk perawatan rumah dinas dan biaya kesehatan. Menurut Freddy, semua aliran dana dicatat dan dilaporkan oleh Andin Taryoto kepadanya. ''Dana digunakan karena APBN saat itu belum cair sehingga beberapa keperluan seperti biaya perjalanan dinas dipinjam dari dana nonbujeter,' kata Freddy, dirinya pernah memberi perintah kepada Andin agar menghentikan penarikan sumbangan dana nonbujeter. ''Peruntukan awal (dana nonbujeter) untuk bantuan sosial dan kedinasan, tapi belakangan untuk kepentingan pribadi. Jadi hentikan pengumpulan itu,'' ungkapnya. Dana nonbujeter DKP dikutip Andien Taryoto secara tidak sah. Dana itu diminta dari internal departemen maupun eksternal (dari pengusaha), selama periode 2002-2004. Pengumpulan pungutan lalu dimasukkan rekening DKP, yang lalu disebut dana nonbujeter. Diperkirakan dana yang dikutip mencapai Rp 31 miliar

SEKILAS KASUS KORUPSI NON-BUDGETER DKP


Diperintahkan untuk mengelola dana DKP non budgeter

Rp. 26 Milliar Menteri DKP 2001 - 2004 Ditunjuk untuk melakukan penarikan dana untuk kepentingan anggaran non Budgeter Sekjen DKP RI Dirjen Pesisir dan Pulau Pulau kecil Rp. 4,3 Milliar

Tahun 2002 2003 : Komisi III DPR RI Keperluan rohim dan keluarga Operasional DKP Lembaga-lembaga nelayan bantuan sosial Pesantren

Dana itu dikumpulkan sejak 18 April 2002 hingga Maret 2005. Penggunaannya untuk biaya taktis kegiatan menteri, kegiatan sosial, dan juga untuk membiayai orasi ilmiah pengukuhan gelar profesor Rokhmin di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2003.

Menteri DKP 2004 - 2009

PANDANGAN ETIKA DAN HUKUM PADA KASUS DANA DKP

Tindakan pengumpulan dan penggunaan dana non budgeter DKP bukan persoalan kesalahan administrasi, namun tindakan pidana yang diatur dalam UU No. 17 2003 dan No. 1 tahun 2004. Mengenai pelanggaran terhadap UU No. 31/1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 pada UU 31 tahun 1999, maka mereka (SBY-JK, MegaHasyim, Wiranto-Sholah, Amien-Siswono, HamzahGumelar) dapat ditindak secara hukum karena terbukti menerima dana negara alias tersangka koruptor Undang-Undang No 10 tahun 2008 (khusus Dana Kampanye), penyalahgunaan perolehan dana kampanye

pengakuan Amien Rais, dana nonbudgeter DKP disalurkan untuk keperluan kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden. Padahal, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 (UU Pilpres) secara eksplisit melarang pasangan calon menerima sumbangan atau bantuan lain untuk kampanye yang berasal dari: (1) negara asing, lembaga swasta asing, lembaga swadaya masyarakat asing dan warga negara asing; (2) penyumbang atau pemberi bantuan yang tidak jelas identitasnya; dan (3) pemerintah, BUMN, dan BUMD Supaya isinya tak amburadul, saya katakan ada tiga, kata Amien. Pertama, katanya, SBY ingin membuka komunikasi yang tadinya mampet. Kedua, disadari bahwa komunikasi akan menghilangkan miss understanding. Ketiga, SBY- Amien sepakat menempatkan masalah itu ke ranah hukum, bukan ranah politik. Amien juga menuturkan, pada pertemuan itu kedua pihak saling memaafkan
Saya akan tetap memaparkan data aliran dana bermasalah, baik yang dari DKP, penyumbang fiktif, maupun dugaan dana asing, ujar Amien.

AMIEN BICARA HUKUM KASUS DANA DKP

PANDANGAN ETIKA DAN HUKUM PADA KASUS DANA DKP

Badan Kehormatan akan kembali memeriksa mantan staf Komisi Hukum periode 1999-2004, terkait aliran dana Departemen Kelautan dan Perikanan. Wakil Ketua Badan Kehormatan DPR RI, Gayus Lumbun mengatakan pemeriksaan akan dilakukan terhadap Tri Utami, mantan Kepala bagian Keskretariatan Komisi Hukum DPR periode 1999-2004. "Pernah ada pengakuan bahwa seluruh masuk aliran dana DKP ke Komisi hukum diketahui oleh staf itu, Gayus menjelaskan, aliran dana DKP yang masuk dan diterima oleh anggota komisi hukum selayaknya memang diketahui oleh Tri Utami sebagai Kepala bagian Kesekretariatan

POLA PANDANG DARI SISI AGAMA ISLAM

Hukum perbuatan korupsi menurut pendapat para ulama secara ijma' atau konsensus adalah haram. Haram karena bertentangan dengan prinsip maqashidusy syariah Perbuatan korupsi merupakan tindakan curang serta penipun yang akan merugikan keuangan negara dan kepentingan publik. Tindakan ini dikecam oleh Allah dan diancam dengan hukuman yang setimpal di akhirat (QS. Ali Imran : 161) Perbuatan korupsi yang merupakan penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang untuk memperkaya diri sendiri ataupun orang lain adalah satu bentuk penghianatan terhadap amanah kepemimpinan yang diberikan kepadanya. Berkhianat bahkan termasuk salah satu karakter orang munafiq perbuatan korupsi termasuk tindakan dzalim karena memperkaya diri atau orang lain dari harta kekayaan negara yang merupakan jerih payah masyarakat dan termasuk orang miskin yang membayar pajak. Perbuatan dzalim ini mendapatkan adzab yang pedih (QS. Az-Zukhruf : 60) Termasuk kategori korupsi adalah kolusi dengan memberikan fasilitas negara kepada orang yang tidak berhak karena adanya kesepakatn-kesepakatan tertentu, seperti menerima suap dari pihak yang diuntungkannya. Nabi memperingatkan terhadap prilaku ini: Allah melaknat orang-orang yang menyuap dan yang menerima suap. Dalam riwayat lain disebut juga dan perantaranya. (HR. Ahmad). Juga dalam sabdanya yang lain : Barangsiapa yang telah aku pekerjakan dalam satu jabatan, lalu kuberi gajinya, maka sesuatu yang dipungutnya tanpa sah di luar gajinya adalah korupsi. (HR. Abu Dawud)

SECARA FIQIH ISLAM


Jika termasuk tindak pidana hudud maka pelaku korupsi akan kena hukuman potong tangan. Dan bila termasuk tindak pidana takzir maka hukumannya adalah sebagaimana tergambar dalam keterangan berikut ini : hukuman peringatan, ancaman, teguran, celaan, dampratan, deraan, atau pukulan (QS. An-Nisa : 34) hukuman penjara, baik untuk sementara atau permanen hukuman penyaliban sebagaimana yang diberlakukan kepada pelaku tindak keonaran dan pembangkangan (hirabah) hukuman mati seperti yang diberlakukan kepada provokator, mata-mata, penyebar fitnah, kejahatan penyimpangan seksual dan perbuatan makar hukuman pengasingan atau pembuangan hukuman publikasi Daftar Orang-orang Tercela (DOT) seperti yang diberlakukan kepada pelaku kejahatan kesaksian palsu, kejahatan bisnis dan sebagainya hukuman pencopotan dari jabatan hukuman penyitaan harta dan sanksi berupa denda finansial. (dikutip dari buku Fiqih Aktual : Dr. Setiawan Budi Utomo)

POLA PANDANG AGAMA KRISTEN

Perbuatan penyalahgunaan dana adalah perbuatan melanggar hukum.Firman Allah yang tertulis lengkap dalam Alkitab juga menyebutkan bahwa orang Kristen pun selain wajib taat perintahNya, juga berlaku sama terhadap hukum yang berlaku. Ini jelas tertulis dalam Roma13:3, 10 Perintah Tuhan adalahsalah satu norma yang dituangkan di Alkitab Perjanjian Lama dan merupakan inti dari etika Alkitab Perjanjian Lama.Dalam Keluaran 20:15 ; Allah berfirman Jangan mencuri. Demikian jelasnya larangan Tuhan untuk tidakmencuri. Sementara itu tindakan penyalahgunaaan dana tersebut adalah mencuri dengan cara diam-diam, dengan cara halus mengurangi hak negara atau orang lain demi kepentingan pribadi. Larangan mencuri juga dikemukakan Yesus dalam bentuk yang berbeda, yaitu hukum mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:39; Mark 12:31; Lukas 10:27). Hukum ini sama dengan hukumpertama, yaitu hukum untuk mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan dengan segenap akal budi.

Kepatuhan pada Anggaran Dasar dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku semua anggaran negara (pendapatan, pengeluaran, penerimaan dan pembiayaan) harus tercatat dalam APBN atau APBD yang harus dipertanggungjawabkan kepada parlemen pada akhir tahun anggaran. Larangan Mengambil Keuntungan Pribadi Rohim menggunakan dana tersebut untuk segala keperluan baik sebagai menteri, pribadi, suami maupun politisi Etika Berusaha dan Anti Korupsi mengumpulkan dana dengan cara meminta sucess fee (bahasa halus pemotongan) kepada pemenang proyek atau tender (pungutan ini juga tidak sah). Dana ini tidak dimasukan dalam kas negara sehingga tidak tercatat sebagai pemasukan dalam APBN seperti halnya pajak dan retribusi, melainkan masuk dalam rekening rohim sebagai menteri DKP Larangan Mengambil Keuntungan Pribadi Penggunaannya untuk biaya taktis kegiatan menteri, kegiatan sosial, dan juga untuk membiayai orasi ilmiah pengukuhan gelar profesor Rokhmin di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2003.

KESIMPULAN

Menerima uang korupsi tentu saja perkara pidana. Bukan semata pelanggaran etika. Dari sudut pandang itu, anggota DPR yang menerima dana nonbujeter tersebut harus diusut dengan perspektif ganda, baik hukum maupun etika. Pertama, Badan Kehormatan DPR terus memeriksa kelima wakil rakyat itu untuk kemudian, bila terbukti, dijatuhi hukuman pelanggaran etika yang seberat-beratnya. Yaitu dicopot sebagai anggota DPR. Kedua, tidak tebang pilih, mereka pun harus dibawa ke pengadilan. Anggota DPR bukan makhluk kebal hukum. Lagi pula, mengapa hanya lima orang? Bukankah 38 anggota DPR baik yang masih aktif maupun tidak menjabat lagi yang menikmati dana DKP

KESIMPULAN

Para elite kita seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat luas. Tidak cuma dalam ucapan tapi juga dalam setiap tindak-tanduknya. Bukankah pascatumbangnya rezim Orde Baru, kita sepakat untuk sama-sama membangun negeri ini lebih demokratis dan jauh dari perilaku korup. Kejujuran memang sudah seperti barang langka di antara para elite kita. Ketika terkait dugaan korupsi, misalnya, dengan mudah mereka memakai pengacara mahal dan ternama untuk bisa membebaskannya lewat tafsiran pasal-pasal dalam UU. Celakanya, aparat hukum kita belum semuanya bebas dari mafia peradilan. Sebenarnya, dalam kaitan aliran dana nonbujeter DKP ini kita baru pada tahap menunggu kejujuran para elite yang menerimanya. Tetapi, mendengar pengakuan itu saja betapa susahnya. Di sinilah kejujuran para elite kita sedang diuji. Maukah mereka menularkan kejujuran kepada rakyat?

Anda mungkin juga menyukai