Anda di halaman 1dari 5

Permasalahan Transportasi di Jalan Dharmawangsa Surabaya

REP | 31 October 2011 | 00:02 133 0 Nihil

Transportasi diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien; mampu memadukan moda transportasi lainnya serta menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Surabaya sebagai ibukota Propinsi Jawa Timur merupakan pusat dari berbagai macamkegiatan, baik kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan lain-lain yang berpengaruh terhadap kegiatan pembangunan kota Surabaya. Semua kegiatan tersebut membutuhkan sarana dan prasarana transportasi untuk menunjang aktivitas kegiatan yang dilakukan. Prasarana transportasi merupakan bagian terpenting bagi orang dan barang untuk melakukan pergerakan dari dan menuju tempat kegiatan (bangkitan dan tarikan). Terjadinya pergerakan sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang menempati kawasan sekitar. Semakin banyaknya jumlah penduduk, menyebabkan pemenuhan akan prasarana transportasi juga semakin meningkat. Apabila kebutuhan akan prasarana transportasi tersebut tidak dapat dipenuhi, maka dapat dipastikan akan terjadi permasalahan yang sangat kompleks yaitu kemacetan. Hal ini terjadi dikarenakan lebar jalan sudah tidak dapat menampung jumlah kendaraan yang pertumbuhannya tidak terkendali. Kemacetan sendiri merupakan situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan. Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun pada jalan luar kota yang diakibatkan oleh bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumber daya untuk pembangunan jalan raya, dan belum optimalnya pengoperasian lalu lintas yang ada merupakan persoalan lalu lintas yang terjadi di banyak negara. Usaha besar perlu dilakukan bagi penambahan kapasitas jalan, dimana dibutuhkan suatu metode efektif untuk perancangan dan perencanaan trasnportasi agar didapat nilai terbaik bagi suatu pembiayaan dengan mempertimbangkan biaya langsung maupun keselamatan dan dampak lingkungan. Manual kapasitas jalan dengan metode perhitungan perilaku lalu lintas yang benar, yang merupakan fungsi dari rencana jalan dan kebutuhan lalu lintas, diperlukan untuk maksud dan tujuan di atas. Pengetahuan dasar tentang karakteristik lalu lintas yang terdapat di dalam manual tersebut merupakan masukan yang penting bagi model manajemen tepat biaya bagi pembinaan jaringan jalan, peramalan lalu lintas dan distribusi perjalanan dengan keterbatasan kapasitas. Oleh karena itu pembinaan jalan raya di negara maju menyediakan biaya besar untuk menerbitkan manual dan pedoman yang sesuai dengan kondisi mereka.

Jalan Dharmawangsa yang merupakan jalan di Surabaya sebagai salah satu pusat perdagangan dan jasa memiliki intensitas kegiatan yang tinggi, sehingga menarik pergerakan lalu lintas yang sangat besar. Selain itu, Jalan Dharmawangsa juga merupakan salah satu jalan protokol di Surabaya, yang menghubungkan Surabaya Pusat dengan daerah Pucang, Manyar, Kertajaya dan sebagian Surabaya Timur lainnya, sehingga arus lalu lintas yang melaluinya sangat tinggi. Jalan Dharmawangsa merupakan jalan perkotaan dengan status jalan yaitu sebagai kolektor sekunder yang berada di Surabaya Tengah, jalan ini mempunyai klasifikasi kelas jalan tipe 2 arah, 4 lajur dengan median yang memiliki tingkat aksesibilitas tinggi. Jalan Dharmawangsa yang berada di kawasan Surabaya Tengah ini termasuk salah satu koridor jalan utama kawasan yang menghubungkan antara Surabaya Selatan dengan Surabaya Timur dan sebaliknya. Beberapa bagian di kawasan ini termasuk pusat kegiatan perdagangan dan jasa karena terdapat pusat pendidikan (Universitas Airlangga), kesehatan (RSUD Dr.Soetomo), sekolah (SD Muhammadiyah), pertokoan, dan perumahan penduduk, sehingga jaringan jalan di kawasan ini menjadi padat akan aktifitas lalu lintasnya. Faktor-faktor tersebut menyebabkan adanya bangkitan dan tarikan utama yang menjadi awal mula terjadinya kemacetan lalu lintas, tundaan dan hambatan samping. Bangkitan dan tarikan umumnya terjadi pada jam-jam sibukatau jam-jam kerja yaitu pada pagi hari pukul 07.00 sampai pukul 10.00 dan sore hari pukul 17.00 sampai pukul 18.00. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kemacetan di Jalan Dharmawangsa. Selain adanya bangkitan dan tarikan yang menyebabkan kemacetan pada jam-jam sibuk tersebut, kurang disiplinnya para pengguna jalan yang seringkali menerobos lampu merah juga menjadi penyebab kemacetan. Terlebih lagi, ditandai dengan adanya calon penumpang angkutan umum yang seringkali menunggu di pinggiran jalan. Para calon penumpang ini menunggu angkutan umum di pinggiran jalan tanpa peduli bahwasanya hal yang mereka lakukan tersebut menganggu aksesibilitas jalan di Jalan Dharmawangsa, sehingga menyebabkan angkutan umum tersebut berhenti sembarangan di Jalan Dharmawangsa. Semakin menyempitnya lebar jalan di Jalan Dharmawangsa akibat banyaknya pertokoan atau pedagang kaki lima di sepanjang ini juga menyebabkan terjadinya sistem parkir yang semrawut. Dengan tidak tersedianya lahan parkir menyebabkan jalan atau trotoar menjadi tempat parkir yang berarti mengurangi lebar efektif jalan dan dengan sendirinya menurunkan kapasitas ruas jalan yang bersangkutan. Tentunya hal ini berakibat pada kemacetan lalu lintas. Untuk lebih jelasnya, pokok permasalahan yang terjadi pada Jalan Dharmawangsa dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Adanya tarikan (Trip Attraction) Seperti yang kita ketahui bahwa di Jalan Dharmawangsa ini penggunaan lahannya sebagian besar adalah perdagangan dan jasa, maka tarikan menuju daerah ini

cukup besar. Masyarakat akan menuju daerah ini untuk beraktivitas, mengingat di jalan ini terdapat sekolah, universitas, dan rumah sakit. 2. Adanya produksi (Trip Production) Trip production yang ada pada sekitar Jalan Dharmawangsa yang mengakibatkan kemacetan antara lain adalah terdapat beberapa zona yang merupakan basis perjalanan, yakni banyaknya perumahan dan permukiman yang memungkinkan masyarakat untuk mengawali dan mengakhiri hari mereka di zona ini. Perumahan dan permukiman penduduk banyak berada sepanjang Jalan Dharmawangsa, dimana permukiman ini merupakan permukiman warga yang mayoritas digunakan sebagai kos-kosan mahasiswa Universitas Airlangga. Selain itu, adanya kebutuhan untuk bekerja dan belajar (sekolah, bekerja, maupun kuliah) juga mengakibatkan terjadinya perjalanan dari daerah ini menuju daerah/zona lain. 3. Adanya aktivitas hambatan samping. Aktivitas hambatan samping adalah salah satu faktor yang memiliki andil dalam kemacetan di Jalan Dharmawangsa ini. Aktivitas yang terjadi di sekitar kawasan ini antara lain: Banyaknya kendaraan yang keluar masuk Universitas Airlangga dan Rumah Sakit Dr.Soetomo

Terdapat on street parking di sekitar area pertokoan

Banyaknya angkutan umum yang berjalan lambat dan sering kali berhenti di sembarang tempat untuk menaikkan maupun menurunkan penumpang Tidak optimalnya penggunaan halte sehingga menyebabkan beberapa calon penumpang menunggu angkutan umum di pinggir jalan

Adanya beberapa proyek pemerintah, seperti perbaikan trotoar dan perbaikan gorong-gorong

4. Adanya aktivitas tata guna lahan Perkembangan penggunaan lahan di suatu perkotaan cenderung memicu perkembangan aktivitas. Keberadaan jalan sangat vital dalam mewadahi dan melayani pergerakan aktivitas perkotaan dan mengarahkan perkembangan kota. Namun ketika aktivitas yang diwadahinya sudah tidak dapat ditampung lagi, masalah-masalah seperti kemacetan akan mudah terjadi. Hal inilah yang terjadi pada Jalan Dharmawangsa. Adanya bangunan perdagangan dan jasa ternyata juga

membawa dampak negatif. Letaknya yang saling berdekatan tersebut mengakibatkan pembeli berkumpul pada satu titik saja. 5. Kurang tertibnya lalu lintas Seringkali kita jumpai beberapa pengguna kendaraan bermotor di Jalan Dharmawangsa ini menerobos lampu merah. Hal ini tentunya dapat mengganggu pengguna kendaraan bermotor yang lain. Pada dasarnya permasalahan yang terjadi di Jalan Dharmawangsa ini dapat dikatakan hanyalah permasalahan kemacetan saja, namun kemacetan ini sangatlah kompleks karena disebabkan oleh banyak faktor yang telah disebutkan di atas. Untuk mengatasi kemacetan ini, diperlukan suatu pemecahan guna mewujudkan suatu sistem transportasi yang baik. Adapun pemecahan untuk mengatasi masalah tersebut diantaranya adalah: a. Pemberian kebijakan parkir, berupa:

Pembatasan tempat parkir di badan jalan Merencanakan fasilitas parkir di luar daerah, seperti park and ride Pengaturan biaya parkir Denda yang tinggi terhadap pelanggar parkir

b. Pemeliharaan infrastruktur, misalnya kondisi jalan, ataupun pengadaan zebra cross. c. Pengaturan arus lalu lintas yang lebih memadai, dengan disertai rambu lalu lintas yang jelas seperti: larangan belok kanan pada persimpangan, pengendalian U-turn. d. Pembuatan jalur khusus yang diberikan untuk angkutan umum agar mereka merasa bebas untuk menjalankan kendaraannya. e. Melakukan pembatasan kecepatan kendaraan yang melaju di Jalan Dharmawangsa. f. Penempatan polisi lalu lintas pada peak hour untuk mengatur dan mengawasi jalannya lalu lintas sehingga permasalahan kemacetan ini dapat diatasi. Diharapkan dengan adanya penerapan pemecahan masalah di atas, permasalahan kemacetan di Surabaya khususnya pada Jalan Dharmawangsa ini dapat terselesaikan dengan baik. Kemacetan yang terjadi ini bukan hanya tanggung jawab Pemda Kota Surabaya saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab kita bersama. Oleh

karena itu diperlukan suatu kerjasama yang baik dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan ini.

Anda mungkin juga menyukai