Anda di halaman 1dari 8

Memperbaiki Birrul Walidain

Suatu hari ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dia bertanya, Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta kekayaan dan anak. Sementara ayahku berkeinginan menguasai harta milikku dalam pembelanjaan. Apakah yang demikian ini benar? Maka jawab Rasulullah, Dirimu dan harta kekayaanmu adalah milik orang tuamu. (Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah). Begitulah, syariat Islam menetapkan betapa besar hak-hak orang tua atas anaknya. Bukan saja ketika sang anak masih hidup dalam rengkuhan kedua orang tuanya, bahkan ketika ia sudah berkeluarga dan hidup mandiri. Tentu saja hak-hak yang agung tersebut sebanding dengan besarnya jasa dan pengorbanan yang telah mereka berikan. Sehingga tak mengherankan jika perintah berbakti kepada orang tua menempati ranking ke dua setelah perintah beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya. Allah berfirman, Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu. (An-Nisa:36) Birrul Walidain, Bagaimana Caranya? Sebagai anak, sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengekspresikan rasa bakti dan hormat kita kepada kedua orang tua. Memandang dengan rasa kasih sayang dan bersikap lemah lembut kepada mereka pun termasuk birrul walidain. Allah berfirman, Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia, dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang. (Al-Isra:23) Dalam kitab Adabul Mufrad, Imam Bukhari mengetengahkan sebuah riwayat bersumber dari Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir melalui Urwah, menjelaskan mengenai firman Allah : Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang. Maka Urwah menerangkan bahwa kita seharusnya tunduk patuh di hadapan kedua orang tua sebagaimana seorang hamba sahaya tunduk patuh di hadapan majikan yang garang, bengis, lagi kasar. Pada suatu ketika, ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dia bersama seorang laki-laki lanjut usia. Rasulullah bertanya, Siapakah orang yang bersamamu? Maka jawab laki-laki itu, Ini ayahku. Rasulullah kemudian bersabda, Janganlah kamu berjalan di depannya, janganlah kamu duduk sebelum dia duduk, dan janganlah kamu memanggil namanya dengan sembarngan serta janganlah kamu menjadi penyebab dia mendapat cacian dari orang lain. (Imam Ath-Thabari dalam kitab Al-Ausath) Berbakti kepada orang tua tak terbatas ketika mereka masih hidup, tetapi bisa dilakukan setelah mereka wafat. Hal itu pernah ditanyakan oleh seorang sahabat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Maka Rasulullah menjawab, Yakni dengan mengirim doa dan memohonkan ampunan . Menepati janji dan nadzar yang pernah diikrarkan kedua orang tua, memelihara hubungan silaturahim sera memuliakan kawan dan kerabat orang taumu. Demikian Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hiban meriwayatkan bersumber dari Abu Asid Malik bin Rabiah Ash-Shaidi Bukan dalam Syirik dan Maksiyat Meski kita diperintah untuk taat dan patuh kepada mereka, namun hal itu tak berlaku ketika keduanya memerintahkan kita untuk menyekutukan Allah dan bermaksiyat kepada-Nya. Rasulullah bersabda,Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiyat kepada Allah. (Riwayat Ahmad) Kita tentu ingat kisah seorang sahabat, Saad bin Waqash yang diberi dua buah opsi oleh ibunya yang masih musyrik: kembali kepada kemusyrikan atau ibunya akan mogok makan dan ,minum sampai mati. Ketika sang ibu tengah melakukan aksinya selama tiga hari tiga malam, beliau berkata,Wahai Ibu, seandainya Ibu memiliki 1000 jiwa kemudian satu per satu meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan agama baruku (Islam). Karena itu, terserah ibu mau makan atau tidak. Melihat sikap Saad yang bersikeras itu maka ibunya pun menghentikan aksinya. Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (Luqman:15). Jadi, kalau ortu ngajak ke arah kemusyrikan maka tidak wajib kita mentaati mereka. Hanya saja sebagai anak tetap berkewajiban bergaul dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus senantiasa dijaga. Awas: Durhaka! Durhaka kepada orang tua (uquuqul walidain) termasuk dalam kategori dosa besar. Bentuknya bisa berupa tidak

mematuhi perintah, mengabaikan, menyakiti, meremehkan, memandang dengan marah, mengucapkan kata-kata yang menyakitkan perasaan, sebagaimana disinggung dalam Al-Quran: Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan ah kepada orang tua. (Al-Isra : 23). Jika berkata ah/cis/huh saja nggak boleh, apalagi yang lebih kasar daripada itu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa membuat hati orang tua sedih, berarti dia telah durhaka kepadanya. (Riwayat Bukhari). Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, Termasuk perbuatan durhaka seseorang yang membelalakkan matanya karena marah. (Riwayat Thabrani). Orang tua kita, siapa pun orangnya, memang harus dihormati, apalagi jika beliau seorang muslim. Rasulullah pernah berpesan, Seorang muslim yang mempunyai kedua orang tua yang muslim, kemudian ia senantiasa berlaku baik kepadanya, maka Allah berkenan membukakan dua pintu surga baginya. Kalau ia memiliki satu orang tua saja, maka ia akan mendapatkan satu pintu surga terbuka. Dan kalau ia membuat kemurkaan kedua orang tua maka Allah tidak ridha kepada-Nya. Maka ada seorang bertanya, Walaupun keduanya berlaku zhalim kepadanya? Jawab Rasulullah, Ya, sekalipun keduanya menzhaliminya. (Riwayat Bukhari) Berhubungan dengan orang tua memang harus hati-hati. Jangan sampai hanya karena emosi, kelalaian, ketidaksabaran plus rasa ego kita yang besar, kita terjerumus ke dalam uququl walidain yang berarti kemurkaan Allah. Naudzubillah. Bukankah dalam sebuah hadits Rasulullah pernah berpesan bahwa keridhaan Allah berada dalam keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah berada dalam kemarahan orang tua? Dus, selagi masih ada waktu dan kesempatan, tunjukkanlah cinta, sayang, hormat, dan bakti kita kepada keduanya, hanya untuk satu tujuan: meraih cinta, ampunan, pahala, dan ridha-Nya

Birrul Walidain : Berbakti Kepada Kedua Orang Tua !

Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsari MAKNA "AL BIRR" Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam (artinya) : "Al Birr adalah baiknya akhlaq". (Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya Nomor 1794). Al Birr merupakan haq kedua orang tua dan kerabat dekat, lawan dari Al Uquuq yaitu kejelekan dan menyia-nyiakan haq.. "Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan Al Uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya." (Disebutkan dalam kitab Ad Durul Mantsur 5/259) Berkata Urwah bin Zubair mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua tentang firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan." (QS. Al Isra : 24). Yaitu: "Jangan sampai mereka berdua tidak ditaati sedikitpun". (Ad Darul Mantsur 5/259) Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Termasuk Uquuq (durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang keinginan-keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang mandub (disukai/ disunnahkan). (Al Jami Li Ahkamil Quran Jil 6 hal 238). Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah merahmatinya: Berkata Abu Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir "Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa (senang) kembali". (Ghadzaul Al Baab 1/382).

HUKUM BIRRUL WALIDAIN Para Ulama Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya. Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Birul Walidain adalah fardhu (wajib bagi masing-masing individu). Berkat beliau dalam kitab Al Adabul Kubra: Berkata Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah wajib pada selain perkara yang haram." (Ghdzaul Al Baab 1/382) Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak sekali , diantaranya: 1. Firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak". (An Nisa : 36). Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al Adaabusy Syariyyah 1/434). 2. Firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya". (QS. Al Isra: 23). Adapun makna ( qadhoo ) = Berkata Ibnu Katsir : yakni, mewasiatkan. Berkata Al Qurthubiy : yakni, memerintahkan, menetapkan dan mewajibkan. Berkata Asy Syaukaniy: "Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring dengan perintah untuk mentauhidkan dan beribadah kepadaNya, ini pemberitahuan tentang betapa besar haq mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan (pekerjaan) mereka, maka ini adalah perkara yang tidak bersembunyi lagi (perintahnya). (Fathul Qodiir 3/218). 3. Firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya): "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu." (QS. Luqman : 14). Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua "Tiga ayat dalam Al Quran yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman Allah Subhanahu Wa Taala (artinya) : "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu", Berkata beliau. "Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua Ibu Bapaknya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu." (Al Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hal 40). Berkaitan dengan ini, Rasulullah ShalallahuAlaihi Wassallam bersabda (artinya) :"Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua" (Riwayat Tirmidzi dalam Jaminya (1/ 346), Hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516). 4. Hadits Al Mughirah bin Syubah - mudah-mudahan Allah meridhainya, dari Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam beliau bersabda (artinya): "Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan tidak mau memberi tetapi meminta-minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan membuang-buang harta". (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1757). KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN Pertama : Termasuk Amalan Yang Paling Mulia Dari Abdullah bin Masud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam "Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya). Kedua : Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya.", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahankesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16) Diriwayatkan oleh ibnu Umar mudah-mudahan Allah meridhoi keduanya bahwasannya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dan berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih ada pintu taubat bagi saya?, Maka bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam : "Apakah Ibumu masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu Alaihi Wasallam : "Kalau bibimu masih ada?", dia berkata : "Ya" . Bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam : "Berbuat baiklah padanya". (Diriwayatkan oleh Tirmidzi didalam Jaminya dan berkata Al Arnauth : Perawi-perawinya tsiqoh. Dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim. Lihat Jaamiul Ushul (1/ 406). Ketiga : Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Celakalah dia, celakalah dia", Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam : "Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga". (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1758, ringkasan). Dari Muawiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasai dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248) Keempat : Merupakan Sebab keridhoan Allah Sebagaiman hadits yang terdahulu "Keridhoan Allah ada pada keridhoan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua". Kelima : Merupakan Sebab Bertambahnya Umur Diantarnya hadit yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda :"Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim". Keenam : Merupakan Sebab Barokahnya Rizki Dalilnya, sebagaimana hadits sebelumnya. Wallahu alam

Birrul Walidain terdiri dari kata birru dan walidain. Birru atau al-birru berarti kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Birrul walidain berarti berbuat baik kepada kedua orang tua. Kedudukan Birrul walidain: Birrul walidain memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam. Dalil yang membuktikan hal tsb. al: 1. Allah mewasiatkan kepada kita, manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, sebagaimana misalnya firman Allah dalam surah Al Ahqaaf: 25 yang

artinya, "Kami wasiatkan kepada ummat manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua...." 2. Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua diletakkan Allah SWT di dalam Al Qur'an setelah perintah beribadah hanya kepada-Nya, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah: 83 yang artinya "Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil yaitu, "Janganlah kamu menyembah selain Allah, berbuat baiklah kepada ibu bapakmu,...."" 3. Perintah berterima kasih kepada kedua orang tua diletakkan Allah SWT setelah perintah berterima kasih kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya di dalam surah Luqman: 14 yang artinya, "Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya, ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang semakin lemah, dan menyusukannya selama dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu." 4. Rasulullah SAW meletakkan birrul walidain ini sebagai amalan nomor dua terbaik setelah shalat tepat waktu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Diriwayatkan dari 'Abdullah ibnu Mas'ud ra, dia berkata, "Aku bertanya kepada Nabi SAW, "Apa amalan yang paling disukai oleh Allah SWT?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau SAW menjawab, "Birrul walidain." Kemudian aku bertanya lagi, "Seterusnya apa?" Beliau menjawab, "Jihad fi sabililah.""" (HR. Muttafaqun 'alaihi) 5. Perintah berbakti kepada kedua orang tua didahulukan atas jihad dan hijrah. Dalilnya, selain hadits yang telah disebutkan sebelumnya, "Dari Abdullah bin Amr ra, dia berkata, Ada seorang laki-laki yang meminta izin kepada Nabi SAW untuk berjihad, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Dia menjawab, "Ya, masih. Beliau pun bersabda, Maka pada keduanya, hendaklah engkau berbakti." [HR. Muttafaqun 'alaihi] Sejalan dengan hadits tadi di hadits lain Rasulullah SAWpun bersabda, "Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ra, dia berkata, Ada seorang laki-laki menghampiri Nabi SAW seraya berucap, "Aku berbaiat kepadamu untuk berhijrah dan berjihad dengan mengharapkan pahala dari Allah." Beliau bertanya, "Apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih hidup?" Dia menjawab, "Ya, masih, bahkan keduaduanya." Maka beliau bersabda. Berarti engkau menginginkan pahala dari Allah? Dia menjawab, "Ya. Beliau bersabda, Kembalilah kepada kedua orang tuamu, lalu pergaulilah mereka dengan baik." [HR. Muslim] Kita juga masih mengingat kisah Juraij yang hidup jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Dimana dalam kisah tersebut diceritakan bahwa Juraij sedang sholat Sunnah dan ibunya memanggilnya. Dengan keraguan Juraij berkata kepada diri sendiri, 'Ya Allah, ibuku atau shalatku'. Tetapi Juraij memilih untuk meneruskan shalatnya. Tidak berapa lama ibunya memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij bertanya lagi kepada diri sendiri, 'Ya Allah, ibuku atau shalatku'. Tetapi beliau masih memilih untuk meneruskan shalatnya. Oleh karena terlalu kecewa akhirnya perempuan itu berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya Juraij adalah anakku. Aku sudah memanggilnya berulang

kali, namun ternyata ia enggan menjawabnya. Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapat fitnah yang disebabkan oleh perempuan pelacur'. Akhir cerita Juraij difitnah oleh seorang pelacur yang mengaku bahwa dia melahirkan anak dan anak tersebut adalah anak Juraij. Lalu orang beramai-ramai datang kepada Juraij. Mereka berteriak memanggil Juraij, yang pada waktu itu sedang shalat. Maka sudah tentu Juraij tidak melayani panggilan mereka, akhirnya mereka merobohkan bangunan tempat ibadahnya. Tatkala melihat keadaan itu, Juraij keluar menemui mereka. Mereka berkata kepada Juraij. 'Tanyalah anak ini'. Juraij tersenyum, kemudian mengusap kepala anak tersebut dan bertanya. 'Siapakah bapakmu?'. Anak itu tiba-tiba menjawab, 'Bapakku adalah seorang pengembala kambing'. Setelah mendengar jawaban dari anak tersebut, mereka kelihatan menyesal, lalu berkata. 'Kami akan mendirikan tempat ibadahmu yang kami robohkan ini dengan emas dan perak'. Juraij berkata, 'Tidak perlu, biarkan ia menjadi debu seperti asalnya'. Kemudian Juraij meninggalkannya". 6. Rasulullah SAW meletakkan, durhaka kepada kedua orang tua sebagai dosa besar nomor dua setelah syirik, sebagaimana sabda beliau SAW. "Diriwayatkan oleh Abu Bakrah Nufa'i al Harits ra, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Tidakkah akan aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?" Beliau mengulangi lagi pertanyaan tsb tiga kali. Kemudian para sahabat mengiyakan. Lalu Rasulullah SAW menyebutkan, "Yaitu mempersekutukan Allah dan durhaka kepada ibu bapak." Kemudian beliau merubah posisi duduknya dan berkata lagi, "Begitu juga perkataan dan sumpah palsu." Beliau mengulangi lagi hal yang demikian hingga kami mengharapkan mudah-mudahan beliau tidak menambahnya lagi." (HR. Muttafaqun 'alaihi) 7. Rasulullah SAW mengaitkan keridhaan Allah dan kemarahan Allah SWT dengan keridhaan dan kemarahan orang tua, sebagaimana sabda beliau SAW, "Keridhaan Allah ada pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Allah ada pada kemarahan orang tua." (HR. Tirmidzi) Inilah ketujuh dalil yang membuktikan keistimewaan birrul walidain di dalam Islam. Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka melupakan kewajiban ini. Dan ini mengingat kita kisah sahabat Al Qamah yang mengalami kesulitan ketika menjelang sakratul mautnya yang disebabkan ibunya tidak ridha, karena sang ibu merasa bahwa sang anak lebih memperhatikan sang isteri daripada dirinya. Dan Alhamdulillah diakhirnya sang ibu berkenan memaafkan anaknya, hingga akhirnya anaknya bisa menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan mengucapkan kalimat tauhid. Lalu apa bentuk-bentuk birrul walidain atau dengan kata lain bagaimana cara kita mewujudkan birrul walidain ini? Ada banyak cara agar kita sebagai anak dapat mewujudkan birrul walidain ini, al; 1. Meminta izin ketika kita akan melakukan sesuatu dan mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, dan masalah-masalah lainnya. Tentu saja keinginan kedua orang tua tsb. harus sesuai atau tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat Luqman ayat 15, "Dan jika keduanya memaksamu

untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." Dan sabda Rasulullah SAW bahwa, "Tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah, ketaatan hanya semata dalam hal yang ma'ruf." (HR. Muslim) Dalam hal ini, akan bisa memunculkan masalah, dan masalah terjadi bila ada perbedaan antara saran orang tua dengan keinginan kita sebagai anak, misalnya saja dalam masalah memilih jodoh. Masalah ini merupakan salah satu masalah dari banyak masalah yang sering terjadi. Solusi yang sering diambil anak dalam masalah ini adalah menikah tanpa memberitahukan kedua orang tuanya atau kita sering dengar istilah kawin lari. Dan dari kawin lari ini kemudian akan menimbulkan masalah baru, dan masalah yang paling sering terjadi adalah adanya jarak antara anak dan orang tua, adanya jarak antara menantu dan mertua, atau orang tua merasa diabaikan oleh anaknya karena anaknya lebih mengutamakan isterinya. Dalam kasus-kasus seperti ini, akhlaq sang anak diuji. Maukah dia menomorduakan keinginannya demi untuk melaksanakan birrul walidain? Namun demikian, perlu dicatat, bahwa orang tua yang bijak, tidak akan begitu saja memaksakan kehendaknya kepada anaknya. Disinilah diperlukan dialog dan keterbukaan. 2. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua 3. Bergaul dengan baik dan berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sebagaimana firman Allah dalam surat Al Israa' ayat 23. "Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil." 4. Tawadhu (rendah hati) dan tidak boleh sombong apabila pendidikan sang anak lebih tinggi dari pada orang tuanya atau apabila sang sudah meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena keberadaan kita di dunia melalui mereka berdua dan sewaktu kita lahir, kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, lalu orang tua kita memberi kita makan, minum, dan pakaian. 5. Membantu orang tua secara fisik dan finansial. Rasulullah SAW menjelaskan kepada kita bahwa betapapun banyaknya kita mengeluarkan uang atau membantu kedua orang tua, maka itu tidak sebanding dengan jasa mereka kepada kita. 6. Mendo'akan ibu bapak agar diberikan ampunan, rahmat, dan lain sebagainya, sebagaimana firman Allah dalam surat Nuh ayat 28 yang artinya, "Ya Rabbku, ampunilah aku, ibu bapakku, ...." 7. Setelah orang tua meninggal, birrul walidain masih dapat diteruskan dengan cara: a. menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya

b. melunasi hutang-hutannya c. melaksanakan wasiatnya d. meneruskan silaturrahmi yang dibinanya e. memuliakan sahabat-sahabatnya dan f. mendo'akannya Sebagaimana hadits Rasulullah SAW, "Seorang laki-laki dari Bani Salimah datang bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, adakah sesuatu yang masih dapat saya kerjakan untuk ibu bapak saya sesudah keduanya meninggal dunia?" Rasulullah SAW menjawab, "Ada, yaitu, mensholatkan jenazahnya, meminta ampunan baginya, menunaikan janjinya, meneruskan silaturahminya dan memuliakan sahabatnya."" (HR. Abu Daud) Keutamaan birrul walidain, al: 1. Birrul walidain merupakan amal yang paling utama, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,"Diriwayatkan dari 'Abdullah ibnu Mas'ud ra, dia berkata, "Aku bertanya kepada Nabi SAW, "Apa amalan yang paling disukai oleh Allah SWT?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau SAW menjawab, "Birrul walidain." Kemudian aku bertanya lagi, "Seterusnya apa?" Beliau menjawab, "Jihad fi sabililah.""" (HR. Muttafaqun 'alaihi) 2. Ridha Allah bergantung Kkepada ridha orang tua, sebagaimana sabda beliau SAW,"Keridhaan Allah ada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemarahan orang tua." (HR. Tirmidzi) 3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami. Kita masih ingat hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya. 4. Diluaskan rizki dan dipanjangkan umur, sebagaimana sabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam yang Artinya "Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahimnya. (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud) 5. Dimasukkan ke dalam surga oleh Allah SWT Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju surga, sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak dapat masuk ke dalam surga. Dan di antara dosa-dosa yang Allah SWT segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah SWT dan akan dimasukkan ke dalam surgaNya.

Anda mungkin juga menyukai