Anda di halaman 1dari 3

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Setiap manusia terlahir ke dunia tidak terlepas dari peran kedua orang tuanya
khususnya seorang ibu. Yang mengandung, melahirkan, menyusui serta
membesarkan anak-anak nya. Islam  sebagai agama yang sempurna dengan
pseperangkat aturannya juga mengatur masalah ini.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia
berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Q.S. Al-Ahqaaf : 15)

Dan juga Allah swt. Berfirman:


"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS Luqman: 14)

Dapat dipahami berbakti kepada kedua orangtua (birrul walidain) adalah perkara
yang penting. Bisa diwujudkan dalam bentuk menyayangi, mengasihi, menghormati
serta patuh dan taat kepada keduanya namun, kita tidak boleh taat kepada perintah
yang membawa kepada ketidak ta'atan kepada Allah SWT.

Allah swt. Berfirman:


“ Dan jika keduanya memaksa kamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka jangan lah engkau mematuhi
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembali kamu, maka Ku-
beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan .” (Q.S Luqman: 15)
Suatu riwayat menyebutkan bahwa ayat tersebut turun berkaitan dengan peristiwa
yang terjadi pada masa sahabat Sa'ad bin Abi Waqosh Radhiyallahu 'anhu. Ketika itu
Sa'ad masuk Islam namun ibunya tidak menyetujui bahkan mengancam akan tidak
makan dan minum hingga anaknya tersebut melepaskan keimanannya. Ancaman
ibunya tersebut benar-benar dilakukan sehingga membuat kesehatannya menurun
dan mengalami kritis.

Saat kondisi ibunya kritis seperti itu Sa'ad bin Abi Waqosh berkata lembut kepada
ibunya "ketahuilah wahai ibu, demi Allah seandainya ibu memiliki seratus nyawa dan
nyawa itu keluar satu persatu dari tubuh ibu, niscaya aku tidak akan meninggalkan
agama ini walau apapun yang terjadi. Aku tidak akan perduli dengan segala macam
ancaman ibu".

Dan ada beberapa kisah yang menceritakan tentang BIRRUL WALIDAIN

Uwais al-Qarni

Uwais al-Qarni terkenal sebagai seorang muslim yang taat beribadah dan
berbakti kepada ibunya yang sudah tua dan lumpuh. Segala permintaan ibunya ia
dapat penuhi kecuali satu permintaan yang sulit untuk dikabulkan yaitu mengerjakan
ibadah haji karena pada waktu itu perjalanan dari Yaman tempat asalnya ke Mekah
sangatlah jauh melewati Padang gurun yang gersang tandus dan panas. Biasanya
orang-orang akan menggunakan unta dan menyiapkan perbekalan yang banyak.
Namun kehidupan Uwais sangat miskin serta tidak memiliki kendaraan yang bisa ia
gunakan.

Kemiskinan tidak menghalangi Uwais untuk berusaha mengabulkan permintaan


ibunya tersebut, akhirnya ia menggendong ibunya untuk pergi berhaji dengan
berjalan kaki dari Yaman ke Mekah dengan menempuh perjalanan yang jauh dan
sulit untuk membuktikan baktinya kepada ibu tercinta.

Inilah contoh seorang anak yang taat kepada ibunya walau dengan keterbatasan
namun tetap tidak menghalangi ketaatan kepada ibunya tersebut, dan karena
ketaatannya itu sampai-sampai nama Uwais al qorni terdengar ke langit.

Al-qomah
Pada masa Rasulullah, ada seorang pria yang bernama Alqomah. Pada suatu hari,
menderita sakit yang kemudian menjadi semakin parah  bahkan tidak bisa beranjak
dari tempat tidur karena penyakit parahnya itu ia seperti sakaratul maut. Berita itu
pun sampai pada Rasulullah SAW. Kemudian beliau mengutus tiga orang
sahabatnya untuk menjenguk Alqomah.

Di sana, ketiga sahabat menemui Alqomah yang sedang dalam sakaratul maut,
namun dia kesulitan untuk mengucap lafal la ilaaha illallaah. Setelah itu, Rasulullah
memerintahkan sahabatnya untuk mencari ibu dari Alqomah. Setelah menemui sang
ibu, ternyata diketahui bahwa Alqomah telah melupakan ibunya sendiri. Sejak
menikah, Alqomah lebih mementingkan istrinya daripada ibu kandungnya. Ibu
Alqomah merasa sakit hati dengan sikap anaknya tersebut.

Kemudian, Rasulullah memerintahkan untuk mencari kayu bakar untuk membakar


Alqomah. Sang ibu merasa tidak sampai hati melihat sikap Rasulullah. Singkat
cerita, ibu Alqomah memaafkan kesalahan anaknya sehingga Alqomah dapat
menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.

Walau kisah al-qomah ini masih di perdebatkan tentang ke shahihannya namun kita
bisa mengambil pelajaran berharga tentang pentingnya bakti kepada ibu.

Nah teman-teman dari penjelasan tadi semoga bisa diambil pelajarannya


Tentang bagaimana sikap kita terhadap kedua orang tua kita terutama ibu. Apakah
kita menjadi anak yang berbakti atau sebaliknya. Wallahu'alam. (ar)

Anda mungkin juga menyukai