A. PENGERTIAN
Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai kebutuhan usaha sedangkan definisi pembiayaan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam ksp/usp koperasi pola syariah pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan akad bagi hasil, dan atau akad jual beli antara KSP Syariah/USP Syariah dengan anggota yang mewajibkan anggota untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan bagi hasil dan atau marjin. Pembiayaan merupakan aktivitas penting dalam lembaga keuangan karena aktiva paling besar dalam sebuah lembaga keuangan adalah outstanding portofolio pembiayaan yang juga merupakan sumber pendapatan utama penunjang keberlanjutan lembaga keuangan. Semakin tinggi outstanding pembiayaan maka semakin besar peluang pendapatan yang akan diperoleh, tetapi semakin besar pula resiko yang dihadapi. Untuk itu dalam buku ini titik beratnya bukan pada penanganan pembiayaan bermasalah namun bagaimana memberikan pembiayaan berkwalitas dan menghindari resiko pembiayaan sekecil mungkin sehinga perlu adanya manajemen pembiayaan yang baik. Dalam ilmu manajemen bahwa manajemen pembiayaan merupakan suatu cara usaha mengatur dan melakukan proses pembiayaan untuk mencapai tujuan pembiayaan yaitu keamanan, kelancaran dan menghasilkan. Usaha mengatur dan melakukan proses pembiayaan ini adalah dengan melakukan analisa kelayakan usaha dan analisa pembiayaan. Analisa kelayakan berdasarkan usaha meliputi aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek hukum, aspek
1
keuangan dan aspek sosial ekonomi. Layak berdasarkan hasil analisa kelayakan usaha belum tentu layak dibiayai karena tidak cukup hanya layak usaha namun perlu adanya analisa kelayakan pembiayaan dengan memperhatikan faktor carakter, capital, capacity, condition dan colateral atau dikenal dengan istilah 5C. Penerapan 5C bukan sekedar syarat diatas kertas, tetapi masuk dalam ruang bisbis anggota. Salahsatu yang membedakan analisa pembiayaan pada sistem syariah dengan konvensional adalah bagaimana pihak KJKS/UJKS/BMT terjun langsung melihat dan terlibat dalam proses bisnis calon anggota sehingga memahami betul kejadian-kejadian bisnis. Ini dilakukan karena KJKS/UJKS/BMT bukan memberikan pinjaman uang tetapi KJKS/UJKS/BMT terlibat dalam bisnisnya anggota. Untuk itu disusun panduan manajemen pembiayaan sebagai acuan bagi para praktisi KJKS/UJKS/BMT agar tidak memberikan perlakuan berbeda kepada calon anggota siapapun sehinggga bila anggota melakukan pengajuan pembiayaan dapat memahami dengan jelas tahapan dan proses yang berlaku. Panduan ini juga dilatarbelakangi oleh keragaman anggota pada KJKS/UJKS/BMT, agar para pengelola dapat melakukan pembiayaan kepada anggota dengan cepat, tepat dan cermat sehingga bukan hanya sekedar aturan tetapi lebih dari itu merupakan kebutuhan bagi KJKS/UJKS/BMT. Oleh sebab itu dalam proses pembiayaan KJKS/UJKS/BMT melakukan tingkat kehati hatian baik sebelum melakukan pencairan maupun setelah melakukan pencairan. Sebagai agama universal yang menjadi rahmat bagi alam semesta secara prinsip Islam mengatur masalah hutang piutang. Dalam Al-quran surat AlBaqoroh : 282 dijelaskan tentang prinsip hutang piutang. Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah (seperti jual beli, hutang piutang atau sewamenyewa) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskannya. .. (2: 282). Orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka demikian disebabkan mereka berkata , sesungguhnya jual beli sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba .. (QS. 2 : 275). Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang mengaku mukmin, Maka jika kamu meninggalkan sisa riba maka ketahuilah bahwa Allah dan Rosulnya akan
2
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat dari mengambil riba bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya. (QS. 2 : 278 279) Jabir berkata, bahwa Rosulullah saw. mengutuk orang yang menerima riba, orang yang memberinya, orang yang mencatatnya dan dua orang saksinya , kemudian beliau bersabda : Mereka itu semua sama (HR Muslim no 2995, kitab alMasaqqoh). Berdasarkan sinyal quran dan hadis Rosul ini maka perlu secara teknis panduan pembiayaan, agar setiap langkah yang lansung berhubungan dengan pembiayaan berjalan sesuai yang diharapkan
B. TUJUAN
Tujuan dari panduan manajemen pembiayaan ini adalah : 1. Sesuai dengan ketentuan syariah yang mengacu pada fatwa dewan syariah
2.
Menghasilkan pembiayaan yang berkwalitas yaitu keamanan (pembiayaan aman dalam usaha), kelancaran (pembiayaan lancar dalam pengembalian dan menghasilkan (pembiayaan menghasilkan keuntungan bagi anggota)
3.
Berdasarkan tujuan penggunaannya, jenis pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu tijari (bisnis) dan Pinjaman Kebajikan (tabaru)
1. TIJARI
1.1 Pembiayaan
kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti pembelian/pengadaan/penyediaan unsur-unsur barang dalam rangka perputaran usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
1.2 Pembiayaan
suatu barang, talangan dana, maupun biaya jasa suatu pengurusan (diutamakan secara kolektif).
1.4 Pembiayaan
Konsumtif,
yaitu
pembiayaan
untuk
anggota
KJKS/UJKS/BMT untuk keperluan konsumtif, seperti perbaikan rumah, pembelian alat rumah tangga dan lain-lain
masing-masing bertanggung jawab atas pembiayaannya sehingga dibutuhkan syarat-syarat yang menjamin pengembalian pembiayaan. Ada dua kemungkinan didalam memasarkan produk pembiayaan individu, yang pertama dengan cara jemput bola dan kedua, menunggu calon mitra datang ke KJKS/UJKS/BMT. Pertama. Pemasaran melalui jemput bola. Pembiayaan melalui jemput bola dilakukan dengan cara inisiatif dan proaktif dimana KJKS/UJKS/BMT menawarkan produknya, tentu harus melihat prosfek dan peluang usaha calon mitra. Walaupun dengan cara menawarkan produk, KJKS harus memiliki posisi tawar jangan sampai kesan yang muncul pada calon mitra bahwa KJKS menjadi sangat butuh melempar dana, namun sebaliknya KJKS menyampaikan informasi bahwa calon mitra menjadi merasa butuh kehadiran KJKS, artinya dibangun situasi yang saling membutuhkan. Kasus yang dapat dilihat dalam paraktik di lapang misalnya di sebuah pasar tradisional seorang pedagang kelontong melakukan pembayaran setiap hari kepada bank keliling, kejadian seperti itu merupakan kesempatan petugas lapang KJKS untuk mealukan pendekatan dengan calon mitra dan menggali informasi lebih jauh tentang kondisi sebenarnya, kesempatan itulah yang dilakukan petugas lapang untuk memberikan gambaran pola kerja, keunikan dan kelebihan yang dimiliki KJKS/UJKS/BMT, namun petugas lapang sekali-kali tidak menawarkan
pembiayaan secara terbuka tetapi justru memancing calon mitra bertanya dan mengajukan pembiayaan. Saat itulah KJKS/UJKS/BMT memiliki posisi tawar sehingga calon mitra mudah untuk memenuhi persyaratan menjadi mitra KJKS. Kedua. Pemasaran menunggu calon mitra. dapat mempermudah Pengajuan dalam pembiayaan yang disebabkan oleh calon mitra yang langsung datang ke KJKS/UJKS/BMT KJKS/UJKS/BMT menjelaskan sistem. Hal terpenting dalam menjelaskan pembiayaan adalah tidak pernah menyampaikan pinjaman kepada calon mitra, jika ada calon mitra datang ke KJKS/UJKS/BMT untuk pinjam uang, maka dengan tegas bahwa KJKS tidak memberikan pinjaman tetapi memberikan fasilitas pembiayaan (kerjasama usaha), menjual modal kerja atau investasi dan
produk lainnya. Dengan demikian kebutuhan calon mitra menjadi jelas dan penggunaannya insya Allah tidak akan disalahgunakan 2.Pembiayaan Metode Kelompok, yaitu pembiayaan yang diberikan melalui mekanisme kelompok. Sasaran pembiayaan melalui mekanisme kelompok dapat dibedakan dengan cara kolektif karyawan yang bernaung di bawah suatu lembaga, kelompok sesuai dengan jenis usaha dan kelompok bedasarkan demograpi atau daerah tempat tinggal. Alasan menggunakan metode kelompok karena pembiayaan ini nilanya kecil-kecil, berada dalam satu komunitas dan rata-rata calon mitra tidak memiliki jaminan. Metode ini memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri. Dari sisi biaya opersional lebih murah karena dapat menghemat biaya transaksi, dari sisi resiko lebih kecil karena selain mudah dikontrol pembiayaannya menyebar ke banyak orang. Memasarkan produk melalui metode kelompok sama dengan metode individu yaitu dengan cara jemput bola dan menunggu calon mitra. Kasus yang dapat dilihat pada praktik lapang untuk menawarkan pembiayaan pada metode kelompok adalah melalui survey pemetaan wilayah (memilih wilayah yang potensial untuk dikembangkan) dan sosialisasi umum baik melalui undangan ataupun pada acara pertemuan rutin warga. Setelah melakukan survey dan sosialisasi umum, dilakukan tahapan kegiatan: analisa pembiayaan, komite (rapat keputusan), pelatihan kelembagaan, aturan main kelompok, pencairan pembiayaan dan pertemuan rutin kelompok.
Memiliki kemampuan bayar atau kekuatan Domisili dlm radius wilayah pemasaran Memiliki karakter yang baik Memiliki agunan susuai ketentuan Khusus Kelompok berdasarkan musyawarah
simpan (Power saving) memenuhi untuk bayar kelompok (terjangakau secara rasional oleh Sumber daya lembaga)
a.
Segmentasi umum, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada mitra badan usaha atau perorangan secara umum, baik sendiri-sendiri ataupun kolektif. Kegunaan pembiayaan untuk modal kerja, investasi, maupun multiguna.
b.
Segmentasi pasar, yaitu pembiayaan yang diberikan khusus untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, investasi, maupun multiguna para pedagang pasar. Pengertian pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli secara fisik untuk pelaksanaan transaksi jual beli.
2.
Dari segi wilayah kerja Wilayah kerja KJKS dalam melakukan pembiayaan adalah wilayah sekitar kantor KJKS berada. KJKS perlu menentukan radius wilayah kerja, bila ada mitra yang radiusnya cukup jauh maka yang harus dipertimbangkan adalah jumlah droping di wilayah tersebut untuk mencapai BEP dan model pendampingan kelompok agar efisien dan efektif . Penentuan orang kunci (key person) sebagai penanggung jawab dalam menjakankan bisnis KJKS pada wilayah tertentu menjadi sangat penting sehingga orang kunci (key person) yang dipercaya KJKS perlu mendapat bagi hasil dari bisnis yang dijalankan.
3.
Kebijakan jenis usaha ditentukan dengan kondisi ekonomi yang berlaku di pasar.
4.
Dari segi pengalaman Diutamakan mitra yang telah memiliki pengalaman mengelola usaha sejenis (untuk wiraswasta) atau karyawan minimal dua tahun
B.PRODUK PEMBIAYAAN
Produk pembiayaan adalah suatu jasa layanan KJKS yang dikemas sesuai skema pembiayaan dan tujuan penggunaan dananya. pembiayaan yang diberikan KJKS adalah : 1. Mudharabah Rincian produk
Pembiayaan Mudharabah, adalah suatu bentuk pembiayaan perniagaan dimana KJKS/UJKS/BMT sebagai pemilik modal (Sahibul Maal) menyetorkan modalnya kepada anggota sebagai pengusaha (Mudarib) untuk diniagakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan (nisbah) dari kedua belah pihak, dan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal sepanjang bukan merupakan kelalaian anggota. 2. Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah, adalah suatu bentuk akad kerjasama perniagaan antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dan risiko dibagi menurut proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan bersama. 3. Murabahah adalah tagihan anggota dari atas akad transaksi jual beli antara jual-beli, yang dengan
mewajibkan anggota untuk melunasi kewajibannya sesuai jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran imbalan berupa marjin keuntungan yang disepakati dimuka sesuai akad. Produk dari akad jual beli ini dapat berupa Piutang Murabahah dan Produk Jual-Beli turunannya, Piutang Salam dan Istisna. 4. BAI AS-SALAM yakni
Piutang Salam adalah perjanjian jual-beli barang dengan cara pemesanan dan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran harga lebih dahulu, dan pengiriman barang yang dipesan diterima kemudian (ditangguhkan). 5. BAI AL-ISTHISNA Piutang istisna adalah perjanjian jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepekati antara pemesan dan penjual. Pada pembiayaan ini pembeli memesan barang dan penjual membayarkan dana kepada pembuat barang pesanan, bila barang pesanan selasai dibuat pihak penjual meyerahkan barang pesanan pembeli kemudian dibayar oleh pembeli dengan cicilan 6. Al-IJARAH Piutang ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Pada pembiayaan ini digunakan untuk mengambil manfaat suatu barang dan atau tempat dengan sistem sewa. KJKS/UJKS/BMT bertindak selaku pemberi sewa, dan mitra sebagai penyewa. Beberapa contoh diantaranya adalah sewa rumah, kios, ataupun sewa untuk perlengkapan pesta. Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan kegunaan sewa tersebut. Bisa juga sewa dengan jenis mumtahia bit tamlik dimana sipenyewa diakhir masa sewa dapat memiliki objek sewa jenis ini disetujui oleh Mazhab Hanafi, SyafiI, Hambali dan juga Imamiyah 7. Al-Ujrah Jenis pembiayaan ini untuk keperluan anggota yang bersifat kegiatan jasa seperti pembuatan SIM, pendidikan dan kegiatan lainnya. KJKS/UJKS/BMT bertindak sebagai penyedia jasa layanan, misalnya tukang ojeg membutuhkan SIM, KJKS/UJKS/BMT memberikan jasa layanan SIM bekerjasama dengan kepolisian. waktu yang diberikan oleh KJKS/UJKS/BMT
10
Dan KJKS/UJKS/BMT
menetapkan harga layanan SIM kemudian dibayar oleh tukang ojeg sesuai
8.
Al Qard Disamping pembiayaan yang bersifat komersial (orientasi bisnis) sebagaimana tersebut di atas, maka KJKS/UJKS/BMT syariah juga memberikan pembiayaan yang bersifat sosial atau kebajikan (nirlaba). Calon mitra yang mendapatkan pembiayaan ini adalah pengusaha kecil yang memiliki semangat dan kemauan berusaha namun terhambat oleh modal. Secara teknis KJKS/UJKS/BMT, calon mitra ini sulit untuk pembiayaan. KJKS/UJKS/BMT tidak mendapatkan mendapatkan
KJKS
USAHA
X%
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
Y%
11
MODAL
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/ perniagaan antara pihak pemilik dana (shahibul maal) sebagai pihak yang menyediakan modal dana sebesar 100% dengan pihak pengelola modal (mudharib).
APLIKASI :
Contoh pembiyaan bagi hasil ( Mudhaarabah) Pak Amar mengajukan pembiayaan ke KJKS untuk beternak ayam pedaging untuk 500 ekor sesuai dengan kapasitas kandang yang Pak Amar miliki, dari hasil wawancara diketahui : Biaya pemeliharaan Rp 200/ ekor x 500 Biaya sewa kandang Rp 200/ekor x 500 DOC (anak ayam) Rp 3000 x 500 Pakan perekor 2.5 kg x Rp 2000 x 500 Obat-obatan, penerangan dll Rp. 100.000.00 Rp. 100.000.00 Rp.1.500.000.00 Rp.2.500.000.00 Rp. 50.000.00
Kemungkinan I Aqad Mudhaarabah dengan kesepakatan nisbah 30% KJKS : 70% Pak Amar
12
Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut : Terjadi mortalitas (kematian) 30 ekor Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 470 = 587,5 kg Harga panen Rp 9000 /kg x 587,5 Keuntungan 5.287.500 4.250.000 Bagi Hasil KJKS/UJKS/BMT 30% Konversi 7 % Rp.5.287.500 Rp.1.035.500 Rp. 311.250
Kemungkinan II Aqad Mudhaarabah dengan kesepakatan nisbah 30% KJKS : 70% Pak Amar Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut : Terjadi mortalitas (kematian) 100 ekor Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 400 = 500 kg Harga panen Rp 9000 /kg x 500 Keuntungan 4.500.000 4.250.000 Bagi Hasil KJKS/UJKS/BMT 30% Konversi 2 % Rp.4.500.000 Rp. 250.000 Rp. 75.000
Kemungkinan III Aqad Mudhaarabah dengan kesepakatan nisbah 30% KJKS : 70% Pak Amar Hasil panen selama 35 hari adalah sebagai berikut : Terjadi mortalitas (kematian) 100 ekor Berat panen rata-rata 1.25 kg perekor x 400 = 500 kg
13
Harga panen Rp 7.500 /kg x 500 Keuntungan 3.750.000 4.250.000 Bagi Hasil KJKS/UJKS/BMT Konversi 0 %
Dalam hal demikian KJKS KJKS/UJKS/BMT bukan tidak dapat bagi hasil saja, bahkan rugi sebesar Rp 500.000 dan Pak Amar tidak mempunyai hutang kepada KJKS. (tidak harus menyetor kekurangananya sebesar Rp. 500.000
KJKS rugi modal ; Fulan rugi tenaga dan waktu (tertuang QS An-Nisaa : 29 dan QS Luqman ayat 34)
Beberapa syarat pembiayaan bagi hasil Bisnis yang dibiayai relatif dapat dipisahkan dengan kegiatan bisnis lainnya kelayakan) dimungkinkan Layak (sesuai hasil analisa Intervensi pemilik dana relatif
Ketersediaan SDM , baik dari perilaku bisnis ataupun pemilik dana Secara nyata penerima dana menunjukkan tingkat amanah yang memadari (history)
SKEMA AL - MUSYARAKAH
KJKS
14
USAHA
A x Profit x X% A+B
B x Profit x Y% A+B
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
MODAL KJKS
Kang Towil mengajukan pembiayaan kepada KJKS untuk pembelian pulsa elektrik sebanyak 200 nomor pulsa, harga setiap nomor pulsa rata-rata 50.000 x 200 = Rp. 10.000.000. Nomor pulsa yang sudah Kang Towil miliki dari modal sendiri sejumlah 50 nomor atau sejumlah Rp 5.000.000. Setiap penjualan, jumlah nomor pulsa yang sudah keluar tercatat sehingga pencatatan nomor pulsa dari modal Kang Towil dan dari KJKS disatukan jadi total modal usaha Rp 15.000.000,-. Sumber pengembalian Kang Towil dari penjualan pulsa dan hasil wawancara serta survey KJKS, Kang Towil layak usaha dan layak dibiayai. Berdasarkan kesepakatan akad yang cocok untuk pembiayaan Kang Towil adalah Musayarakah dengan nisbah 30% : 70%. Realisasi Usaha Hasil penjualan pulsa setiap hari rata-rata 150 nomor pulsa dengan rata-rata keuntungan Rp 2.000 adapun hasil penjualan setiap bulan adalah sebagai berikut : Bula Harga Harga Profit n Jml Pulsa Beli jual Margin perbulan 3,75 50,00 52,00 2,00 7,500,0 1 0 0 0 0 00 4,00 50,00 53,00 3,00 12,000,0 2 0 0 0 0 00 3,50 50,00 51,00 1,00 3,500,0 3 0 0 0 0 00 3,80 50,00 52,00 2,00 7,600,0 4 0 0 0 0 00
15
4,20 5 6 7 8 9 10 11 12 0 3,60 0 3,75 0 4,00 0 3,50 0 3,80 0 4,20 0 3,60 0 0 Perhitungan Bagi Hasil 1 2 Bula n Modal KJKS 26 10,000,0 1 00 9,000,0 2 00 8,000,0 3 00 7,000,0 4 00 6,000,0 5 00 5,000,0 6 00 4,000,0 7 00 3,000,0 8 00 2,000,0 9 00 1,000,0 10 00 0 0 0 0 0 0 0
50,00 0 50,00 0 50,00 0 50,00 0 50,00 0 50,00 0 50,00 0 50,00 0 3 Total Modal 15,000,00 0 15,000,00 0 15,000,00 0 15,000,00 0 15,000,00 0 15,000,00 0 15,000,00 0 15,000,00 0 15,000,00 0 15,000,00 0
53,00 0 51,00 0 52,00 0 53,00 0 51,00 0 52,00 0 53,00 0 51,00 0 4 Profit Bulanan 7,500,0 00 12,000,0 00 3,500,0 00 7,600,0 00 12,600,0 00 3,600,0 00 7,500,0 00 12,000,0 00 3,500,0 00 7,600,0 00 12,600,0 00
6 Beli Saham
ke KJKS*
1,500,0 00 2,160,0 00 560,000 1,064,0 00 1,512,0 00 360,000 600,000 720,000 140,000 152,000 -
1,000,00 0 1,000,00 0 1,000,00 0 1,000,00 0 1,000,00 0 1,000,00 0 1,000,00 0 1,000,00 0 1,000,00 0 1,000,00 0
16
KJKS
6. Bayar
MITRA
3. Beli Barang
4. Kirim
SUPLIER PENJUAL
Contoh pembiayaan dengan aqad jual beli
17
Mesin dijual oleh KJKS Rp. 1.200.000 Tabungan yang dimiliki untuk uang muka Rp. 200.000 Sisa hutang Pak Aceng Rp. 1.000.000 Sumber pelunasan dari kekuatan simpan Rp. 5.000./hr Pak Aceng wajib mengangsur Rp. 5000.00/ hari selama 200 hari Apabila Pak Aceng tidak dapat melunasi dalam jangka waktu 200 hari karena sakit selama 1 minggu tidak boleh ada tambahan (denda) apapun. (QS 2 : 280),
KJKS 13.450 7
Selisih 550 6
18
tetap tetap
550 x 75 kg 42.250/hari
550x75x 6 247.500
Dari perbandingan diatas, KJKS mewajibkan Pak Didi untuk menabung setiap hari sebesar 50% dari keuntungan perhari yang diterima atau sebesar Rp 20.000. Sehingga dalam waktu 50 hari Pak Didi dapat mandiri karena untuk mebeli karkas dengan kontan dapat mengambil dari tabungannya bahkan memiliki kebiasaan menabung. Dengan tidak merubah pola suplier bahkan harga KJKS lebih murah Rp 550 dan waktu lebih lama 1 minggu maka Pak Didi bersedia dengan tawaran KJKS.
SKEMA AL-IJARAH
SUPLAYE R PENJUAL
B.Milik
MITRA
3. Sewa Beli
KJKS
Atep seorang tukang ojeg harus menyetor Rp. 15.000 perhari kepada Juragan. Karena sesuatu hal Juragan bermaksud menjual motornya seharga Rp 4.000.000. Mendengar informasi tersebut Atep menawarkan motor juragannya kepada KJKS dan dia bersedia membayar kepada KJKS/UJKS/BMT dengan cicil. Dari kasus diatas KJKS mengikuti kebiasaan yang dilakukan Juragan kepada Atep, namun KJKS mengakadkan dengan sewa beli, dimana Atep membayar sewa kepada KJKS Rp 15.000 perhari dengan masa perjanjian selama 320 hari atau 320 kali, jika Atep membayar tepat 320 hari atau 320 kali maka motor tersebut menjadi milik Atep.
19
Alternatif lain dalam kasus ini adalah melakukan sewa terhadap usaha syirkah KJKS dengan Atep, dimana Atep menyertakan dana syirkah atas pembelian motor misalnya Rp. 100.000. Motor tersebut kemudian disewakan kepada Atep (prinsipnya siapapun yang menyewa dibolehkan) dengan harga Rp 10.000/hari dan syirkah Atep Rp. 300.000/bulan yang dibayar setiap hari sebesar Rp. 10.000/hari. Uang sewa Rp. 10.000/hari dibagi secara proporsional, dan bila satu bulan Atep bersyirkah Rp 300.000 maka syirkah Atep menjadi 300.000 + 100.000 x pendapatan sewa x nisbah (%) 4.000.000
D.
E.
Keberlanjutan lembaga keuangan dipengaruhi oleh biaya administrasi, biaya bagi hasil, kerugian pada pembiayaan, keuntungan yang diperlukan lembaga. Sehingga lembaga keuangan perlu menutupi biaya tersebut sebesar ...... Nisbah bagi hasil dan margin digunakan agar terjadinya keadilan dalam memperoleh keuntungan baik pada pihak mitra maupun lembaga karena bagi hasil diperoleh dari hasil usaha bukan dari pokok sehingga tidak mendahului takdir. Besarnya proporsi bagi hasil berdasarkan kesepakatan awal antara lembaga dengan mitra dengan mempertimbangkan gugus tugas dan kontribusi dalam kerjasama usaha misalnya 20 : 80, 30 : 70, 40 : 60, 50 : 50 Sedangkan margin merupakan penyeimbang dari modal kerja atau investasi yang dimanfaatkan oleh mitra. Berbeda dengan penentuan suku bunga, dalam menentukan nisbah dan proporsi bagi hasil tidak dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang diberikan kepada deposan. Tetapi sebaliknya justru deposan akan mendapatkan bagi hasil tergantung dari pendapatan yang diterima KJKS/UJKS/BMT pada bulan bersangkutan. Sebelum melakukan penentuan harga maka hal prinsip yang harus dipahami adalah perbedaan dan membedakan bisnis lembaga keuangan konvensional dengan syariah. Pada keuangan konvensional lebih berbicara pada hal hal moneter sedangkan dalam syariah adalah sektor riil. Oleh sebab itu lembaga keuangan syariah harus terjun langsung dalam bisnis mitra kerjanya dan paham betul berapa rupiah yang digulirkan, sehingga dalam menentukan margin dan nisbah basil dapat mendekatkan kepada keadilan. oleh beberapa factor.
1.
Beberapa
21
2.
Ada pembanding, yaitu penentuan harga dibandingkan dengan aktifitas transakasi yang dilakukan mitra usaha atau anggota terhadap suplayer. Contoh, apabila mitra usaha membeli sesuatu produk pada suplayer dengan jual putus (tempo) terjadi selisih Rp 100 dibanding membeli kontan (cash), maka KJKS/UJKS/BMT mengambil margin lebih kecil dari harga selesih Rp 100. bila perlu jauh lebih kecil namun tetap masuk dalam range yang diinginkan. Sebagaimana kasus Pak Didi pedagang yam potong pada produk murabahah
3.
Reputasi pembiayaan
Alat Ukur. Pada bagian akhir KJKS/UJKS/BMT melakukan perhitungan berdasarkan rumus harga jual sebagai alat ukur atau sandaran menentukan harga, namun kompetisi harga dipasaran menjadi hal penting bagi KJKS/UJKS/BMT sehingga membutuhkan strategi khusus. Yang perlu diingat bahwa KJKS/UJKS/BMT tidak menetapkan harga jual bagi deposan namun hanya melakukan perkiraan biaya dana sehingga harga jual menjadi fleksible dan bersaing. R = AE + CF + LL + K II 1-LL R = Keuntungan yang perlu di realisasikan KJKS/UJKS/BMT AE CF LL K II rata2 = Biaya Administrasi = Biaya perolehan dana, termasuk mengukur infalsi = Kerugian yang timbul dari pembiayaan yang diberikan = Tingkat keuntungan yang diharapkan = Pendapatan investasi
22
Contoh Rata-rata portfolio yang berputar berasal dari Portofolio tahun 2006 12.000.000 Portofolio tahun 2007 19.657.000 + 31.657.000 31.657.000 : 2 = Biaya administrasi Misalnya diperoleh Biaya dana Biaya Kerugian Keuntungan yang diharapkan Pendapata Investasi Maka harga jual KJKS pertahun diperkirakan : 0.095 + 0.126 + 0.02 + 0.10 0.02 1- 0.02 = 31 % per tahun Perhatian : 1. Untuk mencari biaya dana berdasarkan pengalaman nilai bagi hasil tahun lalu dengan memperhatian hutang modal dan nilai inflasi dengan formulasi :
(modal hutang rata2 X %rata2 basil) + (Modal rata2 Rata2 Aktiva tetap) X inflasi Rata2 Outstanding Portofolio 2.
15.828.000 (rata-rata portfolio) 1.500.000 : 15.828.000 = 9.5 % 2.000.000 : 15.828.000 = 12.6 % 342.000 : 15.828.000 = 2.0 % 10.0 % 2.0 %
Perhitungan diatas adalah hanya sebagai alat ukur KJKS dalam menentukan harga, harga jual sesungguhnya tergantung dari kondisi pasar sesungguhnya
3.
Bila harga jual KJKS lebih tinggi dari bisnis riil di pasar maka harus ada perbaikan nilai komponen pada rumus diatas
23
4.
Untuk bersaing dipasaran yang mungkin dapat diperkecil adalah biaya administrasi, kerugian, dan keuntungan yang diharapkan. Sedangkan untuk biaya dana tergantung dari pendapatan yang diperoleh dari KJKS.
Dana yang didroping KJKS/UJKS/BMT aman, menghasilkan dan dapat meminimalisir risiko kemacetan. Keberlangsungan usaha KJKS/UJKS/BMT berjalan baik
2.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aspek Manajemen Aspek Pemasaran Aspek Tekhnis Produksi Aspek Hukum Aspek Keuangan Aspek sosial ekonomi Character, Capacity Capital Conditions Colateral tersebut dilakukan karena KJKS/UJKS/BMT lebih
mengutamakan pembiayaan berkwalitas bukan penanganan pembiayaan Penilai kelayakan usaha dan analisa pembiayaan dituangkan dalam Memorandum Analisa Pembiayaan (MAP). Memorandum Analisa Pembiayaan (MAP) merupakan panduan yang harus ditanyakan kepada calon mitra dan juga mitra yang mengulangi pembiayaan termasuk dokumendokumen yang diperlukan :
Identitas Identitas mitra diisi pada lembaran MAP, untuk menunjukan keakuratan data dokumen yang perlu dilampirkan mitra adalah KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga) sehingga kita dapat melihat dan memperkirakan biaya resiko keluarga
2.
Status Rumah Status rumah ditunjukan dengan kelengkapan dokumen surat rumah, bila kondisi mitra menggunakan fasilitas listrik, telpon, gas, PDAM maka dilampirkan dengan bukti pembayaran terakhir. Dokumen tersebut tujuannya agar KJKS/UJKS/BMT dapat melihat karakter bayar mitra dan karakter pola hidup mitra.
25
3.
Profil Usaha
Menggali sejarah usaha mitra, usaha yang dijalankan saat ini, system usaha yang dijalankan, lokasi usaha, status tempat usaha dan kepemilikan. Petugas pembiayaan menjelaskan dalam bentuk deskripsi sehingga komite dapat melihat gambaran usaha kini dan yang akan datang. Profil usaha mitra dibandingkan dengan kondisi keuangannya, misalnya usaha ayam potong keuntungan setiap hari Rp 50.000 sedangkan jumlah biaya resiko dan biaya lain-lain rata-rata Rp. 30.000 perhari. Sehingga ada sisa Rp 20.000, petugas harus mecermati sisa Rp 20.000 wujudnya sudah jadi apa (tabungan, rumah, modal kerja atau investasi lainnya). Lebih detail gambaran profil usaha menilai aspek-aspek sebagai berikut: 3.1. Aspek Manajemen Dalam menilai aspek manajemen usaha kecil (usaha informal) dan mikro KJKS sangat berbeda dengan usaha formal walaupun beberapa hal yang berkaitan dengan manajemen seperti organisasi usaha, rencana penggunaan pembiayaan berkaitan dengan prospek usaha mitra menjadi alat ukur bagi penilaian mitra. Peran KJKS dalam memberikan masukan atas rencana penggunaan pembiayaan termasuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya resiko sangat penting karena hal tersebut terkait dengan pembayaran kembali dana KJKS. Bagian penting yang harus diingat bahwa KJKS berprinsip pada bisnis riil bukan jual uang, sehingga wajib tahu rencana penggunaan dana baik sebelum ataupun setelah pencairan dengan kata lain perlu adanya pendampingan. Hal lain yang menjadi perhatian adalah kepemilikan usaha, pengelolaan usaha (sendiri atau menggaji orang), model kerjasama dan sistem pengambilan keuntungan (penggajian atau asal ambil dari kas). Seringkali yang terjadi pada usaha mikro adalah keuangan usaha disatukan dengan keuangan rumah tangga, oleh sebab itu perlu dilakukan analisa yang cermat atas kebiasaan mitra sehingga KJKS menyesuaikan kondisi mitra dan secara perlahan mengarahkan pada kebiasaan mengatur keuangan yang baik.
26
3.2. Aspek Pemasaran Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam kaitan pemasaran usaha mitra meliputi kebutuhan pasar (usaha bersifat rutinitas atau musiman), tingkat persaingan, pelanggan dn daya beli masyarakat, promosi, cara penjualan (tunai, jual putus, konsinyasi atau kredit), dan daerah pemasaran dan distribusi (eceran atau dalam bentuk partai). 3.3. Aspek Tekhnis dan Produksi Aspek produksi bersifat sangat umum, bila usaha mitra berhubungan dengan proses produksi maka perlu melihat keberlanjutan produksi yang meliputi; proses produksi, kapasitas alat produksi, lokasi 3.4. Aspek Hukum Aspek hukum pada usaha formal biasanya menyangkut pada badan usaha, perpajakan, dan kegiatan birokrasi lainnya. Namun untuk menilai dari aspek hukum usaha informal kecil dan mikro lebih menitik beratkan pada persoalan yang sederhana seperti status usaha (milik sendiri atau kerjasama), status tempat usaha (milik sendiri, sewa, hak guna bangunan, atau kaki lima), tempat tinggal menetap atau tidak usaha yang dijalankan bertentangan dengan hukum atau tidak. 3. 5. Aspek Keuangan Untuk mengetahui aspek keuangan calon mitra atau mitra KJKS wajib mendata informasi keuangan mitra dan calon mitra. Berikut contoh informasi keuangan yang diperoleh KJKS : Tabungan pada Bank Tabungan pada KJKS Piutang dagang Kas perhari ini Rp 1.000.000,- (nama Bank Rasaksa ) Rp 0 Rp 0 Rp 1.000.000,27
fasilitas gedung,
Investasi usaha
Pinjaman yang sedang berjalan ke pihak lain : Nama lembaga/perorangan buktikan dengan alat yang syah Besar pinjamaman Modal awal Modal kerja sekarang Aset Kapasitas Pembelanjaan Laba / Rugi Pendapatan Omzet hari/minggu/bulan a.Keuntungan (% dan Rp.) b.Sumber pendapatan lain Total Pendapatan (a+b) Pengeluaran Resiko Harian
Rp. 25.000 Rp. 15.000 Rp. Rp. 0 0 0 Rp. Rp. 0 Rp. 0 50.000 perbulan 50.000 perbulan 50.000 perbulan 5.000 3.000
Transportasi belanja Biaya sekolah per hari Restribusi Angsuran pinjaman Arisan Gaji pegawai Gas dan atau minyak Listrik Telephon Air dan atau PAM SPP Asuransi
Lain lain
28
Total pengeluaran harian Total pengeluaran bulanan Kemampuan simpan Prestasi pyd sebelumnya Perkembangan usaha Jumlah Plafond yg diajukan
Rp.
48.000
Kemampuan simpan (power saving) artinya dana sisa yang tidak dipergunakan, kemungkinan dana sisa tersebut diputar ke modal kerja atau di simpan pada pihak lain. Dari aspek keuangan jika pembiayaan Rp. 2.000.000 dan target pengembalian 50% dari power saving mitra mampu mengembalikan pembiayaan dengan pola harian atau mingguan selama 130 hari atau 20 minggu (sesuai dengan total hutang mitra) 3.6. Aspek Sosial Ekonomi
KJKS/UJKS perlu melihat kondisi perekonomian secara jernih dan mampu melihat sisi manfaat dan mudharatnya KJKS/UJKS melihat berapa jumlah tenaga kerja yg terserap? KJKS/UJKS harus mencermati bagaimana pengaruh usahanya terhadap lingkungan? KJKS/UJKS harus mengkaji lebih dalam apakah usahanya tidak bertentangan dengan agama dan adat setempat?
KJKS/UJKS harus melihat sinergitas usaha calon mitra dengan mitra yang sudah berjalan.
29
Penilaian unsur 5 C merupakan prinsip analisa pembiayaan yang harus dinilai oleh KJKS/UJKS/BMT, sebagai alat analisa pembiayaan apakah calon mitra layak atau tidak layak untuk dibiayai. berikut : 4.1 Character Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon mitra, dengan tujuan untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa mitra pengguna dana mengajukan pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya. yang Untuk Adapun unsur 5C adalah sebagai
mempertimbangkan karakter calon mitra atau mitra berdasarkan kajian pada pembiayaan bermasalah adalah :
Mencocokan hasil wawancara dengan data yang diperoleh Gaya bicara dalam wawancara; jika orang sudah menjelek-jelekan mitra lainnya biasanya ada indikasi kurang baik Memandang nilai pembiayaan; jika calon mitra memandang remeh nilai pembiayaan berarti tidak punya rencana usaha dan cenderung menyembunyikan informasi usaha yang akurat
Menyampaikan rencana usaha; calon mitra yang tidak punya rencana usaha yang baik ingin selalu cepat dicairkan maka KJKS/UJKS harus cepat cepat juga menolak pegajuannya
Pergaulan di lingkungan warga Loyalitas dalam bekerjasama Pelayanan terhadap petugas lapang pada saat survey; hati-hati terhadap service calon mitra yang berlebihan (petugas lapang dilarang menerima oleh-oleh hasil survey)
Penilaian karakter tidak dapat dilihat dan dirasakan dalam waktu yang singkat. Pertimbangan diatas merupakan langkah-langkah umum yang terjadi dalam transaksi pembiayaan. 4.2 Capacity Penilaian secara subyektif tentang kemampuan mitra untuk melakukan pembayaran. Kemampuan ini diukur dengan catatan prestasi mitra masa lalu
30
yang didukung dengan pengamatan dl lapangan atas usaha mitra, cara berusaha ataupun tempat berusaha. Kemampuan mitra dapat dilihat dari analisa kelayakan usaha. Perlu dicermati dalam melihat kemampuan mitra jika terjadi titik kritis, misalnya jika mitra tersebut sakit apakah ada yang menggantikan usahanya, bila terjadi musibah dan lain sebagainya apakah ada pendapatan lain yang dapat mengkaper pembayaran. 4.3 Capital Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon mitra, yang diukur dengan posisi usahanya secara keseluruhan melalui rasio finansialnya dan penekanan pada komposisi modalnya. 4.4 Conditions Bagian pembiayaan KJKS/UJKS/BMT harus melihat kondisi perekonomian secara umum khususnya yang terkait dengan jenis usaha calon mitra. Hal tersebut dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai. Kasus yang dapat kita lihat misalnya pada usaha wartel. Kondisi wartel saat ini sudah sangat jenuh karena pulsa celuler lebih murah dan penggunaanya sangat praktis sehingga kondisi seperti ini kurang baik untuk dibiayai, atau sebaliknya kebutuhan akan bahan pokok tidak pernah jenuh dan sistem yang berjalan cukup baik sehingga secara conditioning usaha ini cukup baik dibiayai.
4.5 Colateral Colateral adalah jaminan milik calon mitra. Penilaian jaminan untuk lebih meyakinkan jika suatu resiko kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Tetapi, colateral dalam KJKS KJKS/UJKS/BMT lebih ditekankan pada faktor : kepercayaan, kedekatan hubungan dengan pengusaha dan kegiatan usahanya; sudah dikenal karakternya sebagai anggota KJKS, dijamin oleh seseorang. Walaupun demikian perlu adanya perangkat-perangkat dan dokumen dalam jaminan, paling tidak jika mitra akan menjual barang yang dijaminkan atau pindah
31
tempat tinggal, dapat diketahui KJKS, sehingga dapat menyelesaikan pembiayaannya. Bentuk jaminan dibagi dua yaitu :
1.
Benda tak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Berdasarkan atas hak Akte Jual Beli, bukan merupakan tanda kepemilikan hak suatu tanah. Untuk jaminan ini, pemohon wajib melengkapi Surat Keterangan Riwayat tanah (SKRT) yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa dan Camat dimana jaminan tersebut berada. Surat ini menjelaskan sejarah pemindahalihan tanah sejak tahun 1961.
Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai . Untuk sertifikat selain hak milik, maka kepemilikan tanah mempunyai jangka waktu tertentu.
KJKS
KJKS/UJKS/BMT
tentang
jaminan
berupa
kendaran bermotor adalah : Usia kendaraan bermotor maksimal lima tahun terhitung pada saat calon mitra mengajukan pembiayaan ke KJKS/UJKS/BMT.
tersebut berasal dari pihak lain yang dibeli oleh calon mitra dan belum dibalik nama, maka calon mitra wajib menyertakan bukti transaksi asli. Benda tak berwujud, jaminan ini merupakan jaminan wajib berupa tabungan, salahsatu syarat mendapat fasilitas pembiayaan adalah mitra membayar simpanan pokok dan simpanan sukarela 2. Jaminan tambahan Garansi atau jaminan kepercayaan atas pembiayaan yang diterima oleh mitra dari pihak ketiga.
32
Avalist, adalah jaminan yang berupa uang simpanan penjamin di KJKS atau dana lain yang dapat dibayarkan untuk mitra bila terjadi resiko kemacetan Nilai jaminan materi minimal 125% dan atau sebanding dengan nominal pembiayaan yang diajukan oleh calon mitra. Kepemilikan jaminan materi harus milik keluarga inti. Yang dimaksud dengan keluarga inti adalah suami/istri, anak, orang tua pemohon atau pemohon itu sendiri.
Petugas lapang (pendamping) menyampaikan hasil rapat komite Melakukan kesepakatan lisan (terjadi waad) dengan mitra yang terdiri
dari; pagu pembiayaan, nisbah atau margin, jangka waktu dan waktu pencairan.
Petugas
lapang
(pendamping)
menyerahkan
surat
persetujuan
pembiayaan (SPP) kepada mitra untuk ditanda tangani. SPP yang telah ditanda tangani mitra diserahkan kepada Administrasi Pembiayaan siap diakadkan dan cairkan yang selanjutnya dibuat akad.
SURAT PERSETUJUAN PEMBIAYAAN Bismillahirrahmanirrahim Setelah mempertimbangkan berbagai aspek berdasarkan data yang diperoleh maka dengan memohon ridha Allah SWT komite memutuskan pembiayaan atas nama tersebut dibawah dan disetujui oleh yang bersangkutan untuk memfasilitasi pembiayaan dengan persetujuan sebagai berikut : Nama Mitra : Alamat : Peruntukan pembiayaan : Akad pembiayaan : Plafond pembiayaan : ...................................................................
33
Nisbah bagi hasil Harga beli pokok Margin keuntungan Total hutang Jaminan Tabungan Jangka waktu pembiayaan Jenis angsuran Jumlah pengembalian Pokok Nisbah/margin Cadangan tabungan
Peserta komite
Kolom persetujuan
PEJABAT KJKS MITRA PEMBIAYAAN
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil rapat komite, penandatangan kredit dilakukan antara pihak KJKS dengan Mitra Pihak KJKS membacakan akad pembiayaan, dan Mitra menandatangani setiap pasal yang disetujui dan telah dibacakan
34
Teller memnghitung dan menyerahkan uang serta kartu angsuran kepada Mitra. Protes atas selisih dana yang diterima mitra, hanya diterima bila mitra masih berada dalam lingkungan KJKS atau sebelum meninggalkan KJKS.
35
Mencocokan penggunaan dana dengan daftar kebutuhan Menjalin hubungan emosional Melihat perkembangan usaha Memberikan informasi seputar KJKS dan Mitra Membantu menyetorkan angsuran (sesuai jadwal angsuran) Mencatat angsuran pada kartu yang dipegang oleh Mitra Memperkecil resiko keterlambatan angsuran Dauroh dan rekreasi rohani sebagai sarana pembelajaran bagi KJKS
5. 6. 7.
8.
dan Sahabat Muamalah / Mitra Administrasi membuat laporan prestasi mingguan dan mencocokan dengan pendamping lapangan untuk segera memperbaiki kekeliruan pada pengelola bila terjadi kesalahan dan memperbaiki kelalaian mitra bila terjadi keterlambatan .
B. Mengidentifikasi Risiko
Pembiayaan yang diberikan kepada mitra tidak semua berjalan baik dalam pengembaliannya. Walaupun sudah melakukan analisa kelayakan usaha dan analisa pembiayaan secermat mungkin, keterlambatan angsuran selalu ada yang mengakibatkan munculnya risiko. Hal demikian adalah suatu yang wajar dalam menjalankan usaha terutama pada lembaga keuangan, karena aktiva terbesarnya ada pada outstanding. Untuk mengidentifikasi risiko KJKS perlu melakukan penilaian kolektibilitas dan mengitung portofolio berisiko. Kolektibilitas untuk melihta tingkat bermasalah pada saat terjadi tunggakan, edangkan portofolio berisiko menganalisa, memprediksi dan memperkirakan kejadian yang akan datang sehingga KJKS/UJKS/BMT dapat melakukan pengobatan sejak dini
B. 1. Kolektibilitas
Kolektibilitas dikatagorikan pada empat katagori :
1.
36
Adalah pembiayaan yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran margin atau bagi hasil. (Jumlah tunggakan : 0).
2.
Kolektibilitas II (Pembiayaan Dalam Perhatian) Adalah pembiayaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran margin atau bagi hasil telah mengalami penundaan selama 3 bulan dari waktu yang dijanjikan (jumlah hari tunggakan 1 90 hari).
3.
Kolektibilitas III (Kurang Lancar) Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran
margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan selama enam bulan atau
dua kali dari jadwal yang di perjanjikan (Jumlah hari tunggakan 91 180).
4.
Kolektibilitas IV (Pembiayaan Diragukan) Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan 9 bulan sejak jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikan (Jumlah hari tunggakan 181 270 hari), namun masih ada jaminan yang dapat ditukar sebagai pengganti pembayaran
5. Kolektibilitas V (Pembiayaan Macet) Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan lebih dari 9 bulan sejak jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikan. (Jumlah hari tunggakan > 270 hari).
1. Untuk memprediksi dan memperkirakan kondisi dimasa yang akan datang perlu melakukan perhitungan atas keterlambatan pembayaran.
2.
Melakukan tindakan prepentif Pembiayaan yang menunjukkan gejala bermasalah di kemudian hari dan jika dibiarkan dapat merugikan KJKS bahkan menimbulkan bahaya yang disebut pembiayaan beresiko.
Pembiayaan beresiko dapat diklasifikasikan menjadi: a. Mengklasifikasikan tingkat keterlambatan ke dalam kelompok Lambat 1 30 hari (portofolio berisiko 1) Lambat 31 60 hari (portofolio berisiko 2) Lambat 61 90 hari (portofolio berisiko 3) Lambat 91 120 hari (portofolio berisiko 4) Lambat > 120 hari
b. Membandingkan piutang dan pembiayaan bermasalah pada periode tersebut dengan total piutang dan pembiayaan dengan cara: 1) Keterlambatan 1 30 hari
Jumlah piutang dan pembiayaan Bermasalah x 100% Total Piutang dan Pembiayaan
2) Keterlambatan 31 60 hari
Jumlah piutang dan pembiayaan Bermasalah x 100% Total Piutang dan Pembiayaan
3) Keterlambatan 61 90 hari
Jumlah piutang dan pembiayaan Bermasalah x 100% Total Piutang dan Pembiayaan
4) Keterlambatan 91 120 hari
Jumlah piutang dan pembiayaan Bermasalah x 100% Total Piutang dan Pembiayaan
38
Jumlah piutang dan pembiayaan Bermasalah x 100% Total Piutang dan Pembiayaan
Untuk mencegah terjadinya resiko pembiayaan yang berakibat pada pembiayaan tak tertagih dimasa yang akan datang KJKS/UJKS/BMT perlu membuat, melihat dan menganalisa kondisi perkembangan portofolio setiap hari yang disederhanakan dalam informasi portofolio.
39
CONTOH INFORMASI PORTOFOLIO KJKS 30 des Per tanggal 06 2x tunggak an 31 - 60 hr R 7 5,000 1 00,000 ,000 200 22 5,000 3x tunggak an 61 - 90 hr M 00 00 00 00 00 00 00 00 1,500,0 1,724,5 749,8 2,432,0 3,150,0 400,0 1,900,0 1,250,0
Nama No . Mitra
Plafond pembiay aan 2,5 00,000 4 00,000 5 00,000 2,0 00,000 2,5 00,000 7 50,000 1,0 00,000 2,5 00,000 1,0 00,000 4,0 00,000 3,5 00,000 7 50,000 1,0 00,000 2,0 00,000
Tanggal Pencairan Pinjaman 20-Mar2006 20-Mar2006 20-Mar2006 4-Apr2006 4-Apr2006 4-Apr2006 10-Apr2006 10-Apr2006 20-Apr2006 20-Apr2006 20-Apr2006 20-Apr2006 10-May2006 4-May2006
Angsuran Pokok per bulan 208, 333 33, 333 50, 000 166, 667 250, 000 75, 000 100, 000 312, 500 111, 111 800, 000 350, 000 75, 000 100, 000 500, 000
Jumlah Angsuran yg Diterima 1,87 5,000 40 0,000 10 0,000 10 0,000 1,25 0,000 60 0,000 80 0,000 77 5,500 25 0,200 1,56 8,000 35 0,000 37 5,000 50 0,000 50 0,000
Saldo pembiaya an 625 ,000 400 ,000 1,900 ,000 1,250 ,000 150 ,000 200 ,000 1,724 ,500 749 ,800 2,432 ,000 3,150 ,000 375,000 500 ,000 1,500 ,000
Outstandi ng protofolio beresiko 400,0 00 1,900,0 00 1,250,0 00 150,0 00 200,0 00 1,724,5 00 749,8 00 2,432,0 00 3,150,0 00 375,0 00 500,0 00 1,500,0 00
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15
Ridha Rajin Maben Aspin Jahal Lami Sami Iyas Tarsok Bolag Napa Poho Nandeh Lahab
16
Hidaya h Total
2,5 00,000
10-Jun2006
312, 500
1,87 5,000
L TT %
17 5,000 -
200,000 -
225,000 -
13,106,30 0
Portofolio beresiko
: : :
Total nilai pembiayaan yang disalurkan periode ini (Rp) Total Jumlah pembiayaan (akad) yang disalurkan periode ini Jumlah peminjam aktif sampai dengan akhir periode(orang) Rata-rata jumlah pembiayaan aktif (orang) Saldo Pembiayaan (Rp) Nilai angsuran dari tunggakan sampai akhir periode(Rp) Saldo pembiayaan yang mempunyai tunggakan sampai akhir periode (Rp) Nilai pembiayaan yang dihapuskan periode ini (Rp) Rata-rata besarnya pembiayaan pertama periode ini (Rp) Rata-rata jangka waktu pembiayaan periode ini(Bulan) Rata-rata petugas lapangan periode ini (credit officer)
Periode Keterlambatan
(a) 1 2 3 4 5 6 Lancar Tertunggak 1-30 hari Tertunggak 31-60 hari Tertunggak 61-90 hari Tertunggak 91-120 hari Tertunggak >120 hari T o t a l (T) a1 a2 a3 a4 a5 a6 T1
(c)
(d) 0%
(e)
Ada tiga bentuk penataan kembali yaitu : 1. Suplesi Mitra boleh mengambil kembali sisa baki debet selama masih dalam jangka waktu pembiayaan yang disetujui dalam akad. 2. Novasi Perjanjian antara KJKS dengan mitra yang menyebabkan pembiayaan lama menjadi hangus. Novasi Subyektif Pasif terjadi apabila mitra baru ditunjuk untuk menggantikan lama yang oleh KJKS/UJKS/BMT dibebaskan dari perikatannya. Kewajiban mitra lama otomatis pindah kepada mitra baru. Mitra lama tidak dapat dituntut kecuali telah diperjanjikan secara tegas di awal. Atau pada saat penggantian mitra tersebut sudah dalam keadaan bangkrut. 3. Pembaruan pembiayaan Hal ini bukan merupakan pembaruan perjanjian yang menyebabkan perjanjian lama menjadi hangus dengan adanya perjanjian baru. Namun
merupakan tindakan terhadap suatu fasilitas pembiayaan yang diberikan dengan ketentuan : a. mitra masih belum sanggup melunasi pembiayaan yang telah diterima sehingga ybs diberi kesempatan untuk memperoleh pembiayaan dengan maksimal plafon sama seperti pembiayaan semula. b. mitra tidak diperbolehkan mengambil kembali sisa baki debet dari pembiayaan terdahulu. Atas kedua hal di atas, KJKS/UJKS/BMT perlu menilai ulang terhadap kemampuan mitra terutama dalam penyesuaian dengan saldo pembiayaan yang ada.
B. RESCHEDULING (Penjadualan kembali)
Hal ini dilakukan apabila terjadi ketidakcocokan jadwal angsuran yang dibuat Pendamping dengan kemampuan dan kondisi mitra. Pemecahannya adalah dengan mngevaluasi dan analisis kembali seluruh kemampuan usaha mitra sehingga cocok dan tepat dengan jadual yang baru. KJKS/UJKS/BMT tidak perlu meneliti ulang tentang jaminan dan segala bentuk perijinan yang ada. Penjadwalan ulang dapat dilakukan dengan merubah jangka waktu pembiayaan, penanggalan, grace period (waktu tangguh), dan jumlah angsuran.
C. RECONDITIONING (Persyaratan kembali)
Perubahan kepemilikan usaha Perubahan jaminan, apakah dalam hal bentuk, harga, maupun status. Hal ini akan mempengaruhi Collateral Coverage pembiayaan.
c. Perubahan pengurus d. Perubahan nama dan status perusahaan Keempat hal di atas akan menyebabkan perubahan penanggungjawab pembiayaan dan perubahan status yuridis perusahaan yang mungkin tidak tepat lagi dengan perjanjian semula. Pembenahan pembiayaan secara preventif ini oleh pendamping tetap harus diajukan kepada panitia pembiayaan untuk disetujui. Setelah disetujui, maka
3
proses berikutnya sama seperti proses pembiayaan terhadap mitra baru. Terhadap pembiayaan yang menunggak antara 1 - 4 bulan, Pendamping harus memberikan surat pemberitahuan tunggakan. Apabila dalam jangka waktu tertentu mitra tetap tidak menyelesaikannya, maka pendamping dapat mengalihkan mitra tersebut ke bagian Hukum dan Remedial. Penanganan mitra pembiayaan bermasalah oleh bagian Hukum dan Remedial berbeda perlakuaya dengan pendamping. Oleh karena itu sebelum pembiayaannya dialihkan, mitra harus terlebih dahulu diberitahu hal tersebut. Wewenang bagian Hukum dan Remedial adalah menyelesaikan tunggakan mitra. Jika kolektibilitas pembiayaannya telah lancar kembali, maka dapat diserahkan lagi kepada pendamping. Monitoring dan evaluasi (Monev) meliputi tiga hal utama, yakni : 1. Monev Perkembangan Usaha Mitra
Kegiatan ini menyangkut perkembangan usaha mitra setelah mendapatkan pembiayaan dari KJKS/UJKS/BMT. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian, antara lain : omzet usaha, kualitas produk, dan tingkat keuntungan 2. Monev Administrasi Keuangan
Aktivitas ini lebih difokuskan pada pelaksanaan alur keuangan dan pencatatannya. Selain itu, juga untuk melakukan pengawasan atas penggunaan dan penyaluran dana. Monev dimaksudkan juga untuk melihat perkembangan keuangan KJKS/UJKS/BMT sendiri dalam rangka mencapai kemandirian. 3. Monev Organisasi
Dalam upaya menjaga pelaksanaan sistem yang telah ditetapkan, maka perlu adanya monev dari sisi organisasi. Ada dua hal yang harus selalu termonitor, yakni : pada tingkat lapangan (mitra/anggota, daan A/O) dan di level pusat, yakni untuk semua staf KJKS/UJKS/BMT.
Catatan : Dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah walaupun dengan tindakan seperti diatas maka biaya yang dikeluarkan oleh KJKS tetap mahal oleh sebab itu perlu adanya pencegahan sejak dini dan prinsipnya adalah bahwa KJKS bukan
4
melakukan cara efektif untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tetapi bagaimana melakukan pembiayaan berkwalitas. Berikut perbandingan kerja pencegahan dan pengobatan
Pencegahan
Mengumpulkan data yang akurat tentang calon / mitra Menganalisa kelayakan usaha dan kelayakan pembiayaan dengan tepat dan cermat ( MAP diisi lengkap termasuk 5C ) Adanya komunikasi yang baik antara manajemen dengan petugas lapang dan antara bagian adm dengan AO (laporan kolektibilitas) Pengawasan dan pembinaan intensif dan berkelanjutan Sisdur yang jelas Ketegasan perjanjian / commit to akad Remedial on time Pelatihan untuk SDM supaya dapat memahami system Selektif dalam memilih mitra Memberikan pinjaman sesuai kebutuhan Adanya agunan Tanggung renteng Catab / sisuka Tabungan kelompok bagi kelompok Asuransi Jaminan liquid
Pengobatan
Tagih terus menerus Penyisihan cadangan penghapusan piutang Penghapusan piutang Droping untuk menutupi kerugian keterlambatan (perubahan mitra baru) Penjadwalan ulang Pembiayaan ulang Eksekusi jaminan Mencari lembaga donor