Anda di halaman 1dari 20

TRAGEDY BUDAYA BANGSA.

QSAR, Puncak Gunung Es Problema Investasi Bagi Hasil


Oleh Elvyn G Masassya Adakah jenis investasi yang bisa meniadakan dogma high risk high return? Ada! Setidaknya, seperti itulah persepsi para investor yang menempatkan dananya dalam perusahaan investasi bagi hasil. Jadi, tidak mengherankan bila kemudian PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR), yang menjalankan bisnis bagi hasil di sektor agrobisnis berhasil menarik hati para pemilik dana. Perusahaan ini, menawarkan return yang jauh di atas bunga deposito dan risiko yang nihil. Itulah janji yang dikemukakan, ketika QSAR memasang iklan di berbagai media cetak beberapa tahun silam. Namun, persepsi memang berbeda dengan realitas. High risk high return adalah suatu aksioma yang tidak bisa digugat oleh keajaiban apa pun. Sekitar 6.500 investor yang semula begitu yakin, investasi bagi hasil yang diikutinya akan memberikan return dahsyat, ternyata menghadiahi mereka risiko yang jauh lebih dashyat. Konkretnya, dana Rp 500 milyar yang tertanam di QSAR, tidak jelas lagi nasibnya. QSAR yang semula diyakini bisa menjadi "dewa investasi" ternyata hanya memberi mimpi. Tidak jauh beda dengan sinetron di televisi. Mengapa masyarakat bisa tertarik investasi semacam itu? Boleh jadi, latar persoalannya ada di budaya kita yang cenderung ingin hasil cepat tanpa kerja keras. Lihat saja, fenomena iming-iming tabungan berhadiah yang dijalankan banyak bank dewasa ini, ternyata begitu sakti menghimpun dana. Masyarakat lebih suka iming-iming hadiah ketimbang substansi. Atau, lihat beberapa tahun silam, saat banyak bank jor-joran menaikkan suku bunga. Pemilik dana berlomba-lomba menempatkan dananya di bank seperti itu. Sampai ketika bank-bank itu dilikuidasi, baru penyesalan datang. Boleh jadi, perasaan seperti itu pula yang dialami ribuan investor QSAR, saat ini.

***
INVESTASI bagi hasil sebenarnya bukan hal keliru. Prinsip syariah atau venture capital juga mengenal bagi hasil. Tetapi, hasil investasi bukan sekadar keuntungan, namun juga resiko kerugian. Inilah prinsip dasar yang umumnya tidak dikemukakan secara jujur oleh penyelenggara investasi bagi hasil. Investasi juga mengenal logika, bagaimana investasi itu dilakukan. Logika bagaimana penyelenggara mengelola risiko yang melekat pada jenis investasi itu. Dalam investasi agrobisnis, seperti dilakoni QSAR, sebagai misal, benar bahwa sepanjang manusia masih butuh pangan, maka kebutuhan akan produk pertanian akan terus ada. Tetapi, juga ada tingkat kejenuhannya. Itu berarti, tidak seluruh hasil produksi bisa diserap pasar. Dan QSAR yang kebanjiran dana investasi, boleh jadi bingung menanamkan dana itu. Sebab, semakin luas lahan yang digarap, tidak menjamin output-nya akan diserap pasar. Ada titik optimum dalam penggunaan lahan. Sebab, selain QSAR juga ada lahan yang dikelola perusahaan lain yang juga memproduksi output yang sama. Lain hal, kalau QSAR menjadi pemasok tunggal produk pertanian. Itu baru dilihat dari sisi teknis pertaniannya.

Kemudian, target keuntungan yang bisa diraih. Setinggi apa pun permintaan terhadap produk pertanian, sulit rasanya untuk bisa menghasilkan keuntungan 50 sampai 85 persen per tahun, sebagaimana dijanjikan QSAR. Menurut para ahli pertanian, dalam keadaan normal, keuntungan dari bisnis pertanian paling banter hanya sekitar 10 persen per tahun. Lalu, bagaimana QSAR berani menjamin return yang melebihi kelaziman itu? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, harga produk pertanian QSAR dibeli pasar dengan harga jauh di atas pesaingnya. Kedua, QSAR melakukan efisiensi luar biasa dahsyat, sehingga mungkin tidak ada ongkos sama sekali. Ketiga, QSAR sebenarnya menjalankan "matrik bisnis" dalam pengelolaan bisnisnya. Mengenai kemungkinan pertama, jelas tidak masuk akal. Yang melakukan investasi di sektor agrobisnis bukan cuma QSAR. Perusahaan-perusahaan yang nonbagi hasil juga banyak bermain di agribisnis. Jadi, amat muskil bila produk hasil tani QSAR mendominasi pasar, apalagi dijual dengan harga jauh di atas kelaziman. Konkretnya, bila QSAR menjanjikan keuntungan tinggi kepada investor, itu jelas bukan karena QSAR mampu menjual produknya dengan harga mahal. Sementara, kemungkinan melakukan efisiensi, rasanya juga agak berlebihan. Untuk melakukan kegiatannya, selain mengalokasikan dana untuk lahan, bibit, pemeliharaan, proses produksi, dan distribusi, QSAR pasti memiliki biaya overhead yang besar. Dengan kantor cabang di manamana, muskil bagi QSAR untuk melakukan efisiensi melebihi yang dilakukan perusahaan sejenis. Kemungkinan ketiga bukannya mengada-ada. Sebab, bisnis apa pun, termasuk agrobisnis pasti memiliki yang namanya masa investasi atau grace periode. Bila palawija, paling tidak kurun waktu masa investasi adalah tiga bulan. Kalau holtikultura atau tanaman keras jelas lebih panjang, bisa mencapai tahunan. Anehnya, dalam masa investasi itu, yang nyata-nyata belum menghasilkan, penyelenggara investasi tetap harus membayar (minimal) bunga atau keuntungan kepada investor. Dari mana sumber dananya? Sangat mungkin, yang dipakai sebagai sumber pembayaran adalah dana si investor juga. Konkretnya, menggunakan pola gali lubang tutup lubang atau mendekati pola arisan. Dengan kata lain, dana dari investor yang masuk belakangan dipakai untuk membayar investor yang duluan menjadi anggota. Itu sebabnya, para investor yang masuk di awal, umumnya masih menikmati keuntungan. Sementara, investor yang datang belakangan, hanya menerima "getahnya" saja.

***
LEPAS kemungkinan mana yang benar, hal yang paling tidak masuk akal dari kegiatan QSAR adalah filosofi pendanaannya. Bisnis apa pun, sukar dimungkiri bukan kegiatan sosial. Bisnis adalah derivatif dari ideologi kapitalis. Dalam konsep ini, lazimnya pebisnis enggan berbagi keuntungan. Yang ada adalah berbagi risiko. Nah, bila benar QSAR mampu meraih keuntungan 50 persen sampai 85 persen, seharusnya ia tidak perlu berbagi. Kalaupun berbagi, tentunya dengan persentase lebih kecil, dan itu bisa dilakukan bila QSAR menggunakan kredit bank. Dengan bunga sekitar 17-20 persen per tahun, maka marjin yang diperoleh pemilik QSAR akan jauh lebih besar ketimbang menggunakan dana milik masyarakat, yang biayanya mencapai 50-85 persen per tahun. Lalu mengapa QSAR tidak menggunakan kredit bank yang lebih jelas akuntabilitasnya? Atau, dari sisi lain, bila bisnis QSAR benar-benar sebagaimana dijanjikannya, tentu akan banyak bank tergiur memberi pendanaan? Nyatanya, tidak ada bank yang berminat? Boleh jadi, bisnis QSAR sebenarnya tidak bank-able. Yang juga mengherankan adalah mekanisme operasional QSAR itu sendiri. Perusahaan ini adalah perseroan terbatas yang tentunya tunduk pada Undang-Undang (UU) Perseroan Terbatas (PT) dan memiliki izin sebagai perusahaan yang bergerak di agrobisnis. Tetapi, dalam praktiknya, QSAR sudah melakukan kegiatan penghimpunan dana. Kalau perusahaan di sektor riil melakukan penghimpunan dana langsung dari masyarakat, mestinya dilakukan dengan

menggunakan instrumen keuangan, seperti surat berharga, apakah itu obligasi atau minimal promissory notes. Tetapi, adakah QSAR menggunakan metoda semacam itu? Lebih jauh lagi, adakah QSAR memiliki izin untuk menghimpun dana masyarakat? Tidak ada. Dus, meski ada pejabat yang mengatakan QSAR bukan bank gelap, praktik yang dijalankannya sebenarnya analog dengan itu. Masalahnya, di negeri ini, aturan-aturan yang menyangkut investasi bagi hasil dengan cara menghimpun dana langsung dari masyarakat memang belum tertata. Di pasar modal, ada yang namanya KIK (kontrak investasi kolektif). Sebenarnya, apa yang dilakukan QSAR dan perusahaan sejenis, harus merujuk ke situ, bila ingin dibakukan. Sayang, kita sering kebakaran jenggot bila masalah sudah demikian parah. Dan, QSAR hanyalah salah satu contoh dari problema investasi bagi hasil yang marak belakangan ini. QSAR bukan ujung dari persoalan investasi bagi hasil. Bukan tidak mungkin, fenomena sejenis akan mencuat kembali dalam waktu tidak terlalu lama, bila pemerintah tidak segera menertibkan bisnis-bisnis seperti itu, yang apa boleh buat, lebih cocok diberi istilah "pepesan kosong" ketimbang investasi bagi hasil. Elvyn G Masassya, Praktisi dan pengamat investasi

Jumat, 30 Agustus 2002, 12:00 WIB

Wapres: Pemerintah Ambil Alih PT QSAR


Laporan : Erlangga Djumena Jakarta, KCM

Wapres Hamzah Haz mengatakan, pemerintah akan mengambil alih usaha PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR), bila setelah dikaji memang memiliki nilai ekonomis. "Artinya, pemerintah turut bagaimana menyelamatkan usaha-usaha ekonomi rakyat. Itu wajib kita bantu. Dari mana dananya, yang besar saja kita bantu, masak yang kecil tidak kita bantu. Asalkan itu memang ada aspek tenaga kerjanya, penerimaan negara dan ekspor," ujar Wapres usai membuka Pertemuan Pemuda Muslim se ASEAN di Istana Kompas/J Waskita Utama Wapres, Jakarta, Jumat (30/8). Karena itu, sebut Wapres, dirinya meminta kepada Menteri Pertanian serta Menneg Koperasi dan UKM untuk mempelajari dan mengevaluasi PT QSAR. "Karena itulah saya minta, Menteri Pertanian serta Menneg UKM bersama kepolisian melakukan kerja sama meneliti, mempelajari dan mengevaluasi mengenai usaha-usaha yang dijalankan oleh PT QSAR," jelas Hamzah Haz. Kalau itu memiliki nilai ekonomis, tambah Wapres, itu (PT QSAR) diusahakan untuk diteruskan, karena bagaimanapun perusahaan tersebut merupakan usaha ekonomi rakyat yang perlu didukung oleh pemerintah. Pada kesempatan itu juga Wapres meminta agar para investor untuk tenang dan menunggu proses setelah ditangkapnya Presdir PT QSAR Ramli Araby oleh pihak berwajib. "Tentu yang kita harapkan semua investor itu dengan telah ditangkapnya (Ramli Araby) oleh aparat berwajib, tentu menunggu prosesnya dulu. Jadi lebih tenang," paparnya. Wapres menegaskan, pemerintah sudah mengambil langkah-langkah yang konkret untuk menangani masalah ini, baik dari aspek hukumnya maupun aspek ekonomi. "Apakah itu perlu ditake-over, tentu itu menunggu kajian dari Menteri Pertanian serta Menneg UKM," katanya. (ima)

Kamis, 29 Agustus 2002, 14:24 WIB

Ramli Araby Akan Beri Klarifikasi Minggu Ini


Laporan : Lily Bertha Kartika Jakarta, KCM Presiden Direktur (Presdir) PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) Ramli Araby berjanji untuk melakukan klarifikasi kepada polisi dalam waktu dekat. Namun ia meminta agar diberikan kesempatan untuk bisa menjalankan kembali aktivitas perusahannya yang saat ini terhenti. Hal itu dikatakan Ahmad Bay Lubis, kuasa hukum Ramli Araby dalam konferensi pers kepada wartawan di Hotel Bintang Griya Wisata, Jalan Raden Saleh No 16, Jakarta, Kamis (29/8) siang. Menurut Bay Lubis, dirinya dipilih sebagai kuasa hukum Ramli tanggal 28 Agustus lalu dalam sebuah pertemuan dengan yang bersangkutan, namun ia menolak menyebutkan tempatnya. Selain Bay Lubis, kuasa hukum Ramli terdiri dari Muchlis Sahab, Yan Rino Sibuea serta Ajrai Ridha.

Menurut Bay Lubis, tidak ada sama sekali niat ataupun keinginan kliennya untuk lari dari tanggung jawab. "Tetapi beliau lihat saat ini ada kepanikan massa investor. Dia khawatir investor jadi mata gelap, karena emosional. Selain itu juga investor belum tahu persis masalahnya di PT QSAR sendiri," katanya. Dalam pertemuan antara dirinya dengan Ramli, tutur Bay Lubis, kliennya mengajukan solusi agar diberi waktu untuk menjalankan kembali aktivitas PT QSAR. Selain itu, kliennya menginginkan dimungkinkannya formula perjanjian baru untuk penjadwalan ulang dengan para investor. Dalam hal ini akan dibicarakan dalam Forum Komunikasi Investor yang sudah ada. "Seandainya tawaran itu kurang berkenan, mungkin akan didengar bagaimana maunya para investor. Saat ini sebenarnya perlu diaudit supaya jelas masalahnya, berapa uang yang menjadi hak investor dan berapa aset sebenarnya PT QSAR," ungkapnya. Pada saat ini, perusahaan kliennya kemungkinan terjadi salah manajemen, sehingga tidak dapat membayar keuntungan bagi hasil dari para investor yang sudah jatuh tempo dan ketidakmampuan PT QSAR untuk membayar keuntungan bagi hasil itu lalu diterjemahkan investor bahwa PT QSAR sudah bangkrut. Menolak disebut tersangka Pada kesempatan itu, Bay Lubis menolak kliennya disebut sebagai tersangka sebagaimana informasi terakhir bahwa Ramli masuk status Daftar Pencarian Orang (DPO) Polda Jabar sejak akhir minggu lalu. "Saya tidak tahu apa maksudnya DPO. Kalau memang sudah tersangka, tentu sudah ada pemberitahuan secara resmi dari polisi, tapi sampai saat saya tanya kepada yang bersangkutan, sampai sekarang belum ada panggilan itu," paparnya. Namun, selaku penasihat hukum, dirinya sudah menyarankan kepada Ramli Araby untuk segera melakukan klarifikasi kepada polisi. "Saya sudah sarankan, tetapi kalau menyerahkan diri itu, seolah-olah dia itu melarikan diri. Padahal kesalahannya belum jelas. Sebab itu saya sarankan dia secepatnya mengklarifikasi. Kalau itu mau diartikan sebagai melarikan diri, ya terserah," tegasnya. Bay Lubis menjanjikan kliennya beserta para penasihat hukum akan segera mendatangi kepolisian dalam minggu ini. Namun belum dipastikan, apakah mereka akan datang ke Polres Sukabumi atau Mabes Polri. "Tetapi walau bagaimanapun, mohon itu dianggap sebagai bentuk pertanggungjawaban," jelasnya. Konferensi pers itu juga dihadiri para investor yang merasa dirugikan oleh tindakan PT QSAR. Diperoleh informasi, rata-rata investor yang berasal dari berbagai kalangan itu, mulai pensiunan polisi, ibu rumah tangga, sampai wartawan tersebut, menanamkan modal yang beragam dari Rp 10 juta hingga Rp 500 juta. (ima) Rabu, 28 Agustus 2002, 14:26 WIB

Mabes Polri Bentuk Tim Tangani PT QSAR


Laporan : Lily Bertha Kartika Jakarta, KCM

Mabes Polri dalam minggu ini akan membentuk maksimal dua tim dari Korps Reserse Mabes Polri untuk memberikan back up kepada Polda Jabar terkait kasus PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) yang tengah ditangani Polda Jabar saat ini. Hal itu dikatakan Kabahumas Mabes Polri Irjen Pol Saleh Saaf kepada KCM di Jakarta, Rabu (28/8) siang. Menurutnya, sejauh ini belum ada keputusan untuk mengalihkan penyidikan kasus tersebut ke Mabes Polri. "Akan tetapi Bapak Kapolri sudah menginstruksikan agar Polda-polda lain membantu menerima laporan, apabila masyarakat yang menjadi korban penipuan PT QSAR itu, tapi sejauh ini semuanya ditangani Polda Jabar mengingat locus delicti-nya terjadi di sana," katanya. Berkaitan dengan kemungkinan adanya aset-aset PT QSAR yang terdapat di luar Jabar, Saleh mengatakan sejauh ini masih diteliti. "Tetapi yang jelas, kalaupun misalnya ada aset-aset yang terdapat di Jakarta, kita akan segera amankan untuk menghindari kemungkinan ada warga masyarakat yang melakukan pematokan, seperti yang terjadi di Jabar," ungkapnya. Saleh mengakui kemungkinan dalam waktu dekat, dari hasil penyidikan sementara yang dilakukan Polda Jabar sudah akan mengarah pada nama-nama tersangka di luar Presdir PT QSAR Ramli Araby. "Sejauh ini kan kita periksa pengurus dari PT tersebut, nanti pasti ada kemungkinan beberapa diantaranya mengarah pada tersangka," ujarnya. (ima) Selasa, 27 Agustus 2002, 18:31 WIB

Polda Jabar Cekal Dirut PT QSAR


Bandung, Selasa Polda Jabar melakukan pencekalan terhadap Dirut PT Qurnia Subur Alami Raya (QSAR) Ramli Araby, agar tidak bisa ke luar negeri, berkaitan dengan kasus bangkrutnya PT QSAR yang merugikan para investornya. Kapolda Jabar Irjen Pol Drs Sudirman Ail, Selasa mengatakan, pihaknya berusaha untuk menangkap Ramli, guna dimintai pertanggungjawabannya dalam kasus itu. Salah satu upayanya, kata kapolda, yakni dengan menempatkan Ramli Araby pada Daftar Pencarian Orang (DPO) dan mencekal dirinya agar tidak bisa bepergian ke luar negeri. Disebutkan, Polda Jabar juga masih terus berusaha mengumpulkan data kekayaan serta asset milik perusahaan tersebut. Sampai sekarang Polda Jabar belum memiliki data lengkap total kekayaan atau asset yang dimiliki PT QSAR. "Dan untuk pengamanan dari aksi penjarahan yang dilakukan para investor yang merasa dirugikan oleh PT QSAR, Polda Jabar melakukan penjagaan terhadap aset atau kekayaan perusahaan tersebut," ujarnya. Katanya, dalam menangani kasus itu, Polda Jabar di-back up Mabes Polri. Sementara itu, Wakabaghumas Mabes Polri Brigjen Pol Edward Aritonang menyebutkan, kasus PT QSAR sudah dapat dikategorikan sebagai tindak penipuan dengan mengobral promosi dan profit yang sama sekali tidak terbukti, sehingga merugikan banyak investor.

"Pimpinan PT QSAR dapat dikategorikan telah melakukan tindak pidana," tegasnya. Pihak kepolisian, kata dia, telah memblokir rekening milik PT QSAR yang ada di tiga bank di Indonesia. "Kepada investor yang telah mengambil barang atau asset milik PT QSAR, dihimbau agar segera mengembalikan, untuk membantu kelancaran pendataan jumlah kekayaan PT QSAR," sambungnya.(Ant/jy) Selasa, 27 Agustus 2002, 12:50 WIB Sri Adiningsih:

Setiap Dana Titipan Masyarakat Harus Diawasi Pemerintah


Jakarta, Selasa Setiap kegiatan yang sifatnya mengumpulkan dana-dana titipan masyarakat seharusnya mendapat pengawasan dari pemerintah sebagai jaminan keamanannya. "Seharusnya masyarakat lebih jeli untuk tidak menanamkan dana pada kegiatan yang belum jelas pengawasannya seperti menimpa investor PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR)," kata pengamat ekonomi Sri Adiningsih di Jakarta, Selasa (27/8). Menurut Sri, jangan semata-mata terbujuk pada bagi hasil yang menarik serta janji-janji yang bagus tetapi tidak ada jaminan pembayaran bagi hasil itu secara jelas. "Seharusnya perusahaan agribisnis yang sifatnya mengumpulkan dana masyarakat harus dikontrol arus kasnya karena dikhawatirkan akan disalahgunakan untuk keperluan di luar bisnisnya," ungkapnya. Untuk itu diperlukan regulator guna memantau pelanggaran semacam itu termasuk juga mengawasi kegiatan investasinya. "Selama ini lembaga keuangan di luar perbankan diawasi oleh Departemen Keuangan, tetapi dalam kegiatan agribisnis tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab," tegasnya. Ia menyarankan untuk mengkaji lebih lanjut perusahaan semacam itu, apabila memang dana yang ditempatkan masyarakat cukup banyak maka harus segera dilakukan pengawasan untuk mencegah kejadian seperti di PT QSAR. (Ant/ima) Selasa, 27 Agustus 2002, 11:44 WIB

Amien Rais: Bekukan Seluruh Aset PT QSAR


Laporan : Martian Damanik Jakarta, KCM Ketua MPR RI Amien Rais meminta agar seluruh aset PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) dibekukan, demikian pula halnya kekayaan Presdir PT QSAR Ramli Araby untuk dibagi-bagikan kepada pemegang saham. Amien Rais mengatakan hal itu di Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Selasa (27/8) menanggapi bangkrutnya PT QSAR dan menghilangnya Presdir perusahaan tersebut. "Saya kira sederhana saja, seluruh asetnya dibekukan, kemudian seluruh depositonya dibekukan, seluruh harta Ramli Araby juga dibekukan, kemudian berapapun dibagi-bagi kepada

pemegang saham. Saya kira hanya itu. Kalau diulur-ulur lagi, seperti kasus-kasus yang lain, masuk kejaksaan malah hilang," ujar Amien usai menerima Dubes Jerman untuk Indonesia Diettmar Kanz. Amien mengakui, dirinya bersama Presiden Megawati Soekarnoputri, Wapres Hamzah Haz serta pejabat-pejabat lainnya pernah berkunjung ke perkebunan tersebut, bahkan ia sempat diberi kopi dan roti. Menurut Amien, dirinya tidak tahu menahu kalau ternyata perusahaan tersebut bangkrut. "Saya tidak tahu. Kita di daerah itu sekitar setengah jam untuk melihat perkebunannya. Dengan iklan yang sangat bagus, kita katakan teruskan dengan sangat bagus. Bahwa kemudian Ramli Araby seorang, katakanlah penipu ulung, kita nggak tahu," tandasnya. Dikabarkan beberapa pengurus partai juga ikut menjadi pemegang saham di perusahaan tersebut, Amien Rais menilai mungkin-mungkin saja. "Kalau partai berinvestasi ke sana mungkin sulit, tapi mungkin perorangan," katanya. (ima)

Mimpi Agrobisnis
Oleh Onny Untung

SAYA ini reformis pertanian," ujar HM Ramly Araby, Presiden Direktur PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) saat berbincang dengan penulis, Agustus 2000. Mereka yang pernah berdialog dengan orang yang sedang dicari polisi ini pasti sepakat, Ramly Araby orator ulung. Kepiawaiannya meyakinkan orang, ditambah promosi melalui kunjungan pejabat, membuat banyak orang mau menceburkan dananya di QSAR. QSAR menawarkan mimpi agrobisnis pada orang awam. Betapa tidak, dalam proposal yang dibuat, ia menjanjikan keuntungan sampai 50 persen dari nilai investasi. Ambil contoh cabai. Pada Juli 2000 harga cabai di pasar hanya Rp 6.500 per kg, namun QSAR mematok Rp 30.000 per kg. Fantastis! "Terobosan" lain yang dibuat Ramly ialah menggelembungkan nilai investasi. Untuk menanam 10.000 tanaman jagung manis, investor harus menyetor dana Rp 26 juta. Padahal, sebenarnya biaya untuk 48.000 tanaman hanya Rp 5,5 juta. Bagi para praktisi pertanian, angka-angka yang disodorkan QSAR sama sekali tidak masuk akal. Di sisi lain, masyarakat kita gampang tergiur hal-hal yang luar biasa. Mereka tidak berusaha mengotopsi angka-angka pada proposal itu. Tawaran investasi dengan iming-iming keuntungan tinggi langsung disambar. Sementara para pelaku pertanian yang sudah berpengalaman-atau mereka yang sungkan bertanya-hanya menyaksikan dari pinggir lapangan. Setelah lima tahun meninabobokan para investornya, kini QSAR ambruk. Namun, masih banyak perusahaan sejenis yang menawarkan kerja sama agrobisnis dengan berbagai komoditas. Supaya mimpi indah beragrobisnis tidak berubah menjadi buruk, ada baiknya dicermati ramburambu beragrobisnis.

***
BERAGROBISNIS adalah sebuah proses. Semua dilakukan tahap demi tahap tanpa jalan pintas. Para pekebun sukses yang saya kenal umumnya sudah berpengalaman lebih dari 10 tahun.

Kesuksesan mereka diraih berkat akumulasi kejelian, pengetahuan, dan pengalaman. Pada beberapa kasus tertentu, memang ada pemula yang mendadak sukses pada awal berkebun. Ini kebanyakan terjadi karena muncul lonjakan permintaan sesaat yang menyebabkan keuntungan berlipat ganda. Sukses dadakan itu sama sekali bukan ukuran. Jadi, rambu pertama yang perlu dicermati ialah pengalaman perusahaan itu. Sudah berapa lama ia terjun di agrobisnis? Tidak sulit mengecek track record perusahaan agrobisnis. Berdasarkan pengalaman selama 15 tahun bekerja di majalah pertanian, terbukti praktisi pertanian kita demikian sedikit. Mereka kenal satu sama lain, minimal pernah mendengar namanya. Jadi, bila ada pemain baru dan mengklaim diri mampu membuat terobosan pasar dengan harga luar biasa tinggi-seperti QSAR-para pemain lama pasti mengetahuinya. Minimal mereka bisa memberi saran. Para praktisi dan akademisi sepakat, margin on-farm di agrobisnis paling kecil. Bisa mencapai angka 30 persen saja sudah luar biasa hebat. Pada kenyataannya, angka 30 persen kebanyakan hanya terjadi pada mereka yang masih sempat mencangkul, memupuk, atau panen sendiri. Paling banter dibantu beberapa tenaga kerja. Bila hasil kebun itu sudah harus menggaji direktur produksi, manajer lapangan, atau petugas Humas, maka marginnya melorot sampai 10 persen15 persen. Sungguh sebuah tanda tanya besar seandainya ada perusahaan yang menawarkan keuntungan di atas angka itu untuk beragrobisnis on-farm. Bila ini benar-benar terjadi, maka sudah pasti semua petani Indonesia kaya raya. QSAR menawarkan keuntungan sampai sekitar 50 persen. Secara logika, tanpa perlu pengetahuan mendalam, angka ini sudah menjadi tanda tanya, bahkan di luar logika. Jika benar ada bisnis menggiurkan seperti itu, mengapa sedikit yang terjun ke sana? Mungkin masih ingat kasus cabai pada tahun 1999. Saat harga Rp 27.000/kg di kebun, orang beramai-ramai menanam cabai. Akibatnya empat-lima bulan kemudian harga cabai merosot sampai Rp 2.000/kg. Ini hanya contoh, betapa informasi sebuah bisnis menguntungkan tak mungkin ditutupi. Selain model margin luar biasa besar, ada strategi lain yang bisa diterapkan sebuah perusahaan investasi. Margin yang ditawarkan masuk akal. Analisis usahanya feasible. Yang menjadi daya tarik calon investor, satu atau dua bulan setelah setor modal, keuntungan sudah bisa dicicipi. Tak ada komoditas pertanian yang bisa quick yielding seperti ini. Sayuran semusim, seperti pakcoy, caisim, atau selada memang bisa panen satu bulan setelah tanam. Namun, jumlah pekebun yang menanam komoditas itu luar biasa banyak, sehingga harga tak mungkin tinggi. Otomatis marginnya pun pasti kecil. Kenyataannya tetap ada yang menawarkan pengembalian keuntungan secepat itu. Strategi yang dilakukan ialah menutup kewajibannya pada investor melalui usaha non-agrobisnis. Menyigi pasar merupakan rambu berikut setelah tingkat keuntungan ditawarkan. Inilah yang dilakukan majalah Trubus dua tahun lalu saat menyangsikan kebenaran investasi di QSAR. Saat itu dikatakan, produk QSAR diekspor ke berbagai negara. Namun, setelah dicek ternyata semua isapan jempol. Mengecek kebenaran pasar mudah dilakukan, bahkan oleh orang awam sekalipun. Cukup angkat telepon ke para praktisi pertanian. Sebagaimana sudah diuraikan di atas, para praktisi pertanian di Indonesia jumlahnya terbatas. Mereka pasti tahu jika ada pasokan lain dalam jumlah besar yang masuk ke pasar. Apalagi jika pengecekannya dilakukan sesuai wilayah. Artinya, bila perusahaan investasi itu berbasis di Jawa Barat, ceklah ke pemain agrobisnis di seputar Jawa Barat. Kalau mau lebih njlimet, pasar ini dirinci lebih mendalam. Soalnya, pasar dalam komoditas agrobisnis demikian beragam. Dalam bentuk segar saja persyaratan kualitasnya sangat bervariasi. Demikian juga dengan olahan. Waktunya pun tertentu, tidak sepanjang tahun. Kalau ada yang mengatakan, ia mengekspor paprika ke Taiwan sepanjang tahun, itu pasti bualan kosong. Soalnya, dalam setahun Indonesia hanya punya peluang mengekspor paprika selama 34 bulan saja. Sisanya diisi produk dari negara lain.

Rambu terakhir yang bisa dicermati ialah segi teknis budidaya. Pada sisi ini seorang calon investor memerlukan bantuan pakar komoditas yang bersangkutan. Contohnya, ya proposal jagung manis QSAR. Angka investasi yang Rp 26 juta jelas sudah mengundang tanda tanya. Apalagi populasi tanaman hanya 10.000. Padahal hanya dengan Rp 5,5 juta pekebun sudah bisa menanam 48.000 tanaman. Sang pakar juga pasti akan mengecek tingkat produktivitas per tanaman. Rasa tidak percaya pasti langsung muncul saat melihat angka produktivitas per pohon satu kilogram. Dalam sejarah tak pernah ada produksi setinggi itu. Pekebun jagung manis yang jagoan pun rata-rata hanya mampu menghasilkan dua ons per pohon. Jadi, kalau populasi 48.000 tanaman per ha, total produksi sekitar sembilan ton. Seandainya proposal itu hanya mencantumkan hasil perkalian produktivitas per pohon dengan jumlah total populasi, maka rasa tidak percaya pun kian menguat. Angka total produksi itu masih harus dikurangi 20 persen untuk makanan belalang, ulat, atau dipetik orang iseng. Puncak ketidakpercayaan terjadi setelah melihat harga yang fantastis, Rp 5.500 per kg. Sang pakar yang sudah 20 tahun beragrobisnis jagung manis hanya pernah mengecap angka Rp 2.000 di tingkat petani sebagai harga tertinggi. Itupun cuma berlangsung paling lama satu bulan, setelah itu turun lagi. Segi teknis yang tercermin di proposal memang perlu diotopsi sang pakar. Jadi, sebaiknya kontak dulu sang ahli sebelum menanamkan modal di perusahaan investasi. Jangan sampai mimpi indah beragrobisnis berubah menjadi mimpi buruk. Bila inipun sudah terlanjur terjadi, jangan salahkan agrobisnis. Dari dahulu sampai sekarang agrobisnis-apalagi on farm-nyamemiliki risiko paling tinggi dengan margin paling rendah. Itu masih ditambah fakta, tak ada ja-lan pintas untuk menuju kesuksesan. Onny Untung, Pemimpin Redaksi Majalah Trubus
Jumat, 30 Agustus 2002

Ramli Serahkan Diri


Jakarta, Kompas - Presiden Direktur PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) Ramli Araby yang sempat menghilang dan masuk Daftar Pencarian Orang (DPO), Kamis (29/8) sekitar pukul 13.30, akhirnya menyerahkan diri ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri).Dari Mabes Polri, Ramli kemudian dibawa ke Markas Polres (Mapolres) Sukabumi, Jawa Barat, guna diperiksa Tim Penyelidik Kasus PT QSAR yang dibentuk Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat. Penyerahan diri Ramli ini diakui oleh Kepala Polda Jawa Barat Irjen Sudirman Ail, Kamis malam. Namun, sebelumnya Ketua Tim Penyelidik Kasus PT QSAR Komisaris Besar (Kombes) Kompas/J Waskita Utama Sunaryono dalam penjelasan terpisah sempat mengatakan, Ramli bukan menyerahkan diri, tetapi ditangkap oleh Tim Mabes Polri sekitar pukul 13.30. "Ramli ditangkap di Jakarta dan

10

dibawa ke Sukabumi karena tempat kejadian perkara ada di Sukabumi," kata Sunaryono. Dengan mengenakan kemeja hitam dan peci hitam, pada pukul 17.20, Ramli keluar dari mobil Kijang merah bernomor polisi D 1738 AK yang membawanya dari Jakarta ke Mapolres Sukabumi. Dengan pengawalan ketat dan tanpa bersedia menjawab pertanyaan wartawan yang telah menunggunya di Mapolres Sukabumi, Ramli lalu dibawa ke ruang Kepala Polres Sukabumi Ajun Komisaris Besar Rusli Nasution. Di dalam ruangan Kepala Polres telah menunggu Ketua Tim Penyelidik Kasus PT QSAR Sunaryono, Wakil Ketua Kombes Syamsuhana dan Ajun Kombes Charles Marpaung serta Kepala Polres Sukabumi. Pada pukul 19.30, Ramli keluar dari ruang Kepala Polres dan langsung dibawa ke ruang posko tim penyidik. Ramli melalui wartawan sempat menyampaikan permohonan maaf kepada investor dan masyarakat serta meminta investor agar jangan panik karena ia akan berusaha mengembalikan dananya. Menurut Sunaryono, Ramli tetap akan diperiksa dan ditahan di Polres Sukabumi sampai berkas selesai. Ramli tidak akan dibawa ke Polda dan akan diadili di Sukabumi. Sunaryono juga menambahkan, pada pagi harinya, polisi juga telah memeriksa Wakil Direktur Utama PT QSAR Mustafa Kamal dan Wakil Direktur Pemasaran PT QSAR Warman Pasawahan. Mustafa Kamal akhirnya secara resmi juga dinyatakan sebagai tersangka, menyusul pimpinan PT QSAR lainnya, yakni Wakil Direktur Utama PT QSAR Endjang Muhammad dan Direktur Investasi PT QSAR Melly. Status tersangka untuk Mustafa Kamal, menurut pengacara Mustafa, M Yuntri, diberikan setelah Mustafa selesai menjalani pemeriksaan yang berlangsung sejak siang sampai sekitar pukul 20.00, Kamis. Hari Rabu sebelumnya, menurut PT QSAR, telah diperiksa 12 karyawan PT QSAR. Dari pemeriksaan itulah kemudian polisi menetapkan Endjang dan Melly sebagai tersangka, dengan tuduhan telah membantu tindak kejahatan dan penipuan. Bersamaan dengan pemeriksaan pimpinan PT QSAR, sekitar pukul 20.00, pengamanan di sekitar Mapolres Sukabumi juga diperketat. Polisi berjaga di sekitar halaman dan jalan raya depan Mapolres. Pengamanan lebih ketat ini, menurut Sunaryono, dilakukan untuk mengantisipasi kedatangan para investor ke Mapolres dan untuk menjamin hak-hak tersangka. Gali lubang tutup lubang Lebih jauh, Sunaryono mengatakan, pemeriksaan Tim Penyelidik akan difokuskan pada aktivitas PT QSAR dalam menarik investasi dan teknis pengelolaan uang milik investor. Dalam pemeriksaan diketahui uang milik investor itu dikelola dengan sistem kavling dan sharing (bagi hasil) dengan keuntungan 20 persen setiap dua bulan. Menurut Sunaryono, usaha yang dilakukan PT QSAR terlihat 'cukup berat' sebab harus memberikan bunga 10 persen setiap bulan kepada investor. "Ternyata perusahaan tidak bisa membayar," kata Sunaryono. Untuk mengatasi hal ini, Sunaryono menduga PT QSAR lalu menggunakan praktik gali lubang tutup lubang. Dana dari satu investor digunakan untuk membayar bunga ke investor lainnya.

11

Sementara itu, Wakil Ketua Tim Unit Penyelidik Kasus PT QSAR Ajun Kombes Charles Marpaung menuturkan, tugas polisi dalam kasus PT QSAR adalah mengamankan aset PT QSAR, untuk selanjutnya diserahkan ke pengadilan. "Nanti pengadilan yang akan menentukan ke mana aset tersebut harus diserahkan," ucap Marpaung. Pernyataan ini diberikan menyusul adanya keengganan beberapa investor untuk menyerahkan kasus PT QSAR ke polisi karena mengkhawatirkan dengan berjalannya proses hukum, uang mereka tidak akan kembali. "Kalau tidak ditangani polisi, uang juga tidak akan kembali karena saat ini uang itu memang sudah tidak ada," kata Marpaung. Untuk mengamankan aset PT QSAR, saat ini polisi telah menyita lebih dari 10 mobil dan lima bidang tanah serta bangunan milik PT QSAR di Desa Gunung Jaya, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. "Kami masih mencari aset lainnya. Untuk itu, masyarakat yang mengetahui keberadaan aset PT QSAR tolong memberi tahu kami," ujar Marpaung. Selain itu, sejak Rabu malam lalu, polisi juga telah memasang police line di perkantoran dan lahan pertanian milik PT QSAR yang ada di Desa Gunung Jaya. Kamis sore, sejumlah polisi yang dipimpin oleh Kepala Satserse Polres Sukabumi Ajun Komisaris Mahyudi Nazriansyah menyita aset PT QSAR dari kantor tersebut. Dengan menggunakan dua mobil bak terbuka, aset berupa dokumen-dokumen dan furniture dibawa ke Mapolres Sukabumi untuk diamankan. Sembunyi di apartemen Sebelum penangkapan Ramli, pengacara Ramli, Ahmad Bay Lubis, pada pukul 12.15 memberikan keterangan pers di Hotel Bintang, Jalan Raden Saleh, Menteng, Jakarta. Lubis mengatakan, ia bertemu dengan Ramli Rabu malam di sebuah hotel. Setelah itu, ada pembicaraan yang disusul dengan ditandatanganinya surat kuasa. Ramli, menurut Lubis, juga meminta dilakukannya keterangan pers menyangkut dirinya. Menurut Lubis, kliennya tidak berniat melarikan diri dari tanggung jawab, namun karena investor sudah panik dan gelap mata, Ramli memilih menunggu. Selama ini, Ramli bersembunyi di sebuah apartemen di Jakarta karena khawatir akan keselamatannya. "Beliau khawatir investor emosional, sementara mereka tidak tahu persis masalah yang menimpa PT QSAR di dalamnya. Semula perusahaan itu berjalan normal, tetapi karena sejumlah investasi jatuh tempo harus dibayar tidak bisa dilakukan karena salah manajemen, ini yang diartikan investor sebagai bangkrut," kata Lubis. Dalam jumpa pers, Lubis juga sempat menyampaikan keinginan Ramli untuk diberi kesempatan mengelola kembali usaha PT QSAR. "Soal penyelesaian uang milik investor, kemarin, Pak Ramli mengatakan solusi terbaik agar dia diberi kesempatan untuk menjalankan aktivitas perusahaan itu kembali," kata Lubis. Ramli berharap, antara dirinya dengan investor akan ada kesepakatan baru, misalnya penjadwalan kembali. Sementara itu mantan Wakil Presdir III PT QSAR Yandi Sofiandi mengaku lega setelah ada titik terang soal kasus ini. Ia berharap, penyerahan diri Ramli bisa menjadi titik awal pemecahan masalah itu. Segera diblokir

12

Sementara itu, menanggapi pernyataan Mabes Polri yang menyebutkan pihaknya sudah mengirimkan surat permintaan pemblokiran rekening milik Ramli atau PT QSAR kepada Bank Indonesia (BI), Ketua Tim Hubungan Media Massa Humas BI Anto Prabowo mengatakan, ia belum tahu apakah surat tersebut sudah masuk ke Direktorat Hukum BI. Namun, menurut Anto, sebelum ada permintaan resmi dari kepolisian pun, BI sebenarnya sudah memantau rekening-rekening yang terkait dengan Ramli atau PT QSAR sejak kasus PT QSAR muncul ke permukaan untuk berjaga-jaga. Anto tidak menyebutkan nomor-nomor rekening beserta nama bank-bank yang terkait dengan Ramli atau PT QSAR yang dipantau BI, sejak kasus PT QSAR merebak. Namun, dari data yang diperoleh Kompas, PT QSAR setidaknya memiliki 17 rekening koran di 13 bank. Rinciannya adalah Rekening No 060-1-46-775 dalam rupiah di Bank Jabar Sukabumi, Rekening No 31-45-32026 dalam rupiah di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sukabumi, Rekening No 725-888-001 dalam rupiah di Bank Negara Indonesia (BNI) Sukabumi, Rekening No 000-1128164 dalam rupiah di Bank Mandiri Ex BDN Sukabumi. Selanjutnya, Rekening No 777-3070-1085 dalam rupiah di Bank Lippo Sukabumi, Rekening No 127-0000-6310 dalam rupiah di Bank Danamon Sukabumi, Rekening No 038-3019-777 dalam rupiah di Bank Central Asia (BCA) Sukabumi, Rekening No 038-3000-111 dalam dollar AS di BCA. Selain itu, Rekening No 009-002-8882 dalam rupiah di Bank Syariah Mandiri Jakarta, Rekening No 075-300-4227 dalam rupiah di BCA Jakarta, Rekening No 301-013-6910 dalam rupiah di Bank Muamalat Jakarta, Rekening No 103-000-1050-190 dalam rupiah di Bank Mandiri Jakarta, Rekening No 060-8873-007 dalam rupiah di Bank Universal Jakarta, Rekening No 012-023-040081 dalam dollar AS di HSBC Jakarta. Kemudian, Rekening No 0309-127-892-401 dalam dollar AS di Bangkok Bank Jakarta, Rekening No 3000-279-909 dalam rupiah di Citibank Jakarta, dan Rekening No 800-243-4346 dalam dollar AS di Citibank Jakarta. (nwo/was/mar/tat)

Juragan QSAR Itu Menyerahkan Diri


ADA berita polisi menangkap Presiden Direktur PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) Ramli Araby, Kamis (29/8) petang. Berita itu segera saja tersiar karena selama sepekan terakhir, juragan PT QSAR itu seperti raib ditelan bumi. Ribuan investornya telah mencari ke sana-kemari, seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Anehnya, pengacara Ahmad Bay Lubis dari Kantor Pengacara Bay Lubis & Partners yang mengaku sebagai kuasa hukum Ramli mengatakan, kliennya baru akan menyerahkan diri pekan ini, tanpa menyebut hari. "Kemungkinan tempatnya Mabes Polri atau Polres Sukabumi," kata Lubis dalam jumpa pers pukul 12.15 di Hotel Bintang, Jalan Raden Saleh, Menteng, Jakarta Pusat. Lubis juga mengaku, dirinya bertemu dengan Ramli, Rabu malam, di sebuah hotel. Setelah itu ada pembicaraan yang disusul dengan ditandatanganinya surat kuasa. Ramli, menurut Lubis, juga meminta dilakukannya keterangan pers menyangkut dirinya. Padahal, Ramli sudah dinyatakan buron oleh Polda Jabar. "Pak Ramli tidak berniat melarikan diri dari tanggung jawab, namun karena situasi investor yang panik, Ramli bersifat menunggu," kata Lubis.

13

Namun, Kamis siang sekitar pukul 13.30, Ramli akhirnya menyerahkan diri ke Markas Besar Kepolisian RI (Polri). "Ia menyerahkan diri ke Mabes Polri. Ia sendiri menelepon baik ke Mabes Polri maupun ke Polda Jawa Barat dan Polres Sukabumi bahwa hari ini akan menyerahkan diri," kata Kepala Polda Jawa Barat Irjen Sudirman Ail, Kamis malam.

***
"Setelah lapor seperlunya di Mabes Polri-soal penyerahan Ramli itu-anggota kami lalu membawanya ke Polres Sukabumi. Kini dia masih dalam proses pemeriksaan di sana," katanya. Kepala Direktorat Intelijen Pengamanan Polda Jabar Kombes Sunaryono mengungkapkan, anggota Polda Jawa Barat yang menunggu Ramli di Mabes Polri berjumlah empat orang dipimpin Kepala Satuan Reserse Umum Polda Jabar Ajun Kombes Beni Gunawan. "Jadi, begitu dia datang menyerahkan diri, tim Beni menangkapnya karena status Ramli adalah tersangka," ujarnya. Dalam kasus Ramli, Beni Gunawan adalah Ketua Tim Tindak, yang bertanggung jawab atas penyelidikan dan penyidikan kasus PT QSAR. Mereka menangkap Ramli di Mabes Polri sekitar pukul 13.30. Dengan mobil Toyota Kijang Polres Sukabumi, tim Beni tiba di Polres Sukabumi pukul 17.20 dengan tambahan seorang penumpang, yakni Ramli. Ramli langsung menjalani proses pemeriksaan tanpa didampingi pengacara. Kabarnya, Ramli datang ke Mabes Polri juga seorang diri tanpa diantar pengacara atau keluarganya. "Ramli kami sangka melanggar Pasal 372 dan 378 KUHP, yakni penipuan dan penggelapan," tambahnya. Dari Sukabumi dikabarkan, salah seorang petugas Markas Polres Sukabumi sekitar pukul 15.00 telah memberi tahu kabar penangkapan itu kepada wartawan. Saat itu Ramli sudah dalam perjalanan ke Markas Polres Sukabumi dengan dikawal sejumlah petugas yang menggunakan dua mobil. Satu mobil Kijang merah nomor polisi D 1738 AK yang berada di bagian depan berisi Ramli yang duduk di bagian tengah diapit oleh dua petugas. Di belakang mobil itu terdapat satu mobil yang berisi sejumlah petugas lainnya. Tepat pukul 17.20, kedua mobil memasuki Markas Polres Sukabumi. Tidak banyak orang yang mengetahui ketika Ramli turun dari mobil. Ia tidak banyak berbicara ketika wartawan bertanya soal kasus yang menimpanya. Ramli mengenakan kemeja berwarna hitam yang di dadanya terdapat logo PT QSAR. Tidak tampak keluarga atau kenalannya di sekitar markas polisi itu. Ia sempat muncul dan bertemu sebentar dengan wartawan ketika hendak makan malam. (RTS/MAR/NWO/WAS)

ANALISIS EKONOMI INDRA SAFITRI


Investor yang Mati Muda
ISYARAT Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) soal anjloknya investor di pasar modal (Kompas, 27 Agustus 2002) boleh jadi merupakan upaya untuk mengingatkan kita semua bahwa pilar utama dari keberlangsungan industri tersebut sudah berada di ambang yang

ist

14

paling mengkhawatirkan. Padahal, kita mengetahui bahwa sebelum Indonesia mengalami krisis, jumlah dan perkembangan investor cukup menggembirakan. Seolah-olah investor yang pernah ada tersebut telah "mati muda", sebelum sempat menikmati keuntungan investasi mereka. Benarkah semua ini disebabkan oleh adanya krisis moneter dan faktor fundamental dari emiten? Apabila penyebabnya adalah soal alasan untung atau rugi, maka krisis moneter dan ekses yang terkait lainnya bolehlah kita jadikan sebagai kambing hitam, namun persoalannya tidak sesederhana itu. Sebab, persoalan seputar keberadaan investor di Indonesia menyangkut soal keberpihakan, kebijakan, dan pengawasan. Apa yang terjadi di pasar modal hanya contoh kecil dari sederet kisah sedih dari nasib investorinvestor lainnya yang hak-haknya tidak pernah mendapatkan perlindungan secara maksimal, baik secara ekonomis maupun yuridis. Strategi untuk mempertahankan dan mengembangkan jumlah penanam modal apakah yang ada di pasar modal maupun di sektor lain bukan agenda yang memerlukan banyak perhatian. Kita lebih sering memperlakukan status investor layaknya hubungan antara penjual dan pembeli. Apabila mereka rugi atau hancurnya usaha tempat di mana uang mereka ditanamkan hanya dijawab dengan mati aja loe, atau sikap sinis atas kebodohan mereka. Niat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang tata risiko investasi menjadi barang yang mahal, yang tidak pernah tuntas dan terintegrasi dengan seluruh proses kegiatan perekonomian kita. Bermanis-manis dengan investor hanya dilakukan pada saat uang mereka belum masuk ke kantung perusahaan. Selain itu, hukum untuk melindungi kepentingan investor baru akan diterapkan bila telah timbul skandal atau kasus hukum. Kalau begitu, jangan banyak berharap bilamana keberadaan dan perilaku investor di Indonesia semakin hari semakin menciut. Timbulnya perilaku spekulatif yang justru menjadi sasaran modus operandi kasus investasi berantai, yang biasanya mengorbankan kepentingan yang kecil. *** KASUS yang menimpa investor PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) tak ada bedanya dengan nasib nasabah bank yang kolaps, pemegang polis asuransi, unit reksadana yang ditutup, pemegang saham emiten yang pailit, atau nasabah berjangka yang tertipu, yang semuanya merupakan korban yang memerlukan adanya sarana untuk menyelesaikan hak-hak ekonomis mereka. Potensi investasi dari masyarakat yang menyisihkan sebagian dari anggaran dapurnya masih banyak. Terlebih lagi di musim krisis ini. Daya juang masyarakat untuk mampu survive mendorong mereka kreatif mencari peluang-peluang baru, namun sayangnya hal ini tidak disertai dukungan maupun pengawasan dari pemerintah. Dukungan dimaksud dapat dalam berbagai bentuk yang fungsinya untuk menstimulasi potensi dan menjaga kepercayaan, sekaligus keamanan investasi yang dilakukan. Pemodal yang masih melakukan kegiatan investasi di pasar modal merupakan sisa-sisa kejayaan masa lalu, terutama ketika booming saham yang mengundang antrean panjang investor pada pasar perdana. Kita jangan hanya mampu untuk menjadikan dana pensiun sebagai satu-satunya sapi perah investasi-jangankan untung, justru buntung yang dialami selama ini tak pernah punya solusi untuk kembali. Kekecewaan pemodal tidak hanya soal aspek penegakan hukum atau kepastian dari hak-hak mereka sebagai pemegang saham, melainkan juga tidak adanya perhatian pemerintah tentang bagaimana caranya dapat memberikan insentif sebagai penawar kerugian yang selama ini diderita. Trilyunan uang yang didapat dan berputar untuk memulihkan perekonomian Indonesia hanya bertumpu untuk penyelesaian utang, tanpa pernah melibatkan upaya untuk mempertahankan keberadaan investor. Privatisasi atau rencana initial public offering (IPO/penawaran saham

15

perdana) baru BUMN jauh dari pola insentif yang dikemas secara strategis untuk melibatkan potensi investor publik di dalamnya. Walaupun pola insentif ini pernah diterapkan pada saat Bank BNI go public, di mana harga penawaran perdana yang ditetapkan Rp 850 memiliki insentif untuk naik pada saat pasar sekunder. Sayangnya, niat baik untuk mendorong partisipasi investor tersebut tidak sepenuhnya berjalan. Sebab, porsi penjatahannya di pasar perdana dirongrong oleh praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) karena tergiur manisnya untung yang pasti didapat ketika saham tersebut diperdagangan di lantai bursa. Dengan demikian, penyebaran kepemilikan hanya berasal dari kantung kanan dan keluar ke kantung kiri. Sekarang pun tak pernah terdengar apa yang dapat diperoleh pemodal atau stakeholder apabila privatisasi tersebut berjalan sukses. Paling-paling situasi riuh rendahnya kebijakan penjualan saham BUMN tersebut hanya bermanfaat pada saat saham tersebut menjadi ajang spekulatif. Istilah kerennya "stabilisasi harga" yang berlangsung di lantai bursa. Jadi, sangat disayangkan sebagian dari dana yang dialokasikan untuk program tersebut tidak mampu mengundang lebih banyak lagi calon pemodal baru, atau investor lama yang masih trauma dengan pasar modal. Jenis kegiatan investasi apakah itu yang berhubungan dengan mekanisme perdagangan efek, kontrak berjangka komoditas, pasar uang, atau jenis lainnya selalu memiliki risiko. Risiko investasi di Indonesia bukan lagi soal risiko kerugian, kita lebih banyak menumpuk risiko ketidakpastian. Lihat saja ketika PT QSAR meledak, semua departemen merasa tak harus mengurusi soal ini. Sedih kita melihatnya. Modus penipuan, pengemplangan, atau penjarahan ekonomi akan semakin berkembang apabila tatanan hukum dan perangkat peraturan yang berhubungan dengan kegiatan perlindungan investor tidak ditata secara benar. Investor memerlukan perlindungan dari risiko kegiatan investasi, risiko tidak berfungsinya sistem pengawasan pasar dan dari risiko terjadinya praktik curang, serta kejahatan pasar. Untuk mencegah dan mengurangi masing-masing risiko itu, diperlukan sistem penjaminan dan asuransi yang melindungi transaksi tersebut, dengan prinsip-prinsip good corporate governance, penegakan hukum yang semuanya merupakan kerangka dasar, yang secara teoretis terkait dengan perlindungan investor. Pendekatan yang dilakukan di dalam memaksimalkan perlindungan dapat ditempuh dengan tiga cara. Pertama, membiarkan pelaku pasar yang menentukan format perlindungannya sendiri yang sejalan dengan prinsip pasar bebas. Kedua, dengan cara self regulate, yaitu peraturan yang menyangkut ketentuan standar atau pedoman untuk perilaku pasar. Ketiga, memformulasikan perangkat hukum dalam bentuk perundang-undangan. Setiap pendekatan itu akan berjalan efektif apabila investor merasakan tidak adanya halangan dan tersedianya sarana yang melindungi hak-hak mereka. *** MEROSOTNYA partisipasi investor secara simultan bukan karena hak-hak mereka tidak terlindungi maksimal, tetapi sangat jarang ditemukan kebijakan yang secara konsisten mengoptimalkan unsur potensi dan kegairahan pemodal. Kemandekan fungsi, daya dukung, serta kemampuan untuk menjalankan kewenangan dari lembaga seperti Bapepam, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) agar dapat bergerak secepat kebutuhan pasar merupakan persoalan klasik yang makin hari semakin penuh dengan ketidakpastian. Independensi dan efisiensi merupakan barang langka yang seharusnya dihasilkan oleh self regulatory organization sehingga dengan adanya biaya murah dan sarana efektif, investor

16

tersebut berpeluang untuk melakukan transaksi atau menghasilkan keputusan investasi yang bersifat ekonomis. Kaburnya sejumlah pialang asing, adanya persoalan permodalan, dan profesionalisme yang membelit kegiatan pialang merupakan cermin buruk dari upaya untuk meningkatkan kualitas investor atau pemodal. Padahal, pialanglah yang menjadi front paling depan untuk menambah pasokan investor. Kalau begitu, tidak ada siapa pun yang memikirkan kepentingan investor di tengah-tengah pemulihan ekonomi ini saat ini. Untuk memperjuangkan hak- hak mereka, investor atau pemodal senantiasa berhadapan dengan persoalan yang menyangkut tentang kualitas keterbukaan informasi, kekakuan proses rapat umum pemegang saham, dan keleluasan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan usaha dan keuangan perseroan. Selain itu, juga karena kondisi kepemilikan di emiten-emiten yang sedang berada di dalam proses privatisasi, restrukturisasi atau likuidasi; belum tersedianya sarana penyelesaian sengketa (baru saja didirikan Badan Arbitrase Pasar Modal); dan tidak bersahabatnya lembaga peradilan di Indonesia. Bagi pemodal yang masih punya napas, seperti dana pensiun atau asuransi, mereka memiliki kemampuan untuk bertahan sementara dan menyelesaikan persoalannya. Namun, bagaimana dengan nasib pemodal eceran yang dahulunya ikut berbondong-bondong membeli saham pada saat pasar sedang ramai. Apabila kondisi seperti ini tidak dibereskan, jangan salahkan bila kasus sejenis PT QSAR akan datang kembali dalam bentuk yang lain. Sebab, masyarakat tetap membutuhkan sarana investasi yang menjanjikan tingkat keuntungan yang menarik serta aman bagi mereka. Kebodohan yang diperlihatkan oleh investor di PT QSAR merupakan cermin bahwa kita tidak memiliki perhatian kepada soal pendidikan masyarakat, khususnya investor. Orang bodoh akan menjadi santapan dari para white collar crime, dan strategi sosialisasi untuk mengundang partisipasi pemodal memerlukan bahasa yang dapat dipahami secara sederhana. Obat dari luka dan derita investor di pasar modal, perdagangan berjangka komoditas, atau pasar finansial lainnya hanya dapat dihasilkan apabila ada niat dan tindakan yang konsisten dari para pengambil kebijakan, serta dukungan yang positif dari para wakil rakyat kita karena setiap persoalan pasti ada solusinya.*

Aset PT QSAR yang Diburu Polisi Bertambah Sukabumi, Kompas 2 sept 2002- Sebuah tim kecil dari Tim Penyidik Kasus PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR), yang beranggotakan empat orang dari Kepolisian Resor (Polres) Sukabumi, terus memburu aset perusahaan tersebut ke Purwakarta, Jawa Barat. Hasilnya, tim tersebut menemukan sebuah kendaraan yang tidak disebutkan jenisnya, sedangkan tim lainnya yang berada di Puncak, Bogor, juga berhasil menemukan satu kendaraan lagi. Menurut sumber Kompas, tim kecil itu sengaja memburu ke Purwakarta karena dikabarkan ada lima truk milik PT QSAR yang disewa oleh seorang pengusaha yang berada di kota tersebut. Ketua Tim Penyidik Kasus PT QSAR Komisaris Besar (Kombes) Sunaryono di Sukabumi, Minggu (1/9) malam, mengatakan, polisi terus pro-aktif memburu aset yang disita oleh investor. Berapa nilai total aset itu belum diketahui. Sunaryono, yang juga Kepala Direktorat Intelijen Pengamanan Polda Jawa Barat, mengungkapkan, aset PT QSAR yang kini dalam pengawasan kepolisian berupa 19 unit mobil dari berbagai merek dan jenis serta 31 aset berupa tanah dan bangunan yang tersebar di Sukabumi, Bogor, dan Cianjur.

17

"Tanah dan bangunan itu yang jelas atas nama PT QSAR. Belum ada yang atas nama pribadi para tersangka. Bangunan itu berupa rumah kantor, vila. Kalau tanah, dalam bentuk tanah perkebunan. Tidak ada tanah sawah," katanya. Mengenai rekening bank yang sudah diblokir sebanyak 19 rekening yang tersebar di berbagai bank, antara lain BCA, Bank Mandiri, dan Bank BNI. "Fokus penyidikan masih pada pengambilan keterangan dan penyidikan para tersangka. Tersangka Ramli (Ramli Araby, Presiden Direktur PT QSAR-Red) pun belum selesai penyidikannya. Minggu ini tidak ada pemeriksaan atau penyidikan terhadap Ramli. Pemeriksaan dan penyidikan dilanjutkan Senin besok," kata Sunaryono. Sejauh ini Polres Sukabumi, kata Sunaryono, sudah menetapkan delapan tersangka, termasuk Ramlan Baskara, adik Ramli. "Tersangka Ramlan masih menjalani pemeriksaan. Kepastian ditahan atau tidak setelah pemeriksaan awal selesai," kata Sunaryono. Senin ini, rencananya polisi akan secara resmi menyita sejumlah aset berupa tanah dan bangunan yang semula dikuasai oleh investor dan masyarakat. Semula ada 31 tempat, namun sekarang telah berkembang menjadi 44 tempat yang akan disita. Penyitaan ini akan ditandai dengan pemasangan papan pengumuman yang menyebutkan penetapan penyitaan aset itu oleh Ketua Pengadilan Negeri Cibadak, Sukabumi. Penetapan itu sendiri sudah dilakukan pada Jumat tanggal 30 Agustus 2002, melalui surat penetapan penyitaan bernomor 24/PenPid/2002/PNCbd. Aset yang akan disita antara lain lahan pertanian dan gedung milik PT QSAR. Selain itu, kompleks perumahan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi yang terletak di Pelabuhanratu kabarnya juga akan disita. Sebab, perumahan tersebut menurut informasinya dibangun oleh PT QSAR dan terhenti pembangunannya sejak perusahaan itu sekarat. Kompleks perumahan tersebut terdiri atas 201 rumah tipe 36 dengan total investasi sekitar Rp 3 milyar. Merespons imbauan Sementara itu, sejak Minggu pagi, para investor, baik yang berada di luar anggota Forum Komunikasi Investor (FKI) PT QSAR maupun anggota FKI, berdatangan untuk melaporkan aset yang ada di dalam penguasaan mereka. Mereka merespons Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat Inspektur Jenderal (Irjen) Sudirman Ail, sehari sebelumnya, yang meminta kepada para investor yang menyita aset PT QSAR agar segera mengembalikannya kepada polisi jika tidak ingin dianggap melanggar hukum. Mereka langsung menyerahkan aset yang antara lain berupa dua bus dan satu truk. Lalu dari seorang investor lainnya diserahkan sebuah mobil colt bak terbuka. Sementara itu, Ketua FKI Soekotjo saat berada di Polres Sukabumi menyatakan, sejumlah anggota forum berencana menyerahkan aset yang berada di tangan mereka. Penyerahan ini masih dikoordinasikan dengan anggota forum dan rencananya akan dilakukan dalam pekan ini. Jadi, pihaknya masih menunggu investor lain yang mengambil aset PT QSAR sendiri-sendiri, tanpa koordinasi dengan FKI. Mereka dipersilakan menyerahkan aset itu secara langsung kepada polisi atau melalui FKI. Aset yang kini berada di tangan FKI, berdasarkan keterangan Soekotjo, pekan lalu, antara lain 69 surat tanah dan 130 Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) dari berbagai jenis kendaraan bermotor. Nilai aset yang disita FKI sekitar Rp 10 milyar.

18

"Kami masih menunggu seluruh aset terkumpul biar tidak perlu bolak-balik ke sini," ujarnya ketika ditanyakan mengapa aset tersebut belum juga diserahkan kepada polisi. Kelambatan penyerahan ini, lanjut Soekotjo, karena awalnya FKI ingin menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan dan enggan melibatkan polisi. Pihaknya pun akan menggugat Ramli Araby secara perdata ke pengadilan dan aset tetap akan diserahkan bila polisi memintanya. "Tidak masalah bila aset diserahkan asalkan ada jaminan tertulis dari polisi bahwa aset itu akan dikembalikan kepada para investor. Semua aset itu uangnya dari investor dan mereka berhak memintanya kembali dari Ramli," kata Soekotjo. Sebaliknya, polisi justru menyatakan, penjaminan aset itu bukan wewenang mereka. Aset cukup Para tersangka yang berjumlah delapan orang terus diperiksa hingga kemarin. Tiga tersangka di antaranya adalah Ramli Araby, Yandi Sofiandi, dan Ramlan Baskara. Usai Ramli diperiksa Ketua Tim Sunaryono, kemarin petang, sempat terjadi dialog dengan wartawan saat dalam perjalanan dari ruang pemeriksaan ke sel penjara tempatnya menginap. "Kami masih punya aset cukup banyak. Aset itu cukup untuk mengembalikan uang investor," katanya kepada wartawan. Ketika ditanya wartawan soal sisa uang di rekening bank atas nama dirinya, Ramli tidak menjawab. Ramli hanya memberi isyarat dengan menggerakkan telapak tangannya, yang menyatakan tidak ada. Sebelumnya, pemeriksaan intensif juga dilakukan petugas terhadap Ramlan Baskara yang ditangkap petugas di sebuah hotel di kawasan Ciawi, Bogor, Sabtu malam. Ramlan yang masuk ke Polres Sukabumi Sabtu pukul 21.25 dibawa petugas dalam keadaan terborgol. Sementara itu, Ramli Araby sempat mengeluh sakit di dadanya pada pagi hari. Ia kemudian diperiksa oleh Ajun Komisaris Dokter Teguh Astanto dari Rumah Sakit Secapa Polri. "Kondisi Ramli baik, ia hanya banyak pikiran," kata Teguh. Sementara itu, Presiden Direktur PT QSAR Ramli Araby dalam suratnya tertanggal 26 Agustus 2002, yang ditujukan kepada investor menyatakan, sebuah surat sempat ditandatangani dirinya yang disodorkan seorang notaris yang merupakan utusan FKI, saat dia dalam perjalanan di tol Cawang, Jakarta. Tidak diketahui apa isi surat tersebut, namun Ramli akan membatalkannya jika itu merugikannya. "Surat itu merupakan penyerahan aset yang diketahui notaris Yusnardi. Dia merupakan notaris profesional yang meminta agar surat itu tidak ditandatangani di Sukabumi, tetapi di Jakarta," kata Soekotjo ketika dikonfirmasi soal surat tersebut. (WAS/NWO/MAR/RTS)

Kompas 6 sept 2002

Tosari Akan Kembalikan Dana PPP di QSAR


Jakarta, Kompas - Wakil Sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Djuhad Mahja menegaskan, Ketua DPP PPP Tosari Widjaya akan bertanggung jawab untuk mengembalikan dana partai sebesar Rp 5 milyar yang ditanamkan di PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR).

19

"Sebagai ketua tim dana partai, Tosari belum pernah melaporkan upaya penanaman modal dana itu. Tetapi, pada akhirnya dia, kan, harus melaporkan itu ke partai. Hanya mungkin atau bisa jadi dia belum sempat melaporkan itu. Katakanlah ini kecelakaan," kata Djuhad usai menghadap Ketua Umum DPP PPP Hamzah Haz di Istana Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (5/9). Menurut Djuhad, berinvestasi ke PT QSAR itu halal. "No problem. Namun, sekarang ini masih teka-teki, dana sebanyak itu hilang atau tidak. Tapi, jika hilang, insya Allah Pak Tosari bertanggung jawab," tutur mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) ini. Ditanya, apakah tindakan Tosari gegabah, Djuhad menjawab, "Soal gegabah atau tidak, itu belum bisa dinilai. Saya akan mempelajari dulu apakah ini tindakan gegabah atau tidak." Ketika terus dicecar dengan pertanyaan keabsahan berbisnis di PT QSAR, Djuhad menyatakan, "Garisnya, kan, cari duit tapi halal. QSAR itu kan halal. Kalau ada unsur penipuan, berarti PPP kecolongan. Tapi, Pak Tosari bertanggung jawab." Djuhad menambahkan, dalam waktu dekat DPP PPP akan melakukan rapat untuk meminta laporan secara resmi dari Tosari. "Karena secara resmi Pak Tosari belum laporan, meskipun secara pribadi sudah melapor kepada Ketua Umum (Hamzah Haz-Red)," katanya. Djuhad tidak mau berkomentar tentang isu bahwa Wakil Presiden Hamzah Haz telah mengusulkan agar penanganan PT QSAR diambil alih pemerintah alias bail out. "Sebagai warga negara, kalau itu positif, ya saya dukung. Tidak ada urusannya dengan partai," katanya. (MBA)

20

Anda mungkin juga menyukai