Anda di halaman 1dari 5

Modal Sosial Sebagai Jihad Kemakmuran Negara Oleh: Indra Abdurohim Teras depan: Konstruksi Jihad Allahu Akbar,

Allahu Akbar, Allahu Akbar merupakan suara yang sering didengar ketika kaum muslimin bergelora untuk berjihad. Namun kata apa yang menyusul kemudian bakar, bakar, bakar!! teriakan lantang nan membuat seram orang sekitarnya. Apakah ini yang disebut jihad?Identik dengan pembakaran, pengrusakan dan tindakan keras lainnya?Makna Agung itu dibelokannya tanpa pikir panjang. Tentunya hal ini sangat dibenci Allah terlepas problem apapun itu, jalan yang lembut pastinya akan lebih baik. Dengan mengusung Jihad yang salah seperti itu maka terciptalah penggambaran Islam sebagai agama yang keras dan tanpa ampun bahkan dipercaya sebagai pembawa budaya yang bengis. Padahal Islam tak mengajarkan hal demikian, islam mengajarkan kedamaian dan persahabatan jalur diplomasi lebih disukainya daripada harus mengangkat pedang. Jihad berasal dari kata jhada, yujhidu, jihd. Artinya adalah saling mencurahkan usaha, yakni usaha yang sungguh-sungguh tapi bukan mengorbankan diri dengan membuat anarki karena jihad yang sesungguhnya ialah jihad melawan hawa nafsu. Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. Yang demikian adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (At-taubah: 41) Maksud dari ayat tersebut tentunya ialah bejihad dengan menahan hawa nafsu baik nafsu dengan harta ataupun nafsu yang datangnnya dari diri sendiri.Jihad ini lebih mementingkan pengorbanan yang membangun bukan pengorbanan yang merusak.Jihad ialah berkorban untuk kemaslahatan orang banyak.Inilah kemudian yang dikatakan sebagai spirit Islam yang tepat sehingga benarlah bila agama yang dibawa nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil alamin. Jihad dengan kontruksi seperti ini dapat membangun bangsa dan membuatnya lebih maju bukan malah membuat bangsanya penuh teror dan tindak kekerasan sehingga menghambat bahkan melumpuhkan roda pembangunan. Mungkinkah teror semacam itu bisa terjadi di Indonesia, sehingga dapat mematikan laju ekonomi?Indonesia adalah Negara dengan umat Islam terbanyak didunia, maka hal tersebut sangatlah mungkin mengingat banyaknya pengaruh dari luar yang membakar umat menjadi ekstrim dan radikal sehingga membuat mereka berpikir dangkal.Maka yang terjadi bukan

membela agama tapi membela emosi sesaatnya belaka, karena hawa nafsu telah ikut mengotori niat sucinya. Dalam sebuah kisah ketika pasukan muslim tengah berperang dengan kaum musrikin, dalam perang tersebut salah seorang sahabat tengah berduel dengan musuhnya. Pertarungan berlangsung sengit namun ketika sahabat Nabi hendak melukai musrikin yang menjadi lawannya, musrikin tersebut meludahi sahabat. Lalu timbulah amarah untuk membunuhnya, tapi hal itu tidak dilakukan malah ia memutuskan untuk menundanya. Hal tersebut dikarenakan niat untuk memeranginya telah berubah seketika.Yakni niatnya berubah bukan lagi karena ingin membela Allah tapi membela hawa nafsunya untuk membunuh. Di banyak Negara Islam sering kita mendengar peperangan dan aksi teror yang terjadi hampir setiap hari, Pakistan salah satunya dimana ketegangan sering muncul dan mengatasnamakan jihad.Lalu apakah negeri ini maju?Tentunya tidak, karena kegiatan ekonomi sudah dipastikan lumpuh oleh berbagai teror yang tercipta. Modal Sosial Berbagai tindak diskriminatif seperti teror dan kekerasan yang terjadi adalah gambaran ketika masyarakat mulai tak mau untuk percaya (trust) baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat yang lainnya. Mereka melupakan sikap yang diajarkan oleh Nabi seperti taawun (tolong menolong), takaful (saling menanggung), dan tadhomun (memiliki solidaritas). Inilah yang kemudian menjadi akar sebagai pembelok spirit Jihad pada umumnya. Dalam Islam dikenal doktrin fitrah yang sejalan dengan makna trust. Setiap bayi yang terlahir adalahlaksana kertas putih bersih. Islam tidak mengenal dosa turunan. Manusia pada dasarnya adalah baik.Maka, dalam konteks relasi sosial, Islam menganjuran untuk berprasangka baik (husn al-dzan) danmelarang ghibah dan fitnah. Ajaran filosofis tersebut dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari NabiMuhammad SAW, khususnya dalam berdagang sehingga beliau dikenal dengan sebutan al-Amin(orang yang terpercaya). Bila dicermati, banyak sekali ayat Al-Quran yang membahas ibadah mahdhah seperti shalatberjamaah, zakat, qurban, puasa, haji, maupun muamallah seperti silaturahim, anjuran mengucapkansalam, menengok orang sakit dan seterusnya yang pada hakikatnya membuat kita untuk bersikap dapat dipercaya sehingga alur bersosial dapat berjalan dengan baik. Maka, sudah dipastikan bila pembangunan bukan hanya menganai masalah modal ekonomi (finasial) akan tetapi membutuhkan modal yang lebih mendasar yakni trust (percaya) sebagai modal sosial. Sudah banyak studi yang membuktikan bahwa pembangunan tidak hanya membutuhkan faktor sumber daya alam, besarnya sumber investasi dan industrialisasi.

Dalam sebuah buku Fukuyama yang terkenal, Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity, ia berhasil meyakinkan bahwa modalsosial memiliki kekuatan untuk mempengaruhi prinsip-prinsip yang melandasi kemajuan ekonomi dankesejahteraan sosial suatu negara. Negara-negara yang dikategorikan sebagai high trust societies,menurut Fukuyama, cenderung memiliki keberhasilan ekonomi yang mengagumkan. Sebaliknya, lowtrust societies cenderung memiliki kemajuan dan perilaku ekonomi yang lebih lamban dan inferior. Lebih lanjut Fukuyama mendefinisikan modal sosial sebagai seperangkat norma atau nilai informalyang dimiliki bersama oleh para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasamadiantara mereka. Kunci dari modal sosial adalah trust atau kepercayaan. Dengan trust, lanjutFukuyama, orang-orang bisa bekerjasama dengan baik. Karena ada kesediaan diantara mereka untukmenempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Trust bagaikan energi yang dapatmembuat kelompok masyarakat atau organisasi dapat bertahan. Trust yang rendah mengakibatkanbanyak energi terbuang karena dipergunakan untuk mengatasi konflik yang berkepanjangan. Sedikitnya ada dua kontribusi utama modal sosial terhadap pembangunan, yakni fungsi ekonomi danpolitik. Secara ekonomi, kata Fukuyama, the economic function of social capital is to reduce the transaction costs associated with formal coordination mechanisms like contracts, hierarchies, bureaucratic rules, and the like. Secara politik, modal sosial mendorong demokrasi yangdiwujudkan dalam dinamika civil society yang beroperasi di dalam sikap saling percaya antar sesamawarga, serta antara warga dan negara. Islam memiliki landasan yang kuat untuk mengembangkan masyrakat yang terikat dalam modal sosial ini. Tidak sedikit hadits nabi yang menekankan pentingnya modal sosial, baik diantara sesama Muslimmaupun sesama manusia (lihat Mintarti, 2003). Anas ra. menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda,Tiada sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai sesama Muslim, sebagaimanaia telah mencintai dirinya sendiri. An-Numan Basyir ra. berkata: bersabda Rasulullah SAW,Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam cinta mencintai, kasih mengasihi dan rahmat merahmatiadalah bagaikan satu badan, apabila salah satu anggota badannya menderita sakit, makamenjalarlah penderitaan itu ke seluruh badan, hingga terasa panas dan tidak dapat tidur. Sikap baikseperti ini berlaku juga bagi sesama manusia. Jarir bin Abdillah ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda,Barangsiapa tidak kasih kepada sesama manusia, maka tidak dikasihi Allah. Modal sosial inilah yang kemudian menjadi dasar untuk menciptakan kondisi masyarakat yang tanggap akan penderitaan orang lain. Tentu permasalahan kemisikinan yang mendera akan segera terselesaikan. Terselesaikan disini bukan berarti semua orang akan sama rata menjadi kaya, akan tetapi setiap orang khusunya muslim akan mencoba untuk hidup dalam kesederhanaan yang dimana hal ini sangat dianjurkan oleh Islam. Kita tahu bila kemiskinan yang

terlarut-larut dapat menyebabkan seseorang cenderung berbuat nekat untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Begitupun kekayaan dapat mengakibatkan seseorang bertindak semaunya bahkan dengan senatiasa menindas orang dibawahnya. Maka tidak salah jika Rasulullah Saw sampai mengatakan: kemiskinan itu mendekatkan pada kekufuran dan kekayaan mendekatkan pada kekafiran. Pertanyaanya, bila kita ketahui Islam memiliki dasar untuk membangun tingkat kepercayaan yang besar dan membuatnya menjadi modal sosial dalam interkasi baik kepada sesama masyrakat ataupun kepada perangkat pemerintahan. Lalu kenapa di banyak negara islam, muslim begitu banyak yang tertimpa nestapa kelaparan dan kekerasan? Sedangakan negara-negara Barat yang umumnya di cap sebagai negara kafir yang kejam dan musti dilawan oleh kaum ekstrimis jihad muslim dapat mendirikan kondisi negara yang aman dan kondusif, sedikit sekali kita jumpai di kawasan mereka masyrakat yang tertimpa bencana kelaparan. Hal tersebut bisa terjadi karena pemerintahan Barat dapat memberikan Public goods yang bagus.Fukuyama menyatakan bahwa negara dapat mendorong penciptaan modal sosial melalui penyediaan public goods yang mendukung. Menurutnya, The area where governments probably have the greatest direct ability to generate social capital is education. Pelayanan publik yang baik dapat diberikan melalui pendidikan dan kesehatan. Pemerintah yang memperoleh pajak dari rakyatnya diharapkan mampu memberikan timbal balik berupa jaminan sosial bagi kehidupan masyarakat. Dengan demikian Kebijakan publik dari kedua sector ini dapat dijadikan sebagai parameter unsur trust bagi sebuah Negara. Bila Negara mampu memberikan pelayanan yang bagus tentu bisa menciptakan suasana yang kondusif dan menjadikannya sebagai good governance. Teras Belakang: Modal Sosial Sebagai Jihad Dari berbagai penjelasan tersebut, maka makna jihad bila disandingkan dengan modal sosial menjadi cara yang tepat guna untuk memberikan pembangunan bagi berjalannya roda ekonomi. Pembangunan yang terjadi akan menciptakan peradaban yang memberangus kemiskinan sekaligus meniadakan kebodohan.Dengan begitu para muslimin tak hanya sekedar menjalankan ritus-ritus spiritual belaka yang sering kali salah mengartikan karena terjebak dalam kedua lubang tersebut. Melainkan mereka pun mengembangkan amal-amal shaleh dalam praktik sosial. Mengkaji lebih mendalam misi kenabian Rasulullah SAW yang hidup dengan egaliter menentang segala bentuk tindak kekerasan maupun penghisapan terhadap rakyat. Maka membela rakyat jelata, kaum buruh, miskin papa, mereka yang ditindas dan diperlakukan tidak adil, merupakan nilai ibadah terpenting dalam kehidupan bersosial. Allah berfirman dalam kitabnya yang artinya:

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan kebarat, tetapi kebajikan itu adalah orang yang beriman kepada Allah, . , dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, musafir, peminta-minta dan untuk memerdekakan hamba sahaya, melaksanakan shalat.Mereka itulah orangorang yang benar, dan mereka itulah orang yang bertaqwa. ( Al-baqarah : 177). Maka tak salah bila modal sosial dalam suatu negara ialah merupakan unsur yang bersinergi dengan pembangunan tatanan ekonomi. Konstruksi modal sosial sebagai jihad menjadi penting, dimana semangat dalam berkorban akan terarah dengan baik. Sehingga umat muslim akan kuat dengan memiliki kecerdasan serta pondasi finasial yang mencukupi. Dengan landasan umat umat yang selalu taawun (tolong menolong), takaful (saling menanggung), dan tadhomun (memiliki solidaritas) terhadap sesama manusia.

Referensi Fukuyama, Francis, Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity, New York: the Free Press, 1995. Maqzuq, M. Ilham, Remaja Islam Berbaju Yahudi, Bandung: Mujahid press, 2005. Izzan, Ahmad. & Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006. Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Yogyakarta :Dana Bhakti Wakaf, 1995 Suharto, Edi, Islam, modal sosial dan pengentasan kemiskinan makalah yang disampaikan pada Indonesia Social Economic Outlook, Dompet Dhuafa, Jakarta 8 Januari 2008

Anda mungkin juga menyukai