Anda di halaman 1dari 4

Sekresi saliva dapat dipengaruhi oleh berbagai rangsangan, yaitu rangsangmekanis, rangsang kimia, dan rangsang neuronal.

Rangsang mekanis dihasilkan dariaktivitas pengunyahan. Rangsang neuronal dihantarkan oleh sistem saraf otonom, baik simpatis maupun parasimpatis. Rangsang kimia diperoleh dari rangsangan rasaseperti manis, asin, asam, pedas, dan pahit (Amerongen 1991) Sekresi kelenjar saliva merupakan bagian terpenting dalam pembentukan cairan rongga mulut yang mengandung Secret dari kelenjar mayor dan minor,bakteri oral,cairan sulkus gingival dan kotoran makanan (Roth and Calmes, 1981;Berkovitz,et al, 2002). Kelenjar saliva mensekresi 1 1,5 L saliva setiap 24 jam yang jumlah dansusunannya sangat menentukan bagi kesehatan rongga mulut, terutama bila ditinjaudari segi patologi sangat berkaitan dengan proses patologis sangat berkaitan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga mulut (Brobeck, 1981; Amerongen, 1991) HISTO Struktur kelenjar saliva mirip dengan kelenjar eksokrin (Lavelle, 1988). Tiapkelenjar saliva dibangun dari lobus yang terdiri atas kompartemen berikut: asinus,duktus interkalata dan duktus striata. Asinus glandula submandibular dan sublingualmanusia di sekitar sel asinar mukus masih memiliki sel sekresi serus yang disebut selbulan sabit. Asinus dan sel duktus pada bagian basal dapat dikelilingi oleh selmioepitel (Amerongen, 1991). Sel asinus pada kelenjar parotis berupa serosa, padakelenjar sublingual berupa mukosa dan pada kelenjar submandibular berupaseromukosa (Ganong, 1999). Dari berbagai lobus kelenjar, saluran saluran pembuangan berkumpul didalam muara pembuangan interlobular dan berakhir pada muara pembuangan besar.Muara pembuangan besar pada kelenjar parotis disebut duktus Stensen dan masuk pada mukosa bukal setinggi gigi molar kedua rahang atas. Pada kelenjarsubmandibular disebut duktus Wharton yang berjalan sepanjang dasar mulut hinggake frenulum lingualis. Duktus utama pada kelenjar sublingual berhubungan dengan duktus Wharton dan sekresinya tidak dapat dipisahkan (Amerongen, 1991)

Anatomi Kelenjar Saliva Kelenjar saliva diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan sifat sekresinya(Rensburg, 1995). Berdasarkan ukurannya, kelenjar saliva terdiri dari dua golongan,yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri Atas kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual yang masingmasing berjumlah sepasang, sedangkan kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar von Ebner yang duktusnya bermuara di sulkus papila valata lidah, kelenjar yang terdapat di bawah mukosa bukal, labial dan palatal rongga mulut (Amerongen, 1991) Diperkirakan kelenjar parotis, submandibular dan sublingual menghasilkan 90% dari total volume saliva (Bradley, 1995). Kelenjar saliva berdasarkan lokasinya terdiri dari: 1.Kelenjar parotis adalah kelenjar terbesar dengan berat 20 30 gram pada dewasa(Brobeck, 1981). Kelenjar parotis terletak pada bagian samping wajah atau padabagian bawah dan bagian depan telinga. Duktus ekskretorinya yang disebutduktus Stensen berjalan ke depan menyilang pada otot maseter kemudianberbelok tajam melewati otot businator dan bermuara pada vestibulum di daerahmolar kedua permanen rahang atas. Kelenjar ini bersifat serosa pada orang dewasa walaupun terkadang terdapat sel asinar mukus pada kelenjar saat masih anak -anak (Rensburg, 1995) 2.Kelenjar submandibular adalah kelenjar dengan berat 8 10 gram, terletak padadasar mulut di bawah korpus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagiantepi bawah mandibula (Brobeck,1981; Amerongen, 1991). Duktus ekskretorinya

disebut duktus Wharton yang bermuara pada sebelah lateral frenulum lingualis.Kelenjar ini bersifat campuran dan yang paling dominan bersifat serosa (Rensburg, 1995). 3.Kelenjar sublingual adalah sepasang kelenjar dengan berat 2 3 gram, terletak pada otot mylohyoid meluas ke lateral terhadap mandibula dan ke medialterhadap otot geniolosus (Brobeck, 1981; Amerongen, 1991). Kelenjar inimemiliki 10 20 duktus kecil yang menembus membran mukosa dan bermuarapada dasar mulut atau pada saluran kelenjar submandibular. Kelenjar ini bersifatcampuran dengan sifat mukus yang paling dominan (Rensburg, 1995) 4.Kelenjar asesori terdiri dari: 1)Kelenjar lingualis, ditemukan bilateral dan terdiri dari dua bagian, yaitukelenjar lingualis anterior yang terletak di permukaan inferior lidah dekat apeks. Kelenjar lingualis posterior bergabung dengan tonsil lidah di sepanjangpermukaan lateral lidah. 2)Kelenjar bukalis dan labialis, terletak di mukosa pipi dan mukosa bibir. 3)Kelenjar palatinal terletak di mukosa langit langit lunak, uvula dan bagian posterolateral dari langit-langit keras. 4)Kelenjar glossopalatinal, terletak di lipatan glossopalatina (Rensburg, 1995).Kelenjar saliva dipersarafi oleh sistem otonom, baik saraf simpatis maupunsaraf parasimpatis, terutama dipersarafi oleh saraf parasimpatis. Sinyal parasimpatis dihantarkan oleh saraf fasial dan saraf glosofaringeal (Amerongen, 1991). Sinyalparasimpatis bersifat sekremotor dan vasodilator (Edgar, 1992). Jalur pernafasanparasimpatis sebagai jalur sekremotor berujung pada kelenjar saliva menuju nucleus salivarius di medula. Nukleus salivarius terdiri dari nukleus salivarius superior dannukleus salivarius infeior. Nukleus salivarius superior mengatur kelenjarsubmandibular dan kelenjar sublingual, sedangkan nukleus salivarius inferior mengatur kelenjar parotis dan kelenjar von Ebner (Guyton dan Hall, 1996). 2.1.3.Fisiologi Kelenjar Saliva Kelenjar saliva mayor yang terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar sublingualdan kelenjar submandibular menghasilkan 95% total volume saliva, sedangkansebagian kecil dihasilkan oleh kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar von Ebner, dan kelenjar yang terletak di bawah mukosa bibir bawah, lidah, palatum, bukal dan faring (Lavelle, 1988; Amerongen, 1991; Ferguson, 1999). Sumbangan berbagai kelenjar saliva kepada produksi total saliva sangattergantung pada sifat dan tingkat rangsang (Roth and Calmes, 1981; Houwink dkk.,1993). Sifat rangsang dapat merupakan rangsang mekanis misalnya mengunyahmakanan; kimiawi yaitu asam, manis, pahit, asin dan pedas; neuronal yaitu sistemsaraf otonom baik simpatis maupun parasimpatis; psikis atau stress; protesa;rangsangan karena sakit (Amerongen,1991; Houwink dkk., 1993). Tingkat sekresisaliva dipengaruhi oleh posisi tubuh, sekresi terbanyak ditemuka pada posisi berdirisekitar 100%, pada posisi duduk sekitar 69%, dan pada posisi berbaring 25%. Padaperokok ditemukan sekresi saliva yang lebih banyak daripada yang tidak merokok,sedangkan di ruangan gelap sekresi kelenjar parotis menurun dibandingkan dengan ruang yang terang (Roth and Calmes, 1981). Tipe kelenjar, makanan, usia, dan jenis kelamin juga termasuk faktor yangmempengaruhi sekresi saliva (Roth and Calmes, 1981). Beberapa obat obatanseperti antikolinergik, analgesik, antipsikotik, antihistamin, antidepresan, antihipertensi, amfetamin, antiparkinson, dan atropin memiliki efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran saliva (Edgar, 1996). Jumlah total saliva setiap 24 jam bekisar 500 600 ml atau sekresinya 0,350,42 ml. Pada malam hari sekresi saliva hampir terhenti (+10 ml/8 jam). Kelenjar parotis pada malam hari sama sekali tidak menghasilkan saliva. Sumbangan relatif kelenjar submandibular pada malam hari adalah 70%, sedangkan kelenjar sublingual dan kelenjar saliva tambahan sekitar 30% (Amerongen, 1991). Berbagai faktor dapat menyebabkan berkurangnya sekresi saliva yaitu efek radiasi, perubahan hormonal pada wanita menopause dan faktor psikologis sepertirasa takut, cemas dan stres, atau penyakit pada kelenjar saliva seperti Sindroma Sjorgen (Roth and Calmes, 1981).

2.1.3.1 Pengaturan Sekresi Saliva Sekresi saliva sebagian besar berada di bawah kontrol sistem saraf, sebagian kecil lain berada di dalam kontrol humoral. Kecepatan aliran sekresi saliva diatur oleh sistem saraf otonom (Bradley, 1995). Kelenjar saliva dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Pengaturan sekresi saliva lebih banyak dilakukan oleh saraf parasimpatis, namun sebagian dilakukan oleh saraf simpatis (Rensburg, 1995). Kelenjar sublingual dan submandibular menerima impuls saraf parasimpatisyang berasal dari nukleus salivarius superior yang berada pada medulla sedangkan Kelenjar parotis menerima impuls saraf yang berasal dari nukleus salivarius inferioryang berada pada medulla. Kelenjar saliva minor dipersarafi oleh serabut saraf parasimpatis yang berasal dari saraf fasial yang mencapai kelenjar melalui cabang saraf lingual dan palatinal (Roth dan Calmes, 1981). Rangsang saraf parasimpatis yang disertai vasodilatasi pada kelenjar menyebabkan sekresi saliva yang banyak dan encer dengan zat zat organik yang relatif sedikit. Rangsang saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi sehingga sekresi saliva yang sedikit tetapi kaya akan zat organik (Ganong, 1995). Sekresi saliva terjadi akibat respon refleks, baik refleks tidak bersyaratmaupun refleks bersyarat. Aliran saliva sebagian besar dikontrol oleh refleks tidak bersyarat dapat meningkatkan dan menurunkan. Yang dapat meningkatkan sekresisaliva misalnya rasa makanan, bau, stimulasi mekanik dari mukosa oral, iritasimekanik pada gingival, pengunyahan makanan, iritasi pada esofagus, gastritis dankehamilan. Refleks bersyarat yaitu emosi dan faktor psikis dapat meningkatkan dan menurunkan sekresi saliva pula (Rensburg, 1995) 2.1.3.4Fungsi Saliva Saliva memiliki fungsi yang penting untuk membantu efisiensi kerja tubuhdan kesehatan secara umum. Fungsi saliva terdiri dari 1.Fungsi Digesti Enzim amilase yang terdapat di dalam saliva (Ptyalin) memecah molekul glukosa menjadi molekul yang lebih kecil (Rensburg, 1995). 2.Fungsi Antibakteri Fungsi antibakteri yang terkandung dalam saliva, yaitu: 1)IgA Sekretorik (SIgA) Sekitar 90% terdapat pada saliva yang dihasilkan oleh kelenjar parotisdan 85% dari keseluruhan saliva di dalam rongga mulut adalah SIgA.Aktivitas antibakteri SIgA yang utama adalah mencegah kolonisasibakteri dengan mengikat antigen spesifik yang adhesif. Selain itu,kolonisasi juga dapat dihindarkan dengan aglutinasi bakteri yang akandihancurkan saat melewati esofagus atau mempengaruhi enzimspesifik yang penting untuk metabolisme bakteri. Bakteri pada rongga mulut mudah difagosit setelah dilapisi SIgA (Rensburg, 1995). 2)Peroksidase sistem antibakteri peroksidase terutama didapatkan pada saliva yangdihasilkan dari kelenjar parotis. Sistem antibakteri ini menghambatproduksi asam dan pertumbuhan banyak mikroorganisme termasuk didalamnya laktobasilus, streptokokus dan fungi (Rensburg, 1995) 3)Lisozim Lisozim saliva aktif menghancurkan dinding sel mikroorganisme gram positif namun aktivitas lisozim harus dikombinasikan dengan tiosianat agar efektif dalam melisiskan bakteri (Rensburg, 1995). 3.Lubrikasi

Kandungan glikoprotein dalam saliva bertanggungjawab dalam prosespengunyahan, pembentukan bolus makanan, penelanan, bicara dan melindungi permukaan mukosa dari iritasi (Rensburg, 1995) . 4.Pengecapan Saliva memiliki komponen gustin yang berperan dalam pertumbuhan danpergantian sel tunas pengecap (Amerongen, 1991). Makanan tidak dapat dirasakan pada mulut kering tanpa saliva (Rensburg, 1995). 5.Aksi Bufer Saliva berperan menekan perubahan derajat asam (pH) di dalam ronggamulut, baik oleh makanan asam maupun asam yang dikeluarkan olehmikroorganisme (Amerongen, 1991). Derajat asam dan kapasitas bufersaliva sangat bergantung pada kandungan bikarbonat dan juga kandunganfosfat anorganik dalam saliva. Pada aliran saliva yang tinggi, bikarbonatmerupakan buffer yang efektif melawan asam dengan membentuk asambikarbonat yang lemah yang akan terurai menjadi air dan karbondioksida (Rensburg, 1995). 6.Pembersihan Mekanis Adanya aliran saliva dapat mengurangi akumulasi plak, mikroorganismetidak mempunyai kesempatan untuk berkolonisasi pada gigi karena tidak ada makanan yang menempel, dan pembasahan elemen gigi akanmengurangi keausan oklusal yang disebabkan oleh daya pengunyahan(Amerongen, 1991). Koloni mikroorganisme dan sisa makanan terlepaskarena aksi pembersihan dari saliva dan kemudian tertelan (Rensburg,1995) 7.Pembekuan Darah Waktu pembekuan darah akan berkurang dengan keberadaan proteinsaliva yang mirip faktor pembekuan VII, IX dan platelet. Pembekuan darah yang terjadi ketika darah bercampur dengan saliva walaupun bekuan darah yang terbentuk kurang padat bila dibandingkan dengan pembekuandarah normal. Telah dilakukan percobaan yang menunjukan bahwa saliva,khususnya saliva yang berasal dari kelenjar submandibular dapatmeningkatkan penyembuhan luka dikarenakan adanya factor pertumbuhan epidermal pada saliva (Rensburg, 1995) 8.Keseimbangan Air Pada keadaan dehidrasi, volume saliva menurun untuk menjagakeseimbangan air, yang akan menimbulkan rasa haus. Setelah minum,cairan tubuh akan kembali normal dan keseimbangan cairan terjaga kembali sehingga volume saliva kembali seperti semula (Rensburg, 1995)

Anda mungkin juga menyukai