kontrol sistem saraf, sebagian kecil lain berada di dalam kontrol humoral. Kecepatan aliran sekresi saliva diatur oleh sistem saraf otonom (Bradley, 1995). Kelenjar saliva dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Pengaturan sekresi saliva lebih banyak dilakukan oleh saraf parasimpatis, namun sebagian dilakukan oleh saraf simpatis (Rensburg, 1995). Kelenjar sublingual dan submandibular menerima impuls saraf parasimpatis yang berasal dari nukleus salivarius superior yang berada pada medulla sedangkan Kelenjar parotis menerima impuls saraf yang berasal dari nukleus salivarius inferior Gambar 2.5 Pengaturan Sekresi Saliva Melalui yang berada pada medulla. Kelenjar saliva minor Saraf (Guyton dan Hall, 2006) dipersarafi oleh serabut saraf 18 parasimpatis yang berasal dari saraf fasial yang 2.1.3.2 Mekanisme Sekresi Saliva mencapai kelenjar melalui cabang Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses saraf lingual dan palatinal (Roth dan Calmes, aktif yang menunjukan bahwa 1981). proses tersebut memerlukan energi. Proses ini Rangsang saraf parasimpatis yang disertai dibedakan menjadi dua fase (Lavelle, vasodilatasi pada kelenjar 1988; Amerongen, 1991): menyebabkan sekresi saliva yang banyak dan encer 1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel dengan zat zat organik yang sekretori. 17 Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva relatif sedikit. Rangsang saraf simpatis dapat berupa rangsang menyebabkan vasokonstriksi sehingga sekresi adrenergik ( dan ) maupun kolinergik, karena sel saliva yang sedikit tetapi kaya akan zat organik diinervasi baik simpatis (Ganong, 1995). maupun parasimpatis. Rangsang adrenergik Sekresi saliva terjadi akibat respon refleks, baik menghasilkan saliva yang pekat, refleks tidak bersyarat kaya protein, kaya kandungan musin dan berbuih. maupun refleks bersyarat. Aliran saliva sebagian Pada rangsang kolinergik, besar dikontrol oleh refleks tidak neurotransmitter asetilkolin menghasilkan sekresi bersyarat dapat meningkatkan dan menurunkan. cairan yang kuat dengan kadar Yang dapat meningkatkan sekresi protein yang rendah. Akibat rangsangan, melalui saliva misalnya rasa makanan, bau, stimulasi eksositosis sel menghasilkan mekanik dari mukosa oral, iritasi cairan sekresinya kepada lumen. mekanik pada gingival, pengunyahan makanan, Rangsang tersebut menyebabkan aliran darah ke iritasi pada esofagus, gastritis dan asinus meningkat sehingga kehamilan. Refleks bersyarat yaitu emosi dan mempermudah pembentukan cairan asinar. Cairan faktor psikis dapat meningkatkan dan asinar ini disebut juga saliva menurunkan sekresi saliva pula (Rensburg, 1995). primer. 2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata. Saliva diangkut dari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi sel mioepitel. Selama pengankutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah dari cairan isotonik dengan konsentrasi ion yang hampir sama dengan plasma menjadi hipotonik dengan konsentrasi ion natrium dan polisakarida dapat dicerna dengan mudah klorida yang rendah. Perubahan (Amerongen, 1991). initerjadi karena di dalam duktus, air dan elektrolit 2) Immunoglobulin disekresi dan atau diabsorbsi Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan oleh sel epitel, terutama pada duktus striata. fisik dan agen antibakteri. 19 Immunoglobulin terdiri dari sebagian besar IgA Sifat rangsang menentukan kepekatan produk akhir sekretorik (SIgA) dan yang bervariasi dari encer sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri sampai pekat. Kepekatan saliva ditentukan oleh SIgA yang terdapat dalam sekresi air dan sekresi musin mukosa mulut bersifat mukus dan bersifat melekat yang diatur oleh saraf kolinergik dan adrenergik. dengan kuat, sehingga Neurotransmitter asetilkolin dan antigen dalam bentuk bakteri dan virus akan parasimpatetikomimetika merangsang sekresi air, melekat erat dalam mukosa sedangkan obat seperti atropine mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh SIgA. sulfat menghambat sekresi air dan menyebabkan Bakteri mulut yang keringnya mulut. diselubungi oleh SIgA lebih mudah difagositosis 2.1.3.3 Komposisi Saliva oleh leukosit (Amerongen, Komposisi saliva bervariasi tergantung pada waktu 1991; Rensburg, 1995). siang dan malam hari, 3) Protein Kaya Prolin sifat dan besar stimulus, keadaan psikis orang yang Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein diteliti, diet, kadar hormon, gerak dengan berbagai fungsi badan dan obat. Komponen saliva, yang dalam penting yaitu mempertahankan konsentrasi kalsium keadaan larut disekresi oleh kelenjar di dalam saliva agar tetap saliva, dapat dibedakan dalam komponen anorganik konstan yang menghambat demineralisasi dan dan (bio)organik (Amerongen, meningkatkan remineralisasi 1991). (Amerongen, 1991). Komposisi yang terkandung dalam saliva adalah: 21 1. Komponen Organik 4) Mukus Glikoprotein Saliva terdiri dari banyak komponen organik Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada dengan fungsi berbeda, seperti rongga mulut yang berfungsi reaksi enzimatis, pelapisan permukaan jaringan, dalam lubrikasi jaringan rongga mulut, pengatur perlindungan terhadap jaringan interaksi antara epitel gigi dan kontrol pertumbuhan jaringan (Bradley, permukaan dengan lingkungan luar dan perangkap 1995). Komponen saliva yang bakteri. paling utama adalah protein. Selain itu, terdapat 5) Lisozim komponen lain seperti asam Lisozim mempunyai fungsi proteksi terhadap lemak, lipid, glukosa, asam amino, ureum dan bakteri yaitu berperan aktif amoniak. Protein yang secara menghancurkan dinding sel bakteri Gram positif kuantitatif penting adalah amilase, protein kaya dan sangat efektif dalam prolin, musin dan imunoglobulin melisiskan bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari (Amerongen, 1991). kelenjar parotis, kelenjar 20 submandibular dan kelenjar sublingual Komponen organik saliva adalah: (Bradley.1995). 1) Amilase 6) Sistem Peroksidase Amilase merupakan protein saliva konsentrasi Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang tinggi. Amilase adalah enzim banyak hadir pada pencernaan yang terutama diproduksi oleh kelenjar kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen peroksida, parotis dan tiosanat dan laktoproksidase submandibular. Amilase mengubah tepung kanji (Rensburg, 1995). Sistem ini menghambat produksi dari glikogen menjadi asam dan pertumbuhan kesatuan karbohidrat yang lebih kecil dan akibat bakteri streptokokus dan laktobasilus yang ikut pengaruh amilase, menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya karies akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri (Grant, et al., 1988). 7) Laktoferin Laktoferin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit PMN yang mempunyai efek bakterisid yang merupakan salah satu fungsi proteksi terhadap infeksi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia (Roth dan Calmes, 1981). Laktoferin juga mengikat ion ion Fe³+, yang diperlukan bagi pertumbuhann bakteri (Amerongen, 1991). 22 8) Laktoperoksidase Laktoperoksidase menkatalisis oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat yang mampu menghambat pertumbuhan dan pertukaran zat bakteri (Amerongen, 1991). 9) Gustin Gustin berfungsi dalam proses kesadaran pegecap (Amerongen, 1991). 2. Komponen Anorganik Komponen anorganik yang terdapat di dalam saliva berupa ion kalsium, magnesium, fluorida, HCO3, kalium, natrium, klorida, NH4. Selain itu terdapat gas seperti karbondioksida, nitrogen dan oksigen (Rensburg, 1995). Dari kation yang terdapat di dalam saliva, natrium dan kalium memiliki konsentrasi tertinggi. Klorida sangat penting untuk aktivitas enzimatik amilase. Kalium dan fosfat yang terkandung dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email. Kadar fluorida di dalam saliva dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida di dalam air minum dan makanan. Tiosianat merupakan suatu gen antibakteri yang bekerja sama dengan sistem laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalam saliva. Dalam saliva yang dirangsang, ion ini menghasilkan 85% dari kapasitas bufer dalam sistem fosfat 14%. Konsentrasi bikarbonat pada kelenjar parotis dan kelenjar submandibular meningkat dengan meningkatnya aliran saliva