Anda di halaman 1dari 47

PERENCANAAN CORE ( INTI BANGUNAN)

1. Pengertian core (inti bangunan) Core atau inti bangunan menurut Schueller (1989) adalah suatu tempat untuk meletakan transportasi vertikal dan distribusi energi ( seperti lift, tangga, wc dan shaft mekanis ). Dari sumber modul perkulihan teknologi bangunan 5, inti adalah tempat untuk memuat sistem-sistem transportasi mekanis dan vertikal serta menambah kekakuan bangunan. Jadi kesimpulannya bahwa inti bangunan (core) suatu tempat untuk meletakan sistem transportasi vertikal dan mekanis dengan bentuk yang disesuaikan dengan fungsi bangunan serta untuk menambah kekakuan bangunan diperlukan sistem struktur dinding geser sebagai penyalur gaya lateral (seperti tiupan angina tau gempa bumi) pada inti.

2. Bentuk Inti Bangunan Untuk bentuk dan ukuran inti bangunan tidak ada batasannya tetapi inti bangunan mempunyai beberapa ciri khas yaitu : (Schueller ,1989) Bentuk inti : o o o Inti terbuka (N) Inti tertutup (B) Inti tunggal dengan kombinasi inti linear (A)

Jumlah inti : o Inti tunggal o Inti jamak Letak inti : o Inti di dalam (C) o Inti di sekeliling (J) o Inti di luar (M) Susunan inti :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

o Inti simetris (F) o Inti asimetris (J) Geometri bangunan sebagai penentu bentuk bangunan : o Langsung (K) o Tidak langsung (P)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Sumber : Schueller (1989, hal. 126)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk menara (tower) berbeda dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) yaitu : 1. Inti pada bangunan bentuk bujur sangkar Bentuk bujur sangkar banyak digunakan untuk bangunan perkantoran dengan koridor mengelilingi inti bangunan. Contoh : Gedung Blok G DKI, Gedung Indosat, Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One Park Plaza di Los Angleles Amerika Serikat.

2. Inti pada bangunan bentuk segitiga Contoh dari inti bangunan dengan bentuk segitiga adalah Hotel Mandarin di Jakarta, Gedung US Steel di Pittsburg Amerika Serikat, Riverside Development di Brisbane Australia dan Central Plaza di Hongkong.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

3. Inti pada bangunan bentuk lingkaran Menara berbentuk lingkaran biasanya digunakan pada fungsi hunian (apartemen dan hotel) dengan koridor berada di sekeliling inti bangunan sebagai akses ke unit-unit hunian. Contoh dari inti bangunan dengan bentuk lingkaran adalah ShinYokohama Hotel di Jepang, Marina City di Chicago Amerika Serikat dan Gedung Tabung Haji di Kuala Lumpur Malaysia.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

4. Inti pada bangunan dengan bentuk memanjang Bangunan dengan bentuk memanjang biasanya digunakan untuk fungsi hotel, apartemen atau perkantoran. Seperti Gedung Central plaza di Jakarta, Gedung Inland Steel di Chicago Amerika Serikat merupakan bangunan memanjang dengan inti di luar bangunan.

Adapula inti bangunan yang terletak di sisi bangunan contohnya adalah Hotel Atlet Century, Hotel Horizon dan Wisma Metropolitan di Jakarta.

Sedangkan untuk inti yang berada di tengah bangunan biasanya digunakan untuk fungsi perkantoran. Contohnya adalah Wisma Indocement di Jakarta, Connaught Center(Jardine House) di Hongkong, Rockefeller Center dan Chase Manhattan Bank di New York Amerika Serikat.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Selain itu, inti yang terletak di tengah bangunan memanjang memiliki banyak pola. Contohnya adalah Kantor Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) di Jakarta dan Gedung Phoenix-Rheinrohr di Dusseldorf Jerman.

5. Inti pada bangunan dengan bentuk silang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Bangunan dengan bentuk silang dan Y,T,H atau V, merupakan variasi dari bangunan bentuk memanjang. Bentuk seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan luas lantai tipikal yang cukup luas tetapi bangunan tetap dapat memanfaatkan paencahayaan alamiah. Bangunan dengan bentuk ini banyak digunakan untuk fungsi hotel, apartemen dan perkantoran. Salah satu contohnya adalah Gedung Patra Jasa di Jakarta.

6. Inti pada bangunan bentuk Y Contoh dari inti bangunan dengan bentuk Y adalah Gedung Unilever di Hamburg jerman, Gedung Unesco di Paris dan Hotel Duta Merlin di Jakarta.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

7. Inti pada banguanan dengan bentuk acak Bangunan dengan inti bangunan yang terletak di luar titik berat massa bangunan dan ditempatkan secara acak kurang menguntungkan bagi perencanaan bangunan tahan gempa. Contoh bangunan yang menggunakan bentuk inti tersebut adalah Gedung MBf Tower di Penang Malaysia dan Conrad International Centennial di Singapura.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

Perbedaan fungsi bangunan akan mempengaruhi pola letak inti bangunan. Pada bangunan tinggi, luas lantai bersih, sirkulasi dan jaringan utilitas serta pemanfaatan pencahayaan alamiah menjadi pertimbangan untuk menempatkan letak inti. Penempatan letak inti bangunan akan memberikan pengaruh pada bangunan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

10

3. Bahan Struktur Inti Bangunan Inti dari bahan pembuatnya dapat menggunakan baja, beton ataupun gabungan keduanya (beton tulang) yang disebut sebagai inti struktural. Selain itu, inti dari material lain seperti dinding biasa (batu bata,celcon dll) disebut sebagai inti non struktural karena tidak terlalu kuat menahan gaya lateral. Adapun Adapun kelebihan dan kekurangan pada penggunaan material sebagai penyusun inti structural menurut Schueller (1989) yaitu : Untuk inti dari rangka baja bisa manggunakan kuda-kuda Vierendeel untuk mencapai kestabilan lateral. Sistem Vierendeel ini cukup fleksibel sehingga hanya digunakan untuk bangunan bertingkat relatif sedikit. Pengakuan diagonal dari rangka Vierendeel digunakan untuk mencapai kekakuan inti yang diperlukan untuk bangunan yang lebih tinggi. Keuntungan inti rangka baja adalah karena relative cepatnya perakitan batang-batang prefab.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Sumber : Poerbo (2000, hal. 91)

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

11

Sumber : Poerbo (2000, hal. 44)

Sebaliknya, inti dari beton menghasilkan ruang selain juga memikul beban dan pertimbangan khusus terhadap kebakaran tidak diperlukan. Ketiadaan pelenturan pada bahan beton merupakan kelemahannya, terutama terhadap beban gempa. Yang dimaksud dengan Sistem Vierendeel adalah sistem struktur yang tampaknya seperti rangka batang yang batang diagonalnya dihilangkan tetapi ini bukan rangka batang sehingga bentuk titik hubungnya sangat kaku. Sistem ini banyak sekali digunakan pada gedung bertingkat, karena sangat fungsional ( tidak menggunakan elemen diagonal) dan lebih efisien (Schodek,1999).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

12

Sumber : Schodek (1999, hal. 327)

4. Sistem Struktur Inti Bangunan Sistem yang berkerja pada suatu inti bangunan harus dapat menahan gaya lateral yang disebabkan oleh banyak sumber seperti gempa atau beban baik beban bangunan sendiri atau beban dari luar. Untuk itu dibutuhkan sistem struktur yang dapat menahan gaya tersebut yaitu system struktur dinding geser (shear wall). Dinding geser (shear wall) adalah unsur pengaku vertikal yang dirancang untuk menahan gaya lateral atau gempa yang berkerja pada bangunan (Schueller,1989).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

13

Sumber : Schueller (1989, hal. 108)


Berdasarkan klasifikasi bentuk dinding geser menurut Schueller (1989), yaitu : Bentuk inti : o o o Inti terbuka : bentuk X, I dan [ Inti tertutup : bujur sangkar, persegi panjang, bulat dan segitiga Inti disesuaikan dengan bentuk bangunan (10,15,20)

Jumlah inti : o Inti tunggal (1,2,3,4) o Inti terpisah (8,19,20) o Inti banyak (4,10,12) Letak inti : o Inti fasade eksterior (9) o Inti interior : inti fasade (10), inti di dalam bangunan (1-3, 6-7) o Inti eksentris (4,9) Sistem interaksi: o Bersendi : pemberian sendi pada balok rangka untuk memikul beban gravitasi.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

14

Sumber : Schueller (1989, hal. 144)

o Vierendeel : pembagian beban pada inti dan struktur rangka.

Sumber : Schueller (1989, hal. 139)

Sumber : Schueller (1989, hal. 139)


PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.
TEKNOLOGI BANGUNAN III 15

Sumber : Schueller (1989, hal. 138)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

16

5. Lubang Utilitas (Shaft) dan Jalur Utilitas Penempatan inti bangunan akan berdampak kepada kemungkinan penempatan jalur distribusi jaringan utilitas, baik pada arah vertikal yang akan berdampak pada rancangan denah bangunan maupun pada arah horisontal yang berdampak pada potongan bangunan. Selanjutnya, dalam inti bangunan terdapat sejumlah ruangan yang diatur sedemikian rupa sehingga jumlah keseluruhan luas inti bangunan tidak melebihi 20% luas tipikal yang ada. Di samping itu, 80% luas tipikal masih perlu dikurangi dengan jalur sirkulasi horisontal (koridor), sehingga luas efektif bangunan menjadi berkurang. Sekitar 4% dari luas tipikal digunakan untuk lubang utilitas untuk sistem Mekanikal dan Elektrikal, yang umumnya dibagi atas 2 zona distribusi. Pemisahan lubang untuk ventilasi dan penyegaran udara bertujuan agar tidak terjadi konflik atau persilangan antar saluran udara (ducting) yang perbandingan panjang dan lebarnya sekitar 1:2 sampai 1:4 dan bahan pelapisnya dapat menahan api selama 2 jam. Contoh :

6. Utilitas di dalam Core Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Perancangan bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan denga perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, struktur, interior dan lainnya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

17

Perancangan utilitas di dalam inti bangunan (core) terdiri dari : 1. Perancangan lif. 2. Perancangan tangga darurat. 3. Perancangan sistem plambing. 4. Perancangan pengolah udara. 5. Perancangan instalasi listrik. 6. Perancangan telepon. 7. Perancangan CCTV dan sekuriti sistem. 8. Perancangan tata suara. 9. Perancangan pembuangan sampah.

6.1. Perancangan lif Lif (elevator) adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam suatu bangunan yang tinggi atau bertingkat. Dalam persyaratan bangunan yang membutuhkan adanya lif adalah bangunan yang lebih dari 4 lantai karena kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tugas atau keperluannya dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai dengan 4 lantai. Berdasarkan fungsinya lif dibedakan menjadi 4 yaitu : 1. Lif penumpang (passenger elevator) digunakan untuk mengangkut manusia. 2. Lif barang (fright elevator) digunakan untuk mengangkut barang. 3. Lif uang/makanan (dumb waiters) digunakan untuk mengangkut barang yang relative kecil dan ringan seperti uang/makanan. 4. Lif pemadam kebakaran, biasanya berfungsi sebagai lift barang. Lif yang dipasang dalam bangunan harus mengacu kepada peraturan-peraturan daerah, Dinas Keselamatan Kerja dan Dinas Pemadam Kebakaran. Untuk menentukan kriteria perencangan lif penumpang harus diperhatikan : tipe dan fungsi dari bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai dan intervalnya. Selain itu perlu dibedakan dari kapasitas (car/kg), jumlah muatan dan kecepatan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

18

Makin tinggi bangunannyamakin tinggi kecepatannya. Sedangkan kapasitas, jumlah muatan dan kecepatan untuk masing-masing lif tidak sama tergantung dari pabrik pembuatnya. Sistem penggerak dalam elevator juga dibedakan menjadi 2 macam yaitu : 1. Sistem dengan motor penggerak (tractioan lift) yaitu mesin dapat berada di atas (penthouse) atau di bawah (basement), biasanya digunakan untuk fungsi bangunan kantor, pertokoan, hotel, apartemen, rumah sakit dan sebagainya. Untuk kecepatannya, motor di atas adalah antara 2,5 sampai 9 meter/detik sedangkan motor di bawah adalah sekitar 1 meter/detik. Dalam penggunaannya lif dengan motor di atas lebih baik daripada di bawah karena pergerakan lif sangat halus, efisien dan hemat energi listrik.

2. Sistem dengan dongkrak hidrolik (hydraulic) yaitu mesin di bawah, biasanya digunakan untuk bangunan 3 4 lantai untuk mengangkut uang/makanan. Untuk kecepatan lifnya antara 0,30 sampai 0,90 meter/detik dan kapasitasangkut maksimum 10 ton (dengan tuas tunggal) dan dapat mangangkut sampai dengan 50 ton (dengan tuas ganda). Lif hidrolik ini mempunyai karakteristik yaitu : a. Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan. b. Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah. c. Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

19

d. Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif. e. Sangat baik untuk mengangkut beban berat. f. Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara tepat. g. Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight). h. Menimbulkan suara yang lebih berisik dibandingkan dengan lif yang digerakan oleh motor traksi.

Berdasakan anatomi lif sendiri dibedakan menjadi 3 bagian : a. Lif pit Tempat pemberhentian akhir yang paling bawah, berupa buffer sangkar dan buffer beban pengimbang. Karena letaknya paling bawah, lif pit harus dibuat dari dinding yang tidak rembes air. Ukuran luas dan kedalaman tergantung dari ukuran kereta dan kedalamannya dipengaruhi oleh kecepatan lif dan tingginya bangunan. b. Ruang luncur Hoistway

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

20

Tempat meluncurnya sangkar/kereta lif, tempat pintu-pintu masuk kereta lif, tempat meluncurnya beban pengimbang (counter weight) dan tempat meletakan rel rel peluncur dari kereta lif dan beban pengimbang. Dari materialnya terbuat dari dinding beton atau batu bata dengan rangka tertentu, kecuali untuk lif pemadam kebakaran. Ukuran ruang luncur tergantung dari ukuran kereta lif dan dapat diberikan bukaan untuk pintu lif. Pintu lif sangat mempengaruhi harga lif walaupun jumlah lif tergantung dari kebutuhan. Setiap pintu lif diberi tombol tombol untuk tempat pemberhentian kereta lif dan di dalam kereta lif terdapat tombol tombol yang berhubungan dengan pintu lif keluar. Setiap ruang dalam kereta lif secara standar telah ditentukan macam, bentuk dan warnanya atau pemakai memberikan tambahan dan perubahan yang akan diperhitungkan dalam biaya pembelian kereta lif. c. Ruang mesin Tempat untuk meletakan mesin/motor traksi lif dan tempat panel kontrol (mengatur jalannya kereta). Ruangan ini dilengkapi dengan pengatur udara yaitu exhauster atau alat pendingin yang berguna menjadikan ruangan tersebut tidak panas sehingga panel mesin tersebut tidak terganggu.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

21

Letak lif Lif sebagai tempat penghubung antara ruang bawah dan ruang atas merupakan suatu tempat yang harus mudah dicapai dari ruangan disekitarnya. Oleh karena itu, penempatan lif ini harus tepat sehingga dapat melayani raungan di bawah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

22

dengan di atasnya, mudah terlihat, mudah dicapai dan tidak mengganggu segi arsitektur. Ada beberapa cara untuk meletakkan beberapa lif dalam satu bangunan. Lif dapat dipasang berdampingan atau berhadapan tetapi kalu dipasang berdampingan lebih dari 3 lif sebaiknya dipasang berhadapan. Kalau dipasang berhadapan akan timbul suatu masalah mengenai jarak antara lif lif yang berhadapan. Hal ini akan diatur sesuai dengan fungsi dan kegunaan dari bangunan tersebut. Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai, dianjurkan untuk membagi layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang dilayani, konsep zona, dimana tiap zona dilayani oleh sejumlah lif tertentu. Jika pembagian zona ini masih mengakibatkan jumlah lif tetap banyak, dapat digunakan sejumlah lif dengan pintu masuk terpisah dan ditempatkan pada lantai transfer yang disebut sky lobby. Sky lobby ini digunakan untuk tempat transfer dari zona yang lebih rendah ke zona di atasnya. Disamping itu, sky lobby ini dapat digunakan untuk menampung sementara pada kondisi darurat (kebakaran) dan kebutuhan aktifitas lainnya, seperti ruang mekanikal elektrikal (mesin pengkondisian udara dan pompa air), bak penampungan air (reservoir), restoran, lobby hotel, ruang pengelola, ruang rapat, kolam renang dan lain lain. Untuk strukturnya, lanytai sky lobby harus kaku dan kokoh agar dapat mengatasi gaya lateral yang diakibatkan oleh angin atau gempa bumi. Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat sebanding dengan jumlah lantai yang dilayani(di atas 20% luas lantai). Jika hal tersebut terjadi pada bangunan tinggi, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan : a. Sejumlah lantai harus dibagi menjadi beberapa zona : zona I melayani sejumlah lantai zona bawah, zona II melayani sejumlah lantai zona tengah dan zona III melayani sejumlah zona atas. Dengan pembagian zona tersebut, beban lif menjadi berkurang. Namun pembagian zona tidak memberikan dampak pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap berada di lantai yang sama, yang letaknya di atas zona III. b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai bagian atas, gedung dibagi menjadi beberapa lobi yang ditempatkan pada lantai tertentu.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

23

Selanjutnya, lif dengan kapasitas besar dan kecepatan tinggi melayani penumpang dari lobi utama di lan tai dasar ke sky lobby atau dari sky lobby yang satu ke sky lobby berikutnya. Dari sky lobby orang dapat pindah dengan menggunakan eskalator ke sejumlah lif yang melayani zona di atasnya. Konsep ini memungkinkan dikuranginya ruang yang digunakan untuk lubang lif, sebab alur perjalanan lif tidak perlu setinggi bangunan. Penggunaan sky lobby ini memungkinkan bangunan berfungsi ganda, seperti memuat apartemen/hotel di bagian atas, perkantoran di bagian tengah dan fasilitas perbelanjaan serta parker di bagian tengah. c. Jika penggunaan sky lobby belum juga memenuhi ketentuan luas inti yang disyaratkan, maka dapat digunakan lif double decker.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

24

Pengaturan tata letak lif pada lobi yang terkait dengan pembagian zona layanan lif dapat terlihat pada gambar. Tiap zonal if biasanya melayani 10 15 lantai dan 4 zona merupakan batas maksimum. Jika menggunakan zona lif lebih dari 4, maka harus menggunakan sky lobby (minimum 2 lantai) dan di atas sky lobby masih dimungkinkan untuk ditambah 23 lantai tambahan untuk ruang mekanik/elektrik.

Bentuk dan Macam Lif Bentuk dan macam lif tergantung dari fungsi dan kegunaan gedung. Bermacammacam lif menurut bentuknya:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

25

a. Lif penumpang (tertutup) Suatu lif penumpang dengan ukuran, berat dan kecepatan tertentu sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Ruang dalam lif disesuaikan dengan kebutuhan atau keinginan pemilik bangunan. Kecepatan rendah untuk low zone biasanya melayani bangunan bertingkat tidak lebih dari 10 lantai. Kecepatan sedang atau tinggi untuk high zone biasanya melayani bangunan bertingkat lebih dari 10 lantai. b. Lif penumpang (transparan) Suatu lif penumpang yang ruang dalamnya satu bidang atau lebih berupa kaca tembus supaya dapat menikmati pemandangan luar (panorama). Bentuk lif ini bermacam-macam, ada yang segilima, segi empat, bulat dan sebagainya sesuai dengan perkembangan teknologi dan keindahan. Demikian juga ruang dalamnya dapat diatur atau diubah sesuai dengan keinginan. c. Lif untuk rumah sakit Karena fungsinya mengangkut orang sakit, ukuran lif biasanya memanjang dan pintu dapat dibuat 2 arah atau 2 pintu. Untuk bagian dalam lif dapat disesuaikan dengan fungsinya. d. Lif untuk kebakaran/barang Ruanganya tertutup dan ruang dalamnya sederhana, khusus untuk kebakaran semua peralatan/perlengkapan, rangka dan interiornya harus tahan terhadap

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

26

kebakaran minimal 2 jam. Bukan hanya rangka dari sangkarnya tetapi dindingdinding luar yang menutupi lubang lif harus juga terbuat dari dinding yang tahan api. Pintu lif terakhir harus manghadap atau dapat langsung dijangkau dari luar. Kapasitas lif barang berkisar rata-rata 1-5 ton dengan ukuran dalam antara 1,60 x 2,10 m sampai 3,10 x 4,20 m dan kecepatan lif sekitar 1,5-2 m/detik maximum atau rata-rata 0,25-1 m/detik.

Kecepatan dan Berat Lif Dalam peraturan bangunan khususnya untuk lif, ketepatan berangkat dan berhentinya lif harus tanpa sentakan yang menggangu penumpang sehingga kecepatan dan berat akan menentukan kenyamanan dalam menggunakan lif. a. Untuk 4 s.d. 10 lantai, kecepatan 60-150 m/menit. b. Untuk 10 s.d. 15 lantai, kecepatan 180-210 m/menit. c. Untuk 15 s.d. 20 lantai, kecepatan 210-240 m/menit. d. Untuk 20 s.d. 50 lantai, kecepatan 270-360 m/menit. e. Untuk rumah sakit, kecepatan 150-210 m/menit. Ukuran berat tergantung dari besar dan jumlah penumpang yang dapat ditampung: - 4 orang berat 320 kg. - 8 orang berat 630 kg. - 13 orang berat 1000 kg dst. Pemilihan kapasitas lif akan menentukan jumlah lif yang mempengaruhi kualitas pelayanan gedung terutama proyek komersil. Instalasi lif yang ideal adalah yang menghasilkan waktu tunggu di setiap lantai yang minimal, percepatan yang nyaman, angkutan vertikal yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di setiap lantai.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

27

Kriteria kualitas pelayanan lif adalah : 1. Waktu menunggu (interval, waiting time). 2. Daya angkut (handling capacity). 3. Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time).

Waktu menunggu (interval, waiting time)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

28

Kesabaran orang untuk menunggu lif tergantung kepada kota/Negara di mana orang itu berada. Orang yang tinggal di kota besar biasanya kurang sabar daripada oang yang tinggal di kota kecil. Untuk proyek komersil misalnya perkantoran diperhitungkan waktu menunggu sekitar 30 detik.

w=

T N

di mana : w = waktu menunggu (detik). T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik). N = jumlah lif. Waktu untuk menunggu lif sangat bermacam-macam tergantung kepada jenis bangunan. Contohnya sebagai berikut : a. perkantoran 25-45 detik b. flat 50-120 detik c. hotel 40-70 detik d. asrama 60-80 detik Daya angkut (handling capacity) Daya angkut lif tergantung dari kapasitas dan frekuensi pemuatannya. Standar daya angkut untuk jangka waktu 5 menit waktu sibuk (rush hour).

M = 5 x 60 x m =
w

5 x 60 x m x N= 300 x m x N T T

di mana : M = waktu menunggu (detik). T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik). N = jumlah lif. m = kapasitas lif dan daya angkut (75 kg/orang). Waktu perjalanan bolak balik lif (round trip time) Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan sebab perjalanan lif antar lantai pasti tidak akan mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lif itu sendiri dan pada perjalanan lif non stop, kecepatan kemampuannya baru tercapai setelah lif bergerak beberapa lantai dahulu. Secara pendekatan, waktu perjalanan bolak balik lif terdiri dari : a. Penumpang memasuki lif di lantai dasar yang memerlukan waktu 1,5 detik/orang dan untuk lif dengan kapasitas m orang perlu waktu 1,5 m detik b. Pintu lif menutup kembali ... 2 detik c. Pintu lif membuka di setiap lantai tingkat ... (n-1)2 detik d. Penumpang meninggalkan lif di setiap lantai dalam 1 zona sebanyak (n-1) lantai : (n-1) x m/n-1 x 1,5 detik .. 1,5 m detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

29

e. Pintu lif menutup kembali di setiap lantai tingkat : . (n-2)2 detik f. Perjalanan bolak balik dalam 1 zona . 2(n-1)h detik

detik

g. Pintu membuka di lantai dasar 2 detik Jumlah (2h + 4s) (n-1) + s(3m +4) T=

di mana : s = kecepatan lif T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik). N= jumlah lif dalam 1 zona. m = kapasitas lif dan daya angkut (75 kg/orang). h = tinggi lantai sampai dengan lantai. Beban puncak lif Beban puncak diperhitungkan berdasarkan persentasi empiris terhadap jumlah penghuni gedung, yang diperhitungkan harus terangkat oleh lif dalam waktu 5 menit waktu sibuk (rush hour). a. Perkantoran = 4% x jumlah penghuni gedung. b. Flat = 3% x jumlah penghuni gedung. c. Hotel = 5% x jumlah penghuni gedung. Perhitungan jumlah lif dalam 1 zona Jika beban puncaklif dalam suatu gedung diperhitungkan sebesar P% x jumlah penghuni gedung atas dasar a m per orang luas lantai netto, maka beban puncak lif : L = P(a-k)n a di mana : P = Persentasi empiris beban puncak lif (%). T = luas lantai kotor per tingkat (m). n = jumlah lantai. k = luas inti gedung (m). a = luas lantai netto per orang (m). sedangkan : k = 5 x N x m x 0,3 = 1,5 mN maka : L = P(a-1,5 mN)n a P(2a-3 mN)n L= 2a daya angkut N lif dalam waktu 5 menit : M = 5 x 60 x m 5 x 60 x m x N 300 x m x N = = w T T persamaan : L = M P(2a-3 mN)n = 300 x m x N 2a T 2anTP_____ N= 3m (200a + nTP) di mana : P = Persentasi empiris beban puncak lif (%). T = luas lantai kotor per tingkat (m).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

30

n = jumlah lantai. a = luas lantai netto per orang (m). T = waktu perjalanan bolak balik lif (detik). N = jumlah lif dalam 1 zona. Korelasi jumlah lantai 1 zona kapasitas dan jumlah lif Daya angkut lif dalam 5 menit:

M=
Beban puncak lif :

5 x 60 x m 300 m = w w Luas lantai netto dalam 1 zona = Luas lantai netto per orang

L = P% x L=P

na a di mana : na adalah luas lantai netto dalam 1 zona. Persamaan : M = L 300 m = na P w a 300 mN = na P T a anTP__ N= 300a m Contoh untuk menghitung kebutuhan lif 1 zona Suatu bangunan bertingkat yang berfungsi sebagai tempat bangunan umum. Jumlah lantai : 14 lantai Luas lantai : 1200 m/lantai Tinggi lantai ke lantai : rata-rata 4 m Standar perhitungan kereta/lif yang digunakan. - P untuk bangunan umum = 5-13% maks. - Ruang gerak orang pada bangunan umum 6-10 m per orang. - Kecepatan kereta untuk bangunan 14 lantai = 180 210 m/menit. - Kapasitas penumpang (type 21) = 21 orang. - Jumlah penumpang = 80% (20% untuk core/inti) x 21 orang = 17 orang. Beban puncak lif/kereta L = P(a-1,5 mN)n a = 5% (1200 1,5N)14 6 = 5% (1200 1,5N)14 6 = 140 2,975 N Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit M = 300 mN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

31

T Sedangkan T = : (2h + 4s) (n-1) + s(3m +4) s untuk : s = 210 m/menit = 3,5 m/detik m = 17 orang h=4 n = 14 lantai maka : T = (2h + 4s) (n-1) + s(3m +4) s T = (2 x 4 + 4 x 3,5) (14-1) + 3,5(3 x 17 +4) 3,5 T = 136,7 detik jadi : M = 300 mN T 300 x 17N 136,7 37,31 N

M= M=

Persamaan : M = L 37,31 N = 140 2,975 N N = 3,475 ~ 4 lif w = T/N = 136,7/4 = 34,2 detik > w min = 30 detik < w max = 45 detik

Perhitungan jumlah lif zona banyak (multi zone system) Untuk meningkatkan efisiensi bangunan, perancang bangunan berusaha memperkecil volume gedung yang dipergunakan untuk sirkulasi vertikal, terutama dalam bangunan tinggi (lebih dari 20 lantai). Juga untuk memperpendek waktu perjalanan bolak balik lif yang memperpendek waktu menunggu lif terutama di lantai dasar. Untuk tujuan itulah, biasanya perancang bangunan menggunakan zoning lif artinya pembagian kerja kelompok lif, misalnya 4 buah lif bekerja di lantai 1-15 sedangkan 4 buah lif lainnya bekerja di lantai 16-30 dsb. Contoh untuk menghitung kebutuhan lif zona banyak Suatu bangunan bertingkat yang berfungsi sebagai tempat bangunan umum. Jumlah lantai : 30 lantai (zona 1 = 15 lantai dan zona 2 = 15 lantai) Luas lantai : 1200 m/lantai Tinggi lantai ke lantai : rata-rata 3,6 m Standar perhitungan kereta/lif yang digunakan. - P untuk bangunan umum = 5-13% maks. - Ruang gerak orang pada bangunan umum 6-10 m per orang. - Kecepatan kereta untuk bangunan 15 lantai = 4 m/detik - Kapasitas penumpang = 20 orang.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

32

Perhitungan zona 2 Waktu perjalanan bolak balik lif dengan kecepatan s2 = 5 m/detik. T2 = 2(n1-1)h + (2h + 4s2) (n2-1) + s2 (3m +4) s2 s2 T2 = 2h(n1-1) + (2h + 4s2) (n2-1) + s2 (3m +4) s2 untuk : s1= 3 m/detik s2= 5 m/detik m = 20 orang h = 3,6 n1= 15 lantai n2= 15 lantai maka : T2 = 2h(n1-1) + (2h + 4s2) (n2-1) + s2 (3m +4) s2 T2 = 2.3,6(15-1) + (2.3,6 + 4.5) (15-1) + 5 (3.20 +4) 5 T2 = 160,32 detik Beban puncak lif zona 2 L2 = P(2a-3 mN)n2 2a untuk : P = 4% a = 1200 a = 4 m/orang m = 20 orang/lif n2= 15 lantai maka : L2 = P(2a-3 mN)n2 2a L2 = 4%(2.1200-3 .20N)15 2.4 L2 = 180 4,5 N

Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit M = 300 mN T2 300.20N M= 160,32 M = 37,425 N Persamaan : M = L 37,425 N = 180 4,5 N N = 4,29 ~ 5 lif

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

33

w = T/N = 160,32/5 = 32,06 detik > w min = 30 detik < w max = 45 detik Perhitungan zona 1 Waktu perjalanan bolak balik lif dengan kecepatan s2 = 5 m/detik. T1 = (2h + 4s1) (n1-1) + s1 (3m +4) s1 untuk : s1= 3 m/detik s2= 5 m/detik m = 20 orang h = 3,6 n1= 15 lantai n2= 15 lantai maka : T1 = (2h + 4s1) (n1-1) + s1 (3m +4) s1 T1 = (2.3,6 + 4.3) (15-1) + 3(3.20 +4) 3 T1 = 153,6 detik Beban puncak lif zona 2 L1 = P(2a-3 mN)n1 2a untuk : P = 4% a = 1200 a = 4 m/orang m = 20 orang/lif n1= 15 lantai maka : L2 = P(2a-3 mN)n2 2a L2 = 4%(2.1200-3 .20N)15 2.4 L2 = 180 4,5 N Daya angkut satu lif/kereta dalam 5 menit M = 300 mN T1 300.20N M= 153,6 M = 39,0625 N Persamaan : M = L 39,0625 N = 180 4,5 N N = 4,13~ 5 lif w = T/N = 153,6/5 = 30,72 detik > w min = 30 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

34

< w max = 45 detik Jadi : zona 1 dan 2 terdapat 5 lif dengan kecepatan rata-rata 3 m/detik dan 5 m/detik.

Perhitungan jumlah lif zona banyak dengan sky lobby Untuk bangunan yang sangat tinggi dengan jumlah puluhan lantai mendekati 100 lantai atau lebih perlu diadakan penghematan volume inti gedung dengan mengadakan zoning pelayanan lif ditambah lobi antara (sky lobby) yang dapat dicapai dari lantai dasar dengan lif express yang langsung menuju sky lobby tersebut. Sky lobby berfungsi sebagai : 1. Lantai perpindahan untuk menuju lif lokal dalam zona di atasnya. 2. Tempat berkumpul sementara atau mengungsi pada waktu ada keadaan darurat (kebakaran,gempa bumi) sambil menunggu pertolongan. 3. Karena ada lif lokal yang melayani zona-zona, maka diperlukan ruang mesin lif langsung di atasnya. Contoh untuk menghitung kebutuhan lif zona banyak dengan sky lobby Suatu bangunan bertingkat dengan luas lantai 2190 m dan jumlah lantai 63 dibagi dalam 5 zona dengan 5 sky lobby (setiap zona terdiri dari 11 lantai termasuk sky lobby). Perhitungan lif lokal Luas lantai rata-rata a= 2190 m Jumlah lantai n= 10(tidak termasuk sky lobby) Waktu menunggu w = 30 detik Luas lantai netto a= 1814 m Luas lantai netto per orang a= 4 m/orang Persentasi penghuni untuk beban puncak lif P = 4% Tinggi lantai ke lantai h = 3,6 m Kapasitas lif m = anwP = 18 orang/lif 300a Kecepatan rata-rata lif s = 2 m/detik Waktu perjalanan bolak balik T = (2h + 4s) (n-1) + s (3m +4) s T = (2.3,6 + 4.2) (10-1) + 2 (3.18 +4) 2 T = 126,4 detik Jumlah lif lokal N= N= anTP__ 300a m 1814.10. 126,4.4%__

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

35

300.4.18 N = 4,25 ~ 5 lif w = T/N = 126,4 /5 = 25,28 detik < w min = 1,5m = 27 detik dicoba dengan lif lokal dengan kapasitas 20 orang/lif maka : T = (2h + 4s) (n-1) + s (3m +4) s T = (2.3,6 + 4.2) (10-1) + 2 (3.20 +4) 2 T = 132,4 detik Jumlah lif lokal N= anTP__ 300a m

N=

1814.10. 132,4.4%__ 300.4.20 N = 4,001 ~ 4 lif w = T/N = 132,4/4 = 33,1 detik > w min = 1,5m = 30 detik Jadi setiap zona dilayani lif local sebanyak 4 buah lif dengan kecepatan rata-rata 2 m/detik dengan kapasitas penumpang 20 orang/lif. Perhitungan lif express Luas lantai rata-rata a= 2190 m Jumlah lantai n= 14 Luas lantai netto a= 1814 m Luas lantai netto per orang a= 4 m/orang w minimum = 25 detik w maximum = 45 detik Tinggi lantai ke lantai h = 3,6 m Kapasitas lif m = 20 orang/lif Kecepatan rata-rata lif s = 2 m/detik Waktu perjalanan bolak balik - pintu lif membuka di lantai dasar = 2 detik - penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15 = 30 detik - pintu lif menutup kembali di lantai dasar = 2 detik - pintu lif membuka dan menutup di sky lobby = 4 detik - penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang = 30 detik - perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(14-1)3,6 = 46,8 detik s 2 _______________________________________________________ T = 114,8 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

36

Jumlah lif express : N= anTP__ 300a m N = 1814.10. 114,8.4%__ 300.4.20 N = 3,47 ~ 4 lif w = T/N = 114,8 /4 = 28,7 detik Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 2 m/detik. Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 2 Luas lantai rata-rata a= 2190 m Jumlah lantai n= 26 Luas lantai netto a= 1814 m Luas lantai netto per orang a= 4 m/orang w minimum = 25 detik w maximum = 45 detik Tinggi lantai ke lantai h = 3,6 m Kapasitas lif m = 20 orang/lif Kecepatan rata-rata lif s = 3,5 m/detik Waktu perjalanan bolak balik - pintu lif membuka di lantai dasar = 2 detik - penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15 = 30 detik - pintu lif menutup kembali di lantai dasar = 2 detik - pintu lif membuka dan menutup di sky lobby = 4 detik - penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang = 30 detik - perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(26-1)3,6 = 51,43 detik s 3,5 _______________________________________________________ T = 119,43 detik

Jumlah lif : N= anTP__ 300a m N= 1814.10. 119,43.4%__ 300.4.20 N = 3,61 ~ 4 lif w = T/N = 119,43 /4 = 29,86 detik Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 3,5 m/detik.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

37

Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 3 Luas lantai rata-rata a= 2190 m Jumlah lantai n= 38 Luas lantai netto a= 1814 m Luas lantai netto per orang a= 4 m/orang w minimum = 25 detik w maximum = 45 detik Tinggi lantai ke lantai h = 3,6 m Kapasitas lif m = 20 orang/lif Kecepatan rata-rata lif s = 5 m/detik Waktu perjalanan bolak balik - pintu lif membuka di lantai dasar = 2 detik - penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15 = 30 detik - pintu lif menutup kembali di lantai dasar = 2 detik - pintu lif membuka dan menutup di sky lobby = 4 detik - penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang = 30 detik - perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(38-1)3,6 = 53,28 detik s 5 _______________________________________________________ T = 121,28 detik Jumlah lif : N= anTP__ 300a m N= 1814.10. 121,28.4%__ 300.4.20 N = 3,67 ~ 4 lif w = T/N = 121,28 /4 = 30,32 detik Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 5 m/detik. Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 4 Luas lantai rata-rata Jumlah lantai Luas lantai netto Luas lantai netto per orang w minimum a= 2190 m n= 50 a= 1814 m a= 4 m/orang = 25 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

38

w maximum = 45 detik Tinggi lantai ke lantai h = 3,6 m Kapasitas lif m = 20 orang/lif Kecepatan rata-rata lif s = 7 m/detik Waktu perjalanan bolak balik - pintu lif membuka di lantai dasar = 2 detik - penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15 = 30 detik - pintu lif menutup kembali di lantai dasar = 2 detik - pintu lif membuka dan menutup di sky lobby = 4 detik - penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang = 30 detik - perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(50-1)3,6 = 50,4 detik s 7 _______________________________________________________ T = 118,4 detik Jumlah lif : N= anTP__ 300a m N= 1814.10. 118,4.4%__ 300.4.20 N = 3,58 ~ 4 lif w = T/N = 118,4 /4 = 29,60 detik Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 7 m/detik. Perhitungan lif untuk mencapai sky lobby di atas zona 5 Luas lantai rata-rata a= 2190 m Jumlah lantai n= 62 Luas lantai netto a= 1814 m Luas lantai netto per orang a= 4 m/orang w minimum = 25 detik w maximum = 45 detik Tinggi lantai ke lantai h = 3,6 m Kapasitas lif m = 20 orang/lif Kecepatan rata-rata lif s = 8,5 m/detik Waktu perjalanan bolak balik - pintu lif membuka di lantai dasar = 2 detik - penumpang masuk lif @ 15 detik/orang = 20 x 15 = 30 detik - pintu lif menutup kembali di lantai dasar = 2 detik - pintu lif membuka dan menutup di sky lobby = 4 detik

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

39

- penumpang keluar di sky lobby @ 1,5 detik/orang = 30 detik - perjalanan bolak balik lif 2(n-1)h = 2(62-1)3,6 = 51,67detik s 8,5 _______________________________________________________ T = 119,67 detik Jumlah lif : N= anTP__ 300a m N= 1814.10. 119,67.4%__ 300.4.20 N = 3,62 ~ 4 lif w = T/N = 119,67 /4 = 29,92 detik Jadi sky lobby di atas zona 1 dilayani oleh 4 buah lif dengan kapasitas penumpang 20 orang dan kecepatan rata-rata 8,5 m/detik.

Daya listrik untuk lif

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

40

Daya listrik yang diperlukan dalam 1 kelompok lif sangat tergantung kepada kapasitas, kecepatan dan jumlah lif. Suatu lif dengan kapasitas m dan kecepatan s m/detik memerlukan daya sebesar : E = 0,75 x m x 75 x s HP = 0,75 ms kw 75 Sedangkan faktor kebutuhan daya untuk 1 kelompok lif adalah :
Jumlah lif Faktor daya 2 0,8 5 3 0,7 7 4 0,7 2 5 0,6 7 6 0,6 3 7 0,5 9 10 0,5 2 15 0,4 4 20 0,4 0 25 0,35

Contoh : Lif dengan kapasitas 3500lb = 1587,6 kg kecepatan 3 m/detik memerlukan daya listrik sebesar E = 0,75 x 1587,6 x 3 HP = 48 HP 75 Untuk 5 lif = 0,67 x 5 x 48 HP = 160 HP Catatan : 1 orang diperhitungkan 75 kg. Penggunaan daya listrik oleh lif (10 jam/hari) kwh = 0,20 x 160 HP x 0,746 kw/HP x 10 jam = 240 kwh Beban panas ruang mesin lif Beban panas ruang lif maximum diperhitungkan 1/3 x jumlah HP di mana 1HP = 2500 Btu (1 Btu = 0,25 kalori). Temperatur ruang mesin lif harus dipertahankan antara 60-90F. Suatu lif dengan kapasitas 2000 lb dan kecepatan 2,5 m/detik memerlukan daya listrik sebesar : E = 0,75 x 2000 x 0,4536 x 2,5 HP = 23 HP 75 (1 pound = 0,4536 kg; 1 HP = 75 kg m/detik; 1 HP = 0,746 KVA) Beban panas = 1/3 x 23 x 2500Btu = 19.167 Btu

6.2. Perancangan Tangga Kebakaran

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

41

Tangga adalah suatu tempat untuk menghubungkan ruangan bawah dengan ruangan diatasnya. Selain untuk menghubungkan ruangan-ruangan tersebut, tangga berfungsi sebagai tempat untuk menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran sehingga disebut sebagai tangga kebakaran. Di dalam sistem pencegahan kebakaran terdapat adanya klasifikasi bangunanbangunan menurut ketentuan struktur utamanya terhadap api berdasarkan kepada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 02/KPTS/1985, yang mana dibagi dalam beberapa kelas yaitu : Kelas A Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan kelas A ini biasanya merupakan bangunan untuk kegiatan umum, seperti hotel, pertokoan, perkantoran, rumah sakit, bangunan industry, tempat hiburan, museum dan bangunan dengan penggunaan ganda/campuran. Kelas B Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam. Bangunan kelas B ini biasanya merupakan bangunan untuk perumahan bertingkat, asrama, sekolah dan tempat ibadah. Kelas C Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 1 jam. Bangunan kelas C ini biasanya merupakan bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana. Kelas D Bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur tersendiri, seperti instalasi nuklir dan gudang persenjataan/mesin. Syarat-syarat tangga kebakaran, yaitu : a. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

42

b. Tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton yang tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam.

c. Bahan-bahan finishing, seperti lantai dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak licin, pegangan tangga terbuat dari besi. d. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang). e. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakaran selama 2 jam (pintu tahan api).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

43

f. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua pintu lainnya membuka ke arah ruangan tangga, kecuali pintu paling bawah membuka ke luar dan langsung berhubungan dengan ruang luar. g. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel, kunci dan pegangan yang juga tahan api. Pintu tidak dapat dibuka secara otomatis dari ruangan tangga, kecuali pintu paling atas atau paling bawah. h. Letak pintu kebakaran ini paling jauh dapat dijangkau oleh pengguna dalam jarak radius 25 m. Oleh karena itu, diperlukan satu kebakaran dalam suatu bangunan dengan luas 600 m yang ditempati 50-70 orang. i. Supaya asap kendaraan tidak masuk dalam ruangan tangga, diperlukan : (i) Exhaust fan, yang berfungsi mengisap asap yang ada di depan tangga; (ii) Pressure fan, yang berfungsi menekan/member tekanan di dalam ruang tangga yang lebih besar daripada tekanan pada ruangan luar. j. Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk arah ke tangga dengan daya otomatis/emergency.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

44

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

45

Standar perhitungan tangga kebakaran - Waktu pengosongan gedung = 5 menit. - Setiap lebar tangga 0,6 m melewatkan 30 orang/menit. - Setiap lebar tangga minimum 1,20 m melewatkan 60 orang/menit. - Dalam 5 menit melewatkan 300 orang. - Dengan minimum 2 tangga per lantai, lebar tangga 1,20 m. Dapat melewatkan 600 orang per 5 menit. - Dengan satuan luas 4 m untuk gedung perkantoran, luas lantai netto yang dapat dilayani = 4 x 600 = 2400 m/lantai. - Untuk gedung perhotelan atau rumah sakit dengan satuan luas lantai netto per orang 5 m, luas lantai netto yang dapat dilayani 5 x 600 = 3000 m/lantai.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

46

Untuk gedung apartemen atau flat dengan satuan luas lantai netto per orang 3 m/orang, luas lantai netto yang dapat dilayani 2 tangga lebar 1,20 m = 3 x 600 = 1800 m/lantai.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir.Joni Hardi MT.

TEKNOLOGI BANGUNAN III

47

Anda mungkin juga menyukai