Anda di halaman 1dari 11

SKO III

REVIU TERKAIT CORE ATAU INTI BANGUNAN DALAM SISTEM


KONSTRUKSI RIGID FRAME PADA BANGUNAN MEDIUM-RISE DAN
HIGH-RISE

DOSEN : IMANUEL N. MBAKE. ST., MT.


MAHASISWA: KATHARINA NATASHA NUE
NIM : 1906090051
KELAS : B

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
SEMESTER 4
2021
CORE ATAU INTI BANGUNAN DALAM SISTEM KONSTRUKSI RIGID FRAME PADA BANGUNAN
MEDIUM-RISE DAN HIGH-RISE

1. Pengertian dan Fungsi Core (Inti Bangunan)


Core atau inti bangunan menurut Schueller (1989) adalah suatu tempat untuk
meletakan trasportasi vertikal dan distrubusikan energi (seperti lift, tangga, wc dan shaft
mekanis). Core adalah tempat untuk memuat sistem-sistem transportasi mekanis dan
vertikal serta menambah kekakuan bangunan.
Jadi kesimpulannya bahwa inti bangunan (core) adalah suatu tempat untuk
meletakan sistem trasportasi vertikal dan mekanis dengan bentuk yang disesuaikan
dengan fungsi bangunan serta untuk menambah kekuatan bangunan diperlukan sistem
struktur dinding geser sebagai penyalur gaya lateral (seperti tiupan angin atau gempa
bumi) pada inti.

2. Bentuk Core (Inti Bangunan)


Untuk bentuk dan ukuran inti bangunan tidak ada batasannya tetapi inti
bangunan mempunyai beberapa ciri khas yaitu : (Schueller ,1989)
1.      Bentuk inti :
·         Inti terbuka (N)
·         Inti tertutup (B)
·         Inti tunggal dengan kombinasi inti linier (A)
2.      Jumlah inti :
·         Inti tunggal
·         Inti jamak
3.      Letak inti :
·         Inti di dalam (C)
·         Inti di sekeliling (J)
·         Inti di luar (M)
4.      Susunan inti :
·         Inti asimetris (J)
·         Inti simetris (F)
·         Inti asimetris (J)
5.      Geometri bangunan sebagai penentu bentuk bangunan :
·         Langsung (K)
·         Tidak langsung (P)
Menurut Juwana (2005), letak inti bangunan tinggi yang berbentuk menara (tower)
berbeda dengan bangunan yang berbentuk memanjang (slab) yaitu :

1. Inti pada bangunan bentuk bujur sangkar


Bentuk bujur sangkar banyak digunakan untuk bangunan perkantoran dengan
koridor mengelilingi inti bangunan. Contoh : Gedung Blok „G‟ DKI, Gedung Indosat,
Wisma Bumi Putera di Jakarta dan One Park Plaza di Los Angleles Amerika Serikat.

2. Inti pada bangunan bentuk segitiga


Contoh dari inti bangunan dengan bentuk segitiga adalah Hotel Mandarin di
Jakarta, Gedung US Steel di Pittsburg Amerika Serikat, Riverside Development di
Brisbane Australia dan Central Plaza di Hongkong.

3. Inti pada bangunan bentuk lingkaran


Menara berbentuk lingkaran biasanya digunakan pada fungsi hunian (apartemen
dan hotel) dengan koridor berada di sekeliling inti bangunan sebagai akses ke unit-
unit hunian. Contoh dari inti bangunan dengan bentuk lingkaran adalah Shin-
Yokohama Hotel di Jepang, Marina City di Chicago Amerika Serikat dan Gedung
Tabung Haji di Kuala Lumpur Malaysia.
4. Inti pada bangunan dengan bentuk memanjang
Bangunan dengan bentuk memanjang biasanya digunakan untuk fungsi hotel,
apartemen atau perkantoran. Seperti Gedung Central plaza di Jakarta, Gedung
Inland Steel di Chicago Amerika Serikat merupakan bangunan memanjang dengan
inti di luar bangunan.
Adapula inti bangunan yang terletak di sisi bangunan contohnya adalah Hotel Atlet
Century, Hotel Horizon dan Wisma Metropolitan di Jakarta.

Sedangkan untuk inti yang berada di tengah bangunan biasanya digunakan untuk
fungsi perkantoran. Contohnya adalah Wisma Indocement di Jakarta, Connaught
Center(Jardine House) di Hongkong, Rockefeller Center dan Chase Manhattan Bank
di New York Amerika Serikat.

Sedangkan untuk inti yang berada di tengah bangunan biasanya digunakan untuk
fungsi perkantoran. Contohnya adalah Wisma Indocement di Jakarta, Connaught
Center(Jardine House) di Hongkong, Rockefeller Center dan Chase Manhattan Bank
di New York Amerika Serikat.

Selain itu, inti yang terletak di tengah bangunan memanjang memiliki banyak pola.
Contohnya adalah Kantor Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) di Jakarta
dan Gedung Phoenix-Rheinrohr di Dusseldorf Jerman .

5. Inti pada bangunan dengan bentuk silang


Bangunan dengan bentuk „silang‟ dan „Y‟,‟T‟,‟H‟ atau „V‟, merupakan variasi dari
bangunan bentuk memanjang. Bentuk seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan
luas lantai tipikal yang cukup luas tetapi bangunan tetap dapat memanfaatkan
paencahayaan alamiah. Bangunan dengan bentuk ini banyak digunakan untuk
fungsi hotel, apartemen dan perkantoran. Salah satu contohnya adalah Gedung
Patra Jasa di Jakarta.

6. Inti pada bangunan bentuk Y


Contoh dari inti bangunan dengan bentuk Y adalah Gedung Unilever di Hamburg,
Jerman.
Gedung Unesco di Paris dan Hotel Duta Merlin di Jakarta.

7. Inti pada banguanan dengan bentuk acak


Bangunan dengan inti bangunan yang terletak di luar titik berat massa bangunan
dan ditempatkan secara acak kurang menguntungkan bagi perencanaan bangunan
tahan gempa. Contoh bangunan yang menggunakan bentuk inti tersebut adalah
Gedung MBf Tower di Penang Malaysia dan Conrad International Centennial di
Singapura.

Perbedaan fungsi bangunan akan mempengaruhi pola penempatan inti bangunan. Pada
bangunan tingi, luas lantai bersih, sirkulasi dan jaringan utilitas.
3. Struktur Core (Inti Bangunan)
Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi
dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk , Δ, O, atau core wall dua
cell dengan pengaku di tengahnya berbentuk. Dari masing-masing bentuk core wall ini,
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam memberikan fleksibilitas dan
efektivitas pada struktur bangunan. Bangunan tinggi yang mempunyai struktur core
wall, dibuat dengan salah satu pertimbangan adalah fleksibilitas untuk pengaturan posisi
(tata letak) yang akan memberikan penghematan dan efisiensi maksimum pada
bangunan secara keseluruhan.
Pada sistem core (inti) sebagai pengaku bangunan secara keseluruhan, dimana
gaya-gaya lateral yang bekerja disalurkan oelh balok-balok menuju ke core/inti sebagai
elemen struktur utama. Core sebagai inti pengaku pendukung utama struktur bangunan,
dengan material dari :

• Core beton (shear wall atau bearing wall)

• Core dari struktur baja (tube)


Posisi perletakan sistem core pada bangunan tergantung pada titik pusat
keseimbangannya, dimana perletakkannya mempunyai beberapa varian, seperti :

 Sentral core, dimana core (inti) terletak pada titik pusat massa bangunan.
 Core pada tepi bangunan, berfungsi sebagai penahan gaya lateral secara
langsung“lateral core”.
 Bangunan dengan 2 (dua) core, dimana perletakan core pada kedua sisi
bangunan.
 Bangunan dengan core tersebar, dengan perletakan core tersebar pada seluruh
bidang bangunan dan berada pada titik berat bangunan.
 Core dengan shear wall, yang berguna untuk kekakuan. Dimana core
dipadudengan shear wall (dinding geser), sedang shear wall berperan sebagai
penahangaya geser daripada gaya horizontal.
 Core dengan rangka kaku (baja), merupakan penggabungan core dengan
rangkakaku sehingga menjadi satu kesatuan yang kaku dan stabil.

Dan yang paling penting adalah bahwa sistem struktur core wall ini
didesainuntuk dapat manahan gaya torsi yang timbul akibat tekanan angin yang
eksentrisitas dan seragam pada pusat geser struktur core wall. Struktur core wall pada
dasarnya adalah sistem struktur yang dibuat untuk mampu menahan gaya-gaya lateral
yang timbul akibat gaya angin atau gempa yang merupakan beban dinamis. Untuk
proses analisis mekanikanya, pengaruh gaya-gaya akibat beban angin dan gempa
tersebut (yang merupakan beban dinamis) diperlakukan sebagai beban statis dan
mengabaikan sifat dinamisnya.
Kondisi eksentrisitas tekanan angin tersebut secara teknis dapat terjadi antara lain
adalah karena :

 Posisi struktur core wall yang di tempatkan di dalam bangunan. Penempatan


struktur core wall yang dekat kepada pusat bangunan akan memberikan
eksentrisitas tekanan angin yang berkurang, yang juga akan memperkecil
pengaruh gaya torsi yang terjadi. Namun secara praktis untuk membuat
pengaruh gaya torsitidak ada (nol) sama sekali dalam konstruksi bangunan di
lapangan adalah mustahil, dikarenakan gaya angin yang terjadi tidak pernah
seragam dan simetris.
 Sudut datang gaya angin itu sendiri merupakan faktor penentu sebagai
komponen yang mempunyai nilai berbeda untuk setiap sudut datang yang
berbeda, yang sudah tentu akan menghasilkan torsi yang berbeda pula.
 Selain itu, yang pasti bentuk bangunan dan lubang-lubang pada struktur core
wall juga dapat mempengaruhi nilai torsi yang timbul.

Sistem rangka kaku murni dalam perkembangannya tidak praktis untuk


bangunanyang lebih tinggi dari 30 lantai. Berbagai sistem telah diterapkan dengan
menggunakan dinding geser didalam rangka untuk menahan beban lateral. Dinding ini
terbuat dari beton atau rangka baja. Bentuknya bisa berupa inti interior tertutup,
mengelilingi ruanglift atau ruang tangga, atau bisa berupa dinding sejajar di dalam
bangunan, bahkan bisa juga berupa rangka fasade vertikal.
Sistem struktur rangka kaku dan inti (rigid frame and core).
Rangka kaku akan bereaksi terhadap beban lateral. Terutama melalui lentur balok dan
kolom. Perilaku demikian berakibat ayunan (drift) lateral yang besar sehingga pada
bangunan dengan ketinggian tertentu. Akan tetapi apabila di lengkapi dengan struktur
inti, maka ketahanan lateral bangunan akan sangat meningkat karena interaksi inti dan
rangka. Sistem inti ini memuat sistem-sistem mekanis dan transportasi vertikal.

4. Utilitas Didalam Core (Inti Bangunan)


Perancangan utilitas di dalam inti bangunan (core) terdiri dari :
-Perancangan lift.
-Perancangan tangga darurat.
-Perancangan sistem plambing.
-Perancangan pengolah udara.
-Perancangan instalasi listrik.
-Perancangan telepon.
-Perancangan CCTV dan sekuriti sistem.
-Perancangan tata suara.
-Perancangan pembuangan sampah.

5. Pembebanan Struktur
Beban yang bekerja dan diperhitungkan adalah beban vertikal dan beban
horisontal. Beban horisontal dapat berupa beban angin dan beban gempa. Struktur
portal direncanakan terhadap beban horisontal akibat beban gempa saja karena
perencanaan struktur beton bertulang beban gempa lebih dominan dibandingkan
beban angin. Beban vertikal meliputi beban mati dan beban hidup. Dari analisa
pembebanan inilah akan direncanakan untuk dapat menahan beban, sehingga
konstruksi dapat digunakan dengan aman.
a) Beban Hidup
Beban hidup merupakan beban yang disebabkan oleh aktivitas diatas
bangunan. Aktivitas yang timbul diatas bangunan sebenarnya tak menentu, hal
ini disebabkan oleh fungsi dari bangunan itu sendiri. Dalam bukunya Scheller
(1989) menjelaskan beban yang disebabkan oleh isi benda-benda di dalam
atau di atas suatu bangunan disebut bahan penghunian (occupancy load).
b) Beban Mati
Beban mati adalah beban yang tetap atau posisinya tidak berubah selama
usia penggunaan bangunan. Biasanya beban mati merupakan berat sendiri
dari suatu bangunan, sehingga dapat dihitung secara akurat berdasarkan ukuran,
bentuk, dan berat jenis materialnya. Jadi, berat dinding, lantai, balok-balok,
langit-langit, dan sebagainya dianggap sebagai beban mati.
c) Beban Gempa
Dalam SNI 1726 : 2012 telah dijabarkan secara detail tahapan analisa gempa
untuk bangunan gedung. Tahapan inilah yang akan menentukan aman atau
tidaknya struktur tersebut ketika menerima beban gempa ditinjau dari
simpangan horizontal yang dihasilkan dibandingkan dengan simpangan
horizontal yang diijinkan. Analisa gempa pada bangunan gedung juga
berfungsi untuk mengetahui apakah sistem struktur yang digunakan pada
gedung tersebut mampu menahan beban lateral akibat gempa.

Anda mungkin juga menyukai