Anda di halaman 1dari 5

Teleskop Reflektor

Gambar 3 : Atas: Cermin cekung akan


memantulkan cahaya menuju satu titik api.
Bawah: Gambar ini dibuat oleh Sekretaris
Perkumpulan Kerajaan <i>(Royal Society)</i>
untuk ahli optik dan astronom Christiaan
Huygens di Paris, melaporkan kinerja teleskop
reflektor yang dibuat Isaac Newton dan
didemonstrasikan di hadapan anggota
Perkumpulan Kerajaan pada akhir tahun 1671.
Gambar dua mahkota di kiri bawah adalah
ornamen sebuah pembaca arah angin sejauh 100
meter, dilihat dengan menggunakan reflektor
Newton (A) dan dengan refraktor (B). Sumber:
Hoskin, M. (ed.) 1997, The Cambridge
Illustrated History of Astronomy, Cambridge
University Press. h.153.

Isaac Newton menyadari persoalan


aberasi kromatis ini ketika mempelajari
pemecahan sinar matahari menjadi warna
pelangi dengan menggunakan prisma. Dengan
tepat ia menyimpulkan bahwa aberasi
kromatis adalah persoalan yang terkait dengan
lensa (sebagaimana telah disinggung pada
bagian tentang refraktor) dan membuat sebuah
teleskop reflektor yang menggunakan cermin
sebagai pemecahannya (Gambar 3). Newton
menggunakan sebuah cermin cekung yang
bersifat konvergen (mengumpulkan cahaya
pada titik api) sebagai kolektor cahaya, dan
selanjutnya ia menempatkan sebuah cermin datar (disebut juga cermin sekunder)
dengan sudut 45 derajat terhadap cermin sehingga cahaya yang dipantulkan cermin
cekung dibelokkan dan dapat diamati dengan eyepiece. Teleskop reflektor dengan
menggunakan cermin datar ini kemudian terkenal dengan nama Reflektor Newton.
Isaac Newton sendiri membuat teleskop ini pada tahun 1668 (Gambar 3) dan
mendemonstrasikannya di depan Perkumpulan Kerajaan (Royal Society, sebuah
perkumpulan ilmuwan Kerajaan Inggris) pada tahun 1671. Pada Reflektor Newton
cahaya difokuskan dengan cara dipantulkan dan tidak dilewatkan melalui suatu
medium seperti sebuah refraktor, dengan demikian teleskop ini bebas dari persoalan
aberasi kromatis, walaupun masih belum bebas dari persoalan aberasi sferis. Cahaya
yang tiba pada tepian cermin tetap difokuskan pada titik yang berbeda.

Gambar 4. Atas: Cassegrain merancang teleskop reflektor yang menggunakan


cermin cembung sebagai cermin sekunder, sehingga dapat “melipat” titik api cermin
primer. Bawah: Rancangan Cassegrain sangat berguna dalam membuat teleskop
menjadi semakin compact dan portabel, sehingga banyak digunakan oleh produsen
teleskop portabel. Sumber: Katalog Meade

Seorang pakar optik Perancis, Cassegrain, pada tahun 1672 menyadari bahwa
bagian tengah cermin cekung tidak berguna dalam mengumpulkan cahaya (bagian ini
tak dilewati sinar karena terhalang oleh cermin sekunder). Ia melubangi bagian
tersebut dan melewatkan cahaya melewati lubang tersebut (Gambar 4) dengan
menggunakan cermin cembung sebagai pengganti cermin datar. Dengan demikian
Cassegrain memberikan rancangan yang lebih ekonomis dengan cara “melipat”
jalannya cahaya sehingga panjang tabung teleskop dapat diperpendek untuk panjang
fokus yang sama dengan Reflektor Newton. Seratus tahun kemudian dibuktikan
bahwa cermin cembung tersebut membantu mengurangi efek aberasi sferis. Hingga
saat ini rancangan Cassegrain tetap dipakai dalam berbagai teleskop portabel karena
membantu memperpendek panjang tabung teleskop dan dengan demikian lebih mudah
dibawa ke mana-mana (Gambar 4). Sekarang kita menamakan teleskop seperti ini
dengan—tentu saja—Reflektor Cassegrain.

Belakangan ditunjukkan bahwa teleskop berukuran besar, dengan diameter


kolektor di atas 1 m, lebih efisien apabila menggunakan desain reflektor. Reflektor
membutuhkan bentuk permukaan cermin yang sangat akurat dan teknologinya sudah
tersedia. Memasuki abad ke-20 dibangun reflektor-reflektor raksasa, terutama di
Amerika Serikat, dan kini teleskop-teleskop terbesar di dunia adalah reflektor.
Reflektor Hale dengan diameter 200 inci (5.08 m) di Observatorium Gunung Palomar,
California, Amerika Serikat (Gambar 5) selesai dibangun pada tahun 1948 dan selama
puluhan tahun merupakan reflektor terbesar di dunia.

Gambar 5. Reflektor 200 inci (5.08 m) Hale di Observatorium Gunung


Palomar, California, Amerika Serikat. Nama reflektor ini diambil untuk menghormati
astronom George Ellery Hale, yang berjasa dalam mencari sponsor untuk
pembangunan 3 buah reflektor terbesar di dunia pada zamannya. Observatorium
Gunung Palomar yang terletak di negara bagian California dan berdekatan dengan
kota metropolitan Los Angeles kini menghadapi permasalahan polusi cahaya dari kota
tersebut. Sumber: Situs Observatorium Palomar
Teleskop Reflektor, baik Newton maupun Cassegrain, memiliki medan
pandang yang lebih luas dan dengan demikian sangat cocok untuk survei, dan untuk
memaksimalkan medan pandang berarti seluruh bagian cermin—termasuk tepiannya
—harus digunakan. Maka harus ada cara untuk menghilangkan efek aberasi sferis
atau pengolahan data bintang yang berada pada tepian cermin tidak akan akurat.
Solusi ini diberikan oleh Bernhard Schmidt pada tahun 1930an dengan menggunakan
lensa tambahan yang diletakkan di depan cermin, disebut lensa korektor (Gambar 6).
Lensa ini sangat tipis—sehingga aberasi kromatis praktis tidak ada—dan berguna
untuk membelokkan jalannya cahaya yang jatuh di tepian cermin agar mengarah ke
satu titik api. Berkat solusi Bernhard Schmidt dikembangkanlah teleskop tipe baru
yang disebut Teleskop Schmidt atau kadang-kadang disebut juga Kamera Schmidt.
Dengan medan pandang yang sangat luas, rata-rata 5 derajat dan dapat mencapai 25
derajat (teleskop biasa umumnya memiliki medan pandang yang sangat sempit,
kurang dari 1 derajat), teleskop Schmidt berfungsi seperti layaknya sebuah kamera,
sehingga julukan “Kamera Schmidt” juga tidak salah.Namun demikian lensa korektor
buatan Schmidt ini juga seringkali diletakkan di depan teleskop portabel tipe
Cassegrain, sehingga Reflektor Cassegrain yang menggunakan lensa korektor
Schmidt berubah nama menjadi Reflektor Schmidt-Cassegrain.
Gambar 6. Kiri:Lensa korektor pada Teropong Schmidt dapat menghilangkan
aberasi bola. Kanan: Edwin Hubble dengan pipa khasnya mengintip pada teleskop
pencari (finder) Teleskop Schmidt 48 inci (1.2 m) Observatorium Gunung Palomar.
Teleskop Schmidt tidak menggunakan eyepiece, jadi pada titik api cermin di dalam
teleskop diletakkan sebuah plat foto atau kamera CCD untuk memotret satu bidang
langit.

Sumber: Hoskin, M. (ed.) 1997, The Cambridge Illustrated History of Astronomy,


Cambridge University Press. h.330.

Anda mungkin juga menyukai