NIM : 2207111495
Prodi : S1 Teknik Sipil
Mata Kuliah. : Pengantar Teknik
Dosen Pengampu : Ir. Drs. Trimaijon, MT
Kelas :B
OPTIK
Optik berasal dari bahasa latin yang berarti tampilan. Optik adalah cabang fisika yang menjelaskan perilaku atau
sifat-sifat cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Pada dasarnya, optik memecahkan gejala optik. Bidang
optik dibagi menjadi dua, yaitu optik geometris dan optik fisik. Optik geometris atau optik sinar, yang
menggambarkan perambatan cahaya sebagai vektor yang disebut sinar melalui gambar geometris sinar itu.
Sementara optik fisik menjelaskan gejala yang terjadi di Optik geometris dengan deskripsi matematis, sehingga
komponen optik dan Sistem kerja ringan seperti ukuran, posisi dan perbesaran benda lebih jelas.
Banyak sekali tokoh-tokoh yang berjasa pada perkembangan ilmu optika, diantaranya adalah:
CAHAYA
Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang bisa dilihat dengan mata. Cahaya
juga merupakan dasar ukuran meter: 1meter adalah jarak yang dilalui cahaya melalui vakum pada
1/299,792,458 detik. Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik. Frekuensi gelombang cahaya
ditentukan oleh periode osilasi yang merupakan panjang gelombang tersebut, seyogyanya tidak berubah saat
merambat melalui berbagai medium, hanya kecepatan gelombang yang bergantung pada jenis mediumnya.
V = Kecepatan Gelombang
λ = Panjang Gelombang
f = Frekuensi
Pada frekuensi yang konstan, perubahan kecepatan gelombang cahaya akan berpengaruh pada panjang
gelombangnya. Rasio antara kecepatan gelombang cahaya pada ruang hampa dan kecepatan gelombang cahaya
pada suatu medium disebut index of refraction. Dengan persamaan yang di mana:
C adalah kecepatan gelombang cahaya pada ruang hampa berupa konstanta fisika bernilai 299,792,458
meter/detik.[6]
V adalah kecepatan gelombang cahaya pada medium tertentu n adalah index of refraction atau indeks bias,
bernilai n=1 dalam ruang hampa dan n>1 di dalam medium. Medium yang lebih padat seperti kaca dan air
mempunyai indeks bias sekitar 1,3 hingga 1,5. Indeks bias berlian berkisar antara 2,4
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar
380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat
mata maupun yang tidak. Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi di atas adalah sifat
yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang
disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi
cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Cahaya
mempunyai 4 besaran dalam optika klasik yaitu:
1. Intensitas
2. Frekuensi atau Panjang gelombang
3. Polarisasi
4. Fasa
Refleksi
Refraksi
Interferensi
Difraksi
Dispersi
Polarisasi
2. Besar sudut datang (i) sama dengan besar sudut pantul (r).
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang tercipta dari medan magnet dan osilasi medan listrik. Kedua
medan ini secara kontinu saling menciptakan seiring gelombang cahaya yang merambat menembus ruang dan
bergetar dalam waktu.
PEMANTULAN CAHAYA
JENIS-JENIS PEMANTULAN CAHAYA
PEMANTULAN TERATUR
: Pemantulan teratur terjadi Ketika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata
seperti permukaan cermin datar atau permukaan air yang tenang.
Gambar Pemantulan teratur Gambar Pemantulan baur
PEMANTULAN BAUR
: Pemantulan baur terjadi Ketika suatu bekas cahaya sejajar datang pada permukaan yang kasar atau tidak
rata sehingga dipantulkan keberbagai arah yang tidak tertentu.
PEMBIASAN
Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca akan mengalami pembelokan. Peristiwa
tersebut disebut pembiasan cahaya. Hal ini disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki
kerapatan optik yang berbeda. Dapat disimpulkan bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya
melewati dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika
sinar datang dari medium kurang rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca). Sinar bias akan menjauhi
garis normal ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat (kaca) ke medium kurang rapat (udara).
Terjadinya pembiasan tersebut telah dibuktikan oleh seorang ahli matematika dan perbintangan
Belanda pada 1621 bernama Willebrord Snell. Kesimpulan hasil percobaannya dirumuskan dan dikenal
dengan Hukum Snellius.
Gambar: Sinar datang sejajar dengan sinar yang keluar dari kaca plan paralel.
2. Jika sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih rapat, sinar akan dibiaskan
mendekati garis normal. Jika sinar datang dari medium yang lebih rapat menuju medium yang kurang rapat,
sinar akan dibiaskan mendekati garis normal.
Indek bias
Berkas cahaya yang melewati dua medium yang berbeda menyebabkan cahaya berbelok. Di dalam medium
yang lebih rapat, kecepatan cahaya lebih kecil dibandingkan pada medium yang kurang rapat. Akibatnya,
cahaya membelok. Perbandingan laju cahaya dari dua medium tersebut disebut indeks bias dan diberi simbol
(n). Jika cahaya merambat dari udara atau hampa ke suatu medium, indeks biasnya disebut indeks bias mutlak.
Secara matematis dituliskan.
c
n=
v
Dengan: n = indeks bias mutlak,
Indeks bias mutlak dari beberapa medium diperlihatkan pada Tabel berikut.
No Medium Indeks
1 Vakum 1,0000
2 Udara 1,0003
3 Air (20° C ¿ 1,33
4 Kuarsa 1,46
5 Kerona 1,52
6 Flinta 1,58
7 Kaca Flexi 1,51
8 Intan 2,42
Jika salah satu medium tersebut bukan udara, perbandingan laju cahaya tersebut merupakan nilai relatif atau
indeks bias relatif. Misalnya, berkas cahaya merambat dari medium 1 dengan kelajuan v1 masuk pada medium 2
dengan kelajuan v2, indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1 adalah:
c c
n1 = v , n2 = v
1 2
n1 v 1
Maka: =
n2 v 2
v1
n21 = v
2
Sudut Deviasi
Prisma adalah benda bening, seperti kaca plan paralel yang ujungnya membentuk sudut. Pada saat kamu
mempelajari perjalanan cahaya pada kaca plan pararel, kamu tahu bahwa cahaya yang datang dari udara akan
sejajar setelah melewati kaca dan kembali ke udara. Ketika sinar dilewatkan pada prisma, ternyata terjadi
penyimpangan arah sinar datang pertama dengan sinar bias akhir. Hal ini diakibatkan karena ujung-ujung prisma
membentuk sudut. Sudut yang dibentuk antara perpanjangan sinar datang pertama dan sinar bias akhir disebut
sudut deviasi atau sudut penyimpangan.
CERMIN
A. Sejarah cermin
Cermin yang pertama dibuat pada jaman sebelum masehi (SM) berupa cermin obsidian.
Cermin obsidian yang paling tua ditemukan 6.000 SM di Anatolia / Turki. Cermin dari batu mengkilap
ditemukan di Amerika tengah dan selatan dengan usia sekitar 2.000 tahun. Cermin dari tembaga
mengkilap telah dibuat di Mesopotamia sekitar 4000 SM dan di Mesir purba pada 3.000 SM. Di China,
cermin perunggu dibuat pada 2.000 SM.
Cermin kaca pertama yang dilapisi logam di abad masehi diciptakan di daerah Sidon
(Lebanon) pada abad pertama M. Sedangkan cermin yang dibuat dengan sandaran, dibuat sekitar tahun
77 M. Cermin tersebut diberi sandaran berupa daun emas. Bangsa Romawi merupakan bangsa pertama
yang mengembangkan teknik menciptakan cermin walaupun masih agak kasar. Cermin tersebut terbuat
dari kaca hembus yang dilapisi dengan timah yang dilelehkan.
Cermin parabola pantul pertama kali dideskripsikan oleh fisikawan bangsa Arab bernama Ibn
Sahl pada abad 10. Ibn al-Haytham berhasil merumuskan prinsip kerja pada mata yang menggunakan
prinsip pembiasan pada lensa cembung. Cermin kaca bening diproduksi di Al-Andalus pada abad 11.
Pada awal Abad Renaisans, orang Eropa menyempurnakan metode melapisi kaca dengan amalgam
timah-raksa. Pada abad ke-16, di Venesia sebuah kota yang terkenal dengan keahilan membuat kaca,
menjadi pusat produksi cermin dengan mempergunakan teknik ini. Cermin kaca dari periode itu
dulunya merupakan barang mewah yang amat mahal. Justus Liebig menemukan cermin kaca pantul di
tahun 1835. Prosesnya melibatkan pengendapan lapisan perak metalik ke kaca melalui reduksi kimia
perak nitrat. Proses melapisi kaca dengan substansi bersifat reflektif (silvering) ini diadaptasi untuk
memproduksi cermin secara massal. Saat ini, cermin sering diproduksi dengan pengendapan vakumnya
aluminium (atau terkadang perak) langsung ke substrat kaca.
JENIS JENIS CERMIN
1. CERMIN DATAR
Cermin datar merupakan cermin yang permukaan pantulnya berupa bidang datar. Cahaya yang jatuh
atau mengenai cermin datar akan dipantulkan kembali dan memenuhi hukum pemantulan. Bila sebuah
benda diletakkan di depat cermin datar, maka adanya pemantulan cahaya menyebabkan bayangan pada
cermin datar, dan bayangan benda terletak pada perpotongan perpanjangan sinar-sinar pantulnya. Sifat
bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah maya, tegak, dan sama besar.
Pada kasus khusus, apabila ada dua buah cermin disusun sedemikian rupa hingga membentuk sudut tertentu, maka
banyaknya bayangan yang terbentuk adalah:
360°
n= θ –1
Pembentukan bayangan pada cermin cekung dapat digambarkan oleh tiga sinar istimewa.
1. Sinar 1: Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama cermin dipantulkan melalui titik fokus.
2. Sinar 2: Sinar yang datang melalui titik titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu cermin.
3. Sinar 3: Sinar yang datang melalui tiitk pusat kelengkungan cermin dipantulkan kembali sepanjang
jalan yang sama pada saat datang.
3. CERMIN CEMBUNG
Cermin cembung merupakan cermin yang permukaannya melengkung ke arah luar. Bila Anda
mengamati bayangan diri sendiri menggunakan cermin cembung, tentu Anda akan melihat bahwa
bayangannya akan berukuran lebih kecil daripada diri Anda sendiri. Ya, cermin cembung
menghasilkan bayangan yang lebih kecil dari bendanya. Pada cermin cembung terdapat beberapa titik
penting yang mirip dengan pada cermin cekung, yakni titik fokus (F), titik pusat kelengkungan (C), dan
titik pusat optik (A). Pada cermin cembung, jarak antara titik pusat optik terhadap titik pusat
kelengkungan dinamakan jari-jari kelengkungan (R) dan nilainya negatif. Panjang jari-jari
kelengkungan cermin cekung adalah 2 kali panjang jarak fokus.
Pembentukan bayangan pada cermin cembung juga dapat digambarkan oleh tiga sinar istimewa. Ketiga
sinar istimewa tersebut antara lain:
1. Sinar 1: Sinar yang sejajar sumbu utama cermin dipantulkan seolah-olah keluar dari titik fokus
internal.
2. Sinar 2: Sinar yang datang menuju titik fokus internal akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
3. Sinar 3: Sinar yang datang menuju titik pusat kelengkungan internal cermin dipantulkan seolah-olah
keluar dari titik pusat kelengkungan internal cermin.
Benda yang terletak dihadapan cermin cembung akan menghasilkan bayangan maya, tegak, diperkecil.
sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah keluar dari titik fokus dan sinar
yang menuju titik fokus cermin akan dipantulkan sejajar sumbu utama. Perpotongan perpanjangan sinar
yang keluar dari titik fokus dan sinar yang sejajar sumbu utama hasil pantulan sinar yang datang
menuju titik fokus membentuk bayangan maya.
1
Kita ketahui bahwa panjang jari-jari kelengkungan cermin adalah dua kali jarak fokusnya, R = 2f, atau f = R
2
sehingga persamaan di atas dapat dituliskan:
1 1 2
+ =
s s' R
Dengan: s = jarak benda ke cermin (m)
'
s = jarak bayangan ke cermin (m)
R = jari-jari kelengkungan cermin (m)
Dalam menggunakan persamaan pada cermin cekung maupun cermin cembung, ada sejumlah aturan-aturan
tanda berikut.
3. Jarak benda (s) bertanda positif untuk benda nyata (di depan cermin) dan bertanda negatif untuk
benda maya (di belakang cermin).
4. Jarak bayangan (s’) bertanda positif untuk bayangan nyata (di depan cermin) dan bertanda negatif
untuk bayangan maya (di belakang cermin).
| | ||
'
h s
M= = s
h
LENSA
Pembiasan pada lensa
Pembiasan pada Lensa Pada dasarnya pembiasan dapat terjadi pada beberapa benda bening, seperti air,
kaca, lensa, prisma, dan sejenisnya. Akan tetapi yang akan dibicarakan disini adalah pembiasan pada lensa, baik
lensa cembung (konveks) maupun lensa cekung (konkaf). Lensa cembung merupakan lensa yang bagian
tengahnya lebih tebal dibandingkan bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa cembung, yaitu lensa cembung ganda
(bikonveks), lensa cembung-datar (plankonveks), dan lensa cembung-cekung (konveks-konkaf). Lensa cekung
merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa cekung,
yaitu lensa cekung ganda (bikonkaf), lensa cekungdatar (plankonkaf), dan lensa cekung-cembung (konkaf-
konveks).
Lensa Cembung
terlihat bahwa panjang fokus lensa cembung bergantung pada ketebalan lensa itu sendiri. Jika
lensanya lebih tebal, maka panjang fokusnya menjadi lebih pendek. Pada pembiasan cahaya oleh
lensa cembung dikenal tiga sinar istimewa, yaitu:
Berkas sinar yang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus utama (F).
Berkas sinar yang datang/melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
Berkas sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa dibiaskan.
Untuk menentukan bayangan oleh lensa cembung diperlukan sekurang-kurangnya dua berkas sinar utama.
Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias atau perpanjangan
dari sinar-sinar bias. Apabila bayangannya merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias maka bayangannya
bersifat nyata, sedangkan apabila bayangannya merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar bias,
maka bayangannya bersifat maya.
Sifat bayangan yang dibentuk oleh pembiasan lensa cembung mempunyai beberapa kemungkinan, yaitu:
Benda terletak di ruang I, yaitu antara O dan F, maka bayangan bersifat maya, tegak, diperbesar.
Benda terletak di ruang II, yaitu antara F dan 2F, maka bayangan bersifat nyata, terbalik,
diperbesar.
Benda terletak di ruang III, yaitu di sebelah kiri 2F, maka bayangan bersifat nyata, terbalik,
diperkecil.
Benda terletak di titik fokus utama (F), maka tidak terbentuk bayangan karena sinar-sinar bias dan
perpanjangannya tidak berpotongan (sejajar).
Benda terletak di pusat kelengkungan lensa (di R; dimana R = 2F), maka bayangan bersifat nyata,
tebalik, sama besar.
• Berkas sinar yang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus lensa.
• Berkas sinar yang melalui titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.
• Berkas sinar yang melalui titik pusat optik lensa tidak dibiaskan.
Untuk menentukan bayangan oleh lensa cekung diperlukan sekurang-kurangnya dua berkas sinar utama.
Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung merupakan perpotongan perpanjangan sinar-sinar bias, sehingga
bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung selalu bersifat maya.
1 1 1
+ =
s s' f
Dengan: s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan (m)
1
Jari-jari kelengkungan lensa adalah dua kali jarak fokusnya, R = 2F, atau F = R sehingga persamaan di atas
2
dapat dituliskan:
1 1 2
+ =
s s' R
Dengan: s = jarak benda (m)
Dalam menggunakan persamaan pada lensa cembung maupun lensa cekung, ada sejumlah aturanaturan tanda
berikut.
3. s’ berharga positif apabila di belakang lensa (untuk bayangan nyata) dan negatif apabila di depan lensa (untuk
bayangan maya).
4. Karena benda selalu dianggap ada di depan lensa maka s selalu berharga positif. Pembesaran bayangan pada
lensa dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
h' s
M= =
h s | |||
Tanda harga mutlak (| |) menyatakan harga M selalu positif.
ALAT-ALAT OPTIK
A. MATA
Kemampuan kita dalam melihat suatu benda atau lingkungan sekitar kita tidak terlepas dari
peran salah satu alat optik yang kita miliki, yaitu mata. Konstruksi mata berbentuk menyerupai bola
dengan permukaan luar melengkung. Pada bagian depan mata terdapat kornea (cornea) yang berfungsi
untuk melindungi mata bagian dalam. Di belakang kornea terdapat cairan mata (aqueous humor) yang
berfungsi untuk membiaskan cahaya. Pantulan cahaya dari benda yang masuk ke mata dibiaskan oleh
cairan mata dan masuk melalui celah lingkaran yang disebut pupil, dan pupil ini dibentuk oleh iris yang
dapat berkontaksi sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk ke mata. Pada daerah yang terang, pupil
akan mengecil, dan sebaliknya, pada daerah yang gelap, pupil akan membesar.
Pembiasan cahaya yang masuk ke mata diatur oleh lensa mata yang dapat berakomodasi.
Daya akomodasi merupakan kemampuan lensa untuk dapat memipih atau menebal sesuai dengan jarak
benda yang dilihat. Lensa mata akan berakomodasi bila melihat benda-benda yang dekat (dalam hal ini
keadaan lensa mata menjadi cembung) dan lensa mata tidak berakomodasi ketika melihat benda-benda
yang jauh (dalam hal ini keadaan lensa mata menjadi pipih). Kemampuan lensa mata untuk menebal
dan memipih ini diatur oleh otot siliar (ciliary body).
Pada prinsipnya lensa mata berfungsi untuk memfokuskan cahaya menuju ke retina yang
terhubung ke syaraf-syaraf optik (optic nerve) yang kemudian diubah menjadi sinyalsinyal yang
diteruskan ke otak, sehingga kita memperoleh kesan melihat benda. Bayangan benda yang jatuh di
retina bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil.
Jangkauan penglihatan mata pada saat tidak berakomodasi dinamakan titik jauh (punctum remotum),
sedangkan jangkauan penglihatan mata pada saat berakomodasi maksimum dinamakan titik dekat
(punctum proxium). Untuk mata normal (emetropi), titik jauhnya berada di jarak tak hingga (~) dan
titik dekatnya berada di sekitar 25 cm.
1. Rabun jauh (miopi) Rabun jauh merupakan salah satu cacat mata dimana mata tidak dapat melihat
bendabenda yang jauh. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat memipih sebagaimana mestinya, sehingga
bayangan yang terbentuk jatuh di depan retina (tidak jatuh tepat pada retina). Mata rabun jauh mempunyai titik
jauh pada jarak tertentu dan titik dekatnya lebih kecil daripada titik dekat mata normal. Cacat mata rabun jauh
dapat diperbaiki dengan menggunakan kacamata berlensa cekung (negatif), sehingga benda-benda yang
letaknya jauh itu dibentuk bayangan maya yang lebih dekat dengan mata dan oleh lensa mata bayangan itu
kembali dibuat bayangan nyata tepat pada retina.
2. Rabun dekat (hipermetropi) Rabun dekat merupakan salah satu cacat mata dimana mata tidak dapat melihat
benda-benda yang dekat. Rabun dekat disebabkan oleh ketidakmampuan lensa mata untuk menebal
(mencembung) sebagaimana mestinya ketika digunakan untuk melihat benda pada jarak yang dekat. Lensa mata
terlalu pipih sehingga menyebabkan titik dekat mata tidak lagi sekitar 25 cm tetapi bergeser ke titik yang lebih
besar dari itu. Cacat mata rabun dekat dapat diperbaiki dengan menggunakan kacamata berlensa cembung
(positif), sehingga dari benda-benda yang dekat dibentuk bayangan maya yang tegak dan diperbesar, dan oleh
lensa mata bayangan tersebut menjadi objek yang dapat menghasilkan bayangan baru yang nyata, terbalik,
diperkecil, dan jatuh tepat pada retina.
3. Mata tua (presbiopi) Mata tua atau presbiopi merupakan cacat mata yang berupa pengurangan daya
akomodasi mata dan umumnya terjadi pada usia lanjut. Pada mata tua, baik titik dekat maupun titik jauh mata
sudah bergeser dari keadaan normalnya. Hal ini disebabkan otot-otot mata sudah tidak lagi mampu
berakomodasi secara sempurna. Cacat mata tua dapat diatasi dengan menggunakan kacamata berlensa ganda
(kacamata bifocal), yaitu kacamata yang pada bagian bawahnya merupakan lensa positif (untuk melihat benda-
benda dekat), dan pada bagian atasnya merupakan lensa negatif (untuk melihat benda-benda jauh).
4. Asigmatisma (silindris) Asigmatisma atau silindris merupakan cacat mata dimana mata tidak dapat
membedakan garis-garis horisontal dan vertikal secara bersamaan. Hal ini karena kornea mata tidak mempunyai
jari-jari kelengkungan yang tetap atau tidak berbentuk sferis. Cacat mata asigmatisma dapat diatasi dengan
menggunakan kacamata berlensa silindris.
B. KAMERA
Kita telah membahas mengenai mata, bagian-bagiannya serta beberapa gangguan pada mata. Ada satu
jenis alat optik yang memiliki cara kerja mirip dengan cara kerja mata, yaitu kamera. Kamera
merupakan alat optik yang berfungsi untuk mengambil gambar suatu objek atau benda. Jenis-jenis
kamera yang dikenal diantaranya kamera autofokus, kamera single-lens reflex (SLR), dan kamera
digital. Pada dasarnya kamera terdiri dari beberapa bagian, diantaranya:
• Lensa cembung (+), yang berfungsi untuk membiaskan cahaya sehingga terbentuk bayangan benda di
film.
• Film, yang berfungsi untuk menangkap bayangan.
• Diafragma, yaitu alat pengatur banyak sedikitnya cahaya yang boleh masuk.
• Penutup lensa. Ketika kita mengambil gembar sebuah benda dengan menggunakan kamera, cahaya
yang dipantulkan oleh benda tersebut masuk ke lensa kamera. Banyaknya cahaya yang masuk ke dalam
kamera diatur oleh diafragma (mirip dengan pupil pada mata), dan pengatur cahaya (shutter). Untuk
menghasilkan kualitas gambar yang baik dan tajam, maka perlu diatur fokus lensanya, yaitu dengan
memajukan atau memundurkan lensa tersebut. Dengan pengaturan yang tepat, maka pantulan bayangan
benda tersebut akan tepat jatuh pada film foto (film foto mirip dengan retina pada mata). Bayangan
gambar yang dihasilkan pada kamera bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil. Untuk melihat persamaan
pembentukan bayangan pada kamera dan pada mata.
C. LUP
Lup atau kaca pembesar merupakan sebuah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa cembung rangkap
(bikonveks). Lup berfungsi untuk melihat benda-benda kecil agar tampak lebih besar. Bayangan yang
dibentuk oleh lup bersifat maya, tegak, dan diperbesar. Pembentukan bayangan dengan dan tanpa
menggunakan lup atau kaca pembesar. Pembesaran bayangan yang dihasilkan oleh lup bergantung
pada keadaan akomodasi mata. Dengan menggunakan persamaan lensa, dapat kita peroleh bahwa besar
pembesaran bayangan oleh lup adalah sebagai berikut:
• Untuk keadaan mata berakomodasi maksimum, pembesaran bayangan dinyatakan oleh persamaan:
25
M= +1
f
• Untuk keadaan mata tidak berakomodasi, pembesaran bayangan dinyatakan oleh persamaan:
25
M=
f
Dengan f merupakan jarak fokus lensa (lup).