Anda di halaman 1dari 47

PERKEMBANGAN OPTIKA PADA TIAP PERIODE

Sejarah Perkembangan Optika

Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari mengenai sifat-sifat


cahaya beserta interaksinya dengan medium. Menurut Richtmayer perkembangan
keilmuwan dibagi ke dalam empat periode. begitupun dengan sejarah
perkembangan Optika. berikut sedikit penjelasan mengenai sejarah perkembangan
optika menurut Richtmayer:

A. Perkembangan Optik Periode I (Zaman Prasejarah (SM) s.d. 1500 M)

Pada zaman prasejarah ternyata optik telah dikenal, buktinya adalah


ditemukannya sebuah kanta optik yang berumur sekitar 2.200 tahun yang lalu di
Baghdad, Irak. Kanta purba yang berukuran kira-kira satu ibu jari tersebut
ditemukan dengan sedikit retak di bagian kacanya. Penemuan ini menunjukkan
bahwa sejak zaman purbakala orang-orang telah mengetahui cara membuat kanta
dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari. Optik dipelajari secara ilmiah
di periode I ini dimulai pada tahun 300 SM. Pada zaman prasejarah dikenal
dengan zaman yang hanya mengemukakan teori-teori para ahli saja tanpa
dilakukan pembuktian dengan eksperimen sehingga ada beberapa teori tentang
optik yang bermunculan, misalnya Teori Tactile dan Teori Emisi. Para ilmuwan
yang hidup di zaman prasejarah mengemukakan pendapat bahwa kita dapat
melihat suatu benda karena terdapat cahaya dari mata kita yang dipancarkan ke
benda tersebut. seperti halnya senter yang disorotkan ke sebuah benda sehingga
kita dapat melihat benda tersebut. Teori ini dipelopori oleh Aristoteles dan
Ptolomeus. Di masa sebelum masehi ini, Euclid (275 SM-330 SM) menemukan
bahwa cahaya bergerak dalam garis lurus.dan dia mempelajari juga tentang
pemantulan cahaya.
Pada abad ke-10 M, muncul teori yang menentang Teori Tactile yaitu
Teori Emisi. Teori Emisi ini dikatakan merubah drastis cara pandang terhadap
konsep cahaya. Pada Teori Emisi dikatakan bahwa kita dapat melihat benda bukan
karena mata kita yang memancarkan cahaya ke benda tersebut (Teori Tactile),
tetapi karena terdapat cahaya yang dipantulkan oleh beda yang kita lihat menuju

1
mata kita. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Ibnu Al-Haitsam (965M – 1040
M) seorang Ilmuwan muslim yang sangat populer dan dikenal juga sebagai
‘Bapak optik dunia’. Akhirnya, teori emisi ini benar-benar menggugurkan Teori
Tactile dan dipercaya kebenarannya sampai sekarang. Kemudian pada abad ke-13,
pembiasan cahaya mulai disadari. Hal ini terbukti dengan adanya tulisan di buku
yang berjudul “Perspectiva” karya Bacon yaitu bila tulisan sebuah buku, atau
suatu benda kecil dilihat melalui bagian lengkung sebuah kaca atau kristal akan
nampak lebih jelas dan lebih besar. Pada akhir abad ke 15 atau sekitar awal abad
ke 16 seorang ilmuwan Italia yaitu Leonardo Da Vinci mengemukakan tentang
optik fisiologis mata manusia yang mengakibatkan penemuan di bidang medis di
masa depan mulai terbuka jalannya.

1. Periode 1(Antara zaman purbakala s.d. 1500)


a. Aristoteles (384 SM-322 SM)
Aristoteles (Stagira, Macedonia 384 SM-322 SM), Aristoteles
menyatakan tentang cahaya mempeunyai rambat yang lurus dan
cahaya dapat dipantulkan dimana sudut datang sama dengan sudut
pantul.

b. Archimedes (287 SM-212 SM)


Archimedes (Syracuse (Yunani) 287 SM-212 SM), Archimedes
menemukan atau membuat cermin cekung. Dari cermin cekung cekung
ini bangsa Yunani dapat membakar kapal-kapal bangsa Romawi yang
akan memerangi dan menghancurkan bangsa Yunani.

c. Mozi ( 476 SM - 486 SM)


Mo zi (cina, lahir di 476 SM - 486 SM, seorang ideolog besar dan
politisi dan ilmuwan alam. Dalam pembacaan mo nya, film
dokumenter pertama tentang optik di dunia, menggambarkan
pengetahuan optik dasar, termasuk definisi dan menciptakan visi ,
propagasi cahaya dalam garis lurus, lubang jarum pencitraan,
hubungan antara objek dan gambar di pesawat cermin, cermin
cembung dan cermin cekung.

2
d. Eulid (Yunani, 275 SM - 330 SM)
Euclid (Yunani, 275 SM - 330 SM) Dalam Optica, ia mencatat
bahwa perjalanan cahaya dalam garis lurus dan menjelaskan hukum
refleksi. Dia percaya bahwa visi melibatkan sinar pergi dari mata ke
obyek yang dilihat dan dia mempelajari hubungan antara ukuran nyata
dari objek dan sudut bahwa mereka subtend di mata.
e. Claudius Ptolemy (Yunani, (90 M – 168 M)
Claudius Ptolemy (Yunani, 90 M - 168 M). Dalam terjemahan
Latin dari abad kedua belas dari bahasa Arab yang ditugaskan untuk
Ptolemy, sebuah studi refraksi, termasuk refraksi atmosfer. Disarankan
bahwa sudut bias sebanding dengan sudut insiden.
f. Al-Kindi (801 M - 873 M)
Ilmuwan Muslim pertama yang mencurahkan pikirannya untuk
mengkaji ilmu optik adalah Al-Kindi (801 M – 873 M). Hasil kerja
kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi
cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi
tentang optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Tak
heran, bila teori-teori yang dicetuskan Al-Kindi tentang ilmu optik
telah menjadi hukum-hukum perspektif di era Renaisans Eropa. Secara
lugas, Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan
Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan
merupakan bentuk yang diterima mata dari obyek yang sedang dilihat.
Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan daya
pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut
radiasi yang padat.
g. Ibnu Sahl (940 M - 1000 M)
Seabad kemudian, sarjana Muslim lainnya yang menggembangkan
ilmu optik adalah Ibnu Sahl (940 M – 1000 M). Sejatinya, Ibnu Sahl
adalah seorang matematikus yang mendedikasikan dirinya di Istana
Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah yang berjudul On
Burning Mirrors and Lenses (pembakaran dan cermin dan lensa). Sahl
pun menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang secara matematis

3
setara dengan hukum Snell. Dia menggunakan hukum tentang
pembiasan cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan
cermin yang titik fokus cahanya berada di sebuah titik di poros.
h. Ibnu Al-Haitam (965M – 1040 M)
Ilmuwan Muslim yang paling populer di bidang optik adalah Ibnu
Al-Haitham (965 M – 1040 M). Menurut Turner, Al-Haitham adalah
sarjana Muslim yang mengkaji ilmu optik dengan kualitas riset yang
tinggi dan sistematis. “Pencapaian dan keberhasilannya begitu
spektakuler,”.
Al-Haitham adalah sarjana pertama menemukan pelbagai data
penting mengenai cahaya. Salah satu karyanya yang paling fenomenal
adalah Kitab Al-Manazir (Buku Optik). Dalam kitab itu, ia
menjelaskan beragam fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan
manusia. Saking fenomenalnya, kitab itu telah menjadi buku rujukan
paling penting dalam ilmu optik. Selama lebih dari 500 tahun buku
dijadikan pegangan. Pada tahun 1572 M, Kitab Al-Manadzir
diterjemahkan kedalam bahasa Latin Opticae Thesaurus. Dalam kitab
itu, dia mengupas ide-idenya tentang cahaya. Sang ilmuwan Muslim
itu meyakini bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurus dari
setiap titik di permukaan yang bercahaya.
Selain itu, Al-Haitham memecahkan misteri tentang lintasan
cahaya melalui berbagai media melalui serangkaian percobaan dengan
tingkat ketelitian yang tinggi. Keberhasilannya yang lain adalah
ditemukannya teori pembiasan cahaya. Al-Haitham pun sukses
melakukan eksperimen pertamanya tentang penyebaran cahaya
terhadap berbagai warna. Tak hanya itu saja, dalam kitab yang
ditulisnya, Alhazen begitu dunia Barat menyebutnya juga
menjelaskan tentang ragam cahaya yang muncul saat matahari
terbenam. Ia pun mencetuskan teori tentang berbagai macam fenomena
fisik seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi. Ia juga melakukan
percobaan untuk menjelaskan penglihatan binokular dan memberikan
penjelasan yang benar tentang peningkatan ukuran matahari dan bulan

4
ketika mendekati horison. Keberhasilan lainnya yang terbilang
fenomenal adalah kemampuannya menggambarkan indra penglihatan
manusia secara detail. Tak heran, jika ‘Bapak Optik’ dunia itu mampu
memecahkan rekor sebagai orang pertama yang menggambarkan
seluruh detil bagian indra pengelihatan manusia. Hebatnya lagi, ia
mampu menjelaskan secara ilmiah proses bagaimana manusia
bisa melihat.
Teori yang dilahirkannya juga mampu mematahkan teori
penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid.
Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia bisa melihat karena
ada cahaya keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda dengan
keduanya, Ibnu Haytham mengoreksi teori ini dengan menyatakan
bahwa justru objek yang dilihatlah yang mengeluarkan cahaya yang
kemudian ditangkap mata sehingga bias terlihat.Secara detail, Al-
Haitham pun menjelaskan sistem penglihatan mulai dari kinerja syaraf
di otak hingga kinerja mata itu sendiri. Ia juga menjelaskan secara
detil bagian dan fungsi mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa,
dan menjelaskan peranan masing-masing terhadap penglihatan
manusia. Hasil penelitian Al-Haitham itu lalu dikembangkan Ibnu
Firnas di Spanyol dengan membuat kacamata.
Dalam buku lainnya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris
berjudul Light dan On Twilight Phenomena Al-Haitham membahas
mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari
serta bayang-bayang dan gerhana. Menurut Al-Haitham, cahaya fajar
bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk timur. Warna
merah pada senja akan hilang apabila matahari berada di garis 19
derajat ufuk barat. Ia pun menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias
cahaya dan pembalikan cahaya. Al-Haitham juga mencetuskan
teori lensa pembesar. Teori itu digunakan para saintis di Italia untuk
menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Pada abad ke-13 M,
fisikawan Muslim lainnya yang banyak berkontribusi dalam bidang
optik adalah Kamaluddin Al-Farisi. Dia mampu menjelaskan

5
fenomena pelangi. Melalui penelitian yang dilakukannya, ia berhasil
mengungkapkan bagaimana cahaya matahari direfraksi melalui hujan
serta terbentuknya pelangi primer dan sekunder. Itulah peran sarjana
Muslim di era kekhalifahan dalam bidang optik.
i. Kamal al-Din al-Farisi (1267M – 1319 M)
Kamal al-Din al-Farisi adalah seorang ahli fisika Muslim
terkemuka dari Persia. Ia dilahirkan di kota Tabriz, Persia sekarang
Iran- pada 1267 M dan meninggal pada 1319 M. Ilmuwan yang
bernama lengkap Kamal al-Din Abu'l-Hasan Muhammad Al-Farisi itu
kesohor dengan kontribusinya tentang optik serta teori angka. Ia
merupakan murid seorang astronom dan ahli matematika terkenal,
Qutb al-Din al-Shirazi (1236-1311), yang juga murid Nasiruddin al-
Tusi. Dalam bidang optik, al-Farisi berhasil merevisi teori pembiasan
cahaya yang dicetuskan para ahli fisika sebelumnya. Gurunya, Shirazi
memberi saran agar al-Farisi membedah teori pembiasan cahaya yang
telah ditulis ahli fisika Muslim legendaris Ibnu al-Haytham
(965-1039).
Secara mendalam, al-Farisi melakukan studi secara mendala
mengenai risalah optik yang ditulis pendahuluannya itu. Sang guru
juga menyarankannya agar melakukan revisi terhadap karya Ibnu
Haytham. Buku hasil revisi terhadap pemikiran al-Hacen – nama
panggilan Ibnu Haytham di Barat -- tersebut kemudian jadi sebuah
adikarya, yakni Kitab Tanqih al-Manazir (Revisi tentang Optik). Kitab
Tanqih merupakan pendapat dan pandangan al-Farisi terhadap buah
karya Ibnu Haytham. Dalam pandangannya, tak semua teori optik yang
diajukan Ibnu Haytham menemukan kebenaran. Guna menutupi
kelemahan teori Ibnu Haytham, al-Farisi Al-Farisi lalu mengusulkan
teori alternatif. Sehingga, kelemahan dalam teori optik Ibnu Haytham
dapat disempurnakan. Salah satu bagian yang paling penting dalam
karya al-Farisi adalah komentarnya tentang teori pelangi.
Ibnu Haytham sesungguhnya mengusulkan sebuah teori, tapi al-
Farisi mempertimbangkan dua teori yakni teori Ibnu Haytham dan

6
teori Ibnu Sina (Avicenna) sebelum mencetuskan teori baru. Teori
yang diusulkan al-Farisi sungguh luar biasa. Ia mampu menjelaskan
fenomena alam bernama pelangi menggunakan matematika.
j. Roger Baconn (Inggris, 1214 M – 1292 M)
Roger Bacon (Inggris, 1214-1292). Seorang pengikut Grosseteste
di Oxford, Bacon diperpanjang bekerja Grosseteste pada optik. Ia
menganggap bahwa kecepatan cahaya yang terbatas dan itu disebarkan
melalui media dengan cara yang analog dengan propagasi suara.
Dalam karyanya Opus Maius, Bacon menggambarkan penelitian
tentang perbesaran benda kecil menggunakan lensa cembung dan
menyarankan bahwa mereka bisa menemukan aplikasi di koreksi
penglihatan yang cacat. Dia menghubungkan fenomena pelangi dengan
refleksi sinar matahari dari air hujan individu.
k. Leonardo da Vinci (Italia, 1452 - 1519)
Sebagai seorang seniman terkenal dunia dan ilmuwan, Leonardo da
Vinci (Italia, 1452-1519) visioner pengamatan dan sketsa merintis
studi tentang anatomi manusia membuka jalan penemuan masa depan
di bidang medis. Ia berbicara panjang lebar pada optik fisiologis
mengenai mata manusia.

B. Perkembangan Optik Periode II (1550 M – 1800 M)

Berbeda dengan Periode I, di Periode II ini sudah banyak dilakukan


eksperimen untuk mendukung kebenaran dari teori-teori yang telah dikemukakan.
Penemuan-penemuan di Periode II ini dimulai ketika orang-orang mulai gemar
mengamati pelangi, hingga akhirnya diketahui bahwa pelangi disebabkan oleh
pembiasan cahaya oleh air. selain itu, di abad ke-16 ini juga sudah mulai dibuat
mikroskop yang menggunakan lensa gabungan yaitu lensa objektif dan lensa
okuler oleh Antony van Leuwenhoek (1632-1723) dari Belanda. Satu abad
berselang dengan tempat yang sama yaitu di Belanda, tepatnya pada abad ke-17
atau sekitar tahun 1608 M untuk pertama kalinya seseorang mengklaim bahwa dia
adalah orang yang pertama menemukan teleskop. Orang tersebut adalah Hans
Lippershey. Teleskop yang ditemukan Hans Lippershey ini hanya bisa

7
memperbesar tiga kali lipat ukuraan semula. Awalnya Lippershey ini memegang
sebuah lensa di depan lensa lain dan meletakkannya di sebuah tabung kayu dan
teleskop Hns Lippershey pun tercipta.
Namun, satu tahun kemudian Galileo Galilei yaitu tahun 1609 M, Galileo
mendengar bahwa seseorang telah menemukan teleskop di Belanda. Namun,
berita itu masih samar-samar di telinganya. Akhirnya, berkat kecerdasannya, ia
mampu mempelajarai perangkat teleskop Lippershey dan berhasil membuat
teleskopnya sendiri yang lebih canggih pada masa itu karena dapat melakukan
perbesaran hingga 20 kali lipat. Teropong yang ditemukan Galileo ini sekarang
disebut teleskop panggung. Baik Lippershey maupun Galileo sama-sama
mengkombinasikan lensa cekung dan lensa cembung. Kemudian pada tahun 1611,
Keppler menyempurnakan desain teleskop Galileo yaitu dengan menggunakan
dua buah lensa cembung sehingga gambar yang dihasilkan terbalik. Desain
Keppler ini masih menjadi desain utama refraktor masa kini hanya saja mungkin
ada perbaikan dalam lensa dan kaca. Selama abad ke-15 sampai abad ke-16, para
ilmuwan berlomba-lomba untuk menghitung kecepatan cahaya dengan berbagai
cara. Ada yang menggunakan cara yang hampir sama ketika menghitung
kecepatan suara, yaitu dengan menyuruh seseorang berdiri di atas bukit yang
sangat jauh kemudian menyalakan sebuah lentera. Selang waktu ketika cahaya
lentera dinyalakan dengan cahaya yang dilihat oleh pengamat di bawah bukit
itulah yang menjadi dasar perhitungan kecepatan cahaya. Ilmuwan yang
menggunakan metode ini adalah Galileo Galilei. Namun Galileo tidak
menemukan selang waktu tersebut, sehingga Galileo nenyatakan bahwa kecepatan
cahaya sangat cepat bahkan tak berhingga.
Pada tahun 1670-an, Ole Romer (1644-1710), mengamati bulan-bulan di
Planet Jupiter. Dia mengamati berapa lama waktu yang dibutuhkan bulan-bulan
itu untuk bergerak ke belakang Jupiter. Namun, dia heran karena mendapati waktu
bulan muncul dan menghilang berbeda-beda, terkadang lebih cepat dan terkadang
lebih lambat dari waktu yang telah dihitung. Romer pun mengambil kesimpulan
bahwa kecepatan cahaya mempunyai batas. Itu mengacu dari posisi Bumi saat dia
melakukan pengamatan. Dan jeda waktu tadi diketemukan sebesar 16,7 menit.

8
Romer menganggap bahwa jarak Bumi-Jupiter sebesar 2 AU. Dapat disimpulkan
bahwa
C = 2 AU/16,7 menit = 300,000 km/s

Walaupun saat itu tetapan AU (Satuan Astronomi) masih belum ditetapkan, tetapi
dari hasil pengamatan Romer tersebut membuktikan bahwa kecepatan cahaya
sangat besar. Pantas saja Galileo gagal mengukurnya karena mungkin jarak
pengamatan yang dilakukan Galileo kurang jauh. Pada tahun 1675, Sir Isaac
Newton dalam Hypothesis of Light menyatakan bahwa cahaya terdiri dari partikel
halus yang memancar ke segala arah dari sumbernya. Jika partikel diamggap tidak
bermassa, maka suatu benda bersinar tidak akan kehilangan massanya hanya
karena memancarkan cahaya, dan cahaya itu sendiri tidak dipengaruhi oleh
gravitasi. Teori Newton ini dikenal dengan nama Teori Emisi.

Pada tahun 1678, Christian Huygens mengatakan teori bahwa cahaya


dipancarkan ke segala arah sebagai gelombang seperti bumi. Sehingga jike
demikian cahaya akan memiliki frekuensi dan panjang gelombang. Pada zaman
Newton dan Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa cahaya selalu
memerlukan energi dalam perambatannya. Namun, ruang antara bintang maupun
planet di antariksa merupakan ruang hampa udara. Inilah yang membuat
kebingungan, jika cahaya seperti yang dikatakan oleh Huygens maka medium
apakah yang menghantarkan cahaya di ruang angkasa? Sehingga Huygens
menjawab kritik ini dengan berhipotesis bahwa ada zat yang bernama eter sebagai
perantara di ruang hampa. Zat ini sangat ringan, tembus pandang, dan memenuhi
seluruh alam semesta. Eterlah yang ‘mengantarkan cahaya dari bintang-bintang
sampai ke Bumi.
Newton menjelaskan cahaya bagaikan peluru yang melaju mengikuti
lintasan lurus. Anehnya dilain tempat Newton malah mengusulkan teori getaran
eter untuk menjelaskan sifat cahaya. Ini memperlihatkan ketidakkonsistenan
Newton. Tapi Newton percaya bahwa eter terdiri dari partikel yang sangat halus
yang membuatnya bersifat sangat renggang dan lenting. Alam tanpa eter tidak
mungkin menghantar gelombang. Newton bersikukuh menolak ide Huygens
bahwa cahaya bersifat gelombang. Menurut Newton gelombang akan melebar dan

9
mengisi seluruh ruang seperti gelombang air mengisi ceruk kolam, padahal dalam
praktik cahaya mengikuti garis lurus dan tidak mengisi ruang bayangan. Pada
kesempatan lain Newton menyatakan lebih suka langit tetap kosong daripada diisi
eter. Bagaimanapun juga sekiranya ruang angkasa diisi eter maka perjalanan
benda langit terhambat. Implikasi ini tidak teramati, ia tetap lebih suka alam tanpa
eter, persis seperti ajaran atonomi yunani. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
Newton masih bimbang perihal cahaya, ia tidak dapat memilih antara model
peluru dan getaran eter meski condong pada yang pertama. Dalam edisi kedua
‘Principia’ (1713) Newton kembali menutup segala spekulasi dan menulis “saya
tidak mengakali hipotesa”. Sampai pertengahan abad ke-18, tidak ada percobaan-
percobaan yang mendukung kebenaran bahwa cahaya diumpamakan sebagai
peluru di atas.
Tokoh-Tokoh Pada periode II dan Penemuannya

a. Galileo Galilei (1564-1642)

Sumbangannya dalam keilmuan antaralain adalah penyempurnaan


teleskop (dengan 32x pembesaran) dan berbagai observasi astronomi
seperti menemukan satelit alami Jupiter -Io, Europa, Ganymede, dan
Callisto- pada 7 Januari 1610. Buku karangannya adalah Dialogo sopra i
due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence
pada 1632, dan Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove
scienze diterbitkan di Leiden pada 1638.

b. Johannes Kepler (1571 - 1630)


Johannes Kepler (Jerman ,1571-1630). Dalam bukunya Iklan
Vitellionem Paralipomena, Kepler menyatakan bahwa intensitas cahaya
dari sumber titik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya,
cahaya yang dapat diperbanyak melalui jarak jauh tanpa batas dan bahwa
kecepatan propagasi adalah tak terbatas. Dia menjelaskan visi sebagai
konsekuensi dari pembentukan gambar pada retina oleh lensa pada mata
dan benar yang kemudian menggambarkan adanya penyebab panjang-
sightedness dan kecupetan.

10
Dalam Dioptrice, Kepler disajikan penjelasan tentang prinsip-
prinsip yang terlibat dalam mikroskop lensa konvergen / divergen dan
teleskop. Dalam risalah yang sama, ia menyarankan agar teleskop dapat
dibangun menggunakan tujuan konvergen dan lensa mata konvergen dan
menggambarkan kombinasi lensa yang kemudian akan menjadi dikenal
sebagai lensa tele. Ia menemukan refleksi internal total, tetapi tidak dapat
menemukan hubungan yang memuaskan antara sudut datang dan sudut
bias.
c. Van Roijen Willebord Snell (Belanda , 1580 - 1626)
Van Roijen Willebrord Snell (Belanda ,1580-1626). Meskipun ia
menemukan hukum refraksi, secara optik geometris modern, pada tahun
1621, ia tidak mempublikasikan hal itu. Penemuan Snell tentang
pembiasan tidak disebutkan dalam hal kecepatan cahaya. Kecepatan
cahaya dalam ruang kosong tidak ditentukan sampai 1676, dan kecepatan
di air tidak diukur sampai 1850. Dari pengamatannya, bagaimanapun,
Snell didefinisikan indeks bias sebagai rasio dari sinus dari sudut insiden
ke sinus dari sudut pembiasan. Hubungan ini dikenal sebagai hukum Snell.
d. Rene Descartes (Perancis, 1596 - 1650)
Para matematikawan dan filsuf Rene Descartes (Perancis, 1596-
1650) menerbitkan karya Snell pada tahun 1637 di Dioptrique La nya.
Descartes menentukan sudut refraksi dan menunjukkan hukum sinus dari
refraksi optik yang Willebrord Snell sebelumnya berasal.

e. Francesco Maria Gimaldi (Italia, 1618 - 1663)


Francesco Maria Grimaldi (Italia, 1618-1663). Dalam Physico-
mathesis nya lumine de, coloribus et Iride, diterbitkan pada 1655,
menggambarkan pengamatan difraksi ketika ia melewati cahaya putih
melalui lubang kecil. Grimaldi menyimpulkan bahwa cahaya adalah cairan
yang menunjukkan gelombang-seperti gerakan.
f. Robert Hooke (Inggris, 1635 - 1703)
Robert Hooke (Inggris, 1635-1703) tertarik pada eksperimen
Grimaldi, dia mengulangi hal itu. Pada 1655, Hooke diterbitkan

11
risalahnya, Micrographia. Dalam buku itu, dijelaskan Hooke pengamatan
dengan mikroskop senyawa yang memiliki lensa objektif dan lensa
konvergen mata konvergen. Dalam buku yang sama, ia menggambarkan
pengamatannya dari warna yang dihasilkan dalam serpihan dari mika,
gelembung sabun dan film minyak di atas air. Dia mengakui bahwa warna
diproduksi di mika serpih ini terkait dengan ketebalan mereka tetapi tidak
mampu untuk membangun hubungan yang pasti antara ketebalan dan
warna. Hooke diajukan sebuah teori gelombang untuk propagasi cahaya.
g. Isaac Newton (Inggris, 1642 - 1727)
Isaac Newton (Inggris, 1642-1727) telah melolong sukses di optik.
Pada 1666, ketika ia berlibur di rumah, ia menemukan pemecahan atas
cahaya putih menjadi warna komponennya ketika melewati sebuah prisma.
Pada 1668, sebagai solusi untuk masalah chromatic aberration dipamerkan
oleh teleskop pembiasan, Newton dibangun teleskop refleksi pertama.
Pada 1672, pengamatan sebelumnya Newton pada dispersi sinar matahari
saat melewati sebuah prisma dilaporkan ke Royal Society. Newton
menyimpulkan bahwa sinar matahari terdiri dari cahaya warna yang
berbeda yang dibiaskan oleh kaca untuk luasan yang berbeda. Ini adalah
awal dari optik fisik. Newton 's Opticks diterbitkan pada 1704. Dalam
buku itu, Newton mengemukakan pandangannya bahwa cahaya adalah
partikel tetapi bahwa partikel dapat merangsang gelombang di aether.
Kepatuhan-Nya kepada sifat partikel cahaya didasarkan terutama pada
anggapan bahwa perjalanan cahaya dalam garis lurus sedangkan
gelombang bisa menekuk ke daerah bayangan.
h. Christian Huygens (Belanda , 1629 - 1695)
Christiaan Huygens (Belanda, 1629-1695), seorang ilmuwan fisik
dan astronom dan ahli matematika. Dalam de Traité nya Lumiere pada
tahun 1690, Huygens mengemukakan teori gelombang cahaya nya. Dia
dianggap ringan yang ditularkan melalui eter meresapi segala yang dibuat
dari partikel-partikel kecil yang elastis, yang masing-masing dapat
bertindak sebagai sumber sekunder wavelet. Atas dasar ini, Huygens
menjelaskan banyak karakteristik propagasi cahaya diketahui, termasuk

12
refraksi ganda di kalsit ditemukan oleh Bartholinus pada 1669. Dia
memecah monopoli teori partikel Newton cahaya.

C. Perkembangan Optik Periode III (Periode singkat, 1800 M s.d. 1890 M)

Periode III ini merupakan periode tersingkat dalam sejarah perkembangan


optik. Periode III dimulai ketika ketika sekitar tahun 1801, Thomas Young dan
Agustin Fresnell membuktikan bahwa cahaya dapat melentur (difraksi) dan dapat
mengalami interferensi ketika dilewatkan pada dua celah sempit. Ternyata
peristiwa ini tidak dapat diterangkan oleh teori emisi Newton. Selain tidak dapat
menjelaskan peristiwa difraksi dan interferensi, teori emisi Newton pun tidak
dapat menjelaskan bahwa kecepatan cahaya di dalam air lebih kecil dibandingkan
kecepatan cahaya di udara. Sehingga anggapan bahwa cahaya merupakan
gelombang semakin kuat.
Selanjutnya Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa
cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan sehingga tergolong
gelombang elektomagnetik. Sesuatu yang yang berbeda dengan gelombang bunyi
yang tergolong gelombang mekanik. Gelombang elekromagnetik dapat merambat
dengan atau tanpa medium dan kecepatan rambatnyapun amat tinggi bila
dibandingkan dengan gelombang bunyi. Gelombang elekromagnetik merambat
dengan kecepatan 300.000 km/s, kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan
gelombang cahaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa cahaya merupakan
gelombang elektromagnetik. Dua prediksi Maxwell diuji secara terpisah oleh
Heinrich Rudolf Hertz ( 1857-1894 ) dan Hendrik Antoon Lorentz ( 1853-1928 ).
Maxwell meramalkan bahwa gangguan di dalam medan magnetik dan listrik harus
merambat secepat cahaya. Tapi gelombang elektromagnetik seperti itu belum
pernah teramati.
Pada tahun 1887, Heartz menguji prediksi itu sampai dengan memercikkan
bunga api listrik di antara dua kutub. Ia mengamati bahwa di antara dua kutub di
tempat lain di dalam laboratoriumnya terjadi juga percikan bunga api yang
sama.Tak pelak lagi, pengaruh bunga api yang petama harus dibawa sebagai
gelombang melalui udara sehingga menimbulkan bunga api yang kedua. Ia
membuktikan secara eksperimental bahwa gelombang mirip seperti gelombang

13
cahaya, karena menunjukkan gejala pemantulan, pembiasan, difraksi, dan
polarisasi.

a. Thomas Young (Inggris, 1773 - 1829)


Thomas Young (Inggris, 1773-1829). Dilakukan percobaan yang
sangat infered sifat gelombang cahaya. Karena ia percaya bahwa cahaya
terdiri dari gelombang, muda beralasan bahwa beberapa jenis interaksi
akan terjadi ketika dua gelombang cahaya bertemu. Tutorial interaktif ini
mengeksplorasi bagaimana gelombang cahaya koheren berinteraksi ketika
melewati dua celah berjarak dekat.
b. Etiene Louis Malus (Perancis, 1755 - 1812)
Etienne Louis Malus (Perancis, 1755-1812). Pada 1808, sebagai
hasil pengamatan cahaya yang dipantulkan dari jendela Luxembourg
Palais di Paris melalui kristal kalsit seperti yang diputar, Malus
menemukan efek yang kemudian menyebabkan kesimpulan bahwa cahaya
dapat terpolarisasi oleh refleksi.
c. David Brewster (Skotlandia, 1781 - 1868)
David Brewster (Skotlandia ,1781-1868). Dia mencatat terutama
untuk penelitian ke dalam polarisasi cahaya. Pada tahun 1814, Brewster
menunjukkan bahwa ada hubungan antara sudut kejadian di mana sinar
cahaya yang dipantulkan dari sebuah interface benar-benar pesawat
terpolarisasi: indeks bias adalah sama dengan persoalan dari sudut.

d. Dominique Jean Francois Arago (Prancis, 1786 - 1853)


Dominique Jean Francois Arago (Prancis , 1786-1853) Selama
abad ke-19, ada kontroversi besar mengenai sifat cahaya - cahaya baik ada
sebagai partikel, atau sebagai gelombang. Arago adalah yang terbaik
dikenal untuk membantu menyelesaikan perdebatan ini. Awalnya
pendukung teori partikel penelitian, polarisasi ia melakukan bekerjasama
dengan Augustin Jean Fresnel-berubah pikiran. Pada 1811, pasangan ini
menemukan bahwa dua berkas cahaya terpolarisasi dalam arah tegak lurus
tidak mengganggu, akhirnya menghasilkan dalam pengembangan teori
gelombang cahaya transversal.

14
e. Augustin Jean Fresnel (Prancis, 1788 - 1827)
Augustin Jean Fresnel (Prancis ,1788-1827). Independen
menemukan kembali interferensi dan mulai mempelajari teori gelombang
cahaya. Difraksi efek, seperti tepi samar bayangan dan bayangan
pinggiran, diketahui telah diamati pada awal abad ke-17. Namun, sebelum
penemuan gangguan pada tahun 1801, baik teori gelombang maupun teori
partikel bisa menawarkan penjelasan yang cocok untuk efek. Di tahun
1816, Fresnel menunjukkan bahwa fenomena difraksi berbagai
sepenuhnya dijelaskan oleh interferensi gelombang cahaya. Sebagai hasil
dari penyelidikan oleh Arago Fresnel dan pada gangguan cahaya
terpolarisasi dan interpretasi selanjutnya mereka dengan Thomas Young,
disimpulkan bahwa gelombang cahaya yang transversal dan tidak, seperti
yang telah diperkirakan sebelumnya, longitudinal.
f. Simeon Clerk Maxwell (Prancis, 1781 – 1840)
Simeon-Denis Poisson (Prancis, 1781-1840). Pada tahun 1819,
seorang ahli matematika dari peringkat pertama, adalah salah satu panel
juri dari Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis tentang esai terbaik meliputi
teori gelombang cahaya pada tahun 1817. Dia juga kebetulan seorang
mukmin sangat kuat dalam teori partikel cahaya Newton dan mampu,
menggunakan matematika Fresnel, untuk memperoleh sebuah prediksi dia
yakin akan menghancurkan teori gelombang cahaya .
g. James Clerk Maxwell (Skotlandia, 1831 – 1879)
James Clerk Maxwell (Skotlandia, 1831-1879). Pada tahun 1865
dari studi tentang persamaan menggambarkan medan listrik dan magnetik,
ditemukan bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik harus, dalam
kesalahan eksperimental, menjadi sama dengan kecepatan cahaya.
Maxwell menyimpulkan bahwa cahaya adalah bentuk dari gelombang
elektromagnetik
h. Michael Faraday (1845)

Pada tahun 1845, Faraday mulai meneliti tali-temali cahaya dengan


gejala elektromagnetik. Penelitian ini diusulkan oleh William Thomson (
belakangan terkenal sebagai Lord Kelvin ). Seberkas cahaya yang

15
terpolarisasi oleh bidang ia lewatkan sejenis kaca berat yang terletak di
antara kedua kutub magnet. Bidang polarisasi cahaya itu ternyata berputar.
Faraday girang sekali. Kelihatannya bukan saja listrik yang tekait dengan
kemagnetan, tapi keduanya berhubungan dengan cahaya.

D. Perkembangan Optik Periode IV (1887 M s.d. 1925)

Optika modern ditandai dengan perkembagan ilmu dan rekayasa optik


yang menjadi sangat populer pada abad 20. Bidang optik ini meliputi
elektromagnetik atau sifat kuantum cahaya. Pada era optika modern ditandai
dengan penemuan besar yaitu mengenai efek foto listrik dan serat optik.

a) Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik berawal dari penemuan Heinrich Rudolf Hertz
pada tahun 1887. Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron
yang dimiliki atom-atom logam akibat disinari oleh cahaya yang memiliki
frekuensi lebih besar daripada frekuensi ambang logam tersebut. Peralatan
eksperimen Hertz pada waktu terdiri dari dua buah plat logam yang
terhubung dengan sumber tegangan dan terletak dalam ruang. Sebuah
logam ketika disinari akan melepaskan elektron, yang akan menghasilkan
arus listrik jika disambung ke rangkaian tertutup. Jika cahaya adalah
gelombang seperti yang telah diprediksikan oleh Fisika klasik, maka
seharusnya semakin tinggi intensitas cahaya yang diberikan maka semakin
besar arus yang terdeteksi. Namun hasil eksperimen menunjukkan bahwa
walaupun intensitas cahaya yang diberikan maksimum, elektron tidak
muncul juga dari plat logam.
Tetapi ketika diberikan cahaya dengan panjang gelombang yang
lebih pendek (frekuensi lebih tinggi, ke arah warna ungu dari spektrum
cahaya) dari sebelumnya, tiba-tiba elektron lepas dari plat logam sehingga
terdeteksi arus listrik, padahal intensitas yang diberikan lebih kecil dari
intensitas sebelumnya. Berarti, energi yang dibutuhkan oleh plat logam
untuk melepaskan elektronnya tergantung pada panjang gelombang. Hal
inilah yang membuat banyak ilmuwan pada saat itu menjadi kebingungan.

16
Misteri ini akhirnya dijawab oleh Albert Einstein, yang
menyatakan bahwa cahaya terkuantisasi dalam gumpalan partikel cahaya
yang disebut foton. Energi yang dibawa oleh foton sebanding dengan
frekuensi cahaya dan konstanta Planck. Dibutuhkan sebuah foton dengan
energi yang lebih tinggi dari energi ikatan elektron untuk melepaskan
elektron keluar dari plat logam. Ketika frekuensi cahaya yang diberikan
masih rendah, maka walaupun intensitas cahaya yang diberikan
maksimum, foton tidak memiliki cukup energi untuk melepaskan electron
dari ikatannya. Tapi ketika frekuensi cahaya yang diberikan lebih tinggi,
maka walaupun terdapat hanya satu foton saja (intensitas rendah) dengan
energi yang cukup, foton tersebut mampu untuk melepaskan satu elektron
dari ikatannya. Intensitas cahaya dinaikkan berarti akan semakin banyak
jumlah foton yang dilepaskan, akibatnya semakin banyak elektron yang
akan lepas.
b) Serat Optik
Serat optik adalah sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik
yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan
untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini
berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat
optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks
bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit.
Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus
digunakan sebagai saluran komunikasi. Sekitar tahun 1930-an para
ilmuwan di Jerman melakukan eksperimen untuk mentransmisikan cahaya
melalui media yang disebut serat optik. Kemunculan serat optik
sebenarnya didasari oleh penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi
yang sudah lama dilakukan. Namun, hasil percobaan tersebut tidak bisa
langsung dimanfaatkan. Kemudian pada tahun 1958 para ilmuwan di
Inggris mengusulkan prototipe serat optik yang modelnya masih
digunakan sampai saat ini yaitu terdiri dari gelas inti yang dibungkus oleh
gelas lainnya. Lalu sekitar awal tahun 1960-an perubahan fantastis terjadi

17
di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat jenis serat
optik yang mampu mentransmisikan gambar.
Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang sangat bening dan
tidak menghantar listrik, sehingga konon, dengan pencahayaan cukup mata
normal akan dapat melihat lalu-lalangnya penghuni serat tersebut. Sejak
pertama kali dicetuskan, serat optik masih memerlukan banyak perbaikan
dan pengembangan karena masih sangat tidak efektif. Hingga pada tahun
1968 atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan
akan menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih
20 dB/km. Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik
mengalami pemurnian, dehidran dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti
atenuasinya mencapai tingkat di bawah 1 dB/km.
Serat optik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
media transmisi yang lain, antara lain sebagai berikut:
1. Mempunyai lebar bidang (bandwidth) yang sangat lebar sehingga
dapat mentransmisikan sinyal digital dengan kecepatan data yang
sangat tinggi (dari orde Mbit/s sampai dengan Gbit/s) dan mampu
membawa informasi yang sangat besar.
2. Rugi transmisi (transmission loss) yang rendah sehingga memperkecil
jumlah sambungan dan jumlah pengulang (repeater) yang pada
gilirannya akan mengurangi kerumitan dan biaya sistem.
3. Ukuran sangat kecil dan sangat ringan.
4. Serat optik terbebas dari derau (noise) elektrik maupun medan
magnetic karena menyediakan pemandu gelombang (waveguide) yang
kebal terhadap interferensi elektromagnetik (Electromagnetic
Interference, EMI), menjamin terbebas dari efek pulsa elektromagnetik
(Electromagnetic Pulse, EMP), dan interferensi frekuensi radio
(Radiofrequency Interference, RFI).
5. Terisolasi dari efek elektrik karena terbuat dari kaca silika atau polimer
plastik yang bersifat sebagai bahan isolator (insulator)

18
c. Albert Eeinstein (Jerman, 1879 -1955)
Albert Einstein (Jerman, 1879-1955). Sangat diyakini sifat yang
konsisten di semua physicses, sehingga teori elektromagnetik Maxwell
harus konsisten dengan teori mekanika klasik Newton.
Pada tahun 1905, Einstein menerbitkan teori relativitas khusus yang
didasarkan pada saran yang luar biasa bahwa kecepatan cahaya tetap
konstan untuk semua pengamat independen dari kecepatan relatif mereka.
Namun itu berasal dari waktu yang Einstein adalah anak laki-laki ketika ia
mencoba membayangkan apa yang akan terjadi jika dia bergerak pada
kecepatan yang sama seperti sebuah berkas cahaya. Tentu saja jika
gagasan bahwa kecepatan cahaya adalah sama untuk semua pengamat
tampaknya sulit untuk memahami, maka demikian akan pandangan klasik
yang akan menunjukkan bahwa jika seseorang dapat melakukan perjalanan
lebih cepat daripada cahaya maka orang bisa berangkat melakukan
perjalanan dan tiba segera untuk dapat melihat ke belakang dan melihat
diri sendiri.
Pada tahun yang sama, ia menjelaskan efek fotolistrik pada dasar
bahwa cahaya adalah terkuantisasi, yang kuanta kemudian menjadi dikenal
sebagai foton. Teori kuanta cahaya adalah indikasi kuat dari dualitas
gelombang-partikel , konsep bahwa sistem fisik dapat menampilkan
seperti gelombang dan partikel-seperti properti, dan itu digunakan sebagai
prinsip dasar oleh pencipta mekanika kuantum. Sebuah gambaran lengkap
tentang efek fotolistrik hanya diperoleh setelah jatuh tempo mekanika
kuantum. Pada tahun 1915 Einstein menerbitkan teori relativitas umum
yang diprediksi pembengkokan sinar cahaya yang melewati medan
gravitasi.
Pada 1916 Einstein yang ditawarkan teori rangsangan cahaya
bahwa emisi terstimulasi cahaya adalah proses yang harus terjadi di
samping penyerapan dan emisi spontan, itu adalah yang pertama
memahami 'laser'. Pada tahun 1915 Einstein menerbitkan teori relativitas
umum yang diprediksi pembengkokan sinar cahaya yang melewati medan
gravitasi.

19
Pada 1916 Einstein yang ditawarkan teori rangsangan cahaya
bahwa emisi terstimulasi cahaya adalah proses yang harus terjadi di
samping penyerapan dan emisi spontan, itu adalah yang pertama
memahami 'laser'.

E. Periode 5 (Tahun 1925 s.d. sekarang )


a. Michelson (Amerika, 1852 -1931)

Pada tahun 1926, Michelson (Amerika ,1852-1931) melakukan


percobaan yang terakhir dan paling akurat untuk menentukan kecepatan
cahaya. Menggunakan jalan cahaya dengan panjang 35 km dari Mount
Wilson observatorium untuk teleskop di Gunung San Antonio, ia
menemukan nilai 299.796 km per detik.

b. Walter Geffcken (Jerman , 1872 – 1950)

Pada tahun 1939, Walter Geffcken (Jerman, 1872-1950),


menggambarkan filter gangguan transmisi.

c. Dennis Gabor (Hungaria, 1900 – 1979)

Pada tahun 1948, Dennis Gabor (Hungaria, 1900-1979),


menggambarkan prinsip-prinsip rekonstruksi wavefront, kemudian
menjadi dikenal sebagai holografi.

d. Arthur Schawlow L (Amerika, 1921 – 1999)


Pada tahun 1958, Arthur Schawlow L (Amerika ,1921-1999) dan
Charles Townes H (Amerika, 1915 -) menerbitkan sebuah makalah
berjudul "Maser Infrared dan Optical" di mana ia mengusulkan bahwa
prinsip maser dapat diperluas ke daerah terlihat dari spektrum
memunculkan apa yang kemudian menjadi dikenal sebagai 'laser'.

20
MENGENAL KEHIDUPAN ILMUWAN ISLAM PENYUMBANG
PENTING PERKEMBANGAN FISIKA

Di awal era pertumbuhan Islam, Dunia Pengetahuan mengalami zaman


keemasan dengan bermunculannya ilmuwan – ilmuwan muslim yang sampai
sekarang penemuannya masih digunakan dan menjadi rujukan sebagai dasar dari
perkembangan pengetahuan modern, tapi mungkin karena kurangnya publisitas
dan banyaknya peristiwa sejarah yang menjadikan nama – nama mereka kurang
dikenal bahkan di kalangan para umat muslim itu sendiri, berikut 10 ilmuwan
muslim yang sangat berjasa bagi dunia pengetahuan

1. IBNU RUSHD (AVERROES)

Abu Walid
Muhammad bin
Rusyd lahir di
Kordoba (Spanyol)
pada tahun 520
Hijriah (1128
Masehi). Ayah dan
kakek Ibnu Rusyd
adalah hakim-hakim
terkenal pada
masanya. Ibnu Rusyd
kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta.
Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan
filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja’far Harun dan Ibnu Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan
pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk
mengabdi sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd
dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang
mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam
St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk

21
mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.Pemikiran Ibnu
Rusyd.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam
bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu
Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga
kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada. Filsafat Ibnu Rusyd ada
dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad
pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.
Karya : Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih), Kulliyaat fi At-Tib (buku
kedokteran), Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat
dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat).

2. IBNU SINA / Avicenna

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai


Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia
(sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan).
Beliau juga seorang penulis yang produktif
dimana sebagian besar karyanya adalah tentang
filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang,
beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan
masih banyak lagi sebutan baginya yang
kebanyakan bersangkutan dengan karya-
karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang
sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang
merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar Persia abad pertengahan , memainkan
peranan penting pada Pembangunan kembali Eropa. Dia adalah pengarang dari
450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan
pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak
kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling
terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang,

22
tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of
Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul
lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Kehidupannya dikenal lewat sumber – sumber berkuasa. Suatu
autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya
didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan
temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana,
sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya,
seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat
kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman
Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia
menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara. Meskipun secara
tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina
independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang
mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibnu Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan
kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para
tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang
anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-
Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan
sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari
seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang
sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah – masalah metafisika dan pada
beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia
juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada
beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku –
bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai
hidayah menyelesaikan kesulitan – kesulitannya. Pada larut malam dia akan
melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala
segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan

23
mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia
membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata – katanya tertulis dalam
ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan
pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall
seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada
penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang
mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah
atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori
kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya
sendiri, menemukan metode – metode baru dari perawatan. Anak muda ini
memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan
menemukan bahwa “Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan,
seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan;
saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien,
menggunakan obat – obat yang sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda
menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.

3. AL-BIRUNI
Merupakan matematikawan Persia, astronom,
fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf,
pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru,
yang banyak menyumbang kepada bidang
matematika, filsafat, obat-obatan.Abu Raihan Al-
Biruni dilahirkan di Khawarazm di Asia Tengah
yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran
Persia. Dia belajar matematika dan pengkajian
bintang dari Abu Nashr Mansur.Abu Raihan Al-
Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-
obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn
Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas
dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma’mun

24
Khawarazmshah. Abu Raihan Al-Biruni juga mengembara ke India dengan
Mahmud dari Ghazni dan menemani beliau dalam ketenteraannya di sana,
mempelajari bahasa, falsafah dan agama mereka dan menulis buku mengenainya.
Dia juga mengetahui bahasa Yunani, bahasa Suriah, dan bahasa Berber. Dia
menulis bukunya dalam bahasa Persia (bahasa ibunya) dan bahasa
Arab.Sebahagian karyanya ialah:· Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis
lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari. ·
Ketika berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian
proyeksi peta, “Kartografi”, yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi
belahan bumi pada bidang datar.
Ketika berusia 27, dia telah menulis buku berjudul “Kronologi” yang
merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi)
termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4
buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah. Beliau membuat
penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada
abad ke 16) Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku.
Sumbangannya kepada matematika termasuk:
 aritmatika teoritis and praktis
 penjumlahan seri
 analisis kombinatorial
 kaidah angka 3
 bilangan irasional
 teori perbandingan
 definisi aljabar
 metode pemecahan penjumlahan aljabar
 geometri
 teorema Archimedes
 sudut segitiga

25
4. Al-Khawarizmi

Nama Asli dari al-Khawarizmi ialah


Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi.
Selain itu beliau dikenali sebagai Abu
Abdullah Muhammad bin Ahmad bin
Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di
Barat sebagai al-Khawarizmi, al-
Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi,
al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa
cara ejaan lagi. Beliau dilahirkan di
Bukhara.Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-
Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-
Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain
menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan
meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang
tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan
hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika,
geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.
a. Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropa
Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam
penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di
bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di
Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar
matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin
perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India
dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga merupakan
seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-Khawarizmi adalah
seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak
lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan
menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer yang masih
digunakan sampai sekarang.

26
b. Peranan Dan Sumbangan Al-Khawarizmi

Sumbangsihnya dalam bentuk hasil karya diantaranya ialah :

1. Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan


tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
2. Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah mengajukan contoh-contoh
persoalan matematika dan mengemukakan 800 buah masalah yang
sebagian besar merupakan persoalan yang dikemukakan oleh Neo.
Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh
al-Khawarizmi.
3. Sistem Nomor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting
dalam sistem Nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini
memuat Cos, Sin dan Tan dalam penyelesaian persamaan trigonometri ,
teorema segitiga sama kaki dan perhitungan luas segitiga, segi empat dan
lingkaran dalam geometri.

Banyak lagi konsep dalam matematika yang telah diperkenalkan al-


khawarizmi . Bidang astronomi juga membuat al-Khawarizmi terkenal.
Astronomi dapat diartikan sebagai ilmu falaq [pengetahuan tentang bintang-
bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan
pemikiran serta tafsiran yang berkaitan dengan bintang].

c. Pribadi al-Khawarizmi

Kepribadian al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia


Barat. Ini dapat dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwa“pencapaian-
pencapaian yang tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur….” Dalam
hal ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata….” al-Khawarizmi
mempunyai kepribadian yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya
untuk dunia sains”.
Beberapa cabang ilmu dalam Matematika yang diperkenalkan oleh al-
Khawarizmi seperti: geometri, aljabar, aritmatika dan lain-lain. Geometri
merupakan cabang kedua dalam matematika. Isi kandungan yang

27
diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal-usul geometri dan rujukan
utamanya ialah Kitab al-Ustugusat[The Elements] hasil karya Euklid :
geometri dari segi bahasa berasal daripada perkataan yunani iaitu ‘geo’ yang
berarti bumi dan ‘metri’ berarti pengukuran. Dari segi ilmu, geometri adalah
ilmu yang mengkaji hal yang berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat
ruang. Geometri ini dipelajari sejak zaman firaun [2000SM]. Kemudian
Thales Miletus memperkenalkan geometri Mesir kepada Yunani sebagai satu
sains dalam kurun abad ke 6 SM. Seterusnya sarjana Islam telah
menyempurnakan kaidah pendidikan sains ini terutama pada abad ke9M.
Algebra/aljabar merupakan nadi matematika. Karya Al-Khawarizmi
telah diterjemahkan oleh Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke
dalam bahasa Eropa pada abad ke-12. sebelum munculnya karya yang
berjudul ‘Hisab al-Jibra wa al Muqabalah yang ditulis oleh al-Khawarizmi
pada tahun 820M. Sebelum ini tak ada istilah aljabar.

5. Jabir Ibnu Hayyan / Ibnu Geber

Lahir di kota peradaban Islam klasik, Kuffah


(Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal
dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di
Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber.
Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal
sebagai ‘syuhada’ demi penyebaran ajaran
Syi’ah. Jabir kecil menerima pendidikannya
dari raja bani Umayyah, Khalid Ibnu Yazid
Ibnu Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar
Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki
Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid.
Ditemukannya kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa
lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai
ilmu-ilmu umum. “Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa
Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang kimia,” tulis sejarawan

28
Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat penemuannya ini pula,
Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.
Dalam karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di
Damaskus. Pada masamasa inilah, ia banyak mendapatkan pengalaman dan
pengetahuan baru di sekitar kimia. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya itu,
sempat beberapa kali ia mengadakan penelitian soal kimia. Namun, penyelidikan
secara serius baru ia lakukan setelah umurnya menginjak dewasa.
Dalam penelitiannya itu, Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif
dan instrumen yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam,
tumbuhan, dan hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif
mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen. Antara lain dengan penjelasan :
“Saya pertamakali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya
menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin
masih terpendam“. Dari Damaskus ia kembali ke kota kelahirannya, Kuffah.
Setelah 200 tahun kewafatannya, ketika penggalian tanah dilakukan untuk
pembuatan jalan, laboratoriumnya yang telah punah, ditemukan. Di dalamnya
didapati peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang
emas yang cukup berat.

Teori Jabir

Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen


pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar
sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan,
pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua ‘technique’ kimia
modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana
basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama
mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan.
Khusus menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi,
Jabir menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama
yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih

29
sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, penglarutan, dan
penghabluran.
Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles
mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam
setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan
eksperimen. Metode inilah yang mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam
yang mewarnai renaissance dunia Barat.
Namun demikian, Jabir tetap saja seorang yang tawadlu’ dan
berkepribadian mengagumkan. “Dalam mempelajari kimia dan ilmu fisika
lainnya, Jabir memperkenalkan eksperimen objektif, suatu keinginan
memperbaiki ketidakjelasan spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala,
dan tekun mengumpulkan fakta. Berkat dirinya, bangsa Arab tidak mengalami
kesulitan dalam menyusun hipotesa yang wajar,” tulis Robert Briffault.
Menurut Briffault, kimia, proses pertama penguraian logam yang dilakukan oleh
para metalurg dan ahli permata Mesir, mengkombinasikan logam dengan berbagai
campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan proses pembuatan emas.
Proses demikian, yang tadinya sangat dirahasiakan, dan menjadi monopoli
perguruan tinggi, dan oleh para pendeta disamarkan ke dalam formula mistik
biasa, di tangan Jabir bin Hayyan menjadi terbuka dan disebarluaskan melalui
penyelidikan, dan diorganisasikan dengan bersemangat.
Terobosan Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam sendawa,
hidroklorik, asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen
sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa Jabir
diberi kehormatan sebagai ‘Bapak Ilmu Kimia Modern’ oleh sejawatnya di
seluruh dunia. Dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin
mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung
ke karyakarya Jabir Ibnu Hayyan.
Puaskah Jabir? Tidak! Ia terus mengembangkan keilmuannya sampai batas
tak tertentu. Dalam hal teori keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan
modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari masa
sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji keseimbangan
kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan sistem numerologi

30
(studi mengenai arti klenik dari sesuatu dan pengaruhnya atas hidup manusia)
yang diterapkannya dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk
memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari reaktan yang
bereaksi. Sistem ini niscaya memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi
pendahulu penulisan jalannya reaksi kimia. Jelas dengan ditemukannya proses
pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah memberikan arti penting dalam
sejarah kimia. Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas, amonia khlorida,
potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis asam diproduksi pada kurun
waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa
proses industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu
manuskripnya berjudul Sandaqal-Hikmah (Rongga Dada Kearifan) .
Seluruh karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya
beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir
mencakup penguraian metode dan peralatan dari pelbagai pengoperasian kimiawi
dan fisikawi yang diketahui pada zamannya. Di antara bukunya yang terkenal
adalah Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
berjudul SummaPerfecdonis. Suatu pernyataan dari buku ini mengenai reaksi
kimia adalah: “Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu
produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali
baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar
adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang
terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur,
sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika
dihendaki memisahkan bagianbagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen
khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan
karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur
yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik
dari masing-masing unsur.” Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih
dikenal/dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia,
utamanya pada bahan metal, nonmetal dan penguraian zat kimia.
Dalam bidang ini, ia merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia
berdasarkan unsur-unsurnya: Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan

31
pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium
klorida, Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan Bahan
campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk.
Sampai abad pertengahan risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia –termasuk
kitabnya yang masyhur, yakni Kitab Al-Kimya dan Kitab Al Sab’een, telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah
diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan judul The
Book of the Composition of Alchemy. Sementara buku kedua Kitab Al Sab’een,
diterjemahkan oleh Gerard Cremona.

Berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel,


mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul Summa of Perfection.
Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard-lah yang pertama kali menyebut
Jabir dengan sebutan Geber, dan memuji Jabir sebagai seorang pangeran Arab dan
filsuf. Buku ini kemudian menjadi sangat populer di Eropa selama beberapa abad
lamanya. Dan telah pula memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern.
Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah; Kitab al Rahmah, Kitab al Tajmi, Al
Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of
Balance (ketiga buku terakhir diterjemahkan oleh Berthelot). “Di dalamnya kita
menemukan pandangan yang sangat mendalam mengenai metode riset kimia,”
tulis George Sarton. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu pengetahuan modern
pantas ‘berterima kasih’ padanya.

5. Ibnu Ismail Al Jazari


Ilmuwan Muslim Penemu
Konsep Robotika Modern:
Al Jazari mengembangkan
prinsip hidrolik untuk
menggerakkan mesin yang
kemudian hari dikenal
sebagai mesin robot.
”Tak mungkin
mengabaikan hasil karya

32
Al-Jazari yang begitu penting. Dalam bukunya, ia begitu detail
memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat sebuah
mesin” (Donald Hill). Kalimat di atas merupakan komentar Donald Hill,
seorang ahli teknik asal Inggris yang tertarik dengan sejarah teknologi,
atas buku karya ahli teknik Muslim yang ternama, Al-Jazari. Al Jazari
merupakan seorang tokoh besar di bidang mekanik dan industri. Lahir dai
Al Jazira, yang terletak diantara sisi utara Irak dan timur laut Syiria,
tepatnya antara Sungai tigris dan Efrat.Al-Jazari merupakan ahli teknik
yang luar biasa pada masanya. Nama lengkapnya adalah Badi Al-Zaman
Abullezz Ibn Alrazz Al-Jazari. Dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama
abad kedua belas. Ibnu Ismail Ibnu Al-Razzaz al-Jazari mendapat julukan
sebagai Bapak Modern Engineering berkat temuan-temuannya yang
banyak mempengaruhi rancangan mesin-mesin modern saat ini,
diantaranya combustion engine, crankshaft, suction pump, programmable
automation, dan banyak lagi.
Ia dipanggil Al-Jazari karena lahir di Al-Jazira, sebuah wilayah
yang terletak di antara Tigris dan Efrat, Irak. Seperti ayahnya ia mengabdi
pada raja-raja Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari 1174 sampai 1200
sebagai ahli teknik. Donald Routledge dalam bukunya Studies in Medieval
Islamic Technology, mengatakan bahwa hingga zaman modern ini, tidak
satupun dari suatu kebudayaan yang dapat menandingi lengkapnya
instruksi untuk merancang, memproduksi dan menyusun berbagai mesin
sebagaimana yang disusun oleh Al-Jazari. Pada 1206 ia merampungkan
sebuah karya dalam bentuk buku yang berkaitan dengan dunia
teknik.Beliau mendokumentasikan lebih dari 50 karya temuannya, lengkap
dengan rincian gambar-gambarnya dalam buku, “al-Jami Bain al-Ilm Wal
‘Aml al-Nafi Fi Sinat ‘at al-Hiyal” (The Book of Knowledge of Ingenious
Mechanical Devices). Bukunya ini berisi tentang teori dan praktik
mekanik. Karyanya ini sangat berbeda dengan karya ilmuwan lainnya,
karena dengan piawainya Al-Jazari membeberkan secara detail hal yang
terkait dengan mekanika. Dan merupakan kontribusi yang sangat berharga
dalam sejarah teknik.

33
Keunggulan buku tersebut mengundang decak kagum dari ahli teknik asal
Inggris, Donald Hill (1974). Donald berkomentar bahwa dalam sejarah,
begitu pentingnya karya Al-Jazari tersebut. Pasalnya, kata dia, dalam buku
Al-Jazari, terdapat instruksi untuk merancang, merakit, dan membuat
mesin.
Di tahun yang sama juga 1206, al-Jazari membuat jam gajah yang
bekerja dengan tenaga air dan berat benda untuk menggerakkan secara
otomatis sistem mekanis, yang dalam interval tertentu akan memberikan
suara simbal dan burung berkicau. Prinsip humanoid automation inilah
yang mengilhami pengembangan robot masa sekarang. Kini replika jam
gajah tersebut disusun kembali oleh London Science Museum, sebagai
bentuk penghargaan atas karya besarnya.
Pada acara World of Islam Festival yang diselenggarakan di
Inggris pada 1976, banyak orang yang berdecak kagum dengan hasil karya
Al-Jazari. Pasalnya, Science Museum merekonstruksi kerja gemilang Al-
Jazari, yaitu jam air.

Ketertarikan Donald Hill terhadap karya Al-


Jazari membuatnya terdorong untuk
menerjemahkan karya Al-Jazari pada 1974,
atau enam abad dan enam puluh delapan
tahun setelah pengarangnya menyelesaikan
karyanya.
Tulisan Al-Jazari juga dianggap unik karena
memberikan gambaran yang begitu detail dan
jelas. Sebab ahli teknik lainnya lebih banyak
mengetahui teori saja atau mereka
menyembunyikan pengetahuannya dari orang lain. Bahkan ia pun
menggambarkan metode rekonstruksi peralatan yang ia temukan.Karyanya
juga dianggap sebagai sebuah manuskrip terkenal di dunia, yang dianggap
sebagai teks penting untuk mempelajari sejarah teknologi. Isinya

34
diilustrasikan dengan miniatur yang menakjubkan. Hasil kerjanya ini kerap
menarik perhatian bahkan dari dunia Barat.
Dengan karya gemilangnya, ilmuwan dan ahli teknik Muslim ini
telah membawa masyarakat Islam pada abad ke-12 pada kejayaan. Ia
hidup dan bekerja di Mesopotamia selama 25 tahun. Ia mengabdi di istana
Artuqid, kala itu di bawah naungan Sultan Nasir al-Din Mahmoud. Al-
Jazari memberikan kontribusi yang pentng bagi dunia ilmu pengetahuan
dan masyarakat. Mesin pemompa air yang dipaparkan dalam bukunya,
menjadi salah satu karya yang inspiratif. Terutama bagi sarjana teknik dari
belahan negari Barat. Jika menilik sejarah, pasokan air untuk minum,
keperluan rumah tangga, irigasi dan kepentingan industri merupakan hal
vital di negara-negara Muslim. Namun demikian, yang sering menjadi
masalah adalah terkait dengan alat yang efektif untuk memompa air dari
sumber airnya.
Masyarakat zaman dulu memang telah memanfaatkan sejumlah
peralatan untuk mendapatkan air. Yaitu, Shaduf maupun Saqiya. Shaduf
dikenal pada masa kuno, baik di Mesir maupun Assyria. Alat ini terdiri
dari balok panjang yang ditopang di antara dua pilar dengan balok kayu
horizontal.Sementara Saqiya merupakan mesin bertenaga hewan.
Mekanisme sentralnya terdiri dari dua gigi. Tenaga binatang yang
digunakan adalah keledai maupun unta dan Saqiya terkenal pada zaman
Roma.
Para ilmuwan Muslim melakukan eksplorasi peralatan tersebut
untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Al-Jazari merintis jalan
ke sana dengan menguraikan mesin yang mampu menghasilkan air dalam
jumlah lebih banyak dibandingkan dengan mesin yang pernah ada
sebelumnya. Al-Jazari, kala itu, memikul tanggung jawab untuk
merancang lima mesin pada abad ketiga belas. Dua mesin pertamanya
merupakan modifikasi terhadap Shaduf, mesin ketiganya adalah
pengembangan dari Saqiya di mana tenaga air menggantikan tenaga
binatang.

35
Satu mesin yang sejenis dengan Saqiya diletakkan di Sungai Yazid di
Damaskus dan diperkirakan mampu memasok kebutuhan air di rumah
sakit yang berada di dekat sungai tersebut. Mesin keempat adalah mesin
yang menggunakan balok dan tenaga binatang. Balok digerakkan secara
naik turun oleh sebuah mekanisme yang melibatkan gigi gerigi dan sebuah
engkol. Mesin itu diketahui merupakan mesin pertama kalinya yang
menggunakan engkol sebagai bagian dari sebuah mesin. Di Eropa hal ini
baru terjadi pada abad 15. Dan hal itu dianggap sebagai pencapaian yang
luar biasa. Pasalnya, engkol mesin merupakan peralatan mekanis yang
penting setelah roda. Ia menghasilkan gerakan berputar yang terus
menerus. Pada masa sebelumnya memang telah ditemukan engkol mesin,
namun digerakkan dengan tangan. Tetapi, engkol yang terhubung dengan
sistem rod di sebuah mesin yang berputar ceritanya lain.
Penemuan engkol mesin sejenis itu oleh sejarawan teknologi dianggap
sebagai peralatan mekanik yang paling penting bagi orang-orang Eropa
yang hidup pada awal abad kelima belas. Bertrand Gille menyatakan
bahwa sistem tersebut sebelumnya tak diketahui dan sangat terbatas
penggunaannya.
Pada 1206 engkol mesin yang terhubung dengan sistem rod
sepenuhnya dikembangkan pada mesin pemompa air yang dibuat Al-
jazari. Ini dilakukan tiga abad sebelum Francesco di Giorgio Martini
melakukannya.
Sedangkan mesin kelima, adalah mesin pompa yang digerakkan oleh air
yang merupakan peralatan yang memperlihatkan kemajuan lebih radikal.
Gerakan roda air yang ada dalam mesin itu menggerakan piston yang
saling berhubungan. Kemudian, silinder piston tersebut terhubung dengan
pipa penyedot. Dan pipa penyedot selanjutnya menyedot air dari sumber
air dan membagikannya ke sistem pasokan air. Pompa ini merupakan
contoh awal dari double-acting principle. Taqi al-Din kemudian
menjabarkannya kembali mesin kelima dalam bukunya pada abad keenam
belas.

36
6. Abu Al Zahrawi / ALBUCASIS
Sang Penemu Gips Era Islam:

Abu Al Zahrawi merupakan seorang


dokter, ahli bedah, maupun ilmuan
yang berasal dari Andalusia. Dia
merupakan penemu asli dari teknik
pengobatan patah tulang dengan
menggunakan gips sebagaimana yang
dilakukan pada era modern ini. Sebagai
seorang dokter era kekalifahan, dia
sangat berjasa dalam mewariskan ilmu
kedokteran yang penting bagi era
modern ini.

Al Zahrawi lahir pada tahun 936 di kota Al Zahra yaitu sebuah kota yang terletak
di dekat Kordoba di Andalusia yang sekarang dikenal dengan negara modern
Spanyol di Eropa. Kota Al Zahra sendiri dibangun pada tahun 936 Masehi oleh
Khalifah Abd Al rahman Al Nasir III yang berkuasa antara tahun 912 hingga 961
Masehi. Ayah Al Zahrawi merupakan seorang penguasa kedelapan dari Bani
Umayyah di Andalusia yang bernama Abbas. Menurut catatan sejarah keluarga
ayah Al Zahrawi aslinya dari Madinah yang pindah ke Andalusia.
Al Zahrawi selain termasyhur sebagai dokter yang hebat juga termasyhur
karena sebagai seorang Muslim yang taat. Dalam buku Historigrafi Islam
Kontemporer, seorang penulis dari perpustakaan Viliyuddin Istanbul Turki
menyatakan Al Zahrawi hidup bagaikan seorang sufi. Kebanyakan dia melakukan
pengobatan kepada para pasiennya secara cuma-cuma. Dia sering kali tidak
meminta bayaran kepada para pasiennya. Sebab dia menganggap melakukan
pengobatan kepada para pasiennya merupakan bagian dari amal atau sedekah. Dia
merupakan orang yang begitu pemurah serta baik budi pekertinya.
Selain membuka praktek pribadi, Al Zahrawi juga bekerja sebagai dokter
pribadi Khalifah Al Hakam II yang memerintah Kordoba di Andalusia yang
merupakan putra dari Kalifah Abdurrahman III (An-Nasir). Khalifah Al Hakam II

37
sendiri berkuasa dari tahun 961 sampai tahun 976. Dia melakukan perjanjian
damai dengan kerajaan Kristen di Iberia utara dan menggunakan kondisi yang
stabil untuk mengembangkan agrikultur melalui pembangunan irigasi. Selain itu
dia juga meningkatkan perkembangan ekonomi dengan memperluas jalan dan
pembangunan pasar.
Kehebatan Al Zahrawi sebagai seorang dokter tak dapat diragukan lagi.
Salah satu sumbangan pemikiran Al Zahrawi yang begitu besar bagi kemajuan
perkembangan ilmu kedokteran modern adalah penggunaan gips bagi penderita
patah tulang maupun geser tulang agar tulang yang patah bisa tersambung
kembali. Sedangkan tulang yang geser bisa kembali ke tempatnya semula. Tulang
yang patah tersebut digips atau dibalut semacam semen. Dalam sebuah risalahnya,
dia menuliskan, jika terdapat tulang yang bergeser maka tulang tersebut harus
ditarik supaya kembali tempatnya semula. Sedangkan untuk kasus masalah tulang
yang lebih gawat, seperti patah maka harus digips.
Untuk menarik tulang lengan yang bergeser, Al Zahrawi menganjurkan
seorang dokter meminta bantuan dari dua orang asisten. Kedua asisten tersebut
bertugas memegangi pasien dari tarikan. Kemudian lengan harus diputar ke segala
arah setelah lengan yang koyak dibalut dengan balutan kain panjang atau
pembalut yang lebih besar. Sebelum dokter memutar tulang sendi sang pasian,
dokter tersebut harus mengoleskan salep berminyak ke tangannya. Hal ini juga
harus dilakukan oleh para asisten yang ikut membantunya dalam proses
penarikan. Setelah itu dokter menggerakan tulang sendi pasien dan mendorong
tulang tersebut hingga tulang tersebut kembali ke tempatnya semula.
Setelah tulang lengan yang bergeser tersebut kembali ke tempat semula,
dokter harus melekatkan gips pada bagian tubuh yang tulangnya tadi sudah
dikembalikan. Gips tersebut mengandung obat penahan darah dan memiliki
kemampuan menyerap. Kemudian gips tersebut diolesi dengan putih telur dan
dibalut dengan perban secara ketat. Setelah itu, dengan menggunakan perban yang
diikatkan ke lengan, lengan pasien digantungkan ke leher selama beberapa hari.
Sebab jika lengan tidak digantungkan, maka lengan terasa sakit karena masih
lemah kondisinya.

38
Sesudah kondisi lengan semakin kuat dan membaik, maka gantungan
lengan ke leher dilepaskan. Jika tulang yang bergeser itu sudah benar-benar
kembali dalam posisi semula dengan baik dan sudah tidak terasa begitu sakit lagi
maka buka semua balutan termasuk gips yang membalut tangan pasien. Tetapi
jika tulang yang bergeser tersebut belum sepenuhnya pulih atau kembali ke
tempat semula secara tepat, maka perban maupun gips yang membalut lengan
pasien harus dibuka. Lalu lengan pasien dibalut lagi dengan gips dan perban yang
baru setelah itu dibiarkan selama beberapa hari hingga lengan pasien benar-benar
sembuh total.
Salah satu karya fenomenal Al Zahrawi merupakan Kitab Al-Tasrif. Kitab
tersebut berisi penyiapan aneka obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan
setelah dilakukannya proses operasi. Dalam penyiapan obat-obatan itu, dia
mengenalkan tehnik sublimasi. Kitab Al Tasrif sendiri begitu populer dan telah
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa oleh para penulis. Terjemahan Kitab Al
Tasrif pernah diterbitkan pada tahun 1519 dengan judul Liber Theoricae nec non
Practicae Alsaharavii. Salah satu risalah buku tersebut juga diterjemahkan dalam
bahasa Ibrani dan Latin oleh Simone di Genova dan Abraham Indaeus pada abad
ke-13. Salinan Kitab Al Tasrif juga juga diterbitkan di Venice pada tahun 1471
dengan judul Liber Servitoris. Risalah lain dalam Kitab Al Tasrif juga
diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Gerardo van Cremona di Toledo pada
abad ke-12 dengan judul Liber Alsaharavi di Cirurgia. Dengan demikian kitab
karya Al Zahrawi semakin termasyhur di seluruh Eropa. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya karya Al Zahrawi tersebut bagi dunia. Kitabnya yang
mengandung sejumlah diagram dan ilustrasi alat bedah yang digunakan Al
Zahrawi ini menjadi buku wajib mahasiswa kedokteran di berbagai kampus-
kampus.
Al Zahrawi menjadi pakar kedokteran yang termasyhur pada zamannya.
Bahkan hingga lima abad setelah dia meninggal, bukunya tetap menjadi buku
wajib bagi para dokter di berbagai belahan dunia. Prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan kedokterannya masuk dalam kurikulum jurusan kedokteran di
seluruh Eropa.

39
7. Ibnu Haitham/AL HAZEN

Ilmuwan Optik dari Basrah:


Nama lengkapnya Abu Al
Muhammad al-Hassan ibnu al-
Haitham. Dunia Barat mengenalnya
dengan nama Alhazen. Ia lahir di
Basrah tahun 965 M. Di kota
kelahirannya itu ia sempat menjadi
pegawai pemerintahan. Tetapi
segera keluar karena tidak suka
dengan kehidupan birokrat.

Sejak itu, mulailah perantauannya


untuk belajar ilmu pengetahuan.
Kota pertama yang dituju adalah Ahwaz kemudian Baghdad. Kecintaannya
kepada ilmu pengetahuan membawanya berhijrah ke Mesir. Untuk membiayai
hidupnya, ia menyalin buku-buku tentang matematika dan ilmu falak.
Belajar yang dilakukan secara otodidak membuatnya mahir dalam bidang
ilmu pengetahuan, ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat.
Tulisannya mengenai mata telah menjadi salah satu rujukan penting dalam bidang
penelitian sains di Barat. Kajiannya mengenai pengobatan mata menjadi dasar
pengobatan mata modern.
Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar
dan dari situ tercetuslah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para
saintis di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Yang lebih
menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara
sebelum seorang ilmuwan bernama Tricella mengetahui hal tersebut 500 tahun
kemudian.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris, salah satunya adalah Light dan On Twilight Phenomena.
Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar
bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.

40
Ibnu Haitham membuktikan dirinya begitu bergairah mencari dan
mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Banyak buku yang
dihasilkannya dan masih menjadi rujukan hingga saat ini. Di antara buku-bukunya
itu adalah Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandung teori-teori ilmu
matemetika dan matematika penganalisaan; Kitab al-Tahlil wa al’Tarkib
mengenai ilmu geometri; Kitab Tahlil ai’masa’il al ‘Adadiyah tentang aljabar;
Maqalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat; Maqalah
fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak; dan
Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.
Meski menjadi orang terkenal di zamannya, namun Ibnu Haitham tetap
hidup dalam kesederhanaan. Ia dikenal sebagai orang yang miskin materi tapi
kaya ilmu pengetahuan.

9. Al-Jahiz

Al-Jahiz lahir di Basra, Irak pada


781 M. Abu Uthman Amr ibn Bahr
al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri,
nama aslinya. Ahli zoologi
terkemuka dari Basra, Irak ini
merupakan ilmuwan Muslim
pertama yang mencetuskan teori
evolusi. Pengaruhnya begitu luas di kalangan ahli zoologi Muslim dan Barat. Jhon
William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan Charles Darwin pernah
berujar, ”Teori evolusi yang dikembangkan umat Islam lebih jauh dari yang
seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi Muslim sampai meneliti berbagai hal
tentang anorganik serta mineral.” Al-Jahiz lah ahli biologi Muslim yang pertama
kali mengembangkan sebuah teori evolusi .
Ilmuwan dari abad ke-9 M itu mengungkapkan dampak lingkungan
terhadap kemungkinan seekor binatang untuk tetap bertahan hidup. Sejarah
peradaban Islam mencatat, Al-Jahiz sebagai ahli biologi pertama yang
mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup (struggle for existence). Untuk
dapat bertahan hidup, papar dia, makhluk hidup harus berjuang, seperti yang

41
pernah dialaminya semasa hidup. Beliau dilahirkan dan dibesarkan di keluarga
miskin. Meskipun harus berjuang membantu perekonomian keluarga yang morat-
marit dengan menjual ikan, ia tidak putus sekolah dan rajin berdiskusi di masjid
tentang sains. Beliau bersekolah hingga usia 25 tahun.
Di sekolah, Al-Jahiz mempelajari banyak hal, seperti puisi Arab, filsafat
Arab, sejarah Arab dan Persia sebelum Islam, serta Al-Qur’an dan hadist. Al-Jahiz
juga merupakan penganut awal determinisme lingkungan. Menurutnya,
lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik penghuni sebuah komunitas
tertentu. Asal muasal beragamnya warna kulit manusia terjadi akibat hasil dari
lingkungan tempat mereka tinggal. Berkat teori-teori yang begitu cemerlang, Al-
Jahiz pun dikenal sebagai ahli biologi terbesar yang pernah lahir di dunia Islam.
Ilmuwan yang amat tersohor di kota Basra, Irak itu berhasil menuliskan kitab
Ritab Al-Haywan (Buku tentang Binatang). Dalam kitab itu dia menulis tentang
kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang. Al-Jahiz pun tercatat
sebagai ahli biologi pertama yang mencatat perubahan hidup burung melalui
migrasi. Tak cuma itu, pada abad ke-9 M. Al-Jahiz sudah mampu menjelaskan
metode memperoleh ammonia dari kotoran binatang melalui penyulingan. Sosok
dan pemikiran Al-Jahiz pun begitu berpengaruh terhadap ilmuwan Persia, Al-
Qazwini, dan ilmuwan Mesir, Al-Damiri. Karirnya sebagai penulis ia awali
dengan menulis artikel. Ketika itu Al-Jahiz masih di Basra. Sejak itu, ia terus
menulis hingga menulis dua ratus buku semasa hidupnya.
Pada abad ke-11, Khatib al-Baghdadi menuduh Al-Jahiz memplagiat
sebagian pekerjaannya dari Kitab al-Hayawan of Aristotle. Selain al-Hayawan,
beliau juga menulis kitab al-Bukhala (Book of Misers or Avarice & the
Avaricious), Kitab al-Bayan wa al-Tabyin (The Book of eloquence and
demonstration), Kitab Moufakharat al Jawari wal Ghilman (The book of
dithyramb of concubines and ephebes), dan Risalat mufakharat al-sudan ‘ala al-
bidan (Superiority Of The Blacks To The Whites). Suatu ketika, pada tahun 816
M ia pindah ke Baghdad. Al-Jahiz meninggal setelah lima puluh tahun menetap di
Baghdad pada tahun 869, ketika ia berusia 93 tahun.

42
10. Ar-Razi / RAZHES

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi


(Persia:‫ )أبوبكر الرازي‬atau dikenali sebagai Rhazes di
dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran
yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy,
Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun
313 H/925.

Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia,


matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran,
ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad.
Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di
Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-
Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu
ilmuwan terbesar dalam Islam.

a. Biografi
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada
tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy.
Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang
berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan
hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi
dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-
Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan
berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian
dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-
Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter
dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi
yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah

43
untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-
Mu’tashim.
Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang
dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa
kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-
Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq.
Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan
al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi
memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia
mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul
Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid.
Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani
biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.

b. Kontribusi
1. Bidang Kedokteran= Cacar dan campak
Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi
merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit
cacar:
“Cacar terjadi ketika darah ‘mendidih’ dan terinfeksi, dimana
kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah
muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi
darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang.
Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada wine.
Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga
masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah
mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar
bisa menjadi epidemi.”
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911)
yang menulis: “Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya
tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9
yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi

44
penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan
cara mencegah wabah tersebut.”
Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak)
adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai
dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali
ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak
dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan
klinis memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini. Berikut ini
adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: “Kemunculan cacar ditandai oleh
demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung
dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah
ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian
tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan
warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya
adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan.”

2. Alergi dan demam


Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan
penyakit “alergi asma”, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi
dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya
penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi
juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai
mekanisme tubuh untuk melindungi diri.

3. Farmasi
Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan
seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-
obatan yang berasal dari merkuri.

4. Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika
kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu
dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan.

45
Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin
mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa
menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak
mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang dokter, ar-Razi
menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi
baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan
dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa
seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan
penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi
menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di
kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah
sang dokter.

Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah


untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat
untuk masyarakat sekitar.

c. Buku-buku Ar-Razi pada bidang kedokteran

Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang


dituliskan dalam buku:

1. Hidup yang Luhur (Arab: ‫)الحاوي‬.


2. Petunjuk kedokteran untuk masyarakat umum (Arab:‫)من ال يحضره الطبيب‬
3. Keraguan pada Galen
4. Penyakit pada anak

46
DAFTAR PUSTAKA

Naldo J. I. Tanelab. 2015. Perkembangan Cabang-Cabang Ilmu Fisika. Kupang:


FKIP Fisika Undana.

Sudarbi, Muhammad Hilal. 2015. Sejarah Perkembangan Fisika. Kupang: FKIP


Fisika Undana.

Suwarna, Iwan Permana. 2010. OPTIK. Bogor: CV Duta Grafika.

Akimlinovsisa. (2011). Penemu Teleskop. [Online]. Tersedia:


http://akimlinovsisa.wordpress.com/2011/07/09/penemu-teleskop/ [3 februari
2018]

Anaherik. (2012). Efek Fotolistrik. [Online].


Tersedia:http://fisikaasikdotcom.wordpress.com/2012/03/16/efek-fotolistrik/ [3
februari 2018]

Arkadie, S. A. (2011). Kita bisa melihat benda, kenapa? bagaimana bisa?.


[Online]. Tersedia:http://fisika79.wordpress.com/2011/02/20/kita-bisa-melihat-
benda-kenapa-bagaimana-bisa/ [3 februari 2018]

Einstein, L. (2012). Sejarah Fisika Optika Optik. [Online].


Tersedia:http://einsteinfisika.blogspot.com/2012/01/sejarah-fisika-optika-
optik.html#ixzz2MBEMcVQP [3 februari 2018]

Hart, H. M. (2010). 7 Fakta Zaman Purba Jauh Lebih Canggih Dari yang Kita
Bayangkan. [Online]. Tersedia: http://www.beritaunik.net/misteri-dunia/7-fakta-
zaman-purba-jauh-lebih-canggih-dari-yang-kita-bayangkan.html [3 februari 2018]

Nasra, I. (2013). Perkembangan Optika dan Listrik Magnet. [Online]. Tersedia:


http://ikhwatunnasra9.blogspot.com/2013/01/perkembangan-optika-dan-listrik-
magnet.html [3 februari 2018]

Rachmatsyukur. (2009). Gelombang Cahaya. [Online]. Tersedia:


http://belajarfisika91.wordpress.com/2009/08/02/3-3-gelombang-cahaya/ [3
februari 2018]

Scopehouse, P. (2011). Prinsip Kerja Teleskop. [Online].


Tersedia:http://teropong.co.id/prinsip-kerja-teleskop/ [3 februari 2018]

Wikipedia. (2013). Serat Optik. [Online].


Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optik [3 februari 2018]

Sanjaya, Mada. Ilmuwan Muslim. Sumber: Dakwatuna.com [ 5 februari 2018]

47

Anda mungkin juga menyukai