Anda di halaman 1dari 99

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran

CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran.

Oleh : Septi Enggar Permadani

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. 2006

ABSTRAK

Septi Enggar Permadani. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Perkembangan zaman memberi tuntutan di bidang pendidikan untuk dapat mengembangkan potensi dasar siswa yang berkualitas, kreatif, aktif, terampil, dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi agar mampu menghadapi berbagai problema dalam kehidupan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal dan menyeluruh. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL, yangmana pembelajaran CTL ini sesuai dengan kurikulum 2004 atau KBK yang sekarang sudah diterapkan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah lebih efektif manakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dibandingkan model pembelajaran CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006. Dengan menggunakan teknik random sampling diperoleh dua kelas sampel, yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Sedang untuk kelas uji coba adalah kelas VIII E. Untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan evaluasi setelah pembelajaran selesai. Soal evaluasi yang diberikan terlebih dahulu telah di uji cobakan di kelas uji coba. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan angket diberikan pada siswa disetiap akhir pembelajaran untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap setelah diberi tindakan. Angket ini juga untuk mengetahui pendapat siswa tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. Berdasarkan uji normalitas diperoleh bahwa populasi berditribusi normal dan dari uji homogenitas diperoleh bahwa kedua kelas sampel mempunyai varians yang sama, sehingga untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji t dengan kriteria penolakan H0 adalah thitung > ttabel. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 2.721 dan ttabel = 1.66, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih baik daripada dengan model pembelajaran CTL. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik, aktivitas selama pembelajaran terus mengalami peningkatan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus

ii

meningkat dan perubahan sikap siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL terus membaik sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada model pembelajaran CTL. Disarankan guru dalam pembelajaran dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih mengembangkan keterampilan kooperatif atau bekerjasama, yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD bebasis CTL perlu terus dikembangkan dan diterapkan pada materi pokok yang lain sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa sehari-hari. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.

iii

PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada: Hari Tanggal : Rabu : 22 Februari 2006 Panitia Ujian Skripsi Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S., M. S NIP. 130781011

Drs.Supriyono, M.Si NIP. 130815345

Pembimbing I

Anggota Penguji

Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd NIP. 131862201

1. Dra. Endang Retno M.Pd NIP. 130935363

Pembimbing 2

2. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd NIP. 131862201

Dra. Kristina W., M. Si NIP. 131508307

3. Dra. Kristina W., M. Si NIP. 131508307

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto 1. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q. S. Ar Rad: 11). 2. Jadilah bola dalam menjalani hidup, karena akan selalu memantul bila terjatuh. Daripada menjadi kristal yang akan pecah sekali terjatuh. 3. Kekurangan bukan untuk disesali tetapi untuk diterima. 4. Time is my life and my life just like a time. 5. Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung ( Q. S. Al Imron: 173).

Persembahan 1. Teruntuk Ibunda dan Ayahanda tercinta atas doa, pengertian, kasih sayang dan cintanya. 2. My sister for standing up for me. 3. Keponakanku Bulan dan Bintang yang membuatku jadi berarti. 4. Sari, Ika, Iren dan Rizky for carring me and support me with ur own way. This great friendship, i never forget. 5. Teman-teman Pend. Mat01 yang masih seperjuangan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran, dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi Strata I guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Matematika FMIPA, UNNES. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. H. A. T. Soegito, S. H., M. M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penuyusunan skripsi. 2. Drs. Kasmadi Imam S., M. S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Drs. Supriyono, M.Si., Ketua Jurusan Matematika yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi. 4. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd., Pembimbing 1 atas bimbingan, arahan, serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra. Kristina W., Pembimbing 2 atas bimbingan, arahan, serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 6. Tim Penguji Jurusan Matematika FMIPA UNNES. 7. Drs. Talkhis, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Ungaran atas ijin dan bantuan dalam penelitian ini.

vi

8. Ibu Kumoro, guru matematika kelas VIII SMP N 3 Ungaran atas bantuan dalam penelitian ini. 9. Siswa-siswi kelas VIII SMP N 3 Ungaran atas partisipasinya dalam penelitian ini. 10. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2001 yang masih seperjuangan atas semangat dan dukungan selama ini. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil demi terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang,

Februari 2006

Penulis

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ABSTRAK .................................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... MOTTO ....................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul .................................................................. B. Rumusan Masalah ........................................................................... C. Penegasan Istilah ............................................................................. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... E. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................ BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ............................................................................... B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ......................................... C. Kerangka Berpikir .......................................................................... D. Hipotesis Penelitian ........................................................................ BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penentuan Obyek .............................................................. B. Variabel Penelitian .......................................................................... C. Desain Penelitian .............................................................................

i ii iv v vi viii x

1 5 5 8 8

10 30 43 44

45 45 46

viii

D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... E. Analisis Data .................................................................................. F. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ........................................................ BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................... B. Pembahasan .................................................................................... BAB V. PENUTUP A. Simpulan .......................................................................................... B. Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................

47 54 64

66 77

83 83 85 87

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman 87 88 89 90 91 92 93 95

1. Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol .......................... 2. Data Nilai Awal Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............................... 3. Uji Normalitas Data Kondisi Awal ............................................................ 4. Uji Varians Kelompok Eksperimen dan Kontrol ....................................... 5. Uji Kesamaan Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 6. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba ....................................................................... 7. Soal Tes Uji Coba ...................................................................................... 8. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba .............................................................

9. Daftar Nama Kelompok Uji Coba ............................................................. 105 10. Uji Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Reliabilitas Soal .......................................................................................... 106 11. Perhitungan Validitas Soal ........................................................................ 107 12. Perhitungan Daya Pembeda Soal ............................................................... 108 13. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ......................................................... 109 14. Perhitungan Reliabilitas Soal ..................................................................... 110 15. Lembar Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru ................................... 111 16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ............................................................ 114 17. Kisi-Kisi dan Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran................... 116 18. Daftar Nama-Nama Kelompok Eksperimen .............................................. 118 19. Rencana Pembelajaran I ............................................................................. 119 20. Kartu Soal 1 ................................................................................................ 122 21. Lembar Kerja Siswa 1 ................................................................................ 123 22. Kuis 1 ......................................................................................................... 124 23. Tugas Kelompok 1 ..................................................................................... 125 24. Analisis Ketuntasan Pembelajaran I ........................................................... 128 25. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran I ...... 127 26. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran I .............................. 129 27. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran I ............................ 131

28. Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 ................................................................ 132 29. Pembahasan Kuis 1 .................................................................................... 133 30. Pembahasan Tugas Kelompok 1 ................................................................. 134 31. Rencana Pembelajaran II ............................................................................ 135 32. Kartu Soal 2 ................................................................................................ 138 33. Lembar Kerja Siswa 2 .............................................................................. 139 34. Kuis 2 ......................................................................................................... 142 35. Tugas Kelompok 2 ..................................................................................... 143 36. Analisis Ketuntasan Pembelajaran II .......................................................... 145 37. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran II ..... 146 38. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran II .............................. 148 39. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran II ........................... 150 40. Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 .................................................................. 151 41. Pembahasan Kuis 2 .................................................................................... 154 42. Pembahasan Tugas Kelompok 2 ................................................................ 155 43. Rencana Pembelajaran III ......................................................................... 159 44. Lembar Kerja Siswa 3 ................................................................................. 162 45. Kuis 3 ......................................................................................................... 164 46. Tugas Kelompok 3 ...................................................................................... 165 47. Analisis Ketuntasan Pembelajaran III.......................................................... 167 48. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran III .... 168 49. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran III............................. 170 50. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran III............................ 172 51. Jawaban Lembar Kerja Siswa 3 .................................................................. 173 52. Pembahasan Kuis 3 .................................................................................... 174 53. Pembahasan Tugas Kelompok 3 ................................................................ 175 54. Rencana Pembelajaran IV ........................................................................... 178 55. Lembar Kerja Siswa 4 ................................................................................ 181 56. Kuis 4 ........................................................................................................ 183 57. Tugas Kelompok 4 .................................................................................... 184 58. Analisis Ketuntasan Pembelajaran IV......................................................... 185

xi

59. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran IV .... 186 60. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran IV ............................ 188 61. Hasil Angket Refleksi Siswa terhadap Pembelajaran IV ........................... 190 62. Jawaban Lembar Kerja Siswa 4 ................................................................. 191 63. Pembahasan Kuis 4 ..................................................................................... 193 64. Pembahasan Tugas Kelompok 4 ................................................................ 194 65. Rencana Pembelajaran I (kelas kontrol) .................................................... 196 66. Rencana Pembelajaran II (kelas kontrol) ................................................... 199 67. Rencana Pembelajaran III (kelas kontrol) .................................................. 202 68. Rencana Pembelajaran IV (kelas kontrol) .................................................. 205 69. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ......................................................................... 208 70. Soal Tes Hasil Belajar ................................................................................. 209 71. Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar ...................................................... 210 72. Data Tes Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................... 217 73. Uji Normalitas ......................................................................................... 218

74. Uji Kesamaan Varians Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..................... 219 75. Uji Perbedaan Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 220 76. Estimasi Rata-Rata Nilai Kelompok Eksperimen ................................... 221

77. Estimasi Rata-Rata Nilai Kelompok Kontrol .......................................... 222 78. Uji Ketuntasan Kelompok Eksperimen ..................................................... 223 79. Uji Ketuntasan Kelompok Kontrol ........................................................... 224 80. Grafik Kemampuan Pengelolaan Guru dan Aktivitas Siswa ...................... 225 81. Grafik Hasil Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran ................................ 226 82. Dokumentasi (foto saat pembelajaran) ...................................................... 229 83. Daftar Kritik Product Moment, Daftar Kritik Z, Tabel Chi-Kuadrat, Daftar Kritik Uji T, Daftar Kritik Uji F ..................................................... 231 84. Surat Usulan Pembimbing .......................................................................... 237 85. Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................................... 238 86. Surat Ijin Penelitian .................................................................................... 241 87. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................................ 243

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Oleh sebab itu, pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar siswa agar berani menghadapi berbagai problema tanpa rasa tertekan, mau, mampu dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Sejalan dengan uraian di atas, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat, terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inofatif dan keinginan untuk maju. Guru mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan

tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu

menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan pembelajaran berlangsung secara aktif. Salah satunya dengan memperhatikan model pembelajaran yang digunakan. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat

menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Pembelajaran matematika yang biasanya menggunakan metode ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun kurang dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa yang kelak dapat berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh sense siswa adalah model pembelajaran kooperatif yaitu pambelajaran yang secara sengaja didesain untuk melatih siswa mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat tersebut dalam bentuk tulisan (Erman Suherman, 2003:259). Bahkan Muslimin Ibrahim (2000:12) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman. Diskusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan skema siswa akan menjadi lebih kuat sehingga pengertian siswa tentang konsep yang mereka konstruksi sendiri menjadi kuat. Dalam pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antar siswa, dari sini siswa yang lemah atau kurang

pandai akan dibantu siswa yang lebih pandai, sehingga akan memperkaya pengetahuan siswa yang diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran kooperatif juga memberi kesempatan pada siswa dengan kondisi latar belakang yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lain. Hal-hal tersebut diperlukan siswa ketika siswa berada dalam masyarakat, dimana terdapat banyak perbedaan tetapi berusaha untuk hidup bersosialisasi dalam suatu lingkungan. Pembelajaran kooperatif juga mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk meningkatkan

keterampilan sosial siswa (Muslimin Ibrahim, 2000:9). Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student Teams Achievement Division) yang merupakan sebuah pendekatan yang baik bagi guru baru untuk memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas (Pradyo Wijayanti, 2002:2). Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana masingmasing kelompok beranggotakan 4-5 siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Hal lain yang juga menjadi pertimbangan utama dalam pembelajaran adalah kurikulum pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pergantian kurikulumpun telah dilakukan berulangkali. Kurikulum yang sekarang diterapkan adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi atau dikenal dengan kurikulum 2004.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2004 adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Leaning(CTL)). Model pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Depdiknas,2003:1). Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lain. Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimilikinya (M. Asikin, 2002:15). Dilihat dari komponen-komponen dalam CTL, tahap-tahap dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengarah dan mendukung terlaksananya ketujuh komponen CTL tersebut. STAD mengarahkan siswa belajar dengan cara mengkonstruksi berbagai pengetahuan yang diperoleh dari belajar sendiri dan sharing dengan teman sekelompoknya. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari bertanya, pemodelan dan berbagai sumber informasi yang lain. STAD ini juga sebagai salah satu cara membentuk masyarakat belajar. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dipilih, karena dalam kehidupan siswa sehari-hari sering dijumpai kejadian yang berhubungan dengan sistem persamaan linear. Misalnya untuk mengetahui harga sebuah barang, umur seseorang atau untuk mengetahui ukuran halaman rumah. Siswa

dapat dengan mudah menemukan hal-hal yang terkait dengan sistem persamaan linear untuk mencari penyelesaian dari masalah-masalah tersebut. Pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP N 3 Ungaran untuk materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel selama ini kurang memunculkan masalah kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, oleh sebab itu peneliti memandang perlu melakukan penelitian tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: lebih efektif manakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dibandingkan model pembelajaran CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006?

C. Penegasan Istilah Salah pengertian dan beda pendapat dapat terjadi. Agar terdapat kesamaan pengertian tentang istilah-istilah berkaitan dengan penulisan skripsi ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut. 1. Keefektifan Efektif berarti baik hasilnya, dapat membawa hasil, berhasil guna (Tim penyusun KBBI, 1997: 219). Jadi yang dimaksud dengan keefektifan

dalam penelitian ini adalah dapat membawa hasil atau keberhasilan dalam mencapai tujuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif dalam suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sentral tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman Suherman, 2003:260). STAD (Student Teams Achievement Division) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang siswa dan setiap siswa saling bekerja sama, berdiskusi dalam menyelesaikan tugas dan memahami bahan pelajaran yang diberikan. 3. Contextual Teaching And Learning (CTL) Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan suatu sistem pengajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa setiap siswa akan belajar jika mereka mengetahui makna dan kegunaan dari materi akademiknya, dan mengetahui makna kegiatan mereka di sekolah (M.Asikin, 2002:16). 4. Hasil Belajar Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha (pikiran, dsb) (Tim penyusun KBBI, 1997:343).

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai setelah melakukan kegiatan pembelajaran mata pelajaran matematika khususnya materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Hasil belajar ini diukur dengan tes dan hasilnya berupa nilai yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka. 5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel merupakan salah satu materi pokok pada kurikulum 2004 pada mata pelajaran matematika SMP kelas VIII semester I. Jadi penelitian dengan judul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran, bermaksud mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP Negeri 3 Ungaran tahun pelajaran 2005/2006 dapat lebih efektif dibanding model pembelajaran CTL terhadap hasil belajar siswa.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada

model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Guru Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran matematika yang paling tepat agar hasil belajar siswa lebih baik. b. Bagi Siswa Untuk melatih keterampilan kooperatif siswa yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat kelak.

E. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan, mengemukakan tentang alasan pemilihan judul, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang diterapkan

dalam skripsi, pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan hipotesis tindakan. Bab III Metode Penelitian, menjelaskan mengenai metode penentuan populasi dan sampel penelitian, variabel yang diteliti, prosedur pengumpulan data, teknik pengumpulan data, analisis uji instrumen, dan analisis tahap akhir. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasannya. Bab V Penutup,

mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan. Bagian akhir skripsi berisi lampiran-lampiran yang berkaitan dengan penelitian dan daftar pustaka yang mendukung penyusunan skripsi ini.

10

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori Pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Dalam hal ini guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan dan materi yang dikomunikasikan berisi peran berupa ilmu pengetahuan. Guru harus menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencipatakan suatu kondisi belajar yang dapat mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran. Selain itu, guru harus menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi semua siswa. Suasana yang tidak menyenangkan biasanya mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Siswa merasa gelisah, tidak nyaman, dan tidak memperhatikan pelajaran. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah bagaimana pembelajaran tersebut dapat membekali anak untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan nyata sehingga belajar akan menjadi bermakna. Belajar akan lebih bermakna jika anak memahami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Dengan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

10

11

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat yang disebut dengan pendekatan kontekstual, diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa (Tim Depdiknas, 2003:1). 1. Pengertian Belajar Definisi belajar ada beraneka ragam. Perbedaan ini dikarenakan latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut W.S. Winkel (dalam Max Darsono, 2000:4): belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2001:22). Dalam pembelajaran, hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

12

Howard Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2001:22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu: a. keterampilan dan kebiasaan, b. pengetahuan dan pengertian, dan c. sikap dan cita-cita. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yang dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut. a. Faktor Internal Faktor internal berasal dari dalam individu yang belajar yang meliputi faktor fisik atau jasmani dan faktor mental psikologis. Faktor fisik misalnya keadaan badan lemah, sakit atau kurang fit dan sebagainya, sedang faktor mental psikologis meliputi kecerdasan atau intelegensi, minat, konsentrasi, ingatan, dorongan, rasa ingin tahu, dan sebagainya. b. Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu yang belajar, meliputi faktor alam fisik, lingkungan, sarana fisik dan non fisik, pengajar serta strategi pembelajaran yang dipilih pengajar dalam menunjang proses belajar mengajar. 3. Pembelajaran Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut. a. Behavioristik Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

13

b. Kognitif Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. c. Gestalt Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna). d. Humanistik Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. (Max Darsono. dkk, 2000:24) Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal. 4. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda (Pradnyo Wijayanti, 2002:1). Pembelajaran ini menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Hal ini

14

didukung pula oleh pendapat Kauchak dan Eggen (dalam Nurhayati Abba, 2000:11) yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai bagian dari strategi mengajar yang digunakan siswa untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari sesuatu. Belajar kooperatif juga dinamakan pembelajaran teman sebaya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah atau menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Sedangkan jika siswa duduk bersama dalam kelompok dan

mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk mengerjakan seluruh pekerjaan kelompok maka hal ini bukan merupakan pembelajaran kelompok. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif (M. Asikin, 2004:7), adalah sebagai berikut. a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c. Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

15

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting (Muslimin Ibrahim. dkk, 2000:7), yaitu sebagai berikut. a. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Efek penting yang kedua ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. c. Pengembangan keterampilan sosial Model kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Unsur-unsur yang diperlukan agar model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik adalah sebagai berikut. a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka sehidup sepenanggungan bersama. b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

16

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama. d. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabankan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Muslimin Ibrahim, dkk, 2000:6) Tanggung jawab guru selama pembelajaran kooperatif

berlangsung, diantaranya sebagai berikut. a. Memonitor perilaku siswa. b. Memberi bantuan jika diperlukan. c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan hanya jika pertanyaan itu

merupakan pertanyaan tim. d. Menginterupsi proses untuk menguatkan keterampilan-keterampilan kooperatif atau untuk memberikan pengajaran langsung kepada semua siswa. e. Memberikan ringkasan pelajaran.

17

f. Mengevaluasi proses kelompok dengan mendiskusikan tindakantindakan anggota tim sehari-hari. g. Membantu para siswa belajar bertanggung jawab dalam pembelajaran secara individu. (Siti Maesuri, 2002:3) Manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa menurut Linda Lundgren (dalam Muslimin Ibrahim, 2000:18), antara lain: a. lebih banyak meluangkan waktu pada tugas, b. rasa percaya diri menjadi lebih tinggi, c. memperbaiki sikap terhadap Matematika, d. penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, e. konflik antar pribadi berkurang, f. sikap apatis berkurang, g. pemahaman lebih mendalam, h. motivasi lebih besar, i. hasil belajar lebih baik, dll. Sebelum model pembelajaran kooperatif dilaksanakan, sebaiknya siswa terlebih dahulu diperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan digunakan dalam belajar kelompok. Dorongan teman untuk mencapai prestasi akademik yang baik adalah salah satu faktor penting dari model pembelajaran kooperatif. Para siswa termotivasi belajar secara baik, siap dengan pekerjaannya dan menjadi penuh perhatian selama berlangsungnya proses belajar.

18

Menurut Linda L (dalam P.Wijayanti, 2002:5), keterampilan kooperatif dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu. a. Keterampilan kooperatif tingkat awal Keterampilan kooperatif tingkat awal antara lain, menggunakan kesepakatan, maksudnya adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok. Menghagai kontibusi yang berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan orang lain karena bisa jadi kritik yang diberikan ditunjukan terhadap ide, bukan individu. Mengambil giliran, yaitu setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas dan tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Setiap anggota berada dalam kelompok selama kegiatan berlangsung. Berada dalam tugas, mendorong partisipasi semua naggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Mengundang orang lain, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormai perbedaan individu. b. Keterampilan tingkat menengah Keterampilan tingkat menengah antara lain, menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat diterima,mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, manafsirkan, ketegangan. mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi

19

c. Keterampilan tingkat mahir Keterampilan tingkat mahir antara lain, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi. 5. STAD (Student Teams Achievement Division) Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah STAD. STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas (Pradnyo Wijayanti, 2002:2). Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4-5 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan yang beragam, kalau dimungkinkan berasal dari berbagai suku. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk

menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran atau melakukan diskusi. Menurut Slavin (1995:71): STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu penyajian materi, tim/kelompok, kuis, skor perkembangan individu, dan penghargaan kelompok. Selanjutnya Slavin menjelaskan bahwa STAD dibagi menjadi beberapa kegiatan pengajaran, yaitu sebagai berikut. a. Pengajaran

20

Tujuan pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian ini mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. b. Belajar kelompok Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok. Guru mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama, memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan. c. Kuis Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Tujuannya untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai kelompok. d. Penghargaan kelompok Langkah awal adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu. Pemberian penghargaan kelompok

berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu.

21

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. a. Menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 4-5 siswa. d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok. e. Menyajikan kartu soal dan memberikan lembar kerja siswa yang dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing. f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan g. Memberikan bimbingan pada kelompok. h. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu. i. Jawaban dari kuis dikoreksi secara bersama-sama. j. Pemberian tugas kelompok. 6. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Model pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya. Model pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa

22

sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam model pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. a. Kunci Dasar Model Pembelajaran Kontekstual The Nortwest regional Education Laboratory USA

mengidentifikasi adanya enam kunci dasar dari model pembelajaran kontekstual, yaitu. 1) Pembelajaran Bermakna Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupan di masa mendatang. 2) Penerapan Pengetahuan Jika siswa telah memahami apa yang dipelajari, maka siswa dapat menerapkannya dalam tatanan kehidupan. 3) Berpikir Tingkat Tinggi Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isi dan pemecahan suatu masalah. 4) Kurikulum yang Dikembangkan Berdasarkan kepada Standar

23

Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional, dan perkembangan IPTEK dan dunia kerja. 5) Responsif terhadap Budaya Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia mendidik. Setidaknya ada empat perspektif yang harus

diperhatikan: individu siswa, kelompok siswa, tatanan sekolah, dan tatanan masyarakat. 6) Penilaian Autentik Beberapa strategi penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa diantaranya: penilaian atas proyek dan kegiatan siswa, pengetahuan porofolio, rubrics, ceklis, dan panduan pengamatan disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif berperan serta dalam menilai pembelajaran mereka sendiri. (M. Asikin, 2002:16) b. Strategi Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Center for Occupational Research and Development (CORD) mengemukakan bahwa terdapat 5 strategi bagi guru dalam rangka penerapan model pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT, yaitu sebagai berikut. 1) Relating, belajar dikaitakan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

24

2) Experiencing, belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention). 3) Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam konteks pemanfaatannya. 4) Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan sebagainya. 5) Tranferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam situasi atau konteks baru. (M. Asikin, 2002:19) c. Komponen CTL Tujuh komponen pelaksanaan model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut. 1) Konstruktivisme (constructivism) Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. 2) Menemukan (Inquiry) Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan

25

yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. 3) Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting yaitu dalam menggali melaksanakan informasi,

pembelajaran

inquiri,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. 5) Pemodelan (Modelling) Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

26

6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment) Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assement menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus pada saat melakukan proses pembelajaran. (Tim Depdiknas, 2003:10-19) d. Asesmen Autentik Asesmen yang dilakukan menggunakan beragam sumber pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Asesmen autentik biasanya mengecek pengetahuan dan keterampilan siswa pada saat itu (aktual), keterampilan, dan disposisi yang diharapkan dari kegiatan

27

pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melengkapi informasi mengenai kemampuan, disposisi, kesenangan, dan

ketertarikan siswa dalam belajar matematika. Beberapa teknik asesmen autentik yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. 1) Observasi Pengamatan langsung mengenai tingkah laku siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat penting dalam melengkapi data asesmen. Observasi melalui perencanaan yang matang dapat membantu meningkatkan keterampilan mengobservasi. Dari kegiatan

observasi semacam ini dapat diperoleh gambaran mengenai sikap dan disposisi terhadap matematika. Catatan hasil observasi berguna bukan saja sebagai anecdotal records untuk keperluan asesmen dan perencanaan pembelajaran, namun diperlukan dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan segera ketika guru menyajikan konsep baru. 2) Asesmen diri Assesmen ini bisa dimulai dengan memeriksa apakah pekerjaan benar atau salah, menganalisis strategi yang dilakukan siswa lain, dan melihat cara mana yang paling sesuai dengan pemikirannya. 3) Tes Melalui tes dapat diperoleh informasi dan petunjuk mengenai pembelajaran yang telah dan yang harus dilakukan selanjutnya

28

daripada sekedar menentukan skor. Sayangnya tes kurang memberi kesempatan pada siswa untuk berpikir mengapa suatu prosedur diterapkan dan bagaimana memecahkan masalah, jika hasil tes lebih dipentingkan dari pada bagaimana mengerjakannya. e. Pelaksanaan Model Pembelajaran CTL adalah sebagai berikut. 1) Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator. 2) Menyajikan kartu soal dan lembar kerja siswa. 3) Siswa diminta berdiskusi dengan teman sebangku untuk

menyelesaiakan lembar kerja siswa tersebut. 4) Memberikan bimbingan pada siswa. 5) Meminta salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. 6) Siswa lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dan mengajukan pertanyaan, kemudian dibahas bersama-sama. 7) Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan. 8) Memberikan umpan balik. 7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL Pada model pembelajaran kooperatif Tipe STAD berbasis CTL, siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya, yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang secara yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya.

29

STAD dilaksanakan dengan menyertakan tujuh komponen CTL yang meliputi: konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),

pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assesment) seperti yang telah diungkapkan di depan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL akan dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut. a. Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator. b. Memberikan informasi/menyampaikan materi yang akan diberikan. c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 45 siswa. d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok. e. Menyajikan kartu soal dan membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan secara berkelompok. f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan. g. Memberikan bimbingan kepada kelompok. h. Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. i. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan mengajukan pertanyaan, kemudian membahasnya bersama-sama.

30

j. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu. k. Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama. l. Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan. m. Guru memberikan umpan balik. n. Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan secara berkelompok. o. Memberikan PR. STAD berbasis CTL dalam penelitian ini merupakan pembelajaran kooperatif dengan mengangkat masalah-masalah keseharian siswa sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel a. Persamaan Linear dengan Satu Variabel (PLSV) Persamaan linear dengan satu variabel adalah persamaan yang hanya memuat satu variabel dengan pangkat satu (Sukino W, 2004:166), yang mempunyai bentuk umum: ax + b = 0; dengan a adalah koefisien, b adalah konstanta dan a 0. Contoh persamaan linear dengan satu variabel. 1. a + 5 = 7 3.

m =9 5

2. 3p 2 = 13

4. x = 3x + 6

31

b. Persamaan Linear dengan Dua Variabel (PLDV) Persamaan linear dengan dua variabel adalah suatu persamaan yang tepat mempunyai dua variabel (dimana masing-masing variabelnya berpangkat satu dan tidak ada hasil kali antara kedua variabel tersebut) dengan bentuk umumnya: ax + by = c; dengan a, b adalah koefisien, c adalah konstanta dan a atau b 0. Contoh persamaan linear dengan dua variabel. 1. x + y = 4 2. 3a b = 0 3. q = 2p 4 4. m n + =6 2 3

c. Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel (SPLDV) Sistem persamaan linear adalah dua persamaan linear atau lebih yang menggunakan variabel-variabel yang sama (Tim Depdiknas, 2004:91). Jadi sistem persamaan linear dengan dua variabel adalah dua persamaan linear atau lebih dimana masing-masing persamaannya mempunyai dua variabel yang sama dengan bentuk umumnya: ax + by = p cx + dy = q x, y adalah variabel a,b,c,d adalah koefisien p, q adalah konstanta Penyelesaian sistem persamaan linear ini merupakan pasangan berurutan bilangan yang memenuhi semua persamaan dalam sistem tersebut.

32

Andaikan persamaan berurutan (x1,y1) merupakan penyelesaian sistem persamaan linear tersebut, maka harus berlaku ax1 + by1 = p dan cx1 + dy1 = q. Penyelesaian dari sistem persamaan linear dapat dicari dengan beberapa metode yaitu metode substitusi, metode eliminasi, dan metode grafik. 1) Metode Substitusi Substitusi berarti mengganti. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi dilakukan dengan cara mengganti salah satu variabel dengan variabel lainnya, yaitu mengganti x dengan y, atau y dengan x jika persamaan memuat variabel x dan y (M. Cholik, 2004:75). Contoh: Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan 2x + 4y = 56000 x + 3y = 34500 dengan menggunakan metode substitusi. Penyelesaian: x + 3y = 34500
x = 34500 3y

Substitusikan x

= 34500 3y

ke persamaan 2x + 4y = 56000,

sehingga diperoleh: 2x + 4y = 56000


2 (34500 3y) + 4y = 56000 69000 6y + 4y = 56000 69000 2y = 56000 69000 56000 = 2y

33

13000 = 2y y = 6500

Substitusikan y = 6500 ke persamaan x + 3y = 34500, sehingga diperoleh: x + 3y = 34500


x + 3 (6500) = 34500 x + 19500 = 34500

x = 34500 19500 x = 15000

Jadi penyelesaiannya adalah x = 15000 dan y = 6500. 2) Metode Eliminasi Metode eliminasi dilakukan dengan menghilangkan salah satu variabel. Pada metode eliminasi, angka dari koefisien variabel yang akan dihilangkan harus sama atau dibuat menjadi sama, sedangkan tandanya tidak harus sama (M. Cholik, 2004:77). Contoh: Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan dengan menggunakan metode eliminasi. Penyelesaian: 2x + y = 6200 x + 3y = 3600 X1 X2 2x + y = 6200
2x + 6y = 7200

2x + y = 6200 x + 3y = 3600

-5y = -1000 5y = 1000 y = 200 2x + y = 6200 x + 3y = 3600 X3 X1


6x + 3y = 18600

x + 3y = 3600 5x = 15000 x = 3000

34

Jadi penyelesaiannya adalah x = 3000 dan y = 200. 3) Metode grafik Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik, buat grafik (berupa garis lurus) dari persamaanpersamaan linear yang diketahui dalam satu diagram. Koordinat titik potong garis-garis tersebut merupakan penyelesaian dari sistem persamaan (M. Cholik, 2004:81). Untuk membuat grafik dari persamaan linear, tentukan terlebih dahulu koordinat titik yang terletak pada grafik. Kedua titik itu dapat berupa titik potong grafik dengan sumbu X maupun sumbu Y. Contoh: Dengan metode grafik, tentukan penyelesaian dari sistem persamaan 2x + 2y = 10000 2x + 4y = 12000 Penyelesaian: Pada persamaan 2x + 2y = 10000 diperoleh tabel: x y (x,y) 0 5000 (0,5000) 5000 0 (5000,0)

Pada persamaan 2x + 4y = 12000 diperoleh tabel: x y (x,y) 0 3000 (0,3000) 6000 0 (6000,0)

Grafik dari sistem persamaan tersebut adalah sebagai berikut.

35

Y 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6X

Koordinat titik potong kedua grafik adalah (4000, 1000). Jadi penyelesaiannya adalah x = 4000 dan y = 1000. d. Implementasi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Pendekatan CTL Sistem persamaan linear dua variabel dalam pembelajaran CTL disampaikan dengan mengangkat permasalahan yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Dari permasalahan-permasalahan tersebut siswa diarahkan untuk menyelesaikannya dengan menggunakan sistem persamaan linear dua variabel. Permasalahan tersebut disajikan dalam bentuk soal cerita. Soal cerita adalah soal matematika yang disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahannya. Untuk

menyelesaikan soal-soal cerita yang berkaitan dengan SPLDV, siswa perlu menterjemahkan terlebih dahulu soal cerita tersebut ke dalam kalimat matematika dalam bentuk persamaan. Kalimat matematika adalah kalimat yang ditulis dengan lambang matematika yang dapat membuat kalimat itu menjadi benar atau salah (Sukino W, 2004:167). Kemudian diselesaikan

36

persamaannya bisa dengan menggunakan metode substitusi, metode eliminasi, maupun metode grafik. Contoh: 1) Dalam rangka PON diadakan pertandingan bulu tangkis antar kelas. Lapangan tersebut mempunyai keliling 39 m. Selisih panjang dan lebarnya adalah 7,3 m. Berapa panjang lapangan? Berapa lebar lapangan? Penyelesaian: Diketahui: keliling lapangan berbentuk persegi panjang adalah 39 m selisih panjang dan lebarnya adalah 7,3 m Ditanya: panjang lapangan? lebar lapangan? Penyelesaian: Misalkan p: adalah panjang lapangan (dalam meter) l : adalah lebar lapangan (dalam meter) Keliling persegi panjang: 2p + 2l = 39 Selisih panjang dan lebar: p l = 7,3 Sistem persamaannya adalah 2p + 2l = 39 p l = 7,3

37

Penyelesaian sistem persamaan ini dapat memilih salah satu metode. Jika dipilih metode substitusi, maka langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut. p l = 7,3 p = 7,3 + l Kemudian substitusikan p dengan 7,3 + l pada persamaan 2p + 2l = 39, sehingga diperoleh: 2p + 2l = 39
2 (7,3 + l) + 2l = 39 14,6 + 2l + 2l = 39 4l + 14,6 = 39 4l = 39 14,6 4l = 24,4

l = 6,1
Kemudian substitusikan l = 6,1 pada persamaan p = 7,3 + l, sehingga diperoleh: p = 7,3 + l

p = 7,3 + 6,1 p = 13,4 Jadi diperoleh l = 6,1 m dan p = 13,4 m, berarti panjang lapangan adalah 13,4 m dan lebar lapangan adalah 6,1 m.

38

2)

Rp 60.000,00

Rp 95.000,00

Lisa dan Zi pergi ke sebuah toko pakaian, mereka membeli topi dan kaos dengan merek dan harga yang sama. Lisa membeli 1 topi dan 2 kaos seharga Rp 60.000,00. Zi membeli 2 topi dan 3 kaos seharga Rp 95.000,00. Berapa harga 1 topi? Berapa harga 1 kaos? Penyelesaian: Diketahui: harga 1 topi dan 2 kaos adalah Rp 60.000,00 harga 2 topi dan 3 kaos adalah Rp 95.000,00 Ditanya: harga 1 topi? harga 1 kaos? Penyelesaian: Misalkan: harga sebuah topi = x harga sebuah kaos = y maka harga 1 topi dan 2 kaos: x + 2y = 60000 dan

39

harga 2 topi dan 3 kaos: 2x + 3y = 95000 Sistem persamaannya: x + 2.y = 60000 (1) 2x + 3y = 95000 (2) Dengan metode eliminasi dapat diselesaikan sebagai berikut. x + 2y = 60000 2x + 3y = 95000 X2 X1 2x + 4y = 120000 2x + 3y = 95000

y = 25000 x + 2y = 60000 2x + 3y = 95000 X3 X2 3x + 6y = 180000 4x + 6y = 190000 -x = - 10000 x = 10000

Jadi diperoleh nilai x = 10000 dan nilai y = 25000. Sehingga, harga 1 topi adalah Rp 10.000,00 dan harga 1 kaos Rp 25.000,00. 3) Tika memesan 1 mangkuk mie ayam dan 2 gelas es jeruk. Ema memesan 1 mangkuk mie ayam dan 1 gelas es jeruk. Mereka membayar dengan uang pas. Tika membayar Rp 5.000,00 dan Ema membayar Rp 4.000,00. Dengan menggunakan metode substitusi, berapa harga 1 mangkuk mie ayam? Berapa harga 1 gelas es jeruk? Diketahui: harga semangkuk mie ayam dan dua gelas es jeruk adalah

40

Rp 5.000,00 harga semangkuk mie ayam dan segelas es jeruk adalah Rp 4.000,00 Ditanya: harga semangkuk mie ayam? harga segelas jeruk? Penyelesaian: Misalkan: harga semangkuk mie ayam = x harga segelas es jeruk = y harga semangkuk mie ayam dan dua gelas es jeruk: x + 2y = 5000 harga semangkuk mie ayam dan segelas es jeruk: x + y = 4000 Sistem persamannya: x + 2y = 5000 x + y = 4000 x + y = 4000 x = 4000 y pada persamaan x + 2y = 5000, ganti x dengan 4000 y, sehingga diperoleh: x + 2y = 5000 ( 4000 y ) + 2y = 5000 4000 + y = 5000 y = 5000 4000 y = 1000

substitusi y = 1000 ke persamaan x + y = 4000, sehingga diperoleh:

41

x + y = 4000 x + (1000) = 4000 x = 4000 1000 x = 3000 Jadi diperoleh niali x = 3000 dan y = 1000. Jadi harga semangkuk mie ayam adalah Rp 3000,00 dan harga segelas es jeruk adalah Rp 1000,00. 4) Andi membeli 2 bola dari bahan plastik dan 2 gelang dari bahan karet seharga Rp 10.000,00. Anto membeli 2 bola dan 4 gelang yang sama seharga Rp 12.000,00. Dengan metode grafik, Berapa harga 1 bola? Berapa harga 1 gelang? Penyelesaian: Diketahui: harga 2 bola dan 2 gelang Rp 10.000,00 harga 2 bola dan 4 gelang Rp 12.000,00 Ditanya: harga sebuah bola? harga sebuah gelang? Penyelesaian: Misalkan:
Rp 10.000,00 Rp 12.000,00

42

harga sebuah bola = x rupiah harga sebuah gelang = y rupiah harga 2 bola dan 2 gelang: 2x + 2y = 10000 harga 2 bola dan 4 gelang: 2x + 4y = 12000 Sistem persamaannya: 2x + 2y = 10000 2x + 4y = 12000 Pada persamaan 2x + 2y = 10000, diperoleh tabel: x y (x,y) 0 5000 (0,5000) 5000 0 (5000,0) Pada persamaan 2x + 4y = 12000 diperoleh tabel: x y (x,y) 0 3000 (0,3000) 6000 0 (6000,0)

Y 5 r 4 i 3 b 2 u 1 a 0 n 1 2 3 4 5 6X ribuan

Jadi penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah (4000, 1000). Jadi harga sebuah bola Rp 4.000,00 harga sebuah gelang adalah Rp 1.000,00.

43

C. Kerangka Berpikir

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian hasil belajar agar maksimal yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar siswa tersebut. Adapun faktor dari luar diantaranya: kurikulum, program, sarana, fasilitas dan guru atau tenaga pengajar. Ketepatan memilih model pembelajaran sangatlah penting dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan menyeluruh. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar hendaknya ditujukan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa mendatang dan dapat mencetak siswa yang berkualitas dengan memiliki keterampilan dan daya kreativitas yang tinggi sehingga akan dapat memenuhi tuntutan zaman yang akan datang serta mampu memecahkan dan mengatasi problema kehidupan di dalam dunia nyata. Melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa akan mengetahui makna belajar dan dapat menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Pembelajaran matematika yang biasanya menggunakan metode ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun hasilnya kurang optimal. Sehingga siswa kurang termotivasi untuk memunculkan ide-ide kreatifnya. Hal itu belum cukup untuk membekali siswa dalam menghadapi dunia nyata setelah dia lulus dari sekolah. Penerapan model pembelajaran

44

kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

D. Hipotesis Penelitian

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) lebih baik dibandingkan model pembelajaran CTL terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP Negeri 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006.

45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Obyek 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006 yang terdiri dari enam kelas.
2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik random sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara lain: usia siswa pada saat diterima di SMP relatif sama, siswa mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa diampu oleh guru yang sama, siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada tingkat kelas yang sama dan pembagian kelas tidak berdasarkan ranking. Dengan menggunakan teknik random sampling diperoleh dua kelas sebagai kelas sampel yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Sedang untuk kelas uji coba adalah kelas VIII E.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Variabel Bebas

45

46

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006.

C. Desain Penelitian

Sebelum menerapkan pembelajaran pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol perlu diadakan uji normalitas, uji kesamaan dua varians (homogenitas), dan uji kesamaan rata-rata dari data nilai rata-rata siswa sebelumnya. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. Sedangkan pada kelas kontrol,

pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kurikulum 2004 yaitu dengan model pembelajaran CTL. Setelah proses belajar mengajar selesai, dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa. Evaluasi dilakukan pada kedua kelas sampel yaitu kelas VIII F dan VIII D dengan soal evaluasi yang sama. Soal evaluasi tersebut terlebih dahulu telah diuji cobakan pada kelas uji coba yaitu kelas VIII E. Analisis instrumen tersebut meliputi analisis validitas, analisis daya pembeda soal, analisis taraf kesukaran, dan analisis reliabilitas. Data yang diperoleh dari hasil evaluasi dari kedua kelas sampel dianalisis dengan statistik yang sesuai, yang meliputi uji normalitas, uji

47

kesamaan dua varians (homogenitas), uji perbedaan rata-rata atau uji pihak kanan, estimasi hasil belajar, dan uji ketuntasan hasil belajar. Data tentang perubahan tanggapan siswa mengenai model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL diperoleh dari angket refleksi yang diberikan pada siswa disetiap akhir pembelajaran. Sedang untuk aktivitas siswa dan bagaimana pengelolaan pembelajaran oleh guru datanya diperoleh dengan melakukan observasi disetiap pembelajaran.

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpul Data a. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa yang akan menjadi sampel penelitian dan daftar nama siswa yang akan menjadi responden dalam uji coba instrumen. Selain itu, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai awal siswa yaitu dari nilai rata-rata matematika pada bab sebelumnya. Dari data tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan siswa, sehingga dapat dibuat kelompokkelompok yang heterogen. Data nilai awal tersebut juga digunakan untuk mengetahui normalitas dan homogenitas awal sampel. b. Tes Tes digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar matematika pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa

48

yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Tes yang digunakan adalah tes bentuk uraian. c. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. d. Angket Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap setelah diberi tindakan pada setiap akhir

pembelajaran. Angket ini juga untuk mengetahui

pendapat siswa

tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Data tentang nama-nama siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII F dan VIII D dan data nilai awal matematika siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata pada bab sebelumnya, diperoleh dari dokumentasi yang dimiliki sekolah yang menjadi populasi yaitu SMP Negeri 3 Ungaran. Daftar nama siswa untuk kedua kelas sampel dapat dilihat pada lamipran 1 halaman 87 dan data nilai awal siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 88. b. Lembar Observasi Lembar observasi berisi tentang data aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Lembar

49

observasi yang disediakan peneliti diisi oleh observer pada setiap pembelajaran koopeatif tipe STAD berbasis CTL berlangsung. 1) Indikator yang diukur dengan menggunakan lembar observasi aktivitas pengelolaan pembelajaran oleh guru adalah sebagai berikut. a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa a) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar b) Pemberian tugas secara kelompok c) Membantu kerja kelompok d) Presentasi e) Memberikan pemahaman dan umpan balik f) Evaluasi kelompok dan individu g) Refleksi Lembar observasi aktivitas pengelolaan pembelajaran oleh guru dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 111. 2) Indikator yang diukur dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut. a) Perhatian dalam belajar matematika b) Cepat dalam membentuk kelompok c) Mau berbagi dengan orang lain d) Siswa bersifat fleksibel dan terbuka e) Melakukan kerja sama secara aktif dan terarah

50

f) Mencari tahu pada teman/guru tentang hal-hal yang kurang dimengerti g) Respon positif terhadap siswa yang melakukan presentasi: bertanya, memberi tanggapan, menyanggah h) Mampu menerima pendapat, sanggahan dari siswa lain i) Menyelesaikan tugas dalam kelompok j) Siswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan refleksi Lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 114. c. Angket Angket tentang perubahan sikap dan pendapat siswa ini, diberikan pada siswa disetiap akhir pembelajaran koopeatif tipe STAD berbasis CTL. Adapun Indikator yang digunakan untuk mengetahui perubahan sikap dan pendapat siswa mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL adalah sebagai berikut. 1) Tanggapan pembelajaran 2) Tanggapan siswa terhadap kerja kelompok 3) Pengaruh pembelajaran terhadap keberanian siswa 4) Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran 5) Pengaruh pembelajaran terhadap semangat siswa 6) Tanggapan siswa terhadap evaluasi pembelajaran 7) Pengaruh diskusi kelompok terhadap keberanian siswa

51

Angket

mengenai

tanggapan

siswa

terhadap

pembelajaran

selengkapnya terdapat pada lampiran 17 halaman 117. d. Tes Tes dilakukan pada akhir pembelajaran materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Soal tes yang akan diberikan tersebut, sudah diuji cobakan terlebih dahulu pada kelas uji coba. Soal tes yang sudah dianalisis dan dinyatakan valid itulah yang diberikan sebagai soal evaluasi pada kedua kelas sampel. 1) Materi dan Bentuk Tes Materi yang digunakan dalam penyusunan tes adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Sedangkan bentuk tes yang digunakan adalah bentuk uraian. Ada beberapa kelebihan dalam pemakaian bentuk soal uraian antara lain sebagai berikut. a) Mudah disiapkan dan disusun b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan. c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus. d) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengutarakan

maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.

52

Selain kelebihan, pemakaian soal bentuk uraian juga mempunyai kebukurukan sebagai berikut. a) Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang telah dikuasai. b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas). c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif. d) Pemeiksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai. e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan pada orang lain. (Suharsimi Arikunto, 2002:163) 2) Metode Penyusunan Perangkat Tes Langkah-langkah dalam menyusun perangkat tes adalah sebagai berikut. a) Pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan Bahan yang diteskan adalah pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang penyelesaiannya dapat menggunakan metode substitusi, metode eliminasi, dan metode grafik. b) Menentukan tipe soal

53

Hasil belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel tidak hanya dilihat dari benar atau salahnya hasil perhitungan akhir siswa dalam menyelesaikan soal. Akan tetapi perlu diketahui juga bagaimana cara siswa menuangkan ide-ide dan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan suatu permasalahan yang kontekstual serta bagaimana siswa mengungkapkan ide-idenya tersebut dalam bentuk kalimat matematika. Dari hasil pekerjaan siswa tersebut dapat diketahui sejauh mana siswa memahami suatu

permasalahan dan apakah siswa dapat menterjemahkan permasalahan kontekstual tersebut kedalam kalimat matematika serta bagaimana siswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Sehingga tipe soal yang tepat untuk mengukur hasil belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL adalah soal uraian. c) Kaidah penulisan butir soal tes uraian sebagai berikut. (1) Hendaknya soal-soal tes meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif. (2) Hendaknya soal tidak mengambil kalimat yang disalin langsung dari buku.

54

(3) Pada waktu penyusunan, hendaknya soal sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya. (4) Diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara

Jelaskan, Bagaimana, Mengapa, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap materi. (5) Hendaknya soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba. (6) Hendaknya ditegaskan model jawaban yang dikehendaki oleh penyusun. Untuk itu pertanyaan seharusnya spesifik. (Suharsimi Arikunto, 2002:163).

E. Analisis Data

1. Analisis Uji Coba Tes Adapun analisis yang digunakan dalam pengujian instrumen tes meliputi: validitas, daya pembeda, taraf kesukaran dan reliabilitas. a. Analisis Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan atau kevalidan suatu instrumen. Rumus yang digunakan adalah:
rxy =

{nx

nxy xy
2

(x ) ny 2 (y )
2

}{

Keterangan:

rxy

= koefisien korelasi antara x dan y

55

= jumlah siswa

x = skor tiap butir soal y = skor total

Kriteria pengujian validitas dikonsultasikan dengan harga product momen pada tabel dengan taraf signifikan 5%, jika rxy > r (tabel) maka item soal tersebut dikatakan valid. (Suharsimi Arikunto, 2002:72) b. Analisis Daya Pembeda Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal tersebut dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang lemah atau kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda untuk test yang berbentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus uji t sebagai berikut:
t= ( MH ML) x1 + x2 ni (ni 1)
2 2

Keterangan: MH ML x12
2 x2

= rata-rata dari kelompok atas = rata-rata dari kelompok bawah = jumlah deviasi kelompok atas = jumlah deviasi kelompok bawah = 27% x N, dengan N adalah jumlah peserta tes

ni

56

Hasil

perhitungan

dikonsultasikan

dengan

tabel,

d k = (ni 1) + (ni 1) dan =5% jika thitung > ttabel maka daya beda soal tersebut signifikan. (Zainal Arifin, 1991:141) c. Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal Jawaban terhadap butir item soal bentuk uraian secara teoritis tidak ada yang salah mutlak, sehingga derajat kebenaran jawaban tersebut akan berperingkat sesuai dengan mutu jawaban masingmasing siswa. Untuk menginterprestasikan tingkat kesukaran

digunakan tolok ukur sebagai berikut: 1) jumlah responden gagal 27% dikategorikan soal mudah, 2) jumlah responden gagal 28% - 72% dikategorikan soal sedang, 3) jumlah responden gagal 73% dikategorikan soal sukar, dan 4) batas lulus ideal 60 untuk skala 0 100. Oleh karena skor butir item bersifat tidak mutlak, maka ketentuan yang benar dan yang salah juga bersifat tidak mutlak. Ketidak mutlakan tersebut dapat ditentukan oleh penyusun tes atau penguji sendiri (Zainal Arifin, 1991:135). d. Analisis Reliabilitas Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes dikenakan pada sejumlah subyek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap

57

sama atau relatif sama. Untuk mencari reliabilitas soal bentuk uraian digunakan rumus alpha, yaitu:
2 b k 1 r11 = 2 k 1 t

Keterangan:
r11
2

= reliabilitas soal

b = jumlah varians skor tiap butir

t 2 = varians total
k = banyak item soal Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel, jika r11 > rtabel maka item tes yang diujicobakan reliabel. (Suharsimi Arikunto, 2002:171) 2. Analisis Tahap Akhir a. Penskoran dan Penilaian Karena soal tes yang digunakan merupakan soal yang berbentuk soal uraian maka skala skor yang diberikan 0 100. Dalam memberikan nilai kepada siswa, guru diwajibkan untuk mengubah skor mentah yang diperolehkan langsung dari mengerjakan tes menjadi skor bestandar 100. (Suharsimi Arikunto, 2002:236)

58

b. Analisis Uji Pra Hipotesis Analisis hipotesis dilakukan untuk membuktikan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari titik tolak yang sama. Data yang dipakai dalam analisis ini adalah nilai rata-rata matematika bab sebelumnya. 1) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Rumus yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat sebagai berikut: X2 = Keterangan: (Oi Ei ) 2 Ei i =1
k

2 = Chi -Kuadrat

i = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian


i = frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas interval Jika jika X2
hit

< X2

tabel,

maka data berdistribusi normal dengan

taraf signifikansi = 5% dan dk = k 3. (Sudjana, 1996:273)

59

2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas) Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians dari data yang digunakan sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut.
H 0 : 1 = 2 sampel homogen
2 2

H a : 1 2
2

sampel tidak homogen

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut.


F = varterbesar varterkecil

Jika

F hit F1 / 2 ( n1 1 , n 2 1 )
n
2

, dengan = 5 %, n1 1 dk

pembilang

dk penyebut, maka kedua kelompok

mempunyai varians yang sama atau kedua kelompok tersebut homogen. (Sudjana, 1996:250) 3) Uji Kesamaan Rata-Rata Analisis data dengan uji t digunakan untuk menguji hipotesis.

60

Ho: Ha:

1 = 2

rata-rata data dari kedua kelompok sama

1 2 ratarata data dari kedua kelompok berbeda


= rata-rata data kelompok eksperimen = rata-rata data kelompok kontrol

1 2

Maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus:


t= X1 X2 1 1 + s n1 n2
2

2 (n1 1) s12 + (n2 1) s2 dengan s = n1 + n2 2

Keterangan: X1 = Nilai rata-rata kelompok eksperimen = Nilai rata-rata kelompok kontrol = Banyaknya subyek kelompok eksperimen = Banyaknya subyek kelompok kontrol ttabel < thitung < ttabel

X2 n1 n2

dengan kreteria pengujian terima Ho jika

dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 2 , taraf signifikan 5% dan tolak Ho untuk harga t lainnya. (Sudjana, 1996:239)

61

c. Analisis Uji Hipotesis 1) Uji Normalitas Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkahlangkah uji normalitas pada uji pra hipotesis. 2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas) Langkah-langkah pengujian homogenitas sama dengan langkahlangkah uji homogenitas pada uji pra hipotesis. 3) Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan) Hipotesis yang diajukan dalam uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut.

H 0 : 1 = 2 tidak ada perbedaan rata-rata dari kedua kelompok H i : 1 > 2 rata-rata data kelompok eksperimen lebih baik dari
kelompok kontrol

1 = rata-rata data kelompok eksperimen 2 = rata-rata data kelompok kontrol


Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut. a) Jika 1 2

t=

X1 X2 s12 s2 2 + n n 1 2

62

b) jika 1 = 2
t= X1 X2 1 1 + s n1 n2

dengan,

s2 =

(n1 1)s12 + (n2 1)s2 2


n1 + n2 2

Keterangan: X 1 = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen X 2 = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol
n1 = banyaknya siswa kelas eksperimen n2 = banyaknya siswa kelas kontrol

s1 = varians kelompok eksperimen s2 = varians kelompok kontrol


s 2 = varians gabungan
2

dengan dk = ( n1 + n2 2) kriteria pengujian tersebut ditolak jika


t (data) t (tabel ) dengan menentukan taraf signifikan = 5%. Kriteria penolakan

H o adalah t hitung t (1 ), ( n1 + n 2 2 ) .

(Sudjana, 1996:243) 4) Estimasi Rata-Rata Hasil Belajar Analisis ini digunakan untuk memprediksi nilai rata-rata hasil belajar siswa.

63

Rumus yang digunakan adalah: x t0,975( ). Keterangan:


x

s s < < x + t0,975( ). n n

= rata-rata hasil belajar = standar deviasi = banyaknya siswa =n1

s n v

t0,975( ) = bilangan t didapat dari tabel normal baku untuk peluang (Sudjana, 1996:202). 5) Uji Rata-Rata (Uji Pihak Kanan) Analisis ini digunakan untuk menguji ketuntasan belajar siswa. Siswa dipandang tuntas dalam belajar jika mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. (E. Mulyasa, 2003:99) Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 : 0 < 6,5 belum mencapai ketuntasan belajar Ha : 0 > 6,5 telah mencapai ketuntasan belajar Rumus yang digunakan adalah: t=
x 0 S n

64

Keterangan: x S n = rata-rata hasil belajar = simpangan baku = banyaknya siswa

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > t(1- )(n 1) dan terima Ho dalam hal lainnya. Dengan taraf nyata = 5%, dk = (n - 1). (Sudjana, 1996:227)

F. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

1. Validitas Soal Berdasarkan perhitungan validitas soal dengan menggunakan rumus korelasi product moment, diperoleh tujuh butir soal yang valid yaitu butir soal nomor: 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 adapun yang tidak valid adalah butir soal nomor 1, 7, dan 10. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106. 2. Daya Pembeda Soal Berdasarkan uji coba dengan taraf signifikan 5 % dan dk = 12 + 12 2 = 22, diperoleh ttabel = 1.72. Dari hasil perhitungan daya pembeda soal, dengan kriteria t > ttabel butir soal dikatakan signifikan, diperoleh butir soal 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, dan 10 memiliki daya pembeda yang signifikan. Butir soal yang insignifikan adalah butir nomor 1 dan 7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106.

65

3. Taraf Kesukaran Butir Soal Hasil dari perhitungan tingkat kesukaran butir soal, diperoleh butir soal nomor 1, 3, 4, 5, dan 8 termasuk kriteria mudah. Untuk butir soal nomor 2, 6, 7, 9, dan 10 termasuk kriteria sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106. 4. Reliabilitas Soal Berdasarkan uji coba dengan taraf signifikan 5 % dan n = 44 diperoleh rtabel = 0.297. Perhitungan dengan menggunakan rumus alpha diperoleh nilai r = 0.677. Dapat dilihat bahwa nilai r > rtabel , sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes tersebut reliabel. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 110. 5. Penentuan Instrumen Berdasarkan hasil perhitungan analisis validitas, daya pembeda soal, tingkat kesukaran, dan reliabilitas soal, diperoleh butir soal uji coba yang layak untuk digunakan sebagai instrumen untuk mengambil data pada penelitian ini sebanyak 7 (tujuh) butir soal, yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 8, dan 9. Sedang soal yang tidak dipakai adalah soal nomor 1, 7, dan 10. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106.

66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Pra Uji Hipotesis a. Uji Normalitas Pengujian kenormalan distribusi populasi digunakan uji Chi-Kuadrat. Nilai awal yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi populasi adalah nilai rata-rata matematika siswa pada bab sebelumnya. Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh 2hitung = 5.57, dan 2tabel = 9.49. Karena 2hitung < 2tabel maka dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 3 halaman 89. Untuk data nilai awal kedua kelas sampel dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 88. b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas) Uji homogenitas ini, bertujuan untuk mengetahui apakah data nilai awal sampel mempunyai varians yang sama (homogen).
H 0 : 1 = 2 kedua kelompok mempunyai varians yang homogen
2 2

H a : 1 2
2

kedua kelompok mempunyai varians yang heterogen

66

67

Dari perhitungan diperoleh:


Sumber variasi Jumlah n x Varians (s2) Standart deviasi (s) Eksperimen 2850 46 61.96 160.31 12.66 Kontrol 2825 44 64,20 154,59 12,43

F=

160.31 = 1.037 154.59

Ftabel = 1.82 H0 diterima apabila F < Ftabel, berdasarkan perhitungan terlihat bahwa F < Ftabel berarti Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 halaman 90. c. Uji kesamaan rata-rata (uji dua pihak) Ho : 1= 2 tidak ada perbedaan rata-rata dari kedua kelompok

Ha : 1 2 ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kedua kelompok Dari perhitungan diperoleh:
Sumber variasi Jumlah n x Varians (s2) Standart deviasi (s) Eksperimen 2850 46 61.96 160.31 12.66 Kontrol 2825 44 64,20 154,59 12,43

Dari kedua kelompok diperoleh Sgabungan = 12.55.

68

Dengan uji t diperoleh thitung = -0.85 dan ttabel = 1.99. Kriteria penerimaan H0 apabila ttabel < thitung < ttabel. Karena thitung berada pada daerah penerimaan H0 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 5 halaman 91. Berdasarkan analisis pra uji hipotesis diperoleh bahwa populasi berdistribusi normal, homogen dan memiliki rata-rata nilai awal yang sama. Hal ini mempunyai arti bahwa kelas sampel berangkat dari kondisi awal yang sama. 2. Analisis Uji Hipotesis a. Uji Normalitas Sebelum menguji hipotesis yang diajukan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Hal ini dilakukan untuk menentukan statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk menguji kenormalan data digunakan uji Chi-Kuadrat. Data yang digunakan adalah data hasil belajar siswa materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh 2hitung = 6.67, dan 2tabel = 9.49. Karena 2hitung < 2tabel maka dapat dikatakan bahwa data hasil belajar siswa berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 73 halaman 218. Sedangkan untuk data hasil belajar kedua kelompok sampel dapat dilihat pada lampiran 72 halaman 217.

69

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas) Uji homogenitas ini untuk mengetahui apakah nilai hasil evaluasi sampel mempunyai varians yang homogen.
H 0 : 1 = 2 kedua kelompok mempunyai varians yang homogen
2 2

H a : 1 2
2

kedua kelompok mempunyai varians yang heterogen

Dari perhitungan diperoleh:

Sumber variasi Jumlah n x Varians (s2) Standart deviasi (s)

Eksperimen 3625 46 78,80 245,01 15,65

Kontrol 3058 44 69,50 281,60 16,78

F=

281.60 = 1.149 245.01

Ftabel = 1.69 Karena Fhitung < Ftabel berarti Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 74 halaman 219. c. Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji Pihak Kanan) Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Ho : 1= 2 tidak ada perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

Ha : 1> 2 nilai rata kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol

70

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut. Kelompok Eksperimen Kontrol n 46 44 Mean 78,8 69,5 s2 245.01 281.60 thitung 2,721 ttabel 1,66

Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan hipotesis diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil evaluasi pembelajaran pada kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 75 halaman 220. d. Estimasi Rata-Rata Hasil Belajar Estimasi rata-rata hasil belajar dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi rata-rata hasil belajar siswa yang mungkin dicapai apabila dilakukan pembelajaran seperti pada kelompok eksperimen atau menggunakan kelompok kontrol pada populasi. Berdasarkan tabel estimasi dengan t = 2.014 dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen apabila diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL adalah 74.2 83.5, sedangkan pada kelompok kontrol dengan t = 2.017 estimasi rataratanya berkisar antara 64.4 74.6. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 76 dan 77 halaman 221 dan 222. e. Uji Rata-Rata (Uji Pihak Kanan) Hasil uji rata-rata baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan nilai 0 = 65 sebagai batas nilai ketuntasan belajar.

71

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut. Kelompok Eksperimen Kontrol n 43 43 Mean 78.8 69.5 o 65 65 thitung 5,98 1.78 ttabel 1,68 1,68 Kriteria Ha diterima Ha diterima

Keterangan: Ho : < 65 (belum mencapai ketuntasan belajar) Ha : > 65 (telah mencapai ketuntasan belajar) Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai thitung untuk hasil belajar kelompok eksperimen sebesar 5,98 > 1,68 yang berarti secara nyata rata-rata hasil belajar ini > 65 atau telah mencapai ketuntasan belajar. Nilai thitung untuk kelompok kontrol sebesar 1.78 > 1,68 yang berarti secara nyata rata-rata hasil belajar > 65 atau telah mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 78 dan 79 halaman 223 dan 224. f. Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru Berdasarkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru pada kelas eksperimen selama pembelajaran diperoleh data sebagai berikut. 1) Pada pembelajaran I (Selasa, 29 November 2005) persentase kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar 71.43 %.

72

2) Pada pembelajaran II (Kamis, 1 Desember 2005) persentase kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar 80.36 %. 3) Pada pembelajaran III (Selasa, 6 Desember 2005) persentase kemampuan gurunya adalah 85.71 %. 4) Untuk pembelajaran IV (Kamis, 8 Desember 2005) persentase kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar 91.07 %. Perkembangan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25, 37, 48, dan 59, halaman 127, 146, 168 dan 186, sedangkan grafik kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 80 halaman 225. g. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen selama pembelajaran berlangsung diperoleh data sebagai berikut. 1) Pada pembelajaran I (Selasa, 29 November 2005) persentase aktivitas siswa sebesar 65 %. 2) Pada pembelajaran II (Kamis, 1 Desember 2005) persentase aktivitas siswa adalah sebesar 70 %. 3) Pada pembelajaran III (Selasa, 6 Desember 2005) persentase aktivitas siswa adalah 77.5 %. 4) Untuk pembelajaran IV (Kamis, 8 Desember 2005) persentase aktivitas siswa adalah sebesar 87.5 %.

73

Perkembangan

aktivitas

siswa

selama

pembelajaran

untuk

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26, 38, 49, dan 60, halaman 129, 146, 170, dan 188, sedangkan grafik perkembangan aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 80 halaman 225. h. Hasil Angket Refleksi Siswa terhadap Pembelajaran Berdasarkan hasil angket refleksi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL diperoleh data perubahan sikap dan tanggapan siswa pada setiap pembelajaran sebagai berikut. 1) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa banyak siswa yang menyatakan tidak senang terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL adalah sebanyak 3 siswa atau 6.52 %, pada pembelajaran II sebanyak 2 siswa atau 4.35 %, untuk pembelajaran III sebanyak 2 siswa atau 4.35 % dan di akhir pembelajaran yaitu pembelajaran IV tidak ada siswa yang menyatakan ketidaksenangan terhadap pembelajaran. Sedang siswa yang menyatakan sangat senang terhadap pembelajaran pada pembelajaran I adalah 10 siswa atau 21.74 %, pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 28.26 %, untuk pembelajaran III sebanyak 14 siswa atau 30.43 % dan pada pembelajaran IV sebanyak 24 siswa atau 52.17 %. 2) Pada awal pembelajaran yaitu pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa banyak siswa yang menyatakan pembelajaran yang dilaksanakan dengan kerja kelompok membuat siswa menjadi

74

bingung sebanyak 6 siswa atau 13.04 %, pada pembelajaran II sebanyak 5 siswa atau 10.87 %, untuk pembelajaran III sebanyak 2 siswa atau 4.35 % dan di akhir pembelajaran yaitu pembelajaran IV menjadi 1 siswa atau 2.17 %. Sedang siswa yang menyatakan sangat jelas dengan pembelajaran yang dilaksanakan dengan kerja kelompok pada pembelajaran I sebanyak 20 siswa atau 43.48 %, pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 43.48 %, untuk dan pada

pembelajaran III sebanyak 21 siswa atau 45.65 %

pembelajaran IV menjadi sebanyak 22 siswa atau 47.83 %. 3) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL membuat siswa biasa saja sebanyak 23 siswa atau 50 %, pada pembelajaran II sebanyak 18 siswa atau 39.13 %, untuk pembelajaran III 12 sebanyak siswa atau 26.09 % dan di akhir pembelajaran yaitu pembelajaran IV mengalami penurunan menjadi 6 siswa atau 13.04 %. Sedang yang membuat siswa berani berpendapat sebanyak 16 siswa atau 34.78 % pada pembelajaran I, pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 39.13 %, untuk

pembelajaran III sebanyak 21 siswa atau 45.65 % dan menjadi 25 siswa atau 54.35 % di akhir pembelajaran. 4) Pada awal pembelajaran, hasil angket refleksi menunjukkan bahwa banyak siswa yang tidak paham terhadap materi yang disampaikan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL

75

sebanyak 5 siswa atau 10.87 %, pada pembelajaran II sebanyak 5 siswa atau 10.87 %, untuk pembelajaran III sebanyak 3 siswa atau 6.52 % dan di akhir pembelajaran menjadi 1 siswa atau 2.17 %. Sedang siswa yang menyatakan sangat paham sebanyak 14 siswa atau 30.43 % pada pembelajaran I, pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 32.61 %, untuk pembelajaran III sebanyak 18 siswa atau 39.13 % dan 20 siswa atau 43.48 % pada pembelajaran IV. 5) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan perasaan siswa biasa saja adalah 18 siswa atau 39.13 %, pada pembelajaran II sebanyak 13 siswa atau 28.26 %, untuk pembelajaran III sebanyak 5 siswa atau 10.87 % dan di akhir pembelajaran IV menjadi 3 siswa atau 6.52 %. Sedang siswa yang sangat

bersemangat pada pembelajaran I sebanyak 8 siswa atau 17.39 %, pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 21.74 %, untuk dan pada

pembelajaran III sebanyak 17 siswa atau 36.96 % pembelajaran IV menjadi 18 siswa atau 39.13 %.

6) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa banyak siswa yang menyatakan masalah yang harus diselesaikan sebagai evaluasi pembelajaran sulit adalah 21 siswa atau 45.65 %, pada pembelajaran II sebanyak 16 siswa atau 34.78 %, untuk pembelajaran III sebanyak 8 siswa atau 17.39 % dan di akhir pembelajaran IV menjadi sebanyak 5 siswa atau 10.87 %. Sedang siswa yang menyatakan masalah yang harus diselesaikan sebagai

76

evaluasi

pembelajaran

membuat

siswa

termotivasi

pada

pembelajaran I adalah 10 siswa atau 21.74 %, pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 28.26 %, untuk pembelajaran III sebanyak 18 siswa atau 39.13 % dan pada pembelajaran IV menjadi sebanyak 20 siswa atau 43.48 %. 7) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa banyak siswa yang menyatakan bahwa diskusi dalam kelompok membuat siswa biasa saja adalah 22 siswa atau 47.83 %, pada pembelajaran II sebanyak 18 siswa atau 39.13 %, untuk pembelajaran III sebanyak 14 siswa atau 30.43 % dan di akhir pembelajaran yaitu pembelajaran IV menjadi sebanyak 14 siswa atau 17.39 %. Sedang siswa yang menyatakan diskusi dalam kelompok membuat siswa sangat berani pada pembelajaran I adalah 3 siswa atau 6.52 %, pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 7 %, untuk pembelajaran III sebanyak 10 siswa atau 21.74 % dan pada pembelajaran IV menjadi sebanyak 11 siswa atau 23.91 %. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 27, 39, 50, dan 61, halaman 131, 150, 172, dan 190, sedangkan grafiknya dapat dilihat pada lampiran 81 halaman 226.

77

B. Pembahasan

Setelah dilakukan pembelajaran pada kelompok ekperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dan kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2004 yaitu model pembelajaran CTL, terlihat bahwa hasil belajar kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t sebesar 2,721 > 1,66 yang merupakan nilai ttabel, yang berarti Ho ditolak. Dengan kata lain rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar pada kelompok kontrol. Hasil belajar siswa pada kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol telah mencapai ketuntasan belajar (lebih dari 65). Hal ini ditunjukkan dari uji t sebesar 5,98 > ttabel (1,68) pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol diperoleh thitung sebesar 1.78 > ttabel (1,68) yang berarti keduanya telah mencapai ketuntasan belajar. Estimasi rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari estimasi rata-rata hasil belajar pada kelompok kontrol. Terlihat bahwa prediksi rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen antara 74.2 sampai 83.5, sedangkan pada kelompok kontrol diprediksikan rata-rata hasil belajarnya antara 64.4 sampai 74.6. Terjadinya perbedaan hasil belajar ini salah satunya disebabkan adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada kelompok eksperimen. Pembelajaran pada kelas eksperimen mendorong siswa untuk lebih aktif untuk bertanya maupun mengeluarkan pendapatnya dan kreatif dalam mengembangkan ide-ide yang dimilikinya. Pembelajaran yang dilakukan juga

78

mengembangkan sistem diskusi antar siswa, sehingga secara langsung mampu mengembangkan kerja sama antar siswa. Hal ini dapat berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, sebab dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL, siswa mendapat bantuan dari teman atau siswa lain dalam kelompoknya untuk memecahkan suatu permasalahan yang

kontekstual. Melalui teman sendiri, siswa akan merasa nyaman, tidak ada rasa malu, canggung, rendah diri, atau enggan, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Selain itu bahasa yang digunakan mudah dipahami sehingga akan lebih mempermudah siswa dalam proses pamahamannya. Keberhasilan yang dicapai juga tercipta karena adanya hubungan antarpersonil yang saling mendukung, saling membantu, saling menghargai dan peduli antara siswa satu dengan siswa lain dalam kelompoknya. Dengan belajar secara berkelompok siswa yang lemah atau kurang pandai akan mendapat masukan dari siswa yang lebih pandai, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajarnya. Motivasi inilah yang akan menimbulkan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL selain mampu mengembangkan kemampuan kognitif siswa, juga mampu

mengembangkan kemampuan vokasionalnya. Kemampuan kognitif siswa dapat berkembang dari tuntutan dalam menyelesaikan masalah kontekstual, dan saat terjadi diskusi, siswa akan mengembangkan kemampuan untuk berbicara (vokasional) didepan siswa lain. Selain itu, pembelajaran ini dapat

79

mengembangkan keterampilan kooperatif siswa yang nantinya akan berguna bagi siswa di kehidupan mendatang. Pada awal pembelajaran, pelaksanaan treatmen pada kelompok eksperimen mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi guru maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Selain itu pada waktu pengelompokan, terkadang menimbulkan kegaduhan dalam kelas yang cukup menyita waktu pembelajaran. Siswa masih belum terbiasa dengan dibentuknya kelompok belajar, karena sebelumnya guru tidak biasa membentuk kelompok belajar. Pada awalnya ada beberapa siswa yang merasa tidak cocok dengan siswa lain dalam kelompoknya, sehingga terkadang terjadi perselisihan. Hal ini berakibat penyerapan materi pembelajaran oleh siswa kurang maksimal. Hambatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat berkurang

dikarenakan siswa mulai tertarik dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. Siswa mulai merasa terbiasa dengan teman lain dalam kelompoknya dan mulai menerima perbedaan yang ada, yang membuat siswa justru merasa saling membutuhkan, saling menghargai, saling membantu, dan menghormati satu sama lain karena adanya tuntutan masalah yang harus dikerjakan bersama. Siswa merasa senang bekerja dalam kelompok dan menyelesaikan tugas-tugas secara kelompok. Permasalahan kontekstual yang harus mereka selesaikan juga memotivasi siswa untuk terus belajar, karena permasalahan-permasalahan tersebut sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat mempermudah siswa dalam pemahaman permasalahan yang diberikan. Konsep dan materi yang diperoleh siswa

80

dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari dan dengan penemuan, dari bertanya dan bekerja sama dengan teman lain membuat siswa mampu memaknai pengetahuan yang diperoleh. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol kurang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran. Meskipun pada kelas kontrol juga diadakan diskusi/kerjasama dengan siswa lain, namun keterampilan kooperatif siswa kurang terlihat. Sering kali siswa yang pandai merasa dirinya mampu untuk menyelesaikan tugas sendiri, sedangkan siswa yang kurang pandai hanya bertugas menyalin saja. Hal ini dapat berakibat kemampuan siswa kurang dapat meningkat. Selain itu siswa juga masih merasa takut untuk mengeluarkan pendapat atau bertanya jika ada sesuatu hal yang belum dimengerti. Ini membuat guru kurang memahami siswa yang mana yang kurang dapat menyerap materi pelajaran. Berdasarkan hasil observasi pada kelas eksperimen mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari pembelajaran I sampai dengan pembelajaran IV menunjukkan adanya peningkatan persentase pada setiap pembelajaran. Pada pembelajaran I dan II dari perhitungan persentase menunjukkan pembelajaran sudah baik, sedangkan pada pembelajaran III dan IV dari perhitungan persentase menunjukkan bahwa pembelajaran menjadi sangat baik. Adanya kekurangan, hambatan, dan kendala pada setiap pembelajaran ditindak lanjuti oleh guru untuk memperbaiki kemampuan

81

dalam pengelolaan kelas dan memperbaiki kesalahan serta kekurangan pada pembelajaran sebelumnya. Peningkatan kemampuan guru diikuti pula dengan peningkatan aktivitas siswa pada setiap pembelajaran. Terlihat dari hasil perhitungan persentase dari pembelajaran I sampai dengan pembelajaran III menunjukkan aktivitas siswa baik, sedangkan pada pembelajaran IV dari perhitungan persentase menunjukkan bahwa aktivitas siswa menjadi sangat baik. Ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL aktivitas siswa menjadi lebih baik. Pada setiap pembelajaran, siswa dituntut untuk dapat berinteraksi satu sama lain dan mengembangkan keterampilan kooperatifnya. Pada awal pembelajaran yaitu pembelajaran I, siswa masih merasa bingung tentang apa yang harus siswa lakukan. Siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Ketidak terbiasaan siswa dalam bekerja secara berkelompok, membuat siswa harus menyesuaikan diri dengan siswa lain dan terkadang siswa masih bekerja secara individu karena ketidakcocokan satu sama lain. Peningkatan persentase aktivitas siswa ini disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Peningkatan aktivitas siswa diiringi dengan perubahan sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang semakin positif. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil angket refleksi siswa yang diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Hasil analisis penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Begitu pula dengan perubahan

82

sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran pada kelas eksperimen terus meningkat secara positif. Hal itu didukung dengan aktivitas siswa pada pembelajaran di kelas eksperimen yang terus mengalami peningkatan. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pun semakin meningkat pada setiap pembelajaran. Secara umum terjadinya perbedaan hasil belajar dimungkinkan karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dikembangkan keterampilan siswa dalam bekerja sama, berkomunikasi dari latar belakang yang berbeda, menerima pribadi yang berbeda untuk dapat menyelesaikan permasalahan kontekstual yang dikerjakan secara bersama sehingga dapat membangun motivasi belajar pada siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

83

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran CTL, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus mengalami

peningkatan, aktivitas siswa selama pembelajaran juga terus mengalami peningkatan pada setiap pembelajarannya, dan perubahan sikap serta tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL semakin membaik. Sehingga dapat dikatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP Negeri 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan. 1. Guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih

mengembangkan keterampilan kooperatif atau bekerjasama, yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat siswa.

83

84

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD bebasis CTL perlu terus dikembangkan dan diterapkan pada materi pokok yang lain sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa sehari-hari. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.

85

DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya. Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia. M. Cholik. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VIII Semester 2 2B. Jakarta: Erlangga. Max Darsono. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Mohammad Asikin. 2002. Pembelajaran Matematika berdasarkan Pendekatan Konstruktivisme dan Contextual Teahing and Learning (CTL). Makalah disampaikan dalam diklat TOT guru-guru Matematika SLTP dari 24 propinsi di Indonesia. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang. Mohammad Asikin. 2004. Model-Model Pembelajaran Kooperatif (Text Book). Semarang: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNNES. Muslimin Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESAUniversity Press. Nana Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhayati Abba. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction). Tidak dipublikasikan. Makalah Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Pradnyo Wijayanti . 2002 . Pembelajaran Kooperatif Pada Sub Pokok Bahasan Keliling dan Luas Persegi. Makalah disajikan pada pelatihan TOT Pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk instruktur guru dan dosen dari 24 propinsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Robert E. Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. Johns Hopkins University. Siti Maesuri. 2002. Cooperarif Learning in the Mathematics Classroom (Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas Matematika). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

86

Sudjana. 1996. Metoda Statistika . Bandung: TARSITO. Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sukino Wilson Simangunsong. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VII Semester 1 dan 2. Jakarta: Erlangga. Tim Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning CTL ). Jakarta: Depdiknas.

Tim Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pelajaran Matematika Kelas VIII Edisi 2. Jakarta: Depdiknas. Tim Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Zainal Arifin. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai