Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN MATRA LINTAS ALAM

Oleh : YUSUF BACHTIYAR LOBIS DIAN LUKITA SARI LUCKY SETIANTO AAN WAHYUDI ANGGUN RESTU WIBOWO SAVERINUS APRI GUNTUR 1151700013 1151700014 1151700008 11517000 11517000 11517000

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan makalah surveilans ini dengan baik. Makalah Surveilans ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Surveilans Epidemiologi. Dalam makalah ini penulis memaparkan tentang Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra Lintas Alam. Penulis sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Sukoharjo, Desember 2013

Tim Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan Matra sebagai bentuk khusus upaya kesehatan

diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Kesehatan Matra merupakan upaya kesehatan khusus yang diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna. Kesehatan lapangan lintas alam merupakan salah satu jenis dari kesehatan matra. Semakin berkembangnya jaman banyak sekali aktivitas manusia dilakuakan untuk menjaga kesehatan, salah satunya adalah perjalanan lintas alam. Lintas alam sebagai aktivitas untuk menjaga kesehatan selain itu juga kebanyakan manusia menjalankan aktivitas ini sebagai hobby atau kegiatan rutin. Dorongan untuk melakukan perjalanan di alam bebas menyebabkan para penggiatnya melakukan berbagai kegiatan perjalanan mulai dari pendakian gunung, penyusuran pantai, pengarungan sungai berarus deras dan lain-lain. Aktivitas melintas alam akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu. Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian, bukan berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas melintas menjadi hal yang mudah untuk dilakukan. Didalam pelintasan, banyak hal-hal yang harus diketahui. Dengan tujuan untuk mencegah, mengurangi dan menanggulangi kecelakaan-kecelakaan yang terjadi akibat kegiatan pelintas alam. Surveilans untuk meminimalisir kecelakaan-kecelakaan yang terjadi akibat kegiatan lintas alam sangat sekali dibutuhkan.

Berdasarkan uraian masalah diatas penulis bermaksud membuat makalah mengenai Surveilans Kesehatan Matra Lintas Alam. B. Tujuan dan Manfaat a. Umum Secara umum makalah ini mendeskripsikan mengenai bidang kesehatan matra yang salah satunya adalah upaya kesehatan lintas alam. b. Khusus a. Menguraikan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai data apa saja yang harus ada dalam surveilans kesehatan matra lintas alam. b. Mengumpulkan dan menganalisis data surveilans kesehatan matra lintas alam. C. Dasar a. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 1215/Menkes/ SK/XI/2001 tentang pedoman kesehatan matra menteri kesehatan Republik Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

A. Surveilans Epidemiologi 1. Perngertian Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Ada beberapa definisi surveilans, diantaranya adalah : Menurut The Centers for Disease Control, surveilans kesehatan masyarakat adalah : The ongoing systematic collection, analysis and interpretation of health data essential to the planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of these data to prevention and control. Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah : Pengumpulan data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu : a. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal

epidemiologi penyakit berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan program dapat diharapkan akan berhasil dengan baik. b. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit setelah program ini, maka kita dapat

mengukur

dengan

angka-angka

keberhasilan

dari

program

pemberantasan penyakit tersebut. c. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu daerah tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap KLB secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah. Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah : Pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya. Jadi, surveilans epidemiologi. Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga program atau unit yang

mendapat dukungan surveilans epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga. 2. Kegunaan Surveilans Epidemiologi Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya. Tujuan dilakukannya surveilans adalah untuk mendapatkan

informasi epidemiologi tentang masalah kesehatan meliputi gambaran masalah kesehatan menurut waktu, tempat dan orang, diketahuinya determinan, faktor resiko dan penyebab langsung terjadinya masalah kesehatan tersebut Untuk mengukur kinerja upaya pelayanan pengobatan juga membutuhkan dukungan surveilans epidemiologi. Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi yang akan dimanfaatkan dalam : c. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,

pemantauan dan evaluasi program pemberantasan penyakit serta program peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberantasan penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan dan program kesehatan lainnya. d. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan keracunan serta bencana. e. Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program Surveilans epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit, misalnya surveilans epidemiologi infeksi nosokomial, perencanaan di rumah sakit dsb.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan surveilans epidemiologi dapat diarahkan pada tujuan-tujuan yang lebih khusus, antara lain : a. Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar untuk terserang penyakit, baik berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lainlain b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya c. Untuk menentukan reservoir dari infeksi d. Untuk memastikan keadaankeadaan yang menyebabkan bisa berlangsungnya transmisi penyakit. e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan f. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara penularannya, distribusinya, dsb. B. Lintas Alam 1. Definisi Lintas Alam Lintas alam merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di alam bebas, dimana kegiatannya dapat berupa olahraga jalan kaki, jalan cepat atau lari yang melewati pedesaan, sawah, gunung, sungai, hutan, hiking dsb. 2. Ketampakan lingkungan alam dimuka bumi Ketampakan lingkungan alam di muka bumi berbeda-beda. Antara lain dapat berupa: a. Pegunungan Salah satu ketampakan alam yang dapat kita lihat adalah bentang alam yang berupa bagian permukaan bumi yang tinggi, menjulang ke atas dan memanjang. b. Sungai Sungai juga termasuk kenampakan alam. Sungai adalah bagian permukaan daratan yang lebih rendah daripada daerah kanan kirinya, memanjang, dan dialiri air.

c.

Danau Danau merupakan kenampakan lingungan alam. Danau adalah sebuah cekungan di permukaan bumi (daratan), dimana jumlah air yang masuk lebih banyak daripada air yang keluar.

d.

Pantai Pantai adalah daerah perbatasan antara laut dan daratan.

e.

Laut Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah banyak dan luas, yang menggenangi dan membagi daratan menjadi benua atau pulau-pulau. Laut juga termasuk dalam kenampakan alam.

f.

Hutan Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya, juga merupakan tempat hidup berjuta flora dan fauna.

3.

Aktifitas Lintas Alam Yang menjadi aktifitas dalam lintas alam antara lain adalah pendakian gunung, penempuh rimba, penyusuran sungai dan pantai, olah raga arus deras, panjat tebing, petualangan gua dan lain sebagainya. Saat ini, pendakian gunung merupakan bagian dari olahraga, hobi, bahkan telah menjadi sebuah profesi.

4.

Fisiologi tubuh di pegunungan Mendaki gunung adalah perjuangan. Perjuangan melawan ketinggian dan segala konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat maka, kondisi lingkungan pun jelas akan berubah. Perubahan yang tampak jelas bila dikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakin bertambah ketinggian maka, suhu akan semakin turun dan kandungan oksigen udara juga semakin berkurang.

5.

Bahaya di gunung a. Faktor internal

Yaitu faktor yang berasal dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental. b. Faktor eksternal Yaitu faktor yang berasal dari luar si pendaki. Bahaya ini berasal dari obyek pendakiannya (gunung). Bahaya ini dapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsor dan lain-lain. 6. Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) Penyakit yang sering terjadi saat melakukan pendakian antara lain: a. Ketegangan dan panik Pencegahan: sering berlatih, berpikir positif dan optimis, persiapan fisik dan mental. b. Matahari / kepanasan (Hipoksia), antara lain kelelahan panas, kejang panas, sengatan panas. Pencegahan: aklimitasi, persediaan air, mengurangi aktivitas, garam dapur. c. d. Serangan penyakit antara lain demam, diare, typus, malaria. Kemerosotan mental (Drop) Gejala: Lemah, lesu, kurang dapat berfikir dengan baik, histeris. Penyebab: Kejiwaan dan fisik lemah, keadaan lingkungan mencekam. Pencegahan: Usahakan tenang, banyak berlatih. e. Bahaya binatang beracun dan berbisa Gejala: pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadangkadang mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan. Penyebab: Makanan dan minuman beracun. Pencegahan: Minum air garam, minum teh pekat, ditohok anak tekaknya.

f.

Keletihan amat sangat Pencegahan: Makan makanan berkalori, membatasi kegiatan.

g. h. i. j. k. l.

Kelaparan Kehausan Lecet Shock Kejang otot (Kram) Terkilir

m. Dislokasi (Sendi meleset) n. o. p. 7. Patah tulang Keracunan Kedinginan (Hypotermia)

Tujuan Lintas Alam Tujuan harus dirumuskan berdasarkan realita, tidak boleh terlalu ambisius. Tujuan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia, kemampuan anggota, dan waktu. Setiap anggota harus mengetahui dengan jelas tujuan perjalanannya.

8.

Penetapan Waktu Pelaksanaan Waktu yang ditetapkan harus dapat diikuti oleh semua anggota. Selain itu, yang harus diperhatikan adalah musim pada saat pelaksanaan perjalanan lintas alam tersebut.

9.

Peserta / Anggota Untuk menetapkan jumlah peserta harus diikuti dengan

pertimbangan-pertimbangan. Berapa orang yang dapat dilibatkan dengan fasilitas transportasi yang ada? Berapa orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan berdasarkan keahlian, pengalaman dan minat peserta. Untuk itu, maka diperlukan seleksi yang diantaranya: a. b. Menentukan koordinator perjalanan (leader). Bidang-bidang koordinasi.

c.

Sub-koordinasi (bidang dana, publikasi dan dokumentasi, perlengkapan akomodasi, logistik, medis dan lain-lain.)

10. Dana dan Anggaran Dalam menyusun anggaran diperlukan pertimbangan-pertimbangan kemungkinan tidak tercapainya dana yang dibutuhkan. Alokasi dana atau perjalanan harus tepat dan masuk akal. Membuat anggaran yang terperinci untuk setiap bidang. Keluar masuk uang hanya berhak dilakukan oleh satu orang, entah bendahara atau pemimpin perjalanan. Publikasi penting dan berkaitan erat dengan usaha pengumpulan dana. Untuk mendukung organisasi tersebut dalam usaha untuk mencari kemudahan fasilitas atau lainnnya. 11. Perijinan Setiap daerah mempunyai peraturan perijinan yang berbeda. Bagaimana prosedurnya haruslah diperhitungkan. 12. Pembukuan perjalanan Pembukuan sebaiknya dilakukan secepatnya. 13. Penelitian dan Perencanaan Perjalanan Perencanaan terperinci harus dilakukan oleh setiap bidang. Apabila memungkinkan ada baiknya mengirim satu kelompok pendahulu untuk dilakukan survey lokasi, yang bertugas mencari informasi tentang lokasi. Tinggi gunung, tumbuh-tumbuhan yang ada, arus sungai, temperature, adat istiadat penduduk setempat, dan lain-lain. Team survey melapor kepada pejabat setempat, menghubungi puskesmas atau dokter setempat (untuk bekerja sama apabila ada kecelakaan dalam perjalanan). Dengan terkumpulnya seluruh informasi kita dapat merencanakan perjalanan sematang mungkin. Melakukan pengecekan dan konfirmasi seluruh informasi apa yang telah masuk checklist perlengkapan disesuaikan dengan kondisi lokasi. Membuat daftar peralatan yang harus dibawa oleh individu atau kelompok. 14. Perencanaan di Lapangan

Kegiatan di lapangan harus sudah jauh-jauh hari dipersiapkan. Merumuskan secara terperinci dalam schedule. Menyusun rencana tersebut dalam suatu jadwal khusus hari per hari. Menetapkan waktu yang diperlukan untuk mencapai target tujuan perjalanan, juga strategi yang akan digunakan dan rute yang akan ditempuh serta tempat menginap. 15. Briefing Seluruh anggota harus mengikuti briefing. Pemimpin perjalanan menjelaskan segala sesuatu yang berkenaan dengan perjalanan antara lain tujuan, lokasi, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, metode dan strategi di lapangan dan sebagainya. 16. Check Kesehatan Check kesehatan perlu untuk dilakukan. Usahakan juga mendapat vaksinasi untuk mencegah demam, tuberculosis, serta anti tetanus. 17. Pelaksanaan Perjalanan Dalam tahap ini pemimpin perjalanan langsung menangani pelaksanaan perjalanan. Pimpinan harus pandai menekankan kepada anggota-anggotanya bahwa keberhasilan suatu perjalanan ditentukan oleh kemampuan setiap anggota untuk belajar, tinggal dan bekerjasama sebagai suatu kelompok yang utuh, pada setiap kesempatan lakukanlah pertemuan untuk mengadakan evaluasi dan diskusi mengenai masalahmasalah yang dihadapi. Memberikan kesempatan pada setiap bidang untuk melaporkan setiap kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan, sehingga setiap anggota akan dapat mengetahuinya. Pada pelaksanaan, masing-masing kelompok mendaftarkan kelompoknya pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camp pendakian. Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan selalu tetap, dimana pelopor di depan dengan membawa guide. kelompok inti di tengah dan team penyapu di belakang. Apabila terdapat peserta yang melanggar aturan jangan segan-segan untuk menegurnya. Demikian juga, saat penurunan.

Posisi diusahakan masih tetap seperti semula. Setelah tiba di puncak dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta barang kali ada yang tertinggal. 18. Setelah Perjalanan Tahap ini adalah anti klimaks. Seringkali ter-ulur bahkan sering dilupakan. Ada baiknya membuat laporan perjalanan dan apabila memungkinkan mengirimkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran perjalanan. C. Kesehatan Matra 1. Pendahuluan Secara umum Kesehatan Matra merupakan salah satu upaya kesehatan seperti yang tercantum dalam pasal 97 Undang- undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Upaya Kesehatan Matra juga mencakup pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kesehatan Matra merupakan kegiatan khusus yang diselenggarakan untuk menghadapi kondisi dari seluruh aspek matra yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia dalam lingkungannya. Menurut Pedoman Kesehatan Matra Depkes yang ditetapkan melalui Kepmenkes 1215/Menkes/SK/XI/2001 Ruang Lingkup Kesehatan Matra dibagi menjadi : 1) Kesehatan Matra Lapangan Upaya Kesehatan Haji Upaya Kesehatan Transmigrasi Upaya Kesehatan Penanggulangan Korban Akibat Bencana Upaya Kesehatan di bumi perkemahan Upaya Kesehatan Akibat Gangguan Kamtibmas Upaya Kesehatan Lintas Alam Upaya Kesehatan Bawah Tanah Upaya Kesehatan Wisata dll

2) Kesehatan Matra Kelautan dan Bawah Air ( Laut ) Upaya Kesehatan Penyelaman dan Hyperbarik Upaya Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai, yang merupakan domain dari Kesehatan TNI AL 3) Kesehatan Matra Dirgantara ( Udara ) Upaya Kesehatan Penerbangan, yang merupakan domain dari Kesehatan TNI AU. Tujuan dari kesehatan matra adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi kondisi matra agar tetap sehat. Sasaran dari kesehatan matra adalah meningkatnya kesehatan penduduk dalam kondisi matra serta menurunnya angka kesakitan, kecatatan dan kematian penduduk akibat kondisi matra melalui proses pelaksanaan kegiatan yang terorganisasi lintas program dan lintas sektor dengan melibatkan swasta dan masyarakat melalui kemitraan yang dinamis. 2. Definisi a. Matra adalah dimensi / lingkungan / wahana / media tempat seseorang atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan. b. Kondisi Matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yang serba berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan tersebut. c. Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik di lingkungan darat, laut dan udara. Kesehatan Matra Darat adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan / kegiatan di daratan yang spesifik, bersifat temporer dan serba

berubah serta mempunyai dampak terhadap kondisi fisik, mental dan kemampuan melaksanakan kegiatan individu yang bersangkutan 3. Ilmu Kesehatan Matra Lapangan a. Aspek Suhu 1) Kesehatan pada lingkungan panas. a) Adaptasi pada lingkungan panas. b) Pencegahan penyakit akibat lingkungan panas c) Penanganan penyakit akibat lingkungan panas. 2) Kesehatan pada lingkungan dingin : a) Adaptasi pada lingkungan dingin b) Pencegahan penyakit akibat lingkungan dingin c) Penanganan penyakit akibat lingkungan dingin. b. Aspek Medan : 1) Kesehatan pada daerah tinggi a) Adaptasi pada daerah tinggi b) Pencegahan penyakit akibat daerah tinggi. c) Penanganan penyakit akibat daerah tinggi. 2) Kesehatan pada daerah hutan, rawa, sungai dan pantai. 3) Ilmu Kesehatan Survival. 4. Kesehatan Matra Lintas Alam Kesehatan Matra Lintas Alam merupakan upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik, mental dan sosial peserta dan penyelenggara kegiatan lintas alam dengan mencegah, mengurangi dan menanggulangi kecelakaan-kecelakaan yang terjadi akibat kegiatan pelintas alam. Upaya kesehatan lintas alam merupakan salah satu bagian dari beberapa yang ada pada ruang lingkup kesehatan matra. Kegiatan lintas alam merupakan aktifitas matra lapangan yang direncanakan.

Tujuan Upaya Kesehatan Matra Lintas Alam adalah mencegah, mengurangi dan menanggulangi kecelakaan-kecelakaan yang terjadi akibat kegiatan pelintas alam. Sasaran Kesehatan Matra Lintas Alam sebagai berikut: a. b. c. Peserta lintas alam Penyelenggara Petugas yang melayani Upaya dan kegiatan Kesehatan Matra Lintas Alam antara lain: a. b. c. d. e. Pemeriksaan kesehatan. Penyuluhan kesehatan. Pelayanan P3K. Pengamatan penyakit dan tindak lanjutnya Pengamatan lokasi atau lingkungan dari hal-hal yang

membahayakan. f. g. h. i. Pelayanan rujukan. Memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan latihan. Membantu dalam latihan aklimatisasi medan. Pemasangan WBGT manual maupun digital

Data yang diperlukan untuk kegiatan lintas alam meliputi: a. b. c. d. e. Jumlah dan identitas peserta. Kondisi geografis dan klimatologi lokasi lintas alam. Sarana komunikasi. Kejadian kecelakaan cedera, cacat, mati. Logistik.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Pusdiklat Pegawai Depkes. RI, Modul Surveilans Epidemiologi, untuk Pelatihan Fungsional bagi Tenaga Surveilans di Puskesmas, Jakarta, 1997. Junadi Purnawan, Pengantar Analisis Data, Edisi Pertama, Depok, Agustus 1993. Departemen Kesehatan RI. KESEHATAN MATRA (Materi Informasi dan Advokasi). Perpustakaan Kementrian Kesehatan RI. Diakses pada tanggal 11 Desember 2013, Jam 18.44 WIB. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 395/Menkes-Kesos/SKB/V/ 2001 < Nomor 19 tahun 2001, tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit. Sasmito, Yugo. Kesehatan Matra. Diakses pada tanggal 11 Desember 2013, Jam 18.47 WIB. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor: 17/KEP/M.PAN/II/ 2000 Jabatan Fungsional

Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1215/Menkes/SK/XI/2001 tentang Pedoman Kesehatan Matra. Tahangnacca, Minsarnawati. Surveilans Epidemiologi.

http://id.scribd.com/doc/144337686/surveilans-epidemiologi-2011-psik. Diakses pada tanggal 11 Desember 2013, Jam 18.51 WIB. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai