aku saksikan sepasang mataku menghamburkan jutaan kunang-kunang. kuning seperti daun lerai dari ranting
kunang-kunang itu berkerumun di ujung-ujung
jari tanganku menyematkan ciuman terakhir sebelum terbang berkilau-kilauan di udara
kunang-kunang itu melanglang mencari sepasang
matamu yang berada dalam sebuah pejam yang lain pejam yang telah lama direncanakan alam dan malam.
dan engkau menyangka kunang-kunang
yang masuk ke matamu adalah mimpi, mimpi yang engkau duga-duga maknanya
namun pada saatnya engkau akan tahu,
kelak kunang-kunang itu terbang hinggap di kelopak pipimu setiap kali aku engkau kenang
/2/
tiba-tiba mampu aku pahami
seluruh yang pernah datang bertandang ke dua mataku bahkan yang aku duga mimpi
tiba-tiba aku jatuh cinta
melebihi seluruh jatuh cinta yang pernah menyakiti dadaku. namun
ketika ingin aku katakan pada telingamu
aku tak lagi memiliki suara, ketika ingin aku katakan pada matamu aku tak lagi memiliki cahaya. /3/
melalui lubang pepori kulitku, air resap perlahan
membentuk sungai-sungai kecil di tubuhku
sungai itu mencari rongga dadaku
mencari lautan yang pernah dipenuhi ribuan ikan mungil peliharaanmu
sesaat sebelum mataku dikatup
dan peti matiku ditutup, sungai-sungai itu meluap, menguap ke langit lapang, langit yang selalu engkau pandang sambil menggigit bibir sendiri dengan mata bergenang-linang, sebab engkau tak mau lebih manja dari langit di bulan-bulan hujan
tetapi tidak. kelak langit dan dirimu
sendiri akan memaafkan semua kesedihan yang engkau ciptakan dari kematianku SENDIRI TANPAMU
Rindu yang bermain di jiwa
Menggoda musim sepiku Mengheret aku tenggelam Dalam menungan yang panjang
Kepedihan ini Menikam tajam hari-hariku Detik waktu yang ku tunggu Tanggungan derita Penuh lara
Mestikah aku rebah
Tika belati tajam berbisa Menusuk tubuhku
Mampukah aku berdiri
Saat kesaorangan begini Sendiri tanpamu Menghadap hidangan duka Berpanjangan
Mampukah aku bersuara
Andai jeritan batin ini Terpenjara diruang kamar tertutup Tanpa simpati sesiapa
Sejuta sendu yang engkau tinggalkan
Di depan mataku Sejuta resah menangani langkahku Adakah hanya sebuah ilusi bagimu?
Kenangan demi kenangan
Bersamamu dulu Mengusik resah jiwaku Mampukah aku Menghapus semua cerita iti Mampukah aku Mengusir detik seindah Musim bunga berkembangan di taman...