Anda di halaman 1dari 28

Makalah

System Pengukuran Partikel


Disusun untuk memenuhi tugas sistem pengukuran dan instumentasi

Oleh Lalu Sahrul Hudha

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

Daftar Isi
BAB I I.1 I.2 I.3 BAB II II.1 II.2 Pendahuluan ...................................................................................................................... 1 Latar Belakang.................................................................................................................... 1 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2 Tujuan ................................................................................................................................ 2 Tinjauan Pustaka ................................................................................................................ 3 Partikel .............................................................................................................................. 3 Particle Collector ................................................................................................................ 6 Electrical Mobility Analysis (EMA) ............................................................................ 6 Dynamic Light Scattering ........................................................................................... 7 Laser Diffraction Particle Sizing ................................................................................ 9

II.2.1 II.2.2 II.2.3 II.3

Particle Counter ............................................................................................................... 12 Condensation Particle Counter (CPC) ...................................................................... 12 Teknik Electrophoretic Light Scattering (ELS) ......................................................... 13 Image Capture Optic ................................................................................................ 14 Automated Imaging .................................................................................................. 14

II.3.1 II.3.2 II.3.3 II.3.4 II.4

Particle Measurement Device ........................................................................................... 15 SMPS ........................................................................................................................ 15 Fast Mobility Particle Sizer (FMPS) .......................................................................... 18 Tapered-Element Oscillating Microbalance (TEOM) ................................................ 20 Aerodynamic Particle Sizer (APS) ............................................................................ 21

II.4.1 II.4.2 II.4.3 II.4.4 BAB III III.1 III.2

Penutup ........................................................................................................................... 25 Kesimpulan ...................................................................................................................... 25 Saran................................................................................................................................ 25

Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 26

BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Dalam konteks pembahasan ini, partikel dapat didefinisikan sebagai padatan, cairan, atau gelembung gas dengan dimensi fisik dalam rentang sub-nanometer hingga beberapa milimeter. Partikel tidak bisa terlepas dari kehidupan makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya mengingat berbagai dampak yang bisa ditimbulkannya terhadap berbagai aspek kehidupan. Berbagai karakteristik partikel bisa mempengaruhi lingkungan, kesehatan, dan kualitas dari suatu produk. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dari partikel itu sendiri. Beberapa karakteristik partikel yang perlu diketahui diantaranya adalah Ukuran partikel, Bentuk partikel, Sifat permukaan partikel, Sifat mekanik partikel, Sifat muatan partikel, dan Mikrostruktur. Sifat fisis dari partikel yang paling penting adalah ukuran partikel. Hal ini disebabkan karena secara langsung ukuran partikel berpengaruh pada sifat material seperti laju reaksi pada katalis, stabilitas suspensi pada cat, tekstur dan rasa pada makanan, tampilan pada pelapis bubuk dan tinta, viskositas pada , densitas dan porositas pada keramik, dan kualitas udara. Sehingga mengukur ukuran partikel dan mengetahui bagaimana hal itu dapat berpengaruh pada produk dan prosesnya bisa menjadi kunci sukses pada berbagai bisnis manufaktur. Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai karakteristik partikel terutama ukuran partikel, maka perlu dilakukan kajian mengenai berbagai metode pengukuran partikel. Halhal yang perlu dikaji di sini adalah klasifikasi partikel itu sendiri berdasarkan aspek ukuran dan bentuk, metode pencuplikan partikel berdasarkan ukuran partikel itu sendiri, metode pencacahan partikel, metode pengukuran ukuran partikel, dan menampilkan hasilnya dalam bentuk distribusi ukuran partikel.

I.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas, maka beberapa masalah yang akan dibahas pada makalah ini diantaranya adalah: 1) Apakah yang dimaksud dengan partikel dan berbagai karakteristik yang perlu diketahui? 2) Bagaimana mengklasifikasikan partikel berdasarkan ukuran dan sifat partikel tersebut? 3) Bagaimana melakukan pencuplikan partikel berdasarkan ukurannya? 4) Bagaimana melakukan pencacahan partikel?

I.3

Tujuan

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi mengenai beberapa hal yang menyangkut sistem pengukuran partikel, diantaranya adalah: 1) Mengetahui tentang partikel dan berbagai karakteristiknya 2) Mengetahui klasifikasi partikel berdasarkan ukuran dan sifat partikel tersebut 3) Mengetahui cara melakukan pencuplikan partikel berdasarkan ukurannya 4) Mengetahui cara melakukan pencacahan partikel

BAB II Tinjauan Pustaka

II.1 Partikel
Dalam konteks pembahasan ini, partikel dapat didefinisikan sebagai padatan, cairan, atau gelembung gas dengan dimensi fisik dalam rentang sub-nanometer hingga beberapa milimeter. Beberapa tipe partikel diantaranya adalah: a) Bubuk dan butiran seperti zat pewarna bubuk, semen, dan ramuan obat bubuk. b) suspensions, emulsions dan slurries seperti vaksin, susu, dan lumpur tambang. c) Aerosol dan sprays. Beberapa industri secara rutin melakukan pengukuran atau karakterisasi partikel karena beberapa alasan diantaranya adalah: Untuk mengontrol kualitas produk dan untuk mengetahui bagaimana partikel mempengaruhi produk, bahan, dan proses yang tentu saja akan memperbaiki kehandalan produk. (Anonymous, 2012) Beberapa sifat partikel yang penting untuk diketahui nilainya adalah: 1. Ukuran partikel 2. Bentuk partikel 3. Sifat permukaan partikel 4. Sifat mekanik partikel 5. Sifat muatan partikel 6. Mikrostruktur Sifat fisis dari partikel yang paling penting adalah ukuran partikel. Hal ini disebabkan karena secara langsung ukuran partikel berpengaruh pada sifat material seperti Laju reaksi pada katalis, stabilitas suspensi pada cat, tekstur dan rasa pada makanan, tampilan pada pelapis bubuk dan tinta, viskositas pada , densitas dan porositas pada keramik. Sehingga mengukur ukuran partikel dan mengetahui bagaimana hal itu dapat berpengaruh pada produk dan prosesnya bisa menjadi kunci sukses pada berbagai bisnis manufaktur. Partikel merupakan objek 3-dimensi dengan bentuk yang beragam. Namun, seringkali ukuran partikel didefinisikan sebagai sebuah bola dengan diameter d. Oleh karena itu, sangat penting untuk diketahui bahwa perbedaan teknik pengukuran memberikan
3

perbedaan model bola yang digunakan sehingga seringkali tidak memberikan nilai diameter partikel yang sama. Di bawah ini ditunjukkan beberapa model yang digunakan untuk mendifinisikan ukuran partikel berdasarkan kesamaan parameter fisis tertentu seperti panjang maksimum, panjang minimum, laju sedimentasi, ukuran saringan, luas permukaan, volume, dan berat.

Gambar II.1 Metode penentuan dimensi partikel berdasarkan berbagai parameter fisis Sejumlah kriteria yang harus dipertimbangkan ketika memilih teknik karakterisasi partikel diantaranya adalah: 1. Sifat partikel yang ingin dikarakterisasi 2. Rentang ukuran partikel yang akan dikarakterisasi 3. Apakah sampel yang digunakan bersifat polydispersi? 4. Seberapa cepat pengukuran yang dibutuhkan? 5. Resolusi pengukuran yang dibutuhkan Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa teknik pengukuran yang bisa digunakan berdasarkan range ukuran partikel dan tingkat kemampuan dalam melakukan pengukuran beberapa parameter fisis partikel.

Tabel II.1 Tekik pengukuran partikel

Sejumlah teknik karakterisasi partikel mengharuskan sampel yang akan dianalisis dalam bentuk terdispersi dimana partikel secara individual terpisah satu sama lain. Terdapat dua teknik yang digunakan untuk mendispersikan sample partikel, yaitu: 1. Wet dispersion partikel terdispersi dalam larutan 2. Dry dispersion partikel terdispersi dalam gas Pada wet dispersion, partikel dilingkupi oleh larutan atau membasahi permukaan partikel dengan molekul dipersent sehingga menurunkan energi permukaannya, mereduksi gaya antar partikel, sehingga terpisah satu sama lain. Untuk mendispersikan partikel secara individual seringkali menggunakan sejumlah energi seperti energi kinetik atau gelombang mekanis menggunakan ultrasonik. (Anonymous, 2012) Sedangkan pada Dry dispersion seringkali menggunakan udara kering yang dialirkan melalui sampel partikel. Terdapat tiga tipe berbeda berdasarkan mekanisme dispersi partikel dimana ketiga mekanisme ini membutuhkan energi yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar II.2 Metode Dry dispersion Metode dry dispersion tidak sesuai untuk partikel dengan ukuran yang sangat kecil (1 mikrometer) karena pada level ini interaksi antara partikel sangat tinggi. Selain itu, jika energi yang digunakan terlalu besar dapat menyebabkan kerusakan pada partikel selama proses dispersi. Oleh karena itu, lebih banyak digunakan metode wet dispersion dalam melakukan pemisaha atau dispersi partikel.

II.2 Particle Collector


II.2.1 Electrical Mobility Analysis (EMA) Electrical Mobility Analysis (EMA) adalah teknik yang efisien untuk mengukur distribusi ukuran partikel aerosol pada rentang ukuran submikron. Salah satu teknik yang termasuk ke dalam Electrical Mobility Analysis adalah Differential mobility spectrometer (DMS) yang memiliki respon analisis yang cepat. Secara umum alat yang mengadopsi teknik ini terdiri dari particle charger, kolom klsaifikasi, dan serangkaian detektor. Proses pengukurannya diawali dengan mengalirkan sampel melewati corona-wire diffusion charger yang memberikan muatan pada partikel. Kemudian melewati bagian luar selinder yang delengkapi dengan serangkaian cincin elektroda terisolasi dan terhubung dengan electrometer sensitiv. Hasil pembacaan dihasilkan dari deposisi partikel bermuatan pada cincin electrometer, kemudian dikonversi menjadi konsentrasi partikel yang sesuai dengan rentang mobilitas elektrik yang terkumpul pada setiap chanel. (Biskos G. Dkk, 2005)

Gambar II.3 Electrical Mobility Analysis (EMA) II.2.2 Dynamic Light Scattering Dynamic light scattering (DLS), atau sering disebut sebagai Photon Correlation Spectroscopy (PCS) atau Quasi-Elastic Light Scattering (QELS), merupakan teknik yang baik digunakan untuk mengukur ukuran partikel dan makromolekul dalam skala submikron hingga di bawah 1 nanometer. Teknik ini juga bisa digunakan untuk mengukur sampel yang terdiri dari partikel yang terlarut dalam larutan seperti protein, polimer, karbohidrat, nanopartikel, dan emulsi. Beberapa keuntungan dari teknik ini diantaranya adalah: Rentang pengukuran ukuran partikel sesuai untuk aplikasi dalam bidang nanoteknologi dan biomaterial Memerlukan kuantitas sampel yang sedikit Analisis cepat Bersifat non-invasive yang memungkinkan sampel bisa diguanakan kembali.

Prinsip kerja Jika partikel ditembak dengan sebuah laser, intensitas cahaya hamburan berfluktuasi pada kecepatan yang bergantung pada ukuran partikel; partikel yang lebih kecil dipindahkan oleh molekul pelarut dan bergerak lebih cepat. Analisis terhadap fluktuasi intensitas ini

memberikan kecepatan gerak brown, sehingga didapatkan ukuran partikel menggunakan hubungan Stokes-Einsteini. Diameter yang diukur dalam Dynamic Light Scattering disebut sebagai diameter hydrodinamik dan mengacu pada cara partikel berdifusi dalam cairan. Diameteri ini diperoleh dengan teknik dimana sebuah bola memiliki koeffisien diffusi translasi yang sama dengan partikel yang diukur.

Gambar II.4 Ilustrasi diameter DLS lebih besar daripada diameter core Koeffisien diffusi translasi tidak hanya bergantung pada ukuran partikel inti, tetapi juga pada struktur permukaan, seperti konsentrasi dan tipe ion di dalam medium. Sehingga ukurannya akan lebih besar dibandingkan dengan yang terukur oleh mikroskop elektron. Sebuah instrumen Dynamic Light Scattering terdiri dari sumber sinar laser, lensa cembung untuk memfokuskan sinar laser ke sampel. Sinar dihamburkan oleh partikel ke segala arah dan sebuah detektor tunggal, yang ditempatkan pada sudut 90 0 dalam arah sinar laser, menerima intensitas sinar laser yang terhamburkan. Fluktuasi intensitas dari cahaya hamburan dikonversi ke dalam pulsa listrik, yang selanjutnya diumpankan ke sebuah dijital korelator. Sehingga dihasilkan fungsi autokorelasi yang digunakan untuk menghitung ukuran partikel. Beberapa keunggulan menggunakan teknik ini diantaranya adalah Memperbaiki sensitivitas pengukuran Rentang konsentrasi sampel yang diukur lebih lebar
8

Preparasi sampel lebih sederhana

II.2.3 Laser Diffraction Particle Sizing Difraksi laser secara luas digunakan untuk mengukur ukuran partikel dalam rentang ratusan nanometer hingga beberapa milimeter. Beberapa keuntungan dari metode ini diantaranya adalah: Rentang pengukuran yang lebar Pengukuran cepat kurang dari satu menit Dapat digunakan untuk jumlah sampel partikel yang relatif banyak untuk setiap pengukuran Memonitor dan mengontrol proses dispersi partikel dapat dilakukan secara bersamaan. Dapat melakukan ratusan pengukuran per hari Kalibrasi tidak dibutuhkan vefikasi dilakukan secara mudah menggunakan material standar yang dijadikan referensi. Prinsip kerja Difraksi laser mengukur distribusi ukuran partikel dengan mengukur variasi angular dari intensitas sinar laser yang terhamburkan oleh sampel partikel terdispersi. Partikel besar menghamburkan sinar laser dengan sudut hamburan terhadap sinar datang lebih kecil dibandingkan dengan partikel kecil seperti yang diilustrasikan gambar di bawah ini:

Gambar II.5 prinsip kerja Laser Diffraction Particle Sizing Laser difraksi menggunakan teori Mei tentang hamburan sinar untuk menghitung distribusi ukuran partikel, dengan mengasumsikan sebuah model volume bola ekuivalen. Teori Mei membutuhkan sifat optik (indeks refraksi dan komponen imajiner) baik untuk dispersan dan sampel yang diukur. (Anonymous, 2012) Umumnya sifat optik dari dispersant relatif lebih mudah diketahui dari database. Namun, sifat optis dari sampel seringkali tidak diketahui, sehingga dapat dibuat tebakan dan menggunakan pendekatan iteratif berdasarkan kesesuaian dengan model data versus aktual. Pendekatan sederhana adalah menggunakan pendekatan Fraunhofer, dimana tidak memerlukan sifat optik dari sampel. Umumnya sebuah sistem laser difraksi terdiri dari tiga elemen seperti yang tampak pada gambar di bawah ini: 1. Optical bench Sampel terdispersi terlebih dahulu melewati optical bench, dimana sinar laser ditembakkan ke partikel. Serangkain detektor secara akurat mengukur intensitas cahaya yang terhamburkan oleh partikel yang terdapat dalam sampel dalam berbagai sudut.

10

Gambar II.6 Optical bench 2. Sample dispersion unit Perlakuan terhadap sampel dan proses dispersinya dikontrol oleh Sample dispersion unit yang didesain baik untuk pengukuran sampel basah atau kering. Ini untuk memastikan bahwa partikel yang masuk ke optical bench pada konsentrasi yang tepat dan sesuai, serta keadaan dispersi yang stabil. Untuk Wet sample dispersion units menggunakan dispersent larutan, enceran, atau pelarut untuk mendispersi sampel. Agar sampel homogen dan terlarut maka partikel secara kontinyu dilewatkan kembali melalui daerah pengukuran. sedangkan untuk Dry powder sample dispersion units melewatkan sampel melalui aliran gas yang umumnya berupa udara kering. Secara normal sampel masuk melalui daerah pengukuran sebanyak satu kali, sehingga diperlukan pengambilan data pada kecepatan tinggi, umunya sekitar 10kHz. 3. Instrument Software Instrument Software mengontrol sistem selama proses pengukuran dan menganalisis data hamburan untuk menghitung distribusi ukuran partikel.

11

II.3 Particle Counter


II.3.1 Condensation Particle Counter (CPC) CPC bekerja dengan mengkondensasikan sejumlah cairan pada partike untuk meningkatkan ukurannya sehingga mudah dideteksi dengan metode optik. CPC terdiri dari tiga komponen dasar: 1) Saturator, 2) Condenser, 3) sistem optis dan detektor. Partkel nonevavorating terkecil (Dkelvin) ditentukan oleh karakteristik fluida, rasio supersaturasi dari uap, dan karakteristik permukaan partikel.

Dimana

=Diameter Kelvin;

=tegangan permukaan fluida;

=berat mulekul fluida;

=densitas fluida; R=konstanta gas; T=Temperatur; S=rasio supersaturasi.

Dimana

=Tekanan Uap;

=Tekanan Uap Saturasi.

CPC mampu mendeteksi partikel dibawah 2.5nm dengan effisiensi 50%. Condensation Particle Counter (CPC) memiliki prisnsip dasar mengkonsdensasikan uap jenuh ke partikel yang berukuran sangat kecil.

12

Gambar II.7 Condensation Particle Counter (CPC) Pada gambar di atas ditunjukkan bagaimana pertikel mengalir melalui heated saturator, dimana butanol mengalami evaporasi ke dalam aliran udara. Sampel aerosol mengalir melalui kondensor pendingin dimana terdapat uap jenuh yang mengalami kondensasi dan melingkupi partikel yang melewatinya. Sehingga dihasilkan butiran partikel yang lebih besar dan memudahkan untuk mendeteksi maupun mengukurnya. Butiran ini kemudian melewati detektor optis. II.3.2 Teknik Electrophoretic Light Scattering (ELS) Electrophoretic Light Scattering (ELS) merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengukur mobilitas elektrophoretic dari partikel yang terdispersi, atau molekul di dalam larutan. Mobilitas ini seringkali dikonversi ke dalam bentuk zeta potensial agar mampu membandingkan material dalam kondisi eksperimen yang berbeda. Prisnsip fisika dasar yang digunakan pada teknik ini adalah elektrophoresis. Partikel terdispersi akan melewati suatu kontruksi sel yang terdiri dari dua elektroda. Sebuah medan listrik timbul antara dua elektroda tersebut. Partikel atau molekul bermuatan akan tertarik ke elektroda yang memiliki muatan berlawan dengan partikel tersebut. Kecepatan partikel tersebut tertarik ke elektroda

13

diketahui sebagai mobilitas elektroporetik yang berhubungan dengan zeta potensialnya. Kecepatan partikel diukur menggunakan teknik laser Doppler yang menghasilkan dua implementasi yaitu pergeseran frekuensi yang bisa memberikan informasi tentang distribusi zeta potensial dan pergeseran fase. II.3.3 Image Capture Optic Gambar dari partikel tunggal dicapture menggunakan camera digital ccd. Pada sistem imaging dinamis menggunakan mekanisme aliran hidrodinamik agar terfokus pada partikel yang berukuran kecil.

Gambar II.8 Static imaging (kiri) dan dynamic imaging (kanan) II.3.4 Automated Imaging Autonated Imaging adalah teknik langsung yang memiliki resolusi tinggi untuk karakterisasi partikel dari ukuran 1 mikron hingga beberapa milimeter. Image partikel individual dicaptur dari sampe terdispersi yang kemudian dianalisis untuk menentukan ukuran partikel, bentuk partikel, dan karakteristik fisis lainnya. Distrubusi partikel direpresentasikan secara statistik dengan cara mengukur puluhan hingga ratusan ribu partikel setiap perngukuran. Terdapat dua tipe pengukuran dengan teknik ini berdasarkan kondisi partikel di dalam sampel yang berkaitan dengan gerakannya yaitu Static imaging system dan dynamic imaging system. Beberapa aplikasi yang menggunakan teknik ini diantaranya adalah: Mengukur perbedaan bentuk dimana ukuran partikel itu sendiri tidak menunjukkan perbedaan.

14

Mendeteksi dan/atau mengelompokka partikel berdasarkan partikel yang berukuran besar sekali atau partikel yang terkontaminasi. Pengukuran ukuran untuk partikel yang tidak menunjukkan bentuk bola seperti kristal berbentuk jarum Berguna sebagai alat validasi untuk pengukuran ukuran partikel yang lain seperti laser diffraksi.

Metode penyajian sampel dan proses dispersinya Tahap ini sangat penting agar didapatkan hasil yang terbaik: pemisahan spasial dari partikel tunggal dan gumpalan merupakan aspek penting pada bagian ini. Metode penyajian sampel yang digunakan bergantung pada jenis sampel dan instrumen yang digunakan. Dynamic Image Instrumentation menggunakan lubang aliran dimana sampel mengalir melalui lubang ini selama pengukuran. Sedangkan Static Imaging Instrumentation menggunakan permukaan substrat seperti slide mikroskop atau membran filter.

Gambar II.9 Ilustrasi pemisahan partikel yang harus dilakukan sebelum melakukan pencuplikan

II.4 Particle Measurement Device


II.4.1 SMPS

Sejak awal abad 21 semakin banyak pengembangan manufaktur berdasarkan nanoteknologi dan nanopartikel. Oleh karena itu dibutuhkan pengukuran ukuran nanopartikel secara akurat karena ukuran partikel merupakan salah satu parameter fisis yang sangat berpengaruh pada sifat material hasil dari produk nanoteknologi. Selain itu, pengukuran ini bermanfaat untuk mengetahui ukuran partikel yang bisa berbahaya bagi pernapasan.
15

Spektrometer SMPS menggunakan Differential Mobility Analysis (DMA) untuk mengklasifikasikan ukuran partikel yang melewatinya dan sebuah Condensation Particle Coutner (CPC) untuk menentukan konsentrasi tiap ukuran partikel seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar II.10 Scaning Mobility Particle Sizer (SMPS) DMA menggunakan prinsip mobilitas elektrik partikel (Zp: kemampuan partikel bermuatan bergerak di dalam medan listrik) yang berbanding terbalik dengan diameter partikel.

Dimana

=mobilitas elektrik;

=jumlah muatan per partikel; e=muatan elementer elektron; =faktor koreksi slip Cunningham dimana juga

=viskositas gas;

=diameter partikel; .

merupakan fungsi dari

Salah satu jenis DMA yang sangat berguna untuk mencounting partikel dengan ukuran nano adalah nano Differential Mobility Analyzer (NDMA) yang secara khusus
16

didesain untuk meningkatkan resolusi pengukuran mencapai skala nanometer dan secara teknis meningkatkan effisiensi transmisi partikel nano dengan meminimalisir bidang diffusi dan partikel yang hilang karena difusi dan gaya elektrik. NDMA terdiri dari elektroda silinder terpusat yang memiliki tegangan negativ dikelilingi oleh elektroda luar yang tergroundkan. Aerosol tertarik ke silinder NDMA Pada spektrometer SMPS, data mentah yang diperoleh dari CPD harus diproses secara komplek dengan data inversi untuk mengkonversikannya dalam bentuk distribusi ukuran. Data inversi yang dimaksud terdiri dari beberapa variabel, yaitu: a) Tegangan DMA b) Aliran CPC dan DMA c) Waktu scaning d) Distribusi muatan e) Kurva effisiensi dari CPC f) Fungsi transfer DMA g) Parameter dari gas yang digunakan h) Diffusion Loss Kontrol tegangan DMA dan akurasi aliran merupakan dua hal yang sangat penting untuk pengukuran dengan kualitas tinggi. SMPS menggunakan skema aliran sirkulasi yang memungkinkan aliran yang masuk sama dengan yang keluar. Hal ini penting untuk menjamin aliran laminar di dalam DMA, meminimalkan gangguan aliran yang bisa menurunkan resolusi pengukuran, dan menjamin bahwa laju aliran aerosol monodispersi yang keluar sama dengan laju aliran aerosol yang masuk. Semakin lama waktu pencuplikan menghasilkan pengukuran yang lebih akurat. Untuk akurasi yang paling tinggi digunakan waktu pencuplikan 300 detik selama aliran aerosol yang masuk tetap stabil. Pada SMPS, distribusi ukuran dan akurasi konsentrasi bergantung pada pengetahuan tentang distribusi muatan aerosol. Oleh karena itu, Radioactive ionizer digunakan untuk menginduksi muatan bipolar. Salah satunya adalah Krypton-85 yang mengemisikan beta. Radioactive ionizer jenis ini memiliki gas emisi yang tidak terserap tubuh sehingga aman untuk digunakan selama jumlah yang digunakan dalam dosis yang aman. Dalam banyak aplikasi, jumlah yang digunakan adalah 10mCi.

17

Spesifikasi ukuran minimum partikel untuk CPC ditentukan oleh kurva effisiensi pencuplikan CPC

Gambar II.11 Kurva effisiensi pencuplikan partikel CPC Beberapa faktor yang bisa berpengaruh pada kurva effisiensi CPC adalah Variasi instrumen yang digunakan, fluida yang digunakan, serta gas yang digunakan membawa partikel seperti N2, Ar, dan CO2. (Nanoparticle Sizing and Key Factors For Accuracy when Measuring Nanoparticle Size Distributions in Real Time Using the TSI Scanning Mobility Particle Sizer)
II.4.2 Fast Mobility Particle Sizer (FMPS)

Fast Mobility Particle Sizer merupakan salah satu alat pencuplik partikel aerosol dalam rentang diameter 5.6 hingga 560 nanometer. FMPS mampu mengukur distribusi ukuran partikel dengan resolusi satu detik, mampu menampilkan distribusi ukuran partikel secara real-time. SMPS secara ideal digunakan untuk mengukur sifat dinamis dari partikel submikron dalam berbagai aplikasi seperti formasi partikel, studi perkembangan partikel, kualitas udara ruangan, penelitian dalam bidang lingkungan, sebaran pencemaran, dan banyak aplikasi lainnya yang sangat berguna terutama dalam kontrol kualitas udara. Spectrometer FMPS bekerja pada kecepatan tinggi yaitu 10 Liter/menit, sehingga dapat mengurangi partikel sampel yang hilang karena difusi. Aliran sampel ini dikontrol menggunakan mikroprosesor, pompa internal yang mengontrol temperatur dan tekanan.

18

FMPS bekerja menggunakan unipolar diffusion charger yang berfungsi memberikan muatan tertentu pada partikel. Spektrometer FMPS bekerja dengan mengkombinasikan alat detektor berupa deretan elektrometer dan teknik klasifikasi mobilitas elektrik. Dengan teknik ini maka didapatkan sinyal dari semua partikel secara simultan. Sinyal ini berupa arus listrik yang berasl dari elektrometer. Sinyal ini diproses secara real-time menggunakan Digital Signal Processing (DSP) performa tinggi. Akan tetapi, spektrometer SMPS memberikan resolusi pengukuran yang lebih tinggi, namun hanya bagus digunakan untuk mengukur aerosol yang relatif stabil. Sedangkan spektrometer FMPS memiliki kemampuan memvisualisasikan distribusi ukuran partikel secara real-time. Prinsip kerja Sampel partikel dialirkan secara kontinyu dan dimuati muatan positif dengan tingkat yang dapat dikontrol menggunakan corona charger. Partikel termuati tersebut kemudian dialirkan ke daerah pengukuran sekitar pusat elektroda tegangan tinggi seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar II.12 Fast Mobility Particle Sizer (FMPS)

19

Tegangan positif dihubungkan ke elektroda tersebut sehingga membangkitkan medan listrik yang mengakibatkan timbulnya gaya elektrostatis pada partikel bermuatan positif dalam arah menjauhi pusat elektroda. Arah defleksi partikel ini bergantung pada mobilitas elektrik dari partikel yang secara umum bergantung pada jumlah muatan dan kecepatan partikel tersebut. Kemudian partikel bermuatan ini akan menumbuk permukaan elektrometer yang menyebabkan elektrometer termuati. Partikel dengan mobilitas elektrik yang tinggi menumbuk elektrometer paling atas, sebaliknya partikel dengan mobilitas elektrik rendah akan menumbuk elektrometer paling bawah. Dengan metode tersebut akan memberikan hasil pengukuran konsentrasi multi partikel secara kontinyu. II.4.3 Tapered-Element Oscillating Microbalance (TEOM) TEOM merupakan instrumen yang bekerja secara realtime untuk mengukur konsentrasi massa dari partikel yang lebih kecil dari 10um di udara. Alat ini menggunakan teknik microbalance untuk mendeteksi konsentrasi massa partikel, dimana perubahan massa sampel akan mengubah frekuensi oasilasi. Biasanya sensor yang digunakan berupa kristal quartz yang disebut sebagai Quartz Crystal Microbalance (QCM). Konsentrasi massa yang terabsorbsi di permukaan QCM dapat dihitung berdasarkan persamaan saurbrey. Rentang pengukuran yang bisa dilakukan antara 5ug/m3 hingga beberapa mg/m3.

Gambar II.13 Tapered-Element Oscillating Microbalance (TEOM)

20

II.4.4 Aerodynamic Particle Sizer (APS) Aerodynamic Particle Sizer (APS) salah satu particle counter yang digunakan untuk mengukur distribusi ukuran partikel dalam rentang 0.5-20 um. Salah satu APS yang diproduksi oleh TSI adalah Model 3321 Aerodynamic Particle Sizer (APS). Model ini didesain untuk melakukan dua pengukuran, yaitu ukuran aerodinamik dan intensitas cahaya hamburan relatif. APS 3321 menggunakan teknik time-of-light untuk mengukur ukuran aerodinamik secara realtime. Model ini juga menggunakan sistem optis double-crest yang berfungsi mendeteksi jika terdapat lebih dari satu partikel di dalam area pengukuran. Diameter aerodinamik didefinisikan sebagai diameter fisis dari satuan bola pejal yang ditempatkan di dalam aliran udara dengan kecepatan yang sema dengan kecepatan partikel tersebut. Diameter aerodinamik merupakan parameter ukuran aerosol yang sangat penting karena menentukan sifat partikel di udara. APS 3321 menggunakan sistem optis dengan dua sinar laser yang mengalami overlapping secara parsial untuk mendeteksi adanya dua atau lebih partikel dalam satu waktu pengukuran yang biasa disebut sebagai coincidence. Partikel bergerak melewati kedua sinar laser yang mengalami overlaping tersebut sehingga menghasilkan satu sinyal dengan dua puncak seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar II.14 System optik yang menghasilkan sinyal dengan dua puncak untuk setiap satu partikel menghasilkan pengukuran dengan keakuratan tinggi

21

Waktu antara dua puncak tersebut memberikan informasi tentang ukuran aerodinamik dari partikel tersebut. Jika terdapat lebih dari dua puncal dalam satu event, mengindikasikan bahwa terdapat lebih dari satu partikel yang terdapat dalam area pengukuran, sehingga APS 3321 mencatatnya secara terpisah sebagai kondisi coincidence. Konversi intensitas cahaya hamburan ke ukuran geometrik seringkali tidak akurat dalam memberikan ukuran partikel untuk bentuk dan indeks refraksi yang berbeda. APS 3321 mengukur intensitas cahaya hamburan relatif yang bisa juga digunakan untuk menentukan ukuran partikel. Dengan mengkombinasikannya dengan sistem optik yang sudah dijelaskan sebelumnya maka akan menghasilkan pengukuran yang lebih baik. Model 3321 mempercepat sampel aerosol dengan besarnya percepatan ditentukan oleh ukuran aerodinamik partikel, dimana partikel lebih besar mengalami percepatan lebih kecil karena meningkatnya kelembaman dari partikel itu sendiri. Setelah itu, partikel itu melewati sistem optis yang merupakan daerah pengukuran. Akibatnya timbul cahaya hamburan setiap partikel melewati sistem optis ini. Sebuah cermin cekung ditempatkan pada sudut 900 terhadap arah sinar laser yang berfungsi memfokuskan cahaya terhambur menuju Avalanche Photodetector (APD). APD kemudian mengkonversi pulsa cahaya ini menjadi pulsa listrik. Konvigurasi dari area pengukuran meningkatkan proses deteksi partikel dan meminimalisir osilasi akibat hamburan-Mie. Menggunakan sistem deteksi menggunakan dua sinar laser yang overlaping akan menghasilkan sinyal dengan dua puncak untuk setiap partikel. Resolusi jarak antara dua puncak ini adalah 4 nanosekon. Amplitudo sinyal ini direpresentasikan sebagai intensitas cahaya terhambur. Untuk partikel yang sangat kecil, kemungkinan hanya terdeteksi satu puncak pada sinyal yang diterima. Partikel jenis ini digolongkan ke dalam partikel terkecil yaitu kurang dari 0.523 mikrometer. Partikel dengan puncak sinyal lebih dari dua mengindikasikan bahwa terjadi coincidence, sehingga tidak digunakan dalam pembuatan distribusi ukuran aerodinamik.

22

Gambar II.15 Aerodynamic Particle Sizer (APS) Di bawah ini adalah grafk yang menunjukkan respon time-of-flight dan respon intensitas hamburan relativ terhadap distribusi diameter aerodinamik partikel

23

Gambar II.16 Gragfik respon time-of-flight dan respon intensitas hamburan relativ terhadap distribusi diameter aerodinamik partikel Karakteristik Aerodynamic Particle Sizer Spectrometer Model 3321 Rentang pengukuran ukuran partikel adalah 0.5 hingga 20 um ukuran aerodinamik. Resolusi ukuran aerodinamik adalah 0.02 um untuk pengukuran 1.0 um, 0.03 um untuk pengukuran 10 um. Tipe partikel yang dideteksi adalah Airborne solid dan cairan nonvolatil. Konsentrasi partikel maksimum: 1000 partikel/cm3 pada pengukuran 0.5 um dengan coencidence <5%, 1000 partikel/cm3 pada pengukuran 10.0 um dengan coencidence <10%. Konsentrasi partikel minimum: 0.001 partikel/cm3 Kecepatan prosesing maksimum : >200000 partikel/sekon Laju aliran: sampel aerosol 1.0 L/menit 0.1, udara pendorong 4.0 L/menit 0.1 Sumber laser adalah laser diode 28 mW, 675 nm Detektor : Avalanche Photodetector (APD)

24

BAB III Penutup


III.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kajian mengenai sistem pengukuran dan karakterisasi partikel, maka dapat disimpulkan bahwa partikel dapat didefinisikan sebagai padatan, cairan, atau gelembung gas dengan dimensi fisik dalam rentang sub-nanometer hingga beberapa milimeter. Beberapa sifat partikel yang penting untuk diketahui nilainya adalah Ukuran partikel, Bentuk partikel, Sifat permukaan partikel, Sifat mekanik partikel, Sifat muatan partikel, dan Mikrostruktur. Sifat fisis dari partikel yang paling penting adalah ukuran partikel. Beberpa metode yang bisa digunakan untuk mencacah partikel berdasarkan ukurannya adalah Electrical Mobility Analysis (EMA), Dynamic light scattering (DLS), Laser Diffraction Particle Sizing. Sedangkan beberapa alat yang bisa digunakan untuk melakukan pengukuran partikel diantaranya adalah Condensation Particle Counter (CPC),

Electrophoretic Light Scattering (ELS), Image Capture Optic, Automated Imaging, Scaning Mobility Particle Sizer (SMPS), Fast Mobility Particle Sizer (FMPS), Tapered-Element Oscillating Microbalance (TEOM), Aerodynamic Particle Sizer (APS).

III.2 Saran
Makalah ini membahas tentang pengukuran partikel secara umum, sehingga diharapakan dapat disempurnakan dengan membahas pengukuran partikel secara spesifik yang desertai dengan contoh kasus.

25

Daftar Pustaka
Anonymous, 2013. Nanoparticle Sizing and Key Factors For Accuracy when Measuring Nanoparticle Size Distributions in Real Time Using the TSI Scanning Mobility Particle Sizer. Trust Science Innovation Anonymous, 2012. A Basic Guide to Particle Characterization. Malvern Instruments Limited Grovewood Road, Malvern,Worcestershire, UK. Biskos G., Reavell K., Collings N. 2005. Description and Theoretical Analysis of a Differential Mobility Spectrometer. Department of Engineering, University of Cambridge, Cambridge, UK

26

Anda mungkin juga menyukai