Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENGAJARAN (S.A.

P) MOBILISASI PADA IBU POST


PARTUM SECTIO CAESARIA C DAN SPONTAN
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN

Tema : Mobilisasi (Pergerakan) pada Ibu pasca melahirkan
Sasaran : Ibu pasca melahirkan
Hari/tanggal : Kamis, 15 Desember 2011
Waktu : 08.00 08.45 WIB (45 menit)
Tempat : Balai Desa Sidanegara

A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, ibu yang melahirkan secara Sectio Caesaria dan
Normal, ibu dan keluarganya dapat mengetahui, mengerti, memahami, dan menerapkan
bagaimana pergerakan setelah melahirkan.
B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1. Peserta dapat mengerti dan memahami pergerakan paska persalinan SC dan spontan
2. Peserta dapat mengerti dan memahami tujuan pergerakan
3. Peserta dapat mengerti dan memahami manfaat pergerakan
4. Peserta dapat mengerti dan memahami kerugian bila tidak melakukan pergerakan
5. Peserta dapat mengerti dan memahami rentang gerak dalam pergerakan
6. Peserta dapat mengerti dan memahami tahap tahap mobilisasi (pergerakan) dini
7. Peserta dapat mengerti dan memahami pelaksanaan mobilisasi dini

C. Pokok Bahasan
1. Pengertian mobilisasi (Pergerakan) pasca SC
2. Tujuan Mobilisasi
3. Manfaat mobilisasi
4. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi.
5. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi
6. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini
7. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

D. Pembagian Tugas
1. Penanggung jawab : Adit Irvan
2. Moderator : Karl Idelia
3. Penyaji : Arif Mugiono
4. Fasilitator : Endah Nugrahaeni, Ayu Wulansari
5. Observer : Restiana Nur Intan
6. Peserta penkes : Anifatur Rohmah
7. Keluarga : Via Nur Cahya, Eko Apriyanto

E. Setting Tempat



Keterangan :
: Penanggungjawab

: Moderator

: Penyaji

: Fasilitator : Keluarga

: Observer

: Peserta Penkes

F. Kegiatan Belajar Mengajar

No. Aktivitas fasilitator Aktivitas peserta Waktu Metode Alat/bahan
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri Menjawab salam 2 menit - -
2. Menjelaskan maksud dan tujuan Mendengarkan 2 menit - -
3. Menanyakan apakah ada yang sudah mengetahui pergerakan setelah melahirkan secara SC
dan normal Menjawab 2 menit Tanya jawab -
4. Menjelaskan pengertian mobilisasi Mendengarkan 2 menit Ceramah Lembar balik
5. Menjelaskan tujuan mobilisasi Mendengarkan 2 menit Ceramah Lembar balik
6. Menjelaskan manfaat mobilisasi Mendengarkan 2 menit Ceramah Lembar balik
7.

Menjelaskan kerugian bila tidak melakukan mobilisasi
Mendengarkan

2 menit
Ceramah
Lembar balik
8.


Menjelaskan rentang gerak mobilisasi Mendengarkan 2 menit Ceramah Lembar balik
9. Menjelaskan tahap tahap mobilisasi
Mendengarkan 2 menit Ceramah Lembar balik
10.
Menjelaskan pelaksanaan mobilisasi dini Mendengarkan 2 menit Ceramah Lembar
balik
13.
Evaluasi
Bertanya 5 menit Tanya jawab -
14. Penutup

Mengevaluasi secara verbal pada peserta, menyimpulkan hasil kegiatan dan mengakhiri
kegiatan dengan salam 3 menit - -

G. Materi
Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC

A. Pengertian
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas /
kegiatan.
Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang
dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan Caesar.
B. Tujuan Mobilisasi
Membantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah melahirkan.
Untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi seksio sesaria,
Mengurangi resiko terjadinya konstipasi,
Mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot otot di seluruh tubuh,
Mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih
(Carpenito, 2000).

C. Manfaat Mobilisasi
1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
a. Dengan bergerak, otot otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya
menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan
membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.
d. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya.
Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus,
dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat.
3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.
Dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan.
D. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi.
1. Peningkatan suhu tubuh
Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan
menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.
2. Perdarahan yang abnormal
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan
pembuluh darah yang terbuka
3. Involusi uterus yang tidak baik
Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta
sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.
E. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi
Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien
2. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan.
F. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap (Kasdu,2003)
Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea :
1. Hari 1 4
a. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak kaki
Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan telapak kaki satu demi
satu. Gerakan itu seperti sedang menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ibu ke satu
arah, lalu ke arah lainnya.
Kemudian regangkan masing masing telapak kaki dengan cara menarik jari jari kaki ibu ke
arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki ke arah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot
betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.
b. Bernafas dalam
1) Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di bagian dada atas dan
tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat ibu menghembuskan
nafas.
2) Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di atas tulang rusuk,
sehingga ibu dapat merasakan paru paru mengembang, lalu hembuskan nafas seperti
sebelumnya.
3) Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut. Hal ini akan merangsang
jaringan jaringan di sekitar bekas luka. Sangga insisi ibu dengan cara menempatkan kedua
tangan secara lembut di atas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih
dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali.
c. Duduk tegak
1) Tekuk lutut dan miring ke samping.
2) Putar kepala ibu dan gunakan tangan tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk.
Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun
teruslah berusaha dengan bantuan lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu
selama beberapa saat.
3) Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke tangan , sehingga ibu dapat
menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak mungkin dan tarik nafas dalam
dalam beberapa kali, luruskan tulang punggung dengan cara mengangkat tulang-tulang rusuk.
Gunakan tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.
d. Bangkit dari tempat tidur
1) Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan pelan ke sisi tempat
tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke depan dan perlahan turunkan kedua telapak kaki
ibu ke lantai.
2) Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian,
coba bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kedua kaki ibu.
e. Berdiri dan meraih
Duduklah di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga
berdiri. Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot otot
punggung agar dada mengembang dan meregang. Cobalah
untuk mengangkat tubuh, mulai dari pinggang perlahan lahan,
melawan dorongan alamiah untuk membungkuk, lemaskan
tubuh ke depan selama satu menit.
f. Berjalan
Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat berjalan usahakan
kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama beberapa menit sebelum
kembali ke tempat tidur.
g. Menarik perut
Berbaringlah di tempat tidur dan kontraksikan otot otot dasar pelvis, dan cobalah untuk
menarik perut. Perlahan lahan letakkan kedua tangan di atas bekas luka dan berkonsentrasilah
untuk menarik perut menjauhi tangan ibu. Lakukan 5 kali tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.
h. Saat menyusui
Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot otot perut selama beberapa detik lalu
lemaskan. Lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui.
G. Pelaksanaan Mobilisasi Dini
1. Hari ke 1 :
a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita /
ibu sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
2. Hari ke 2 :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya
disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus
menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan
dianjurkanbelajar duduk selama sehari,
3. Hari ke 3 sampai 5
a. Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
b. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu
penyembuhan ibu.

Mobilisasi dini pada ibu persalinan spontan

A. Pengertian
Pada persalinan normal yang kadang-kadang membutuhkan episiotomi (pengguntingan jalan
lahir untuk membantu percepat persalinan), pemulihan biasanya membutuhkan waktu sekitar 7-
10 hari. Untuk membantu mengurangi rasa sakit selama pemulihan itu, ibu bisa melakukan
beberapa gerakan yang berguna untuk memulihkan kondisi agar tubuh merasa segar kembali.
B. Tujuan Mobilisasi
Untuk sirkulasi, mobilisasi juga baik buat jahitan. Jika diperlukan akan dilakukan
diatermi/pemanasan vagina agar sirkulasi darah di sekitar vagina jadi baik.
1. Posisi fowler
Tujuan :
Mempertahankan kenyamanan
Memfasilitas fungsi pernafasan
2. Posisi SIM
Tujuan :
Memberikan kenyamanan
Melakukan hukna
Memberikan obat per anus (supositorial)
Melakukan pemeriksaan daerah anus

3. Posisi trendelenburg
Tujuan :
Memperlancar peredaran darahke otak

4. Posisi Dorsal Recumbent
Tujuan :
Perawatan daerah genitalia
Pemeriksaan genetalia
Posisi pada proses persalinan

5. Posisi Litotomi
Tujuan :
Pemeriksaan alat genetalia
Proses persalinan
Pemasangan alat kontrasepsi

6. Posisi Genu Pektoral (Knee chest)
Tujuan :
Pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid

C. Manfaat Mobilisasi Bagi Ibu Post bersalin spontan
Walaupun tampaknya sederhana, namun gerakan-gerakan pemulihan banyak manfaatnya. Antara
lain :
Memperbaiki peredaran darah (terutama di kaki),
Menguatkan dan merelaksasikan otot-otot perut, kaki dan punggung.
Latihan ini mendorong kondisi ibu untuk cepat pulih sehingga dapat kembali beraktivitas
seperti biasa.
Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi peurperium
Mempercepat involusi alat kandungan
Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme. (Manuaba, 1998)
D. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi
Gangguan pernafasan yaitu sekret akan terakumulasi pada saluran pernafasan yang akan
berakibat klien sulit batuk dan mengalami gangguan bernafas.
Pada sistem kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang disebabkan oleh sistem syaraf
otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah sewaktu berdiri dari berbagai dalam
waktu yang lama.
Pada saluran perkemihan yang mungkin terjadi adalah statis urin yang disebabkan karena
pasien pada posisi berbaring tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara sempurna.
Pada gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi. Anoreksia disebabkan oleh
adanya gangguan katabolisme yang mengakibatkan ketidak seimbangan nitrogen karena adanya
kelemahan otot serta kemunduran reflek deteksi, maka pasien dapat mengalami konstipasi.

E. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi
F. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini
Enam jam setelah melahirkan, ibu bisa melakukan gerakan-gerakan berikut:
1. Dalam keadaan telentang, tekuk kedua kaki, pegangi perut dengan kedua tangan. Kerutkan
pantat, kempiskan perut (dengan menariknya ke arah dalam)
2. Dalam keadaan telentang, luruskan kedua kaki. Gerakkan (cuma sebatas pergelangan kaki),
ke depan ke belakang, miring kanan dan kiri, putar.
3. Dalam keadaan telentang, tekuk kedua kaki, telapak kaki menyentuh kasur, tangan di depan
dada, ambil napas, angkat badan dan kepala (mengangkat badan semampunya). Buang napas,
turunkan kembali.
4. Dalam keadaan telentang, lakukan gerakan mengerutkan otot pantat, lepas, kerutkan
kembali, lepas, dan lakukan kontraksi otot-otot dasar panggul.
5. Dalam keadaan telentang, tekuk kedua kaki, letakkan tangan di samping badan, angkat
pantat sedikit ke atas, gerakkan ke kanan dan ke kiri.
6. Posisikan tubuh miring saat berbaring di pinggir tempat tidur, angkat badan, duduk, ayun-
ayunkan kaki beberapa menit ke kiri dan kanan lalu berdiri tegak. Lihat postur tubuh di kaca dan
usahakan tubuh selalu tegak. - Untuk relaksasi, tidur tengkurap 2 kali sehari minimal 1,5 jam.
Kalau perlu, bagian perut boleh diganjal bantal.
Tahap II (20 menit)

G. Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan adalah:
1. Latihan pernapasan dapat dilakukan dalam posisi terlentang
2. Kontraksikan otot bokong Anda selama duduk
3. Ketika duduk, pilih dasar kursi kuat yang tidak terlalu empuk (agar bisa menahan oto
panggul Anda)
4. Usahakan tidak duduk atau berdiri terlalu lama
5. Lakukan latihan kegel. Tidak perlu khawatir dengan jahitan di vagina, karena senam ini
justru menguatkan perineum (otot-otot di seputar vagina) dan mempercepat penyembuhan di
daerah di sekitarnya.
Minggu kedua setelah melahirkan atau 1-2 hari kemudian, setelah badan lebih fit dari
sebelumnya, lakukan gerakan berikut:
1. Dalam posisi telentang, ambil napas, tarik satu kaki hingga menekuk sambil buang napas
dari mulut, sementara kaki satunya tetap lurus. Tekuk kaki yang lurus sambil ambil napas, dan
luruskan kaki yang menekuk sambil buang napas. Lakukan bergantian.
2. Dalam posisi telentang, tekuk kedua kaki. Letakkan tangan di samping badan. Ambil napas,
angkat pantat ke atas hingga rata dengan dada. Buang napas, sambil kembali ke posisi semula.
Minggu ketiga setelah melahirkan, atau dua minggu setelah melahirkan, ibu bisa melakukan
gerakan-gerakan ini namun sebelumnya cek otot perut dahulu. Apakah sudah rapat atau belum
(dengan menekankan dua jari ke perut) atau konsultasikan gerakan ini pada dokter sebelumnya.
1. Saat BAK. Lakukan; tahan BAK, keluarkan, tahan kembali. Lakukan hal ini setiap kali BAK
sampai BAK selesai.
2. Tidur telentang. Tekuk kedua kaki, angkat tangan, ambil napas sambil julurkan tangan ke
arah lutut hingga badan terangkat. Buang napas, turun dan kembali ke posisi awal.
3. Tidur telentang. Tekuk kedua kaki, ambil napas, julurkan satu tangan kanan ke arah lutut kiri
(tangan kiri di samping badan) hingga badan bagian kanan terangkat, buang napas, kembali ke
awal. Lakukan gerakan yang sama untuk sisi sebelah kiri.
4. Minggu keempat atau 15 hari setelah melahirkan, ibu bisa melakukan, Senam atau olahraga
apa saja untuk membentuk tubuh.



DAFTAR PUSTAKA

http://www.anak-ibu.com/panduan/pemulihan-paska-kelahiran-persalinan-normal
http://cungkringgendut.blogspot.com/2011/02/perbedaan-efektifitas-mobilisasi-aktif.html


1. Pengertian
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas atau
kegiatan. Menurut Carpenito (2000) dalam Wirnata (2010), mobilisasi merupakan kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam
mempercepat pemulihan pasca bedah; mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting
pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan
demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin
dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Soelaiman, dalam
Wirnata (2010) menjelaskan bahwa mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin
berjalan.
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang
dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah
komplikasi post operasi secsio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan
tahapannya. Oleh karena setelah mengalami secsio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas
untuk bergerak pasca operasi seksio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak
itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati (Wirnata, 2010).
Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post
operasi secsio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya.
Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar
kerja organ pencernaan segera kembali normal (Kasdu, 2003).

2. Tujuan Mobilisasi
Menurut Dudes dalam Fitriyahsari (2009) tujuan daripada mobilisasi adalah untuk:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian.
g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
Menurut Handiyani (2009) Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar
(termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri
(melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan
gerakan tangan non verbal.



3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf (Handiyani, 2009).
Potter & Perry (2006) dalam Handiyani (2009) menjelaskan bahwa mobilisasi
dipengaruhi oleh Faktor fisiologis yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir,
tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri,
frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor emosional
yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat
kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan
masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal.

4. Manfaat Mobilisasi
Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi
miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran
balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan,
meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan
diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan
penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan
mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem muskuloskletal
memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk
latihan, mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi,
mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan
berkurangnya penyakit (Potter, 2006).

5. Tahap-Tahap Mobilisasi
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post
operasi secsio caesarea (Kasdu,2003):
a. 6 jam pertama
Ibu post secsio caesaria istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah
menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
b. 6-10 jam
Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli.
Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser
badan.
c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan
setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan penafasan serta makan dan
minum tanpa dibantu.
d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.

Anda mungkin juga menyukai