Anda di halaman 1dari 8

MOBILISASI POST PARTUM / SC

Capaian Pembelajaran
Pada akhir kegiatan praktikum mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan prosedur
mobilisasi post partum / sc, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melatih rentang gerak ibu post partum
2. Melakukan mobilisasi pada ibu post sc
3. Melakukan cara mengatur posisi pada ibu post sc

Mobilisasi Post Partum


Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas /
kegiatan. Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan
yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalianan Caesar. Tujuan
mobilisasi yaitu untuk membantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah
melahirkan.
Manfaat mobilisasi :

1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.


a. Dengan bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot
perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu
merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.
d. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya.
Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus,
dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat
3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli

Dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan.
Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi.
1. Peningkatan suhu tubuh
Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan
dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.
2. Perdarahan yang abnormal
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan
pembuluh darah yang terbuka
3. Involusi uterus yang tidak baik
Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa
plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus

RENTANG GERAK DALAM MOBILISASI


Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien
2. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan.
Derajat Kekuatan Otot

Skala % Kekuatan Normal Keterangan


0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau di lihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan yang penuh melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
tahanan penuh. (A.Aziz. Alimul Hidayat dan Musrifatul Uliyah, 2004)

JENIS GERAKAN SENDI

1. Fleksi : Yaitu tindakan menekuk dua ujung sesuatu alat saling mendekati atau keadaan
dua ujung sesuatu alat yang tertekuk berekatan.
2. Ekstensi :Yaitu gerakan yang membesarkan sudut antara dua ujung tulang yang bersendi.
Gerakan yang menjauhkan ujung-ujung alat atau bagian tubuh.Hiperektensi yaitu ekstensi
lebih lanjut.
3. Abduksi :Yaitu gerakan anggota badan atau mata kesisi menjahui sumbu tengah tubuh
4. Rotasi :Yaitu gerakan memutari pusat axis dari tulang
5. Eversi :Yaitu tindakan memutarkan telapak kaki kebagian luar
6. Inversi :Yaitu putar bagian telapak kaki kebagian dalam membentuk sudut dari persendian
7. Pronasi :Yaitu pemutaran lengan bawah ke dalam
8. Supinasi :Yaitu gerakan memutar lengan bawah ke luar. (Hincliff, 1999).

ALAT DAN BAHAN


1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Footboard (bantalan kaki)
5. Sarung tangan (handscoon)
D. Prosedur kerja
1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya
b. Menyiapkan alat
c. Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
a. Memberi salam dan menyapa nama bayi
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien/keluarga
d. Menayakan persetujuan / kesiapan pasien
e. Mencuci tangandengan benar
3. Tahap kerja
a. Membantu pasien duduk di tempat tidur
b. Posisi fowler ( Posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk)
c. Posisi SIM yaitu Pada posisi ini pasien berbaring miring, baik miring ke kanan atau
miring ke kiri.
d. Posisi trendelenburg. Posisi ini menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah dari bagian kaki. Tujuannya :memperlancar peredaran darah ke
otak
e. Membantu pasien berjalan. Perawat mengkaji beberapa toleransi pasien terhadap
aktivitas, kekuatan, adanya nyeri dan keseimbangan pasien untuk menentukan
jumlah bantuan yang diperlukan paien.
Pada ibu post sc dengan cara :
a. 6 jam pertama ibu post SC
Istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan
lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
b. 6-10 jam,
ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan
trombo emboli
c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk
d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan
e. Hari ke 1 :
a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
penderita / ibu sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin
setelah sadar.
f. Hari ke 2 :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan
pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa
ia mulai pulih.
b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah
melahirkan dianjurkanbelajar duduk selama sehari,
g. hari ke 3 sampai 5
1) belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
2) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat
membantu penyembuhan ibu.
4. Tahap Terminasi
a. Merapikan bayi
b. Melakukan Evaluasi tindakan
c. Merapikan alat
d. Berpamitan
e. Mencuci tangan
Lembar Kerja Praktikum

NO PROSEDUR NILAI

YA TIDAK

1. Tahap Pra Interaksi

a. Melakukan verifikasi data sebelumnya


b. Menyiapkan alat
c. Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi

a. Memberi salam dan menyapa nama bayi


b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada pasien/keluarga
d. Menayakan persetujuan / kesiapan pasien
e. Mencuci tangandengan benar
3. Tahap kerja

a. Membantu pasien duduk di tempat tidur


b. Posisi fowler ( Posisi dengan tubuh setengah
duduk atau duduk)
c. Posisi SIM yaitu Pada posisi ini pasien
berbaring miring, baik miring ke kanan atau
miring ke kiri.
d. Posisi trendelenburg. Posisi ini menempatkan
pasien di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah dari bagian kaki. Tujuannya
:memperlancar peredaran darah ke otak
e. Membantu pasien berjalan. Perawat mengkaji
beberapa toleransi pasien terhadap aktivitas,
kekuatan, adanya nyeri dan keseimbangan
pasien untuk menentukan jumlah bantuan
yang diperlukan paien.
Pada ibu post sc dengan cara :

f. 6 jam pertama ibu post SC


Istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang
bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,
tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat
tumit, menegangkan otot betis serta menekuk
dan menggeser kaki

g. 6-10 jam,
ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan
kekanan mencegah trombosis dan trombo
emboli
h. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat
mulai belajar untuk duduk
i. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu
belajar berjalan
j. Hari ke 1 :
a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri
yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
penderita / ibu sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu
sambil tidur terlentang sedini mungkin
setelah sadar.
k. Hari ke 2 :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk
bernafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya disertai batuk- batuk
kecil yang gunanya untuk melonggarkan
pernafasan dan sekaligus menumbuhkan
kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia
mulai pulih.
b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah
menjadi setengah duduk
c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari
demi hari penderita/ibu yang sudah
melahirkan dianjurkanbelajar duduk selama
sehari,
l. hari ke 3 sampai 5
1) belajar berjalan kemudian berjalan sendiri
pada hari setelah operasi.
2) Mobilisasi secara teratur dan bertahap
serta diikuti dengan istirahat dapat membantu
penyembuhan ibu.
4. Tahap Terminasi

a. Melakukan Evaluasi tindakan


b. Merapikan alat
c. Berpamitan
d. Mencuci tangan

Anda mungkin juga menyukai