Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013

42
KAJIAN PEMILIHAN PONDASI SUMURAN SEBAGAI
ALTERNATIF PERANCANGAN PONDASI

Virgo Erlando Purba, Novdin M Sianturi

Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Simalungun
Jalan Sisingamangaraja Barat Pematang Siantar
Email : usi_psi@yahoo.com
ABSTRAK
Pondasi berfungsi untuk memindahkan beban-beban pada struktur atas ke dalam tanah
yang baik dengan kestabilan terhadap daya dukung tanah dapat terpenuhi. Pondasi sumuran adalah
suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang digunakan apabila tanah dasar
terletak pada kedalaman yang relatif dalam.
Penelitian ini mengasumsikan beban tetap yang dipikul pondasi sebesar 100 ton, dalam
perhitungan daya dukung bahwa data sondir yang digunakan sama, terutama untuk pondasi
sumuran dan tiang pancang yang memiliki diameter dan kedalaman yang sama, sedangkan untuk
pondasi dangkal diambil kedalaman 1,5 m untuk kemudian mendesain dimensi yang mampu
memenuhi untuk beban 100 ton.
Hasil penelitian dan analisis yang dilakukan didapatkan bahwa pada kondisi tanah dan
dimensi yang sama, daya dukung pondasi sumuran lebih tinggi dari pada pondasi tiang pancang.
Sedangkan untuk pondasi dangkal tidak efektif pada jenis tanah yang memiliki nilai q
c
yang relatif
lebih kecil dari 30 kg/cm
2
dan untuk beban-beban yang relatif besar, hal ini dapat mengakibatkan
dimensi yang cukup besar untuk beban yang relatif tinggi. Sehingga penggunaan pondasi sumuran
merupakan alternatif yang tepat.

Kata Kunci : Pondasi sumuran, data sondir, daya dukung pondasi.

1. PENDAHULUAN
Pondasi suatu bangunan berfungsi untuk memindahkan beban-beban pada
struktur atas kedalam tanah. Fungsi ini dapat berlaku secara baik bila kestabilan terhadap
daya dukung tanah dapat terpenuhi. Untuk itu perlu diperhatikan desain dari konstruksi
pondasi yang mempengaruhi memindahkan beban dari bangunan atas ke tanah sehingga
daya dukung tanah yang diperkirakan masih dapat ditelorir.
Dalam hal kondisi lapisan tanah yang sangat bervariasi dibutuhkan pemikiran dan
pengujian tanah baik lapangan maupun di laboratorium dalam merancang atau
merencanakan konstruksi pondasi yang cukup kuat, sehingga keamanan struktur dapat
terjamin.

1.1. Klasifikasi Pondasi Yang Digunakan
Pondasi untuk konstruksi seperti gedung, mulai dari bangunan yang paling kecil
sampai ke gedung bertingkat banyak dan jembatan, dimaksudkan untuk meneruskan
beban dari bangunan atas kedalam tanah atau batuan yang berada dibawahnya. Beban
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013

43
diberikan oleh batang seperti kolom dengan intensitas tegangan berkisar antara 140 MPa
untuk baja dan 10 MPa untuk beton kepada tanah pendukung, pada perencanaan pondasi
dapat dipakai sebagai indeks kemungkinan akan terjadi pada pondasi. Penyaluran dari
bangunan atas ke tanah dapat dilakukan dengan memakai :
1. Pondasi dangkal didefenisikan sebagai pondasi yang mendukung bebanya secara
langsung, seperti pondasi telapak, pondasi memanjang dan pondasi rakit, panjangnya
berkisar 1 m 2 m atau Df/B < 1.
2. Pondasi dalam didefenisikan sebagai pondasi yang meneruskan beban bangunan
ketanah keras atau batu yang terletak relative jauh dari permukaan, contohnya
pondasi sumuran dan pondasi tiang, panjangnya berkisar 6 m 10 m atau Df/B > 4.
Pondasi dangkal dalam pembangunan jembatan tidak dapat digunakan karena
pembebanan yang ada lebih besar, sehingga pondasi tidak mampu menahannya.
Pada pondasi dalam, lapisan tanah yang cukup keras, padat serta kuat terletak
pada kedalaman yang tidak terlalu dalam, sehingga jika digunakan pondasi ini tidak
ekonomis. Untuk design bangunan bawah dibedakan penggunaan pondasinya atas
pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Pondasi dalam yang dipakai adalah pondasi tiang pancang dimana berdasarkan
cara pemindahan beban tiang pancang dapat dibedakan dalam 2 kelompok yaitu:
- Point bearing pile
- Friction pile
- Point bearing dan friction pile
Pemilihan pondasi sumuran merupakan hal yang tepat dalam pembangunan
jembatan, karena pondasi ini ekonomis dan dapat diandalkan kekuatannya.

1.2. Pondasi Sumuran
Pondasi kaison berbentuk silinder, di Indonesia disebut pondasi sumuran karena
bentuknya mirip sumur. Pondasi ini merupakan peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi dalam.
Pondasi kaison bor dengan mengebor terlebih dulu untuk membuat lubang
kemudian diisi dengan beton yang dilindungi dengan pipa sebagai bagian dari pondasi
atau ditarik setelah pengecoran.
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan
pondasi tiang digunakan apabila tanah dasar terletak pada kedalaman yang relatif dalam.
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013

44

Gambar 1. Pondasi Sumuran
Persyaratan Pondasi Sumuran
1. Daya dukung pondasi harus lebih besar dari pada beban yang dipikul oleh pondasi
tersebut
2. Penurunan yang terjadi harus sesuai batas yang diizinkan (toleransi) yaitu 1 (2,54
cm)
Untuk pondasi sumuran dipakai apabila lapisan tanah keras terdapat pada
kedalaman 3-5 meter maka untuk membuat pondasi langsung pada lapisan tanah dasar
pondasi harus diperbaiki dengan cara pemadatan tanah atau urugan pasir. Pelaksanaan
pondasi sumuran tidak dapat dilakukan jika pengeringan air tanah dalam sumuran tidak
mampu dilaksanakan dengan pompa air.
Kepala jembatan (abutment) berfungsi sebagai :
- Tumpuan bangunan atas
- Dinding penahan tanah timbunan
- Pile cap

1.3. Daya Dukung Pondasi

Persamaan daya dukung Pondasi Sumuran
Q
b
= A
h
x q
c
.................................................................................................. (1)
Keterangan :
Q
b
= Daya dukung ujung (kg)
A
h
= Luas penampang (cm)
q
c
= Tekanan rata-rata (kg/cm)
Q
s
= A
s
x F
s
................................................................................................... (2)
Keterangan :
Q
s
= Daya dukung kulit (Kg)
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013

45
A
s
= Luas selimut (cm)
F
s
= Tahanan dinding (kg/cm)
Fs dapat dicari dengan persamaan :
Fs = 0,012 x q
c
............................................................................................... (3)

Q
ult
= Q
b
+ Q
s
............................................................................................... (4)

SF
Q
Q
ult
all
= ................................................................................................... (5)
Keterangan
Q
ult
= Daya dukung batas (kg)
SF = Angka Keamanan diambil 3 untuk beban tetap

Meyerhof (1956, 1965) menyarankan persamaan sederhana untuk menetukan
besarnya daya dukung diizinkan yang didasarkan penurunan 1 inchi.
Untuk pondasi telapak atau pondasi memanjang,
q
a
=
30
c
q
B < 1,20 m ............................................................. (6)
Untuk pondasi telapak bujursangkar,
q
a
=
2
30 , 0
1
50

+
B
q
c
B > 1,20 m ........................................................... (7)

Menurut Tomlinson (1977) untuk menentukan kapasitas dukung izin tiang
pancang didasarkan pada rumusan sebagai berikut :
Q
a
=
SF
f A q A
s S c b
. . +
................................................................................. (8)
dimana :
Q
a
= kapasitas dukung izin (kg/cm, t/m)
q
c
= tahanan konus rata-rata (kg/cm
2
)
A
s
= luas keliling tiang (cm
2
)
f
s
= tahanan gesek satuan antara dinding tiang dan tanah (kg/cm
2
)
SF = faktor keamanan
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013

46
Tahanan gesek satuan antara dinding tiang dan tanah (f
s
), secara empiris dapat
diperoleh dari nilai tahanan ujung kerucut yang diberikan oleh Mayerhof (1956) sebagai
berikut :
1. Untuk tiang pancang beton dan kayu pada tanah pasir
f
s
=
200
c
q
(kg/cm
2
) ....................................................................................... (9)
2. Untuk tiang pancang baja profil H pada tanah pasir
f
s
=
400
c
q
(kg/cm
2
) ....................................................................................... (10)
2. METODOLODI PENELITIAN
Jenis pondasi yang dianalisis adalah pondasi sumuran dan melakakan analisis pondasi
dangkal dan pondasi tiang pancang sebagai alternatif untuk membandingkan tipe pondasi
yang paling efektif.
Analisis daya dukung pondasi menggunakan beberapa persamaan daya dukung yang
ada berdasarkan data sondir seperti di Gambar 2. Data tanah pada Gambar 2
memperlihatkan bahwa pada kedalaman 0 s/d 4 meter, perilaku tanah hampir sama yang
dibuktikan dengan nilai tahanan ujung (q
c
) hampir seragam. Setelah 4 meter, nilai qc
tanah semakin meningkat. Untuk perhitungan daya dukung dilakakan pembagian lapisan
tanah dengan lapisan 1 dari 0 s/d 4 meter dan lapisan 2 pada kedalaman di bawah 4 meter.
Dengan demikian nilai qc yang digunakan pada perhitungan daya dukung pondasi dapat
diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data tanah untuk analisis pondasi
Nilai qc di sepanjang pondasi
(kg/cm
2
) No Tipe Pondasi
Kedalaman
(m)
q
c1
(0 4 m) q
c1
(4 5,5 m)
Nilai qc di
ujung (kg/cm
2
)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Sumuran 5,5 13,57 38,75 38,75
2 Tiang pancang 5,5 13,57 38,75 38,75
3 Dangkal bujursangkar 1,5 Diambil rata-rata sedalam df + B 35,88

Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013

47
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 50 100 150 200 250
Tahanan Ujung (kg/cm
2
)
K
e
d
a
l
a
m
a
n

(
m
)

Gambar 2. Data pengujian sondir

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisa data dapat diketahui bahwa perlu dilakukan perhitungan daya
dukung pondasi sumuran dan membandingkannya dengan penggunaan pondasi tiang
pancang dan pondasi dangkal.
Asumsi beban tetap yang dipikul pondasi adalah 100 ton, dalam perhitungan daya
dukung bahwa data sondir yang digunakan sama, terutama untuk pondasi sumuran dan
tiang pancang yang memiliki diameter dan kedalaman yang sama, sedangkan untuk
pondasi dangkal diambil kedalaman 1,5 m untuk kemudian mendesain dimensi yang
mampu memenuhi untuk beban 100 ton.
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013

48
Hasil perhitungan daya dukung ijin dengan faktor keamanan 3 untuk beban tetap
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis daya dukung pondasi
No Tipe Pondasi
Diameter /
Lebar (m)
Kedalaman (m)
Daya Dukung
(ton)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Sumuran 1 5,5 116
2 Tiang pancang 1 5,5 104
3 Dangkal bujursangkar 3,5 1,5 104
Daya dukung pondasi sumuran didapatkan lebih tinggi dari pada pondasi tiang
pancang dengan diameter dan kedalaman yang sama. Daya dukung ijin pondasi sumuran
116 ton sedangkan pondasi tiang pancang hanya 104 ton, walaupun masih aman untuk
beban tetap 100 ton. Akan tetapi menurut Setiawan (2005), bahwa sistem pondasi
penggunaan tipe pondasi tiang pancang sangat cocok dipakai pada pelaksanaan
pembangunan jembatan, serta berdasarkan analisa sistem pondasi penggunaan type
pondasi tiang pancang sangat tepat karena pada pilar dan abutment yang lain
direncanakan menggunakan pondasi tiang pancang sehingga tidak akan terjadi penurunan
pondasi yang berbeda, dan terjadinya dinamika struktur yang berlebihan. Demikian juga
dari segi analisa biaya didapat bahwa biaya pondasi sumuran lebih mahal dibandingkan
dengan pondasi tiang pancang. Selain itu dari segi waktu dapat disimpulkan bahwa
penggunaan pondasi pancang lebih cepat dibandingkan dengan pondasi sumuran yang
lama dan membutuhkan ketelitian dalam pengerjaan pengecoran betonnya supaya dapat
dihasilkan mutu beton yang baik.
Berdasarkan nilai daya dukung ijin, didapatkan bahwa pondasi sumuran masih
lebih tinggi dari pada pondasi tiang pancang. Untuk kondisi tanah yang kurang baik
pondasi dangkal masih kurang efektif. Seperti ditunjukan pada Tabel 2. bahwa nilai daya
dukung pondasi dangkal bujursangkar mampu memikul beban tetap 100 ton jika dimensi
pondasi pada kedalaman 1,5 m direncanakan 3,5 x 3,5 m
2
. Dimensi ini sangat kurang
efektif jika dibandingkan dengan penggunaan pondasi sumuran.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Pada kondisi tanah dan dimensi yang sama, daya dukung pondasi sumuran lebih
tinggi dari pada pondasi tiang pancang.
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013

49
2. Pondasi dangkal tidak efektif pada jenis tanah yang kurang baik atau memiliki nilai
qc yang relatif lebih kecil dari 30 kg/cm2, hal ini dapat mengakibatkan dimensi yang
cukup besar untuk beban yang relatif tinggi. Sehingga penggunaan pondasi sumuran
merupakan alternatif yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Alwan, I., dan Indarto, (2010), Pengaruh Variasi Kadar Air Terhadap Daya Dukung
Pondasi Tiang Type Friction Pile pada tanah Ekspansif, Jurusan Teknik Sipil,
Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Arifin, (2008), Analisa Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang dan Bor
Pile Jembatan Suramadu, Neutron, Vol.8, No.2: 1-13.
Cheng, Liu & Evett, Jack B. (1937). Soil and Foundations, Enlewood Cliffs, New Jersey.
Manoppo, F., J., (2010), perilaku tiang pancang miring pada daya dukung tiang pancang
kelompok akibat beban vertikal di tanah pasir, Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 2,
Hal 81 84
Nugroho, S.,A., (2011), Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal pada Tanah Gambut
dengan Kombinasi Geotekstil dan Grid Bambu, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 18 No. 1,
: 31-40.
Peck, R.B., Hanson. W.E. & Thornburn. T.H (1953). Teknik Pondasi, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Pertiwi, D., (2006), Korelasi Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang dengan Menggunakan
Data-data Sondir dan Jack in Pile, Jurnal Aksial, Majalah Ilmiah Teknik Sipil, Vol.
8, No. 1 : 36-42.
Sardjono, HS. (1991). Pondasi Tiang Pancang Jilid I : Sinar Wijaya, Surabaya
Sardjono, HS. (1991). Pondasi Tiang Pancang Jilid II : Sinar Wijaya, Surabaya.
Setiawan M Ikhsan, (2005), Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang
Beton Kasus : Abutment Jembatan Gunungsari Kabupaten Pacitan, NEUTRON,
Vol.5, No. 2 : 135-138.
Ukiman, (2011), Penurunan Daya Dukung Tahanan Selimut Pondasi Tiang pada Tanah
yang Mengalami Pembasahan, Orbith, Vol. 7 No. 3: 383-387.

Anda mungkin juga menyukai