Anda di halaman 1dari 2

A.

Kerusakan Sel Epitel Tubulus


1. Nekrosis Tubulus Akut
Aminoglikosida
Pathogenesis dari penurunan GFR pada pasien yang menerima aminoglikosida secara predominan menghasilkan
kerusakan sel epitel tubulus proksimal yang akhirnya dapat memicu obstruksi lumen tubular dan hasil filtrasi glumerulus
berindah ke epitel tubular yang sudah rusak. Toksisitas dari beberapa aminglikosida berkaitan dengan muatan kation ,
yang difasilitasi oleh ikatan aminoglikosiada yang telah terfiltrasi pada membrane luminal sel epitel tubulus renal (DiPiro,
2002).
neomisin mempunyai gugus amino kationik, merupakan aminogliksida yang sangat nefrotoksik,
dibandingkan streptomisin, dengan 3 gugus amino yang sedikit toksik.
s amino mempunyai toksisitas sedang dibandingkan amikasin dan
netilmisin, dengan 4 dan 3 gugus amino, yang biasanya sedikit toksik.
fosfolipid menyebabkan terjadinya agregasi dan penghambatan aktivitas fosfolipase (DiPiro, 2002).
spesies, penurunan metabolisme sel, dan penurunan sifat alir dalam mebran sel memicu penurunan dari aktivitas
pengikatan membrane dengan enzim, termasuk Na+-K+- ATPase, dipeptidyl peptidase IV, dan aminopeptidase netral.
Meskipun ikatan aminoglikosida pada sel epitel tubular di fasilitasi oleh jumlah gugus kation yang ada, resiko toksisitas
juga merupakan faktor yang berpengaruh (DiPiro, 2002).
Cisplatin/carboplatin
Kerusakan tubulus proksmal muncul secara akut setelah pengguaan senyawa mengandung platin, sebahai hasil ke
tidakseimbangan produksi energy sel, mungkin berpengaruh pada ikatan protein pada sel tubulus proksimal dengan gugus
sulfhidril dan gangguan aktivitas enzim sel dan fosforilasi oksidatif. Kerusakan tubulus proksimal diikuti oleh penurunan
GFR yang progresiv dan gangguan fungsi tubulus distal (DiPiro, 2002).
Amphotericin B
tubulus dan nekrosis, hingga terjadi vasokonstriksi arteri san iskemia. Permeabilitas membrane tubulus meningkat
tehadap Na dan K ketika amfoterisin berikatan dengan membrane dan bekerja sebagai inophore. Vasokonstriksi ginjal
terjadi dari mekanisme yang tidak sesuai, mungkin termasukefek dari amfoterisin B pada influk Ca seluler dan aktivasi
vasokonstriktor prostaglandin .
permeabilitas membrane sel, dan pengurangan penghantaran oksigen pada saat vasokonstriksi renal menghasilkan
nekrosis sel epitel tubulus dan kerusakan renal (DiPiro, 2002).

2. Osmotic nephrosis
Mannitol
Mekanismenya adlah pinositosis manitol kedalam sel, menyebabkan penembangan sel dan obstruksi tubulus ginjal.
Manitol dapat menyebabkan vasokonstriksi renal secara langsung atau mengindksi diuretic osmosis dengan peningkatan
penghantaran cairan ke macula densa dan aliran balik tubloglomerular memicu vasokonstriksi arteriole aferan pada
glomerulus dan penurunan aliran darah ke ginjal (DiPiro, 2002).
Intravenous immunoglobulin
Larutan immunoglobulin intravena terdiri tari sukrosa hiperosmolar dan dapat menyebabkan nefrosis osmotik dan gagal
ginjal akut, yang bersifat reversiel denga terapi diskontinu (DiPiro, 2002).

B. Hemodynamically-mediated renal failure
Angiotensin-converting enzyme inhibitors dan Angiotensin II receptor antagonists
Patogenesis ACEI dan ARB yang menyebabkan gagal ginjal adalah dengan penurunan tekanan hidrostatik kapiler
glomerulus yang akhirnya dapat menurunkan ultrafiltrasi glomerulus. Ini terjadi ketika pengaturan aliran darah berkurang
pada arteri aferen glomerulus dan arteri eferen mengalami vaskonstrksi untuk menjaga tekanan hidrosatik kapiler
glomerulus untuk ultrafiltrasi (DiPiro, 2002).
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs
NSAID menghambat COX yang mengkatalis pembentukan prostaglandin dan merusak fungsi renal dengan menurunkan
sintesis dari vasodilator prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglandin di ginjal disintesis di kortek ginjal dan medulla
oleh vascular endotel dan sel mesangial glomerulus. Penggunaan NSAID dalam iskemia ginjal menyebabkan peningkatan
aktivitas prostaglandin yang dapat menyebabkan penurunan keseimbangan aktivitas diantara vasokonstriktor dan
vasodilator ginjal (DiPiro, 2002).

Jakarta, Jika Anda sering merasa pusing, sakit kepala atau nyeri pinggang, sebaiknya jangan sembarangan minum obat-
obatan yang bebas dijual di pasaran, karena beberapa jenis obat dapat merusak fungsi ginjal. Obat apa saja?

"Jangan sembarangan minum obat, apalagi kalau Anda orang yang memiliki risiko tinggi mengalami penyakit ginjal.
Beberapa obat bersifat nefrotoksik atau mengganggu fungsi ginjal," jelas dr. Dharmeizar, SpPD-KGH dari Divisi Ginjal-
Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, disela-sela acara Temu Media 'Pentingnya Kontrol Tekanan Darah
pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik' di Bebek Bengil Resto, Jakarta, Senin (21/3/2011).

Berikut beberapa obat-obatan yang nefrotoksik alias merusak ginjal seperti disampaikan oleh dr. Dharmeizar, yaitu
Aminoglikosid
AINS (Anti Inflamasi Non-Steroid)
Zat kontras radiografi
Analgetik (obat penghilang rasa sakit)
Beberapa jamu pegal linu dan rematik
Beberapa jamu pelangsing

"Obat-obatan analgetik atau pain killer punya efek langsung terhadap ginjal, yang menyebabkan kerusakan langsung. Jadi
jangan sembarangan minum obatpain killer," jelas dr. Dharmeizar.

dr. Dharmeizar juga menjelaskan bahwa jangan sembarangan minum obat bila merasakan sakit kepala atau pusing, juga
bila tidak perlu sebaiknya hindari minum vitamin berlebihan.

"Sakit kepala itu kan penyebabnya banyak, bisa sakit gigi, minus mata bertambah, jadi jangan sedikit-sedikit minum obat
tapi dicari penyebabnya," jelasnya.

Dan mengenai vitamin, dr. Dharmeizar menjelaskan bahwa vitamin sebaiknya hanya diberikan kepada orang yang baru
saja sembuh dari sakit atau karena kekebalan tubuhnya rendah.

"Kalau Anda makan 3 kali sehari dengan cukup karbohidrat, mineral, serat dan kandungan nutrisi lainnya, maka
sebenarnya vitamin itu tidak perlu. Kandungan vitamin kan sudah ada di makanan," jelas dr. Dharmeizar.Next
Dan dr. Dharmeizar juga mengingatkan, banyak orang yang salah kaprah tentang obat yang diharus di minum seumur
hidup oleh penderita hipertensi (tekanan darah tinggi) dan kolesterol. Menurutnya, obat-obat yang digunakan untuk
seumur hidup malah aman karena tidak bersifat nefrotoksik alias tidak merusak ginjal.

"Banyak orang yang salah kaprah, banyak pasien hipertensi atau kolesterol tinggi yang takut minum obat karena takut
obatnya dapat merusak ginjal. Padahal sebenarnya obat yang diberikan itu aman untuk ginjal, justru kalau mereka tidak
minum itu yang merusak ginjal adalah hipertensinya itu sendiri," jelas dr. Dharmeizar.

OBAT-OBATAN NEFROTOKSIK
Menyambung bahasan obat hepatotoksik tadi, tidak komplit jika tidak membahas pasangannya, yaitu efek samping
obat-obatan terhadap fungsi ginjal. Berikut ini beberapa obat yang berpotensi menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
ACE inhibitor1 Cidofovir Ifosfamid Mitomisin Simetidin
Allopurinol Cisplatin Kokain NSAID6 Statin7
Amfoterisin B Fenofibrat Kuinolon baru4 Penisilin Sulfonamid
Aminoglikosida2 Foscarnet Laksatif5 Pentamidin Tetrasiklin
Asam
asetilsalisilat3
Furosemid Metadon Rifampisin Thiazide diuretik
Asiklovir (IV) Gemfibrozil Metamfetamin Sefalosporin Trimetoprim
Basitrasin Heroin Metotreksat Siklosporin Vankomisin
Keterangan
1Misalnya: captopril, ramipril, lisinopril, dan sebagainya.
2Misalnya: streptomisin, gentamisin, tobramisin, dan sebagainya.
3Pada lansia dalam dosis kecil.
4Misalnya: siprofloksasin, levofloksasin, dan sebagainya.
5Hanya pada pemakaian kronik.
6Misalnya: ibuprofen, meloksikam, indometasin, dan sebagainya.
7Misalnya: atorvastatin, simvastatin, dan sebagainya.
Referensi
Moses S. Organ Failure: Nephrotoxic Drugs (last updated 04 October 2008).
URLhttp://www.fpnotebook.com/Renal/Pharm/NphrtxcDrgs.htm
Drug Category: Nephrotoxic Drugs. URLhttp://drugs.medsort.com/Drugs/ClassProfile.aspx
(hnz)

Anda mungkin juga menyukai