Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada klien yang mengalami reaksi hemolisis
intravascular adalah demam, menggigil, kemerahan, nyeri pada punggung bagian
bawah, takikardi dan hipotensi, kolaps pembuluh darah sampai henti jantung.(5)
DEFINISI
Transfusi darah merupakan proses menyalurkan darah atau produk berbasis
darah dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lainnya.(2)
Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan
modern. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien
dan meningkatkan derajat kesehatan.(1)
MACAM-MACAM KOMPONEN DARAH(5)
Selular
Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood
cell leukocytes reduced)
Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell washed)
Sel darah merah pekat beku (packed red blood cell frozen, packed
red blood cell deglycerolized).
Non Selular
Albumin
Imunoglobulin
Rh Imunoglobulin
INDIKASI TRANSFUSI
Oleh karena transfusi mempunyai resiko yang cukup besar, maka
pertimbangan resiko dan manfaat benar-benar harus dilakukan dengan cermat
sebelum memutuskan pemberian transfusi. Secara umum dari beberapa panduan
yang telah dipublikasikan, tidak direkomendasikan untuk melakukan transfusi
profilaksis dan ambang batas untuk melakukan transfusi adalah kadar hemoglobin
di bawah 7,0 atau 8,0 g/dl, kecuali untuk pasien dengan penyakit kritis. Walaupun
sebuah studi pada 838 pasien dengan penyakit kritis melaporkan bahwa tidak ada
perbedaan laju mortalitas-30 hari pada kelompok yang ditransfusi dengan batasan
kadar hemoglobin di bawah 10,0 g/dl dan 7,0 g/dl, namun penelitian lebih lanjut
dengan jumlah pasien lebih besar masih diperlukan.(5)
Kadar hemoglobin 8,0 g/dl adalah ambang batas transfusi untuk pasien yang
dioperasi yang tidak memiliki faktor resiko iskemia, sementara untuk pasien
dengan resiko iskemia, ambang batasnya dapat dinaikkan sampai 10,0 g/dl.
Namun, transfusi profilaksis tetap tidak dianjurkan.(5)
Pemberian transfusi untuk menambah kapasitas pengiriman oksigen, seperti
yang kerap dilakukan di unit perawatan intensif, tidak dianjurkan. Sebuah studi
pada pasien sepsis melaporkan bahwa transfusi tidak menyebabkan perubahan
kapasitas pengiriman oksigen 6 jam setelah transfusi.(5)
Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar
Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda
jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka
batas kadar Hb yang lebih rendah dapat diterima.(1)
Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila
ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan
laboratorium.(1)
Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb 10 g/dl, kecuali bila ada indikasi
tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih
tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan penyakit jantung iskemik
berat).(1)
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI(5)
Darah lengkap (whole blood)
Indikasi: darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan
volume plasma dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada perdarahan aktif
dengan kehilangan darah lebih dari 25-30% volume darah total.
Kontraindikasi: Darah lengkap sebaiknya tidak diberikan pada pasien anemia
kronik yang normovolemik atau yang bertujuan meningkatkan sel darah merah.
Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood cell
leucocytes reduced)
Indikasi: produk ini dipakai untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada
pasien yang sering mendapat/tergantung pada tranfusi darah dan pada mereka
yang sering mendapat reaksi tranfusi panas yang berulang dan reaksi alergi yang
disebabkan oleh protein plasma atau antibodi leukosit.
Kontraindikasi: Komponen sel darah ini tidak dapat mencegah terjadinya graft
versus host disease (GVHD), sehingga komponen darah yang dapat diandalkan
untuk mencegah hal itu ialah bila komponen darah tersebut diradiasi.
Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell washed)
Indikasi: pada orang dewasa komponen ini dipakai untuk mencegah reaksi alergi
yang berat atau alergi yang berulang, dapat pula digunakan pada tranfusi neonatal
atau tranfusi intrauteri.
Kontarindikasi:
Hati-hati
terhadap
kontaminasi
bakteri
akibat
cara
pembuatannya yang terbuka, masih dapat menular hepatitis dan infeksi bakteri
lainnya. Karena masih mengandung sejumlah kecil leukosit yang viable,
komponen ini tidak menjamin pencegahan terjadinya GVHD atau infeksi CMV
pasca transfusi.
Sel darah merah pekat beku yang dicuci (packed red blood cell frozen, packed
red blood cell deglycerolized)
Indikasi: dapat dipakai untuk menyimpan darah langka
Kontraindikasi: Risiko terjadinya kontaminasi bakteri dapat terjadi karena sistem
terbuka yang dipakai di mana dapat menularkan hepatitis namun tidak untuk
Citomegalo virus (CMV).
hanya
pada
adanya
perdarahan
yang aktif.
Pasien
dengan
Terapi
antibiotik
yang tepat
atau penggunaan
faktor
protein plasma, koloid, atau kristaloid yang tidak menularkan penyakit merupakan
produk yang lebih aman untuk mempertahankan volum darah.
Albumin dan fraksi protein plasma (albumin dan plasma protein fraction)
Indikasi: albumin ini digunakan untuk meningkatkan volume sirkulasi/resusitasi
misalnya pada pasien luka bakar,
hipoproteinemia misalnya pasien dengan syok, pada sindrom nefrotik atau untuk
meningkatkan protein plasma.
Kontraindikasi: Larutan albumin 25% tidak boleh diberikan pada pasien dengan
dehidrasi dan hanya dapat diencerkan dengan salin normal dan dekstrosa 5%.
Penularan Penyakit
Selain masalah reaksi antigen-antibodi, maka transfusi yang aman juga
harus memperhatikan kemungkinan penularan penyakit yang dapat menular
melalui darah, seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan virus lainnya. Bakteri
juga dapat mengkontaminasi eritrosit dan trombosit sehingga dapat menyebabkan
infeksi dn terjadinya sepsis setelahh transfusi.
Kontaminasi
Kontaminasi bakteri pada eritrosit paling sering disebabkan oleh Yersinia
entecolitica. Resiko terjadinya kontaminasi tersebut berhubungan langsung
dengan lamanya penyimpanan.
Resiko sepsis yang berhubungan dengan transfusi trombosit adalah 1 per
12.000. angka ini lebih besar pada transfusi menggunakan konsentrat trombosit
yang berasal dari beberapa donor dibandingkan dengan trombosit yang didapatkan
dengan aferesis dari donor tunggal. Bakteri yang mengkontaminasi trombosit
yang dapat menyebabkan kematian adalah Staphylococcus aureus, Klebsiella
pneumoniae, Serratia marcescens, dan Staphylococcus epidermidis.
Cedera Paru Akut
Resiko transfusi yang lain adalah cedera paru akut yang berhubungan
dengan transfusi (transfusion-related acute lung injury, TRALI). Kondisi ini
adalah suatu diagnosis klinis berupa manifestasi hipoksemia akut dan edema
pulmoner bilateral yamg terjadi dalam 6 jam setalah transfusi. Manifestasi klinis
yang ditemui adalah dispnea, takipnea, demam, takikardi, hipo-/hipertensi,
leukopenia akut sementara. Beberapa mekanisme diperkirakan menjadi penyebab
terjadinya kondisi ini. Salah satunya adalah reaksi antara neutrofil resipien dengan
antibodi donor yang mempunyai HLA atau antigen neutrofil spesifik; akibatnya
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler pada sirkulasi mikro di paru.
PENUTUP
10
11
Daftar pustaka
(1)
(2)
2010.
(3)
(4)
(5)
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam Edisi:V. Jakarta:
InternaPublishing. 2009.
12