Anda di halaman 1dari 15

RSNI T-06-2002-03

Standar Nasional Indonesia

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap


pada sumur uji atau sumur produksi
dengan metode Hantush-Bierschenk

ICS 93.010

Badan Standardisasi Nasional

BSN

RSNI T-06-2002-03

Daftar isi
Daftar isi ................................................................................................................................

Prakata .................................................................................................................................

ii

Pendahuluan .........................................................................................................................

iii

1. Ruang lingkup .............................................................................................................

2. Acuan ..........................................................................................................................

3. Istilah dan definisi ........................................................................................................

4. Persyaratan .................................................................................................................

5. Prinsip metode analisis Hantush-Bierschenk ..............................................................

6. Cara uji ........................................................................................................................

7. Contoh penentuan surutan, B, C, dan persamaan surutan Sw ....................................

Bibliografi .....................................................................................................................

Lampiran A .................................................................................................................

Lampiran B .................................................................................................................

Lampiran C .................................................................................................................

Lampiran D .................................................................................................................

RSNI T-06-2002-03

Prakata
Standar ini disusun oleh Gugus Kerja Bidang Hidrologi, Hidraulika, Lingkungan, Air Tanah
dan Air Baku yang termasuk pada Sub-Pantek Teknologi Sumber Daya Air yang berada di
bawah Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan.
Penyusunan standar ini melalui proses pembahasan pada rapat teknis, Prakonsensus dan
Konsensus pada tanggal 18 Oktober 2001 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air Bandung yang melibatkan para nara sumber dan pakar dari berbagai instansi
terkait.
Standar ini membahas tentang persyaratan, prinsip metode analisis Hantush-Bierschenk,
cara uji dan contoh penentuan surutan B, C dan persamaan surutan Sw.

ii

RSNI T-06-2002-03

Pendahuluan
Standar ini menetapkan karakteristik kinerja sumur uji atau sumur produksi dalam rangka
penentuan serahan optimum yang dihasilkan sumur tersebut melalui analisis data uji
pemompaan surutan bertahap (step drawdown test) dengan menggunakan metode HantushBierschenk,

Uji surutan bertahap ini adalah uji pemompaan yang dilakukan terhadap sumur uji atau
sumur produksi dengan melakukan pemompaan air dengan debit tetap dalam periode
tertentu dan dilanjutkan dengan debit tetap yang lebih tinggi selang waktu tertentu berikutnya
dan begitu seterusnya.

iii

RSNI T-06-2002-03

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur
produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan karakteristik kinerja sumur uji atau sumur produksi dalam rangka
penentuan serahan optimum yang dihasilkan sumur tersebut melalui analisis data uji
pemompaan surutan bertahap (step drawdown test) dengan menggunakan metode HantushBierschenk.

Acuan

SNI 03-3970-1995,

Metode Pengukuran tinggi muka air tanah bebas di sumur

SNI 19-6739-2002,

Metode pengujian untuk penentuan kapasitas jenis dan


penaksiran transmisivitas pada sumur uji

SNI 19-6740-2002,

Metode pengujian untuk penentuan transmisivitas akuifer


tertekan dengan cara pemulihan Theis

SNI 19-6741-2002,

Metode pengujian untuk penentuan transmisivitas akuifer


tertekan dengan cara uji kolom air

SNI 19-6742-2002,

Metode pengujian kolom air di lapangan untuk penentuan sifatsifat hidraulik akuifer

SNI 19-6743-2002,

Metode pengujian sifat hidraulik akuifer dengan cara Theis

SNI 19-6744-2002,

Tata cara pemilihan metode uji sifat hidraulik akuifer dengan


teknik sumur

Istilah dan definisi

Istilah dan definisi berikut berlaku untuk pemakaian standar ini.


3.1
uji surutan bertahap
uji pemompaan yang dilakukan terhadap sumur uji atau sumur produksi dengan melakukan
pemompaan air dengan debit tetap dalam selang periode tertentu dan dilanjutkan dengan
debit tetap yang lebih tinggi dalam selang waktu tertentu berikutnya dan begitu seterusnya
3.2
kehilangan tinggi tekan akuifer
kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh hambatan dari formasi akuifer terhadap aliran
ke sumur

1 dari 9

RSNI T-06-2002-03

3.3
kehilangan tinggi tekan sumur linear
kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh hambatan terhadap aliran masuk ke sumur
akibat lumpur sisa yang berada di zone penetrasi dan di dalam selubung kerikil serta di
sekitar bukaan pipa penyaring
3.4
kehilangan tinggi tekan sumur nonlinear
kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh turbulensi dan gesekan dalam pipa sumur
3.5
kehilangan tinggi tekan sumur total
kehilangan tinggi tekan akuifer (surutan teoritis) ditambah kehilangan tinggi tekan sumur
linear dan non linear, yang menghasilkan surutan total

4
4.1

Persyaratan
Penggunaan cara uji

Cara uji dengan metode analisis Hantush-Bierschenk bisa diterapkan dengan pengambilan
anggapan dan persyaratan berikut :
a) akuifer dalam kondisi terkekang, tidak tertekang atau bebas;
b) akuifer terbentang meluas tak berhingga;
c) akuifer homogen, isotropik dengan ketebalan seragam seluas daerah yang dipengaruhi
oleh uji pemompaan;
d) sebelum pemompaan muka air dalam kedudukan mendatar seluas daerah yang
dipengaruhi oleh uji pemompaan;
e) akuifer dipompa secara bertahap dengan debit yang bertambah;
f) aliran di dalam sumur dalam kondisi tak langgeng (unsteady state);
g) kehilangan tinggi tekan non linear di dalam sumur cukup berarti dan bervariasi menurut
pernyataan CQ2.
4.2

Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk cara uji harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) kertas grafik berskala linear;
2) kertas grafik berskala semilog.

5 Prinsip metode analisis Hantush-Bierschenk


Beberapa metode analisis untuk tujuan yang sama dapat dipilih metode HantushBierschenk, Eden-Hazel, Rorabaugh dan Sheahan. Dalam hal dipilih prosedur analisis
metode Hantush-Bierschenk.
Jacob (1947) pertama kali menggunakan rumus berikut untuk penerapan uji surutan
bertahap :
s w = B(rew, t) Q + C Q2 ......................................................................................... (01)
B(rew, t) = B l (rew, t) + B 2 ........................................................................................... (02)

2 dari 9

RSNI T-06-2002-03

dengan :
Sw
adalah surutan;
B l (rew, t) adalah konstanta kehilangan tinggi tekan akuifer linear;
adalah konstanta kehilangan tinggi tekan sumur linear;
B2
C
adalah konstanta kehilangan tinggi tekan sumur nonlinear;
adalah adalah jari-jari efektif sumur;
rew
rw
adalah adalah jari-jari sumur;
t
adalah waktu pemompaan.
Dengan menggunakan prinsip superposisi, Hantush (1964) menerapkan rumus berikut :
n
Q i B(rew, t t i) Qn + C Qn2 .................................................................

s w(n) =

(03)

i=1
Jumlah dari pertambahan surutan diambil pada interval waktu yang tetap dihitung dari
permulaan tiap tahap (t ti) dapat diperoleh dari persamaan (03), yang berbentuk :
n
s w(i) = s w(n) = B(rew,

t) Qn + C Qn2 ................................................................

(04)

i=1
dan dapat ditulis kembali dan dipakai untuk metode analisis sebagai berikut :
s w(n) / Qn = B(rew,

t) + C Qn ...............................................................................

(05)

Persamaan terakhir ini digunakan untuk menentukan konstanta B dan C, yang merupakan
karakteristik kinerja sumur uji atau sumur produksi, dengan penjelasan sebagai berikut :
s w(n) adalah surutan total dalam sumur selama n tahap pada waktu t;
rew
adalah jari-jari efektif sumur;
t
adalah t t I;
tI
adalah waktu pada saat tahap ke i dimulai;
Qn
adalah debit tetap selama tahap ke n;
adalah debit tetap selama tahap ke i yang mendahului tahap n;
Qi
Qi
adalah sama dengan Qi - Qi 1;
sw(i) adalah pertambahan surutan antara tahap ke i dengan tahap yang mendahuluinya
diambil pada waktu t i + t dari permulaan tahap ke i.
6

Cara uji

Cara uji dilakukan menurut urutan langkah berikut ini :


a) plot data surutan hasil pengamatan sw pada kertas semilog terhadap waktu t yang
berkaitan pada skala logaritma;
b) lakukan ekstrapolasi melalui titik-titik plot untuk tiap tahap sampai ke akhir tahap
berikutnya;
c) tentukan pertambahan surutan
sw(i) untuk setiap tahap dengan mengambil selisih
antara surutan pengamatan pada interval waktu tetap t yang diambil dari awal tiap
tahap dengan surutan yang berkaitan pada lengkung ekstrapolasi dari tahap yang
sebelumnya;
d) tentukan nilai s w(n) yang berkaitan dengan debit Qn dari sw(n) = sw(1) + sw(2) + sw(1)
+ sw(3) +..+ sw(n)
e) hitung rasio sw(n) / Qn untuk tiap tahap;
f)
plot pada kertas berskala linear s w(n) / Qn lawan Qn yang berkaitannya;
g) buat garis lurus melaui titik-titik plot (jika tidak begitu lurus maka gunakan metode
analisis yang lain yang telah disebutkan di atas);
3 dari 9

RSNI T-06-2002-03

h)
i)
j)

tentukan kemiringan garis lurus (sw(n) / Qn)/ Qn yang merupakan angka C;


Perpanjang garis lurus sampai memotong sumbu Q = 0;
Titik potong pada sumbu (sw(n) / Qn) memberikan angka B.

CATATAN 1 Angka-angka tergantung atas data ekstrapolasi dan oleh karenanya mengalami galat
CATATAN 2 Jika suatu keadaan langgeng tercapai untuk tiap tahap, surutan menjadi tidak lagi
fungsi waktu. Oleh karenanya surutan kondisi langgeng yang diamati dan debit tiap tahap dapat
digunakan langsung pada plotting (sw(n) / Qn) lawan Qn pada kertas skala linear

7 Contoh penentuan surutan, B, C dan persamaan surutan Sw


Untuk memberikan ilustrasi metode uji surutan bertahap ini digunakan contoh data dari Clark
(1977) untuk sumur bor yang menembus akuifer terkekang formasi batupasir seperti yang
terlihat di dalam Tabel B pada Lampiran B.
Lakukan langkah-langkah berikut ini :
a) plot data surutan sw dalam meter pada skala linear lawan waktu dalam menit pada skala
logaritma (lihat hasil pada Gambar C pada Lampiran C).;
b) dari plot ini tentukan beda surutan untuk setiap tahap dan untuk selang waktu t = 100
menit.;
c) tentukan angka surutan jenis sw(n)/Qn dari gambar C pada lampiran C (lihat hasilnya
pada Tabel D Lampiran D);
d) plot angka tersebut lawan Qn berkaitannya pada kertas skala linear yang menghasilkan
garis lurus dengan kemiringan C sebesar 1,45 x 10-7 hari2/m5 (lihat hasil pada Gambar D
Lampiran D);
e) titik temu garis lurus dengan sumbu Qn = 0 menghasilkan nilai B = sw(n)/Qn = 3,26 x 10-3
hari/m2 (lihat hasil pada Gambar D Lampiran D);
f) akhirnya diperoleh persamaan surutan sebagai fungsi dari debit untuk sumur I tersebut,
yaitu :
sw = B Q + C Q2 (untuk t = 100 menit)
atau
sw = ( 3,26 x 10-3 ) Q + (1,45 x 10-7 ) Q2 (untuk t = 100 menit).

4 dari 9

RSNI T-06-2002-03

Bibliografi
Kruseman, G.P. and de Ridder, N.A. (1990) Analysis and evaluation of pumping test data.
Publication 47, ILRI, Wageningen, the Netherlands.

5 dari 9

RSNI T-06-2002-03

Lampiran A
Gambar
lubang bor

muka air tanah semula

S1
kehilangan tinggi tekan akuifer

S1

(surutan teoritis)

S2

kehilangan tinggi tekan


ekstra (lumpur sisa dalam
zone penetrasi)

Sw

S2
kehilangan tinggi tekan sumur linear
Komponen surutan

kehilangan tinggi tekan


akibat aliran turbulen

zone yang terpengaruh


lumpur pengeboran

S3

sekat

akuiklud
kerikil

pipa penyaring
screen

rw

akuiklud

Gambar A.1

Contoh Sumur bor

6 dari 9

S3
kehilangan tinggi tekan non-linear
komponen surutan

RSNI T-06-2002-03

Lampiran B
Tabel B Surutan sumur (m)
(Contoh data uji surutan bertahap)
Waktu sejak
awal tahap
(menit)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
25
30
35
40
45
50
55
60
70
80
90
100
120
150
180

Tahap 1
Q = 1306
(m3/hari)
1,303
2,289
3,117
3,345
3,486
3,521
3,592
3,627
3,733
3,768
3,836
3,873
4,014
3,803
4,043
4,261
4,261
4,190
4,120
4,120
4,226
4,226
4,226
4,402
4,402
4,683

Tahap 2
Q = 1693
(m3/hari)
5,458
5,529
5,564
5,599
5,634
5,669
5,669
5,705
5,740
5,740
5,810
5,810
5,824
5,845
5,810
5,824
5,824
5,881
5,591
5,591
6,092
6,092
6,176
6,162
6,176
6,169
6,169
6,176
6,374
6,514

Tahap 3
Q = 2423
(m3/hari)
8,170
8,240
8,346
8,451
8,486
8,557
8,557
8,592
8,672
8,672
8,663
8,698
8,733
8,839
8,874
8,874
8,979
8,979
8,994
9,050
9,050
9,120
9,120
9,155
9,191
9,191
9,226
9,261
9,367
9,578

7 dari 9

Tahap 4
Q = 3261
(m3/hari)
10,881
11,797
11,902
12,008
12,078
12,149
12,149
12,184
12,219
12,325
12,360
12,395
12,430
12,430
12,501
12,508
12,606
12,712
12,747
12,783
12,818
12,853
12,853
12,888
12,923
12,994
12,994
13,099
13,205
13,240

Tahap 5
Q = 4094
(m3/hari)
15,318
15,494
15,598
15,740
15,846
15,881
15,952
16,022
16,022
16,093
16,198
16,268
16,304
16,374
16,409
16,586
16,621
16,691
16,726
16,776
16,797
16,902
16,938
16,973
17,079
17,079
17,114
17,219
17,325
17,395

Tahap 6
Q = 5019
(m3/hari)
20,036
20,248
20,389
20,529
20,600
20,660
20,741
20,811
20,882
20,917
20,952
21,022
21,128
21,163
21,198
21,304
21,375
21,480
21,551
21,619
21,656
21,663
21,691
21,762
21,832
21,903
22,008
22,184
22,325

RSNI T-06-2002-03

Lampiran C
Gambar

Sw dalam meter
0
2

Sw 1- 4,25 m
Step 1
t

Sw 2 - 1,70 m
Step 2

6
t

Sw 3 - 2,80 m
Step 3

8
10

t
Sw 4 - 3,40 m

12

Step 4

= 100 menit
t

14

Sw 4 - 3,65 m
Step 5

16
t

18

Sw 4 - 4,20 m
Step 6

20
22
t

24
26
28
30 0
10

6 8 10

6 8 10

6 8 10

Gambar C1 Contoh tahapan penentuan Sw (n)


dengan metode Hantush-Bierchenk

8 dari 9

2000 4000
t dalam menit

RSNI T-06-2002-03

Lampiran D

Tabel D1 Contoh penentuan penurunan spesifik dengan metode Hantush-Bierchenk

Tahap
1
2
3
4
5
6

Sw(n) -3
X 10
Qn dalam
4.2hari/m

sw(n)

sw(n)

Qn

sw(n) /Qn

(m)

3
(m /hari)

(m)

4,25
1,70
2,80
3,40
3,65
4,20

4,25
5,95
8,75
12,15
15,80
20,00

1306
1693
2423
3261
4094
50,19

3,25 X 10-3
3,51 X 10-3
3,61 X 10-3
3,73 X 10-3
3,86 X 10-3
3,98 X 10-3

-3

0.4 x 10
= 1.45 x 10-7
3
2.75 x hari
10 2/m5

C=
3.5

Sw(n) -3
0.4
Qn x10
3.4
3

Qn = 2.75 x 10
B = 3.26 x
-3
2
3.010 hari/m
0
1
2

Qn x 10 dalam m3/hari

Gambar D1 Contoh penentuan Parameter B dan C


dengan metode Hantush-Bierschenk

9 dari 9

2
hari/m

RSNI T-06-2002-03

Standar Nasional Indonesia

Tata cara analisis pengujian surutan bertahap


pada sumur uji atau sumur produksi dengan
metode Hantush-Bierschenk

ICS

Badan Standardisasi Nasional

Anda mungkin juga menyukai