Oleh:
Anugrah Jundawijaya
135020207111042
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah swt,
karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah manajemen modal kerja ini adalah
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah, dan implementasi langsung dari pemahaman hasil studi
manajemen modal kerja yang diperoleh selama mengikuti kuliah.
Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat saya harapkan. Kepada ibu Sumiati, selaku dosen mata kuliah manajemen keuangan,
kami mengucapkan terimaksih.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi.. 3
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang... 4
1.2 Rumusan masalah... 4
1.3 Tujuan Penulisan.. 4
BAB 2 Pembahasan
2.1 Modal Kerja.. 5
2.2 Jenis-jenis Modal Kerja.... 6
2.3 Pemahaman Manajemen Modal kerja.. 6
2.4 Unsur-Unsur Modal Kerja... 6
2.5 Sumber Modal Kerja... 7
2.6 Menghitung Kebutuhan Modal Kerja.. 8
2.7 Alternatif kebijakan investasi Modal Kerja.. 8
2.8 Contoh perhitungan modal kerja .. 9-10
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan... 11
3.2 Saran.. 11
DAFTAR PUSTAKA.. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Modal kerja adalah modal untuk investasi pada aktiva lancar. Seiring dengan
meningkatnya kompetisi pasar, manajer keuangan, mau tidak mau, harus mulai berfokus pada
pengelolaan modal kerja. Perputaran modal kerja merupakan salah satu aspek penting dari
keseluruhan manajemen keuangan. Perputaran modal kerja tergantung dari komponenkomponennya, seperti perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.
Keberadaan modal kerja sangat penting bagi perusahaan untuk menunjang segala
aktivitasnya. Dengan adanya efisiensi dan efektivitas pengelolaan modal kerja, profitabilitas
perusahaan dapat meningkat, dikarenakan semakin cepat perputaran modal kerja, semakin
cepat pula modal yang berubah menjadi kas.
Berkenaan dengan hal ini, penulis tertarik untuk membahas mengenai bagaimana cara
Usaha Kecil dan Menengah dikota Malang mengelola modal kerjanya dan pengaplikasian modal
kerja pada usaha sesungguhnya.
1.3 Tujuan
1. Memberikan pemahaman mengenai modal kerja kepada pembaca.
2. Mengetahui sistem pengelolaan modal kerja pada UKM di kota Malang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Modal Kerja
Modal kerja adalah dana yang digunakan suatu perusahaan untuk melangsungkan
kegiatan operasional sehari-hari. misalnya, untuk membeli bahan baku, membayar upah buruh,
membayar utang dan lain-lain. Modal kerja sangat penting bagi perusahaan karena;
(1) Sebagian besar pekerjaan manajer keuangan dicurahkan pada kegiatan operasi perusahaan
sehari-hari yang memerlukan modal kerja,
(2) Pada umumnya nilai harta lancar suatu perusahaan kira-kira lebih dari 50% dari jumlah
harta, hal ini perlu pengelolaan yang serius,
(3) Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja sangat penting karena mereka
sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal.
(4) Perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan modal kerja
Modal kerja dapat dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund)
yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini
adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal
kerja bruto (gross working capital). Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin
kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan.
Modal = Jumlah seluruh aktiva lancar
2. Konsep Kualitatif
Dalam konsep ini, pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang
yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh
digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu, modal
kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva
lancar diatas hutang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net
working capital). Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih
besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka pendek).
M KERJA = AKTIVA LANCAR - HUTANG LANCAR
Manajemen modal kerja berkenaan dengan manajemen aktiva lancar dan hutang lancar (
hutang jangka pendek)
Manajemen modal kerja merupakan salah satu aspek terpentng dari keseluruhan manajemen
keuangan perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan TINGKAT MODAL
KERJA YANG MEMUASKAN kemungkinan perusahaan akan berada dalam keadaan INSOLVENT
(tidak mampu membayar kewajiban kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin
terpaksa harus dilikuidasi (dibubarkan).
(rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan illikuid
apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Karena kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran
kegiatan perusahaan maka kas itu harus direncanakan dan diawasi dengan baik.Jadi kas sangat
diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru
dalam aktiva tetap.
2. Surat-surat Berharga (Marketable Securities)
Menurut S. Munawir (1995 : 122) Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek
(Marketable Securities atau Efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan
dapat menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini
menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah
menjadi uang kas. Jadi surat berharga merupakan kekayaan, aktiva lancar yang dimiliki perusahaan
yang dapat menghasilkan keuntungan.
3. Piutang (Account Receivable)
Menurut Sarwoko dan Abdul Halim (1989:105) : Piutang adalah aktiva yang menunjukkan tagihan yang
dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil dari penjualan barang dan atau jasa di dalam kegiatan usahanya.
Jadi piutang adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan dari kegiatan operasional perusahaan yang
berupa tagihan atas hasil penjualan barang dan jasa.
Menurut Bambang Riyanto (1997:85): Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas,
tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas
masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut.
Menurut Bambang Riyanto (1997:85) faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam
piutang adalah sebagai berikut :
a. Volume Penjualan Kredit
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit.
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
d. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang
e. Kebiasaan membayar dari Para Langganan.
4. Persediaan (Inventory)
Menurut Sarwoko dan Abdul Halim (1989 : 91) : Persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk
dijual lagi oleh perusahaan. Persediaan sebagai salah satu elemen penting di dalam usaha-usaha
perusahaan untuk memperoleh tingkat penjualan yang diinginkan. Pengertian persediaan lebih luas dari
sekedar barang dagangan. Dalam perusahaan manufaktur tidak hanya barang yang akan dijual saja,
tetapi juga persediaan barang yang sedang diproses di pabrik dan yang belum diproses, yakni masih
berupa bahan mentah. Jadi persediaan adalah bahan baku yang disimpan oleh perusahaan dalam
kegiatan produksi untuk memperoleh tingkat penjualan yang diinginkan
SUMBER EKSTERNAL
- Kredit perdagangan ( dari supplier/ pemasok)
- Surat- surat berharga komersial jangka pendek
- Kredit bank dan non bank jangka pendek termasuk lembaga keaungan mikro
- Pegadaian
Barang
Pihutang
2. Kas 1
Barang
Kas 2
Kas2
Kas 1
Barang jadi
Kas2
: Rp 2.500.000
: Rp 500.000
: Rp 300.000
: Rp 3.300.000
Penjual nasi goreng citra rasa menyiapkan dana sebesar Rp 3.300.000 per bulannya dengan
rincian sebagai berikut:
1. Bahan baku (nasi, sayur, minyak, dll) sebesar Rp 2.500.000
2. Menggaji karyawan 1 orang Rp 500.000
3. kas untuk biaya tak terduga Rp. 300.000 (Rp 10.000 perhari)
3. Warung ini tidak melayani pembelian secara kredit serta tidak pula membeli bahan
baku dan membayar gaji karyawan secara kredit.
Pengelolaan modal kerja warung nasi goreng citra rasa masih sangat sederhana.
Hanya berdasarkan estimasi secara kasar. Citra rasa tidak memperhitungkan biaya overheadnya
secara jelas. Warung ini hanya menyiapkan dana tak terduga sebesar Rp 10.000 setiap harinya
untuk menutup biaya overhead yang terjadi. Selain itu, karena warung nasi goreng citra rasa
tidak memiliki hutang lancar , maka perhitungan modal kerja kotor (konsep kuantitatif) ataupun
modal kerja bersih (konsep kualitatif) adalah sama. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar
Kas
: Rp 3.300.000 (bahan baku, biaya gaji, biaya lain-lain)
Piutang
: Rp 0
Persediaan
: Rp 0
Hutang Lancar: Rp 0
Jadi, kebutuhan modal kerja nasi goreng citra rasa setiap bulannya adalah Rp 3.300.000 (baik
modal kerja kotor maupun modal kerja bersih).
10
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Modal kerja adalah dana yang digunakan suatu perusahaan untuk melangsungkan
kegiatan operasional sehari-hari. misalnya, untuk membeli bahan baku, membayar upah
buruh, membayar utang dan lain-lain.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSATAKA
Mustafa,M.2013.contoh kasus laporan keuangan
UKM,(online),(http://financeukm.blogspot.com/2013/10/contoh-kasus-laporankeuangan-ukm_24.html).
Risendy,Rian.2014.makalah modal
kerja,(online),(http://blognyarianrisendyngok.blogspot.com/).
12