Suatu perusahaan yang selalu berada dalam keadaan titik impas (break even) tidak
harus ditutup karena perusahaan masih mendapatkan sisa uang (jumlah penerimaan uang
lebih besar daripada pengeluarannya). Hal ini terjadi karena biaya yang terjadi dalam suatu
periode pada dasarnya terdiri dari:
a. Biaya Tunai
Biaya tunai adalah biaya yang memerlukan pengeluaran uang. Contoh biaya tunai
adalah biaya bahan baku dan biaya keluar kantong (berupa biaya penginapan, transportasi,
makan, minum, dan lain-lain dalam membeli bahan baku)
b. Biaya Tidak Tunai
Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak memerlukan pengeluaran uang. Contoh
biaya tidak tunai adalah biaya depresiasi, amortisasi, penghapusan piutang, dan premi
saham. Biaya depresiasi merupakan contoh biaya tertanam (sunk cost) yang merupakan
biaya yang timbul oleh keputusan masa lalu yang tidak dapat diubah dengan tindakan di
masa mendatang.
Untuk menentukan minimal tingkat penjualan suatu perusahaan harus ditutup dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Titik Impas Kas (Cash Break Even / CBE), sebagai
berikut:
Biaya dalam
setahun
Rp3.500.000,00
Rp7.500.000,00
Rp800.000,00
Rp1.500.000,00
Rp500.000,00
Rp13.800.000,00
Perhitungan:
I
II
III
BIAYA TETAP
1) Biaya Overhead Pabrik (BOP) Tetap
a) Biaya Depresiasi Pabrik
b) BOP Tetap Tunai
> Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung
> Biaya Pemeliharaan Pabrik
> Biaya Listrik Pabrik
> Biaya Lain-Lain Pabrik
> Total BOP Tetap Tunai
c) Total BOP Tetap
2) Biaya Usaha Tetap
Biaya Depresiasi dan Penghapusan
a)
Piutang
b) Biaya Usaha Tetap Tunai
> Biaya Gaji Penjual
> Biaya Gaji Pemimpin dan Staf
> Biaya Lain-Lain Biaya Tunai
> Total Biaya Usaha Tetap Tunai
c) Biaya Usaha Tetap
3) TOTAL BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL
1) Biaya Bahan Baku
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung
3) BOP Variabel Tunai
4) Biaya Usaha Variabel
a) Komisi Penjualan Tunai
b) Premi Saham
c) Total Biaya Usaha Variabel
5) TOTAL BIAYA VARIABEL
BIAYA VARIABEL KAS
1) Total Biaya Variabel
2) Biaya Variabel Bukan Kas
a) Biaya Usaha Variabel -Premi Saham
b) Total Biaya
3) BIAYA VARIABEL KAS per unit ( 1 2 )
Rp2.000.000
Rp1.000.000
Rp200.000
Rp2.000.000
Rp1.000.000
Rp4.200.000
Rp6.200.000
Rp1.169.000
Rp431.000
Rp1.000.000
Rp600.000
Rp2.031.000
Rp3.200.000
Rp9.400.000
Rp1.000
Rp1.100
Rp1.380
Rp40
Rp10
Rp50
Rp3.530
Rp3.530
Rp10
Rp10
Rp3.520
Catatan Premi Saham tidak berbentuk kas, melainkan dalam bentuk penyertaan saham
IV
Rp9.400.000
Rp2.000.000
Rp1.169.000
Rp3.169.000
Rp6.231.000
2)
3)
VI
Keterangan:
Pada tingkat penjualan sebesar 3.100 unit dalam setahun,Perusahaan akan menutup atau
menghentikan usahanya. Karena perusahaan tidak akan mendapatkan surplus kas dan
menderita rugi sebesar Rp3.200.000
Surplus Kas
a) Kas Masuk
> Penjualan = 3.100 unit x Rp5.530
Rp17.143.000
b) Kas Keluar
> Biaya Variabel Kas = 3.100 x Rp3.520
Rp10.912.000
> Biaya Tetap Kas
Rp6.231.000
> Total Kas Keluar
Rp17.143.000
c) SURPLUS KAS ( a b )
Rp0
Laba/Rugi
a) Margin Kontribusi
> Penjualan = 3.100 unit x Rp5.530
Rp17.143.000
> Biaya Variabel Kas = 3.100 x Rp3.520
Rp10.912.000
> Margin Kontribusi = (Penjualan BV Kas)
Rp6.200.000
b) Biaya Tetap
Rp9.400.000
c) RUGI (Margin Kontribusi Biaya Tetap)
Rp3.200.000
TITIK IMPAS
1) Titik Impas
Biaya Tetap
Rp 9.400.000
=
=4.700 unit
Harga Jua l per unitBiaya Variabel per unit Rp5.530Rp3.520
2)
3)
Keterangan:
Pada tingkat penjualan sebesar 4.700 unit dalam setahun, Perusahaan tidak mendapatkan
laba tetapi tidak harus menutup atau menghentikan usahanya. Karena perusahaan masih
mendapatkan surplus kas sebesar Rp3.216.000
Surplus Kas
a) Kas Masuk
> Penjualan = 4.700 unit x Rp5.530
Rp25.991.000
b) Kas Keluar
> Biaya Variabel Kas = 4.700 x Rp3.520
Rp16.544.000
> Biaya Tetap Kas
Rp6.231.000
> Total Kas Keluar
Rp22.775.000
c) SURPLUS KAS ( a b )
Rp3.216.000
Laba/Rugi
a) Margin Kontribusi
> Penjualan = 4.700 unit x Rp5.530
Rp25.991.000
> Biaya Variabel Kas = 4.700 x Rp3.520
Rp16.591.000
> Margin Kontribusi = (Penjualan BV Kas)
Rp9.400.000
b) Biaya Tetap
Rp9.400.000
LABA/ RUGI (Margin Kontribusi Biaya
c)
Rp0
Tetap)
Jadi, pada perusahaan yang tidak memperoleh Laba atau tidak menderita Rugi maka
perusahaan tidak harus ditutup atau dihentikan usahanya, kecuali pada perusahaan yang tidak
mendapatkan surplus kas atau mengalami defisit kas.