Nama
NIM
: 4301411128
Prodi
: Pendidikan Kimia
Kelompok
: VII
Tanggal Praktikum
: 11 Juni 2014
Judul Praktikum
Tujuan
1.Menentukan kadar besi dalam perairan menggunakan metode kurva kalibrasi
2.Menentukan kadar besi dalam perairan menggunakan metode adisi standar
A. Dasar Teori
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum
phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu
alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi
dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorbsi (Harjadi, 1990).
dapat
dilakukan
dengan
teknik
spektrofotometri
UV-Vis
menggunakan
pengompleksan CNS-. Dasar penentu kadar besi (II) dengan CNS-. Senyawa ini memiliki
warna sangat kuat dan kestabilan relatife lama dapat menyerap sinar tampak secara maksimal
pada panjang gelombang tertentu. Pada persiapan larutan, sebelum pengembangan warna
perlu ditambahkan didalamnya pereduksi. HNO3 yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH
larutan harus dijaga pada 6-7.
Dengan menggunakan penentuan kadar konsentrasi , suatu senyawa dilakukan dengan
membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap terhadap larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua cara standar adisi , pada cara yang
pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar, diukur serapannya, kemudian tentukan
konsentrasinya dengan menggunakan cara kalibrasi. Cara yang kedua dilakukan dengan
menambahkan sejumlah larutan contoh yang sama kedalam larutan standar. (Hendayana, S,
dkk,2001 : 12)
B. Variabel, Rumusan Masalah dan Hipotesis
(1) Variabel bebas
metode kurva kalibrasi dan adisi standar : volume Fe 20 ppm, volume aquades dan
volume total campuran.
(2) Variabel terikat
absorbansi larutan campuran dan sampel.
(3) Variabel kontrol
larutan sampel.
Rumusan masalah
1. Apakah absorbansi larutan pada metode adisi standar akan lebih besar dibandingkan
dengan absorbansi larutan pada metode kurva kalibrasi?
Hipotesis
1.Absorbansi larutan pada metode adisi standar akan lebih besar dibandingkan dengan
absorbansi larutan pada metode kurva kalibrasi
Bahan
Fe 20 ppm
1.Labu takar
KCNS (2M)
Labu takar digunakan untuk pengenceran
larutan, dalam percobaan ini digunakan dua
HNO3 (1M)
H2O
Larutan sampel
secara pasti
4.Tabung reaksi
Tabung reaksi digunakan untuk
mencampurkan seri larutan
D. Prosedur Kerja
Metode Kurva kalibrasi
Membuat seri larutan
Menghidupkan spektronik
buah tabung
reaksi yang
bersih
tabung reaksi
Menyiapkan 7
Menambahkan 1 ml
buah tabung
larutan sampel
reaksi yang
kedalam masing-
Menyiapkan 7
bersih
tabung reaksi
mengukur absorbansi
KCNS (2M)
HNO3 (1M)
H2O
Absorbansi
0,006
0,009
0,013
0,017
0,024
0,027
sampel = 0,012
2. Metode Adisi Standar
No.
Tabung
Fe 20
ppm
(ml)
KCNS
(2M)
HNO3
(1M)
H2O
Sampel
Absorbansi
0,007
0,01
0,015
0,018
0,026
0,028
E. Diskusi
1.Analisis Data
Metode Kalibrasi
1) V1 . M1 = V2 . M2
5) V1 . M1 = V2 . M2
0 x 20 ppm = 10 x M2
4 x 20 ppm = 10 x M2
M2 = 0 ppm
M2 = 8 ppm
2) V1 . M1 = V2 . M2
6) V1 . M1 = V2 . M2
1 x 20 ppm = 10 x M2
5 x 20 ppm = 10 x M2
M2 = 2 ppm
M2 = 10 ppm
3) V1 . M1 = V2 . M2
7) V1 . M1 = V2 . M2
2 x 20 ppm = 10 x M2
6 x 20 ppm = 10 x M2
M2 = 4 ppm
4) V1 . M1 = V2 . M2
3 x 20 ppm = 10 x M2
M2 = 6 ppm
Persamaan kurva
y = 0,0022x + 0,0003
0,012 = 0,0022x + 0,0003
M2 = 12 ppm
0,0117 = 0,0022x
x = 5,218 ppm x 3,33
x = 17,70894 ppm
Metode Adisi
1) V1 . M1 = V2 . M2
4) V1 . M1 = V2 . M2
0 x 20 ppm = 10 x M2
3 x 20 ppm = 10 x M2
M2 = 0 ppm
M2 = 6 ppm
2) V1 . M1 = V2 . M2
5) V1 . M1 = V2 . M2
1 x 20 ppm = 10 x M2
4 x 20 ppm = 10 x M2
M2 = 2 ppm
M2 = 8 ppm
3) V1 . M1 = V2 . M2
6) V1 . M1 = V2 . M2
2 x 20 ppm = 10 x M2
5 x 20 ppm = 10 x M2
M2 = 4 ppm
Persamaan
y = 0,0022x + 0,0062
y=0
0 = 0,0022x + 0,0062
M2 = 10 ppm
x = -2,81
x = 2,81 x10
x = 28,1 ppm
y = 0,0022x + 0,0003
y=0
0 = 0,0022x + 0,0003
x = -0,136x 3,33
x = 0,45288 ppm
sehingga x = (28,1 -0,45288) ppm
x = 27,64712 ppm
2. Pembahasan
Kadar besi (II) dalam suatu larutan sampel ditentukan dengan menggunakan
spektronik 20 D (antara 400-600 nm). Konsentrasi dihitung dengan berdasarkan interaksi
antara energi dan materi. Energi dalam hal ini adalah energi dari sinar UV visible yang
kemudian dilewatkan pada suatu larutan sampel yang mengandung besi (II) dengan
konsentrasi tertentu.
Pada pengukuran absorbansi larutan sampel, mungkin saja titik absorbansi yang kita
dapatkan bukanlah murni absorbansi dari besi akan tetapi juga reagen-reagen yang lain yang
ditambahkan pada larutan sampel. Oleh sebab itu, maka dibuatlah larutan blanko dengan cara
yang sama tetapi tidak menggunakan larutan besi (II). Hal ini dilakukan untuk menolkan
atau agar alat tidak membaca lagi absorbansi dari reagen itu pada saat dilakukan pengukuran
terhadap sampel.
Pada pengerjaan awal, dibuat terlebih dahulu membuat larutan deret standar besi,
kemudian ditambahkan larutan HNO3. Penambahan HNO3 ini adalah untuk membuat suasana
asam, karena dalam suasana asam Fe3+ dapat membentuk senyawa kompleks dengan KSCN.
Senyawa kompleks yang terbentuk dari penambahan larutan ini adalah untuk membentuk
senyawa kompleks Fe(SCN)3 yang kemudian bisa diukur absorbansinya.
Pengukuran serapan atau absorbansi spektrometri biasanya dilakukan pada suatu
panjang gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum karena konsentrasi besar terletak
pada titik ini, artinya serapan larutan encer masih terdeteksi. Panjang gelombang yang
maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling
besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum
Lambert-Beer. Pada panjang gelombang maksimum pun apabila dilakukan pengukuran ulang
maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil
sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal. Panjang gelombang yang mempunyai
absorbansi maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan
panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Berdasarkan grafik
pengukuran yang dihasilkan panjang gelombang yang dikur dari 400 nm hingga 560 nm
didapatkan panjang gelombang maksimalnya pada daerah 480 nm, maka panjang gelombang
yang absorbansinya terbesar yang diambil untuk pengukuran Fe yaitu 480 nm.Data
pengamatan menunjukkan bahwa absorbansi larutan pada metode adisi standar lebih besar
daripada absorbansi larutan pada metode kurva kalibrasi, hal ini terjadi karena pada metode
adisi standar seri larutan ditambahkan sampel(adisi sampel).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, pada metode kurva kalibrasi diperoleh kadar
besi 17,70894 ppm, sedangkan pada metode adisi yaitu dengan adanya penambahan sampel
pada seri larutan didapatkan kadar besi sebesar 27,64712 ppm
F. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan :
1. Kadar besi pada metode kurva kalibrasi adalah 17,70894 ppm
2. Kadar besi pada metode kurva kalibrasi adalah 27,64712 ppm
Daftar Pustaka
Fatimah, S., Yanlinastuti dan Yoskasih, 2005.Kualifikasi Alat Spektrometer Uv-Vis Untuk
Penentuan Uranium Dan Besi Dalam -U30. Hasil Penelitian EBN.
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.
Underwood, A. L & R. A. Day, JR. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Penerbit
Erlangga.Jakarta.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.