Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TETANUS DI RUANG ANGSOKA 3 RSUP SANGLAH DENPASAR

OLEH:
KELOMPOK D
A.A. Tri Ayu Widyawathi

(0902105003)

Putu Anggi Maseni K.

(0902105010)

Ni Made Juniari

(0902105014)

I Wayan Dedy Surya A.

(0902105026)

Gede Adi Rantawan

(0902105044)

Ni Kadek Arik Trisnawati

(0902105049)

I.G.A. Ngurah Pramita Dewi

(0902105055)

Nyoman Mippy Nurya W.

(0902105073)

Kadek Dwi Histayanthi

(0902105070)

Ni Komang Suryaningsih

(0902105079)

Ni Made Dwi Kusumayanti

(0902105082)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2013

SATUAN ACARA PENYULUHAN TETANUS DI RUANG ANGSOKA 3 RSUP


SANGLAH DENPASAR

Satuan Acara Pendidikan Kesehatan


Hari/Tanggal

: 23 November 2013

Waktu

: 30 menit

Tempat Pelaksanaan

: Angsoka 3

Sasaran

: Penunggu pasien ruang Angsoka 3

Topik Kegiatan

: Tetanus

Sub Topik

:
1. Pengertian tetanus
2. Penyebab tetanus
3. Tanda dan gejala tetanus
4. Penatalaksanaan tetanus
5. Komplikasi tetanus
6. Pencegahan tetanus

1. LATAR BELAKANG
Tetanus merupakan penyakit yang sering ditemukan,dimana masih terjadi di
masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Tetanus merupakan
penyakit yang akut dan seringkali fatal, penyakit ini disebabkan oleh eksotoksin yuang
dihasilkan oleh Clostridium tetani. Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanos,
yang diambil dari kata teinein yang berarti teregang. Tetanus dikarakteristikan dengan
kekakuan umum dan kejang kompulsif pada otot-otot rangka. Kekakuan otot biasanya
dimulai pada rahang ( lockjaw ) dan leher dan kemudian menjadi umum. Penyakit ini
merupakan penyakit yang serius namun dapat dicegah kejadiannya pada manusia.
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan
cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang
mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat

tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di manamana.

2. TUJUAN
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah dilakukan edukasi kesehatan selama 30 menit diharapakan peserta dapat
mengerti dan memahami mengenai tetanus.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan edukasi kesehatan peserta dapat menjelasakan:
1. Pengertian tetanus
2. Penyebab tetanus
3. Tanda dan gejala tetanus
4. Penatalaksanaan tetanus
5. Komplikasi tetanus
6. Pencegahan tetanus

3. PESERTA PENYULUHAN
Penunggu pasien di ruang Angsoka 3 RSUP Sanglah Denpasar.

4. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara penyuluhan imunisasi adalah mahasiswa semester Sembilan Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

5. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah + diskusi

6. STRATEGI PELAKSANAAN
Tahap
Pembukaa

Kegiatan
Mengucapkan salam

Melakukan perkenalan diri

Menyampaikan maksud dan tujuan

Mengadakan kontrak waktu

Kerja

Waktu
5 menit

18 menit
Penyuluh menjelaskan mengenai:
1. Pengertian tetanus
2. Penyebab tetanus
3. Tanda dan gejala tetanus
4. Penatalaksanaan tetanus
5. Komplikasi tetanus

6. Pencegahan tetanus
Penutup

Menyimpulkan seluruh materi yang

7 menit

diberikan dan mengevaluasi jalannya


ceramah.

Mengakhiri kontrak

Melakukan evaluasi kegiatan (Tanya


jawab)

Salam penutup

Jumlah

30 menit

7. MEDIA DAN ALAT


1. Leaflet
2. Power point

8. SETTING TEMPAT

3
4

3
3
5

Keterangan gambar:
1. Moderator
2. Penyuluh
3. Peserta
4. Fasilitator
5. Observer

9. PENGORGANISASIAN
Moderator

: Ni Made Juniari (0902105014)

Penyuluh

: Gede Adi Rantawan (0902105044)

Fasilitator

: A.A. Tri Ayu Widyawathi (0902105003)


Ni Komang Suryaningsih (0902105079)
I.G.A. Ngurah Pramita Dewi (0902105055)
Kadek Dwi Histayanthi (0902105070)
Ni Made Dwi Kusumayanti (0902105082)
Nyoman Mippy Nurya W. (0902105073)
Ni Kadek Arik Trisnawati (0902105049)
Putu Anggi Maseni K (0902105010)

Observer

: I Wayan Dedy Surya A. (0902105026)

10. KRITERIA EVALUASI


Evaluasi Struktur

Rencana kegiatan, SAP, konsultasi, dan koordinasi dipersiapkan 2 hari sebelum


kegiatan dan informasi kepengurusan 1 hari sebelum kegiatan.
Evaluasi Proses

Kegiatan berlangsung tepat waktu

Semua peserta dapat berkonsentrasi penuh

Tempat berlangsungnya kegiatan kondusif

3 orang peserta yang aktif bertanya dari total


peserta yang hadir.
Evaluasi Hasil : evaluasi hasil dilakukan dengan cara,

jika tidak ada pertanyaan dari peserta, maka penyuluh memberikan pertanyaan
kepada peserta terkait materi yang disampaikan
a) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali dari materi pengertian
tetanus.
b) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali dari materi penyebab
tetanus.
c) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali dari materi tanda dan
gejala tetanus.
d) Peserta

mengerti

dan

dapat

menjelaskan

kembali

dari

materi

Penatalaksanaan tetanus.
e) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali dari materi komplikasi
tetanus.
f) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali dari materi pencegahan
tetanus.

11. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Materi
Leaflet

Power Point

Lampiran Materi
TETANUS

1. Pengertian Tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium
tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti
kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester
dan otot rangka (Smeltzer, 2001).
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot
dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat
yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani (Sudoyo, 2006).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Tetanus adalah penyakit infeksi
dan gangguan neorologis yang diakibatkan toksin protein tetanospasmin dari kuman
Clostridium Tetani, yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme.

2. Penyebab Tetanus
Penyakit tetanus ini disebabkan karena Clostridium tetani yang merupakan basil
gram positif obligat anaerobik yang dapat ditemukan pada permukaan tanah yang
gembur dan lembab dan pada usus halus dan feses hewan. Kuman ini bisa masuk
melalui luka di kulit. Spora yang ada tersebar secara luas pada tanah dan karpet,
serta dapat diisolasi pada banyak feses binatang pada kuda, domba, sapi, anjing,
kucing, marmot dan ayam. Tanah yang dipupuk dengan pupuk kandang mungkin
mengandung sejumlah besar spora. Di daerah pertanian, jumlah yang signifikan
pada manusia dewasa mungkin mengandung organisme ini. Spora juga dapat
ditemukan pada permukaan kulit dan heroin yang terkontaminasi. Spora ini akan
menjadi bentuk aktif kembali ketika masuk ke dalam luka dan kemudian
berproliferasi jika potensial reduksi jaringan rendah. Spora ini sulit diwarnai dengan
pewarnaan gram, dan dapat bertahan hidup bertahun-tahun jika tidak terkena sinar

matahari. Bentuk vegetatif ini akan mudah mati dengan pemanasan 120 oC selama
15-20 menit tapi dapat bertahan hidup terhadap antiseptik fenol, kresol.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui :
1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar.
2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik.
3. OMP, caries gigi.
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
5. Penjahitan luka robek yang tidak steril
(Smeltzer,, 2001).

3. Tanda Dan Gejala Tetanus


Ada trias gejala yaitu rigiditas atau kekakuan, spasme dari otot, jika parah maka
bisa disfungsi otonom.
1. Rigiditas yang dapat ditemukan :

trismus atau lockjaw (rahang sulit dibuka)

risus sardonicus (kaku otot wajah)

kuduk kaku (kaku otot leher)

disfagia (kesulitan bicara)

gangguan nafas

perut papan

opistotonus (punggung melenting ke depan, tungkai atas kaku & mengepal,


tungkai bwh eksistensi, kesadaran baik)

2. Spasme/Kejang :

spontan

terangsang (oleh sentuhan, visual, auditori, emosi)

3. Disfungsi otonom :

tekanan darah tidak menentu

demam

jantung memelan

pernafasan cepat

Masa inkubasi bervariasi antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8 hari. Pada
umumnya tergantung pada lokasi dan jarak antara luka dengan sistem saraf pusat,
sehingga lokasi luka yang jauh dapat menyebabkan masa inkubasi yang lebih lama.
Masa inkubasi yang pendek mempunyai angka kematian yang cukup tinggi. Pada
tetanus neonatorum gejala biasanya muncul antara 4 sampai 14 hari setelah lahir
dengan rata-rata 7 hari.
Karakteristik Dari Tetanus:
1. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5-7 hari.
2. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya.
3. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
4. Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dan leher.
5. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus / lockjaw) karena spasme
otot masseter.
6. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (nuchal rigidity)
7. Risus Sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke
atas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat.
8. Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai
dengan eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
9. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak).
Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat. Anamnesis
sangat spesifik yaitu :
1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat menghisap).
2. Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3. Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis
4. Kaku kuduk sampai opistotonus
5. Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang.

6. Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka rhisus
sardonikus
7. Ekstremitas biasanya terulur dan kaku
8. Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang
menangis lemah.

4. Penatalaksanaan Tetanus
a. Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran
toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pernafasan sampai pulih.
Dan tujuan tersebut dapat diperinci sbb :
1.

Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: membersihkan luka,


irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang benda asing
dalam luka serta kompres dengan H202, dalam hal ini penatalaksanaan, terhadap
luka tersebut dilakukan 1-2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar
luka disuntik ATS.

2.

Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan


membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan
personde atau parenteral.

3.

Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap
penderita

4.

Pemberian oksigen bila terjadi dispnea, asfiksia dan sianosis, pernafasan buatan
dan tracheostomi bila perlu.

5.

Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

6.

Hiperbarik, diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atm

b. Obat - Obatan
1. Antibiotika :

Diberikan parenteral Peniciline 1,2 juta unit / hari selama 10 hari, IM.
Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit /
KgBB/ 12 jam secara IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap
peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40
mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis
terbagi (4 dosis). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan
dosis 200.000 unit /kgBB/24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Antibiotika ini
hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin
yang dihasilkannya.
2. Antitoksin
Antitoksin yang dapat digunakan yaitu Human Tetanus Immunoglobulin (TIG)
dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh
diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti-complementary
aggregates of globulin", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang
serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin,
yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya
adalah: 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200cc cairan NaCl
fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan
dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan
secara IM pada daerah pada sebelah luar.
3. Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan bersamaan dengan
pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang
berbeda. Pemberian dilakukan secara IM. Pemberian TT harus dilanjutkan
sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
4. Antikonvulsan
Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang klonik yang
hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta komplikasinya. Dengan
penggunaan obat-obatan sedasi/muscle relaxans, diharapkan kejang dapat
diatasi.

JENIS OBAT ANTIKONVULSAN


Jenis Obat
Diazepam

Dosis
0,5 1,0

Efek samping
Stupor, Koma

mg/kg/BB/ 4 jam
Meprobamat

(IM)
300 400 mg/ 4

Tidak Ada

Klorpromasin

jam (IM)
25 75 mg/ 4 jam

Hipotensi

Fenobarbital

(IM)
50 100 mg/ 4 jam

Depressi pernafasan

(IM)
Di Bagian llmu Kesehatan Anak RS Dr. Pirngadi/ FK USU, obat anti konvulsan
yang dipergunakan untuk tetanus noenatal berupa diazepam, obat ini diberikan
melalui bolus injeksi yang dapat diberikan setiap 2-4 jam. Pemberian berikutnya
tergantung pada hasil evaluasi setelah pemberian anti kejang. Bila dosis
optimum telah tercapai dan kejang telah terkontrol, maka jadwal pemberian
diazepam yang tetap dan tepat baru dapat disusun. Dosis diazepam pada saat
dimulai pengobatan (setelah kejang terkontrol) adalah 20 mg/kgBB/hari, dibagi
dalam 8 kali pemberian (pemberian dilakukan tiap 3 jam). Kemudian dilakukan
evaluasi terhadap kejang, bila kejang masih terus berlangsung dosis diazepam
dapat dinaikkan secara bertahap sampai kejang dapat teratasi. Dosis maksimum
adalah 40 mg/kgBB/hari (dosis maintenance). Bila dosis optimum telah didapat,
maka jadwal pasti telah dapat dibuat dan ini dipertahan selama 2-3 hari, dan bila
dalam evaluasi berikutnya tidak dijumpai adanya kejang, maka dosis diazepam
dapat diturunkan secara bertahap, yaitu 10 -15 % dari dosis optimum tersebut.
Penurunan dosis diazepam tidak boleh secara drastis, oleh karena bila terjadi
kejang, sangat sukar untuk diatasi dan penaikkan dosis ke dosis semula yang
efektif belum tentu dapat mengontrol kejang yang terjadi. Bila dengan
penurunan bertahap dijumpai kejang, dosis harus segera dinaikkan kembali ke

dosis semula. Sedangkan bila tidak terjadi kejang dipertahankan selama 2-3 hari
dan diturunkan lagi secara bertahap, hal ini dilakukan untuk selanjutnya.
TERAPI SUPORTIF
a. Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang
b. Perawatan umum, oksigen
c. Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi
d. Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi parenteral, hindari
dehidrasi. Selama pasase usus baik, nutrisi enteral merupakan pilihan selain
berfungsi untuk mencegah atropi saluran cerna.

5. Komplikasi Tetanus
Komplikasi tetanus terjadi akibat penyakitnya seperti :
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) didalam
rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat
terjadi pnemonia aspirasi.
2. Asfiksia ini terjadi karena adanya kekakuaan otot-otot pernafasan sehingga
pengembangan paru tidak dapat maksimal
3. Atelektasis karena obstruksi oleh secret. Hal ini dapat terjadi karena seseorang
dengan tetanus akan mengalami trismus (mulut terkunci) sehingga klien tidak
dapat mengeluarkan sekret yang menumpuk di tenggorokan ataupun
menelannya.
4. Fraktura kompresi ini dapat terjadi bila saat kejang klien difiksasi kuat sehingga
tubuh tidak dapat menahan kekuatan luar.

6. Pencegahan Tetanus

1. Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan yaitu DPT pada usia 3, 4 dan 5
bulan. Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya tiap 2-3 tahun. Ibu hamil
mendapatkan suntikan TT (Tetanus Toxoid) minimal 2x.
2. Bila mendapat luka :

Perawatan luka yang baik : luka tusuk harus di eksplorasi dan dicuci dengan
H2O2.

Pemberian ATS 1500 iu secepatnya.

Tetanus toksoid sebagai boster bagi yang telah mendapat imunisasi dasar.

Bila luka berat berikan pp selama 2-3 hari (50.000 iu/kg BB/hari).

Daftar Pustaka
Abdy, 2009. Dari Luka Sekecil Tusukan Paku Menjadi Kejang Itu Adalah Tetanus.
Available at: http://www.medicalera.com/i ndex.php?option=com_myblog&show=dariluka-sekecil-tusukkan-paku-menjadi-kejang--itu-adalah-tetanus.html&Itemid=352.
Akses: (14 Juli 2013)
Anonim. 2009. Tetanus. Available at: http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/24/tetanus/.
Akses: (13 Juli 2013)
Sasikirana, Veronica. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Diagnosa Medis Tetanus
di Rumah Sakit Umum Yogyakarta. Available at: http://health.wahyurobi.com/health/?
p=5. Akses (14 Juli 2013)
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Volume 3. Jakarta: EGC.
Vanessa, Dewa Ayu. 2007. Laporan Kasus Tetanus. Available at :
http://www.scribd.com/doc/7432195/Laporan-Kasus-TETANUS. Akses: (14 Juli 2013)

Anda mungkin juga menyukai