Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengenalan Pabrik yang
dibimbing oleh Ir. Irawan Rusnadi, M. T.
Oleh :
KELOMPOK I
Aryo Juliansyah P.
(061340411638)
(061340411656)
Kelas : 4 EG.B
1. 1. Latar Belakang
Sistem perpipaan terus berkembang kearah yang lebih baik. Pada mulanya manusia
memindahkan air dari sungai ke rumah dengan menggunakan ember. lalu berkembang dari
satu orang menjadi banyak orang yang berurutan sehingga proses pengambilan air menjadi
lebih mudah. Melalui analogi sederhana ini manusia berfikir untuk lebih mengefisienkan
waktu dan tenaga maka dibuatlah distribusi melalui sistem perpipaan.
Saat ini sistem perpipaan sudah amat maju, sebagai contoh sistem perpipaan yang dibuat
untuk mengantarkan minyak dari satu negara ke negara lain melalui sistem perpipaan bawah
laut (offshore). sehingga dengan sistem ini akan dihemat waktu lebih banyak, walaupun
kendala yang akan dihadapi lebih banyak.
Sistem pemipaan identik dengan saluran pembuluh darah yang mengalirkan darah
keseluruh bagian tubuh. Sistem pemipaan digunakan untuk penyediaan dan pendistribusian
air besih, pembuangan limbah dari kawasan industri ataupun dari fasilitas publik lainnya.
Selain itu, sistem pemipaan digunakan untuk mentransportasikan minyak mentah dari sumur
minyak menuju tangki yang kemudian akan diproses selanjutnya, mentransportasikan dan
mendistribusikan gas alam dari sumber gas menuju tangki penyimpanan. Sistem pemipaan
juga di aplikasikan dalam pendistribusian minyak atupun gas untuk menyuplai kebutuhan
industri, mesin pembangkit tenaga dan keperluan komersial. Sistem pemipaan juga digunakan
untuk mengangkut cairan, bahan kimia, campuran kimia dan uap pada industri makanan,
pabrik kimia dan industri lainnya. Sistem pemipaan juga digunakan untuk instalasi pemadam
kebakaran, untuk keperluan mesin-mesin dan lain lain.
Semakin banyak penggunaan pipa dalam aspek kehidupan manusia maka semakin
banyak di perlukan ahli-ahli dibidang pemipaan. Umumnya bagian perpipaan dan detailnya
merupakan standar dari unit, seperti ukuran diameter, jenis katup yang akan dipasang, baut
dan gasket pipa, penyangga pipa, dan lain-lain. Sehingga dengan demikian akan terdapat
keseragaman ukuran antara satu dengan lainnya. Sedangkan di pasaran telah terdapat
berbagai jenis pipa dengan ukuran dan bahan-bahan tertentu sesuai dengan kebutuhan seperti
dari bahan Carbon Steel, PVC (Polyvinil Chloride), stainless Steel, dan lain-lain.
Dalam suatu pabrik, sistem perpipaan adalah komponen yang penting di dalam jalannya
suatu proses. Peralatan sistem perpipaan yang berbeda-beda dan memiliki jenis dan fungsi
masing-masing terkadang sulit untuk membedakan yang satu dengan yang lain. Oleh karena
itu dibuatlah makalah Sistem Perpipaan ini agar mahasiswa yang nantinya ingin bekerja di
suatu industri memahami dan mengetahui seperti apakah sistem perpipaan itu.
1. 2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah pengenalan awal suatu sistem perpipaan?
b. Apa saja jenis-jenis pipa dan bahan yang menyusun pipa tersebut?
c. Bagaimana ukuran pipa dan standar suatu pipa ?
d. Bagaimana membedakan warna serta label (tanda) pada suatu pipa?
e. Apa saja peralatan dalam sistem perpipaan dan cara kerjanya?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui sejarah dan pengenalam perpipaan.
b. Mengetahui jenis-jenis pipa serta bahan yang menyusunnya.
c. Memahami ukuran suatu pipa dan mengetahui standar nya.
d. Memahami perbedaan warna pipa sesuai materi yang mengalir didalamnya.
e. Mengetahui peralatan sistem perpipaan dan memahami cara kerjanya.
BAB II
DASAR TEORI
Kembali mengenai sistem perpipaan, dikenal dua istilah yaitu piping dan pipe line.
Walaupun sama sama mengunakan pipa, tapi dua sistem ini berbeda. Piping menghubungkan
fluida satu sistem ke sistem lainya, dan biasanya jaraknya cukup dekat. Sedangakan pipeline
menghubungkan plant (facility) satu dengan yang lainya, dan jaraknya serta ukurannya sangat
besar.
Pipa merupakan suatu peralatan berbentuk silinder yang digunakan untuk menghantar
fluida atau meneruskan tekanan fluida baik berupa gas, cairan, endapan dan partikel halus
lainnya. Pipa dapat terbuat dari bahan-bahan seperti logam, plastik, beton, fiberglass dan
bahan lainnya.
Semakin kompleks suatu pabrik berdampak pada semakin rumitnya sistem perpipaan
yang ada, sehingga untuk merancang suatu sistem perpipaan perlu diperhitungkan dengan
matang berdasarkan klasifikasi, spesifikasi dan standarisasi yang terdaftar dalam bentuk kode
dan simbol yang telah umum dipakai secara internasional, sehingga fluida dapat mengalir
tanpa masalah di sepanjang jalur pipa yang ada.
2. 2. Jenis Jenis Pipa
Untuk melayani jenis-jenis penggunaan dari pipa, maka pipa-pipa telah dibedakan
menjadi beberapa jenis. Berikut hanya beberapa klasifikasi dari keseluruhan klasifikasi pipa,
antara lain :
- Pipa minyak
- Pipa gas
- Pipa uap
- Pipa udara
- Pipa lumpur
- Pipa drainage
- dan sebagainya
2. Berdasarkan bahan pembuatnya.
- Pipa logam
- Pipa non logam
1
3. Berdasarkan jenis instalasinya.
- Pipa proses
- Pipa service
- Pipa utilitas
- Pipa kelautan (marine piping)
- Pipa transportasi
- Pipa sipil
- Plumbing
2. 3. Bahan-bahan pipa secara umum
Bahan-bahan pipa yg dimaksud disini adalah struktur bahan baru pipa tersebut yg
dapat dibagi secara umum sebagai berikut:
1. Carbon steel
2. Carbon Moly
3. Galvanees
4. Ferro Nikel
5. Stainless Steel
6. PVC (Paralon)
7. Chrom Moly
Sedang bahan-bahan pipa secara khusus dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Vibre Glass
2. Aluminium (Aluminium)
3. Wrought Iron (besi tanpa tempa)
4. Cooper (Tembaga)
5. Red Brass (kuningan merah)
6. Nickel cooper = Monel ( timah tembaga)
7. Nickel chrom iron = inconel (besi timah chrom)
Pemilihan bahan
Pemilihan bahan perpipaan haruslah disesuaikan dengan pembuatan teknik perpipaan dan hal
ini dapat dilihat pada ASTM serta ANSI dalam pembagian sebagai berikut
1. Perpipaan untuk pembangkit tenaga
2. Perpipaan untuk industri bahan migas
3. Perpipaan untuk penyulingan minyak mentah
4. Perpipaan untuk pengangkutan minyak
5. Perpipaan untuk proses pendinginan
6. Perpipaan untuk tenaga nuklir
7. Perpipaan untuk distribusi dan transmisi gas
Selain dari penggunaan instalasi atau konstruksi seperti diterangkan diatas perlu pula
diketahui Jenis aliran temperatur, sifat korosi, Faktor gaya serta kebutuhan lainnya dari aliran
serta pipanya.
2. 4. Ukuran Pipa
Dalam sebuah sistem perpipaan, kita akan mengenal istilah NPS, Nominal Pipe Size
dan satu lagi adalah DN, yaitu singakatan dari Diameter Nominal. Kedua istilah tersebut
adalah sama, yaitu menunjukan diameter nominal (bukan ukuran sebenarnya) dari sebuah
pipa. Maksudnya nominal adalah seperti ini, kalau kita menyebutkan pipa dua 2 (dua inc)
Maka pipa tersebut memiliki ukuran sekitar dua inc. Namun diameter dalamnya (ID) tidak
mutlak dua inc, nilai dua inc tersebut hanya nominal, bukan ukuran sebenarnya.
Pada awalnya, memang ukurang pipa yang di tunjukan adalah IDnya, yang dikenal
dengan IPS (iron pipe size). Pipa dengan IPS 6, maka ia memiliki nilai diameter pipa sekitar
6 inc, begitu juga untuk ukurang 2 inc, 4 inc dan lain sebagainya. Pada waktu itu, ukuran
ketebalan pipa hanya satu, yang dikenal dengan standard (STD).
Namun dengan meningkatnya pengunaan pipa, terutama untuk pressure yang sangat
tinggi, maka digunakan lah pipa dengan ketebalan yang maximum, yang dikenal dengan extra
strong (XS). Semakin tinggi pressure, maka semakin tebal sebuah pipa. Ketebalah tersebut
didalam sebuah system pemipaan dikenal dengan istilah schedule (SCH).
Jadi, NPS tadi menunjukan Diameter Outside dari sebuah pipa, sedangkan schedule
itu menunjukan ketebalan dari sebuah pipa. So, untuk setiap pipa akan memiliki diameter luar
yang sama, yang nilainya belum tentu sama dengan nominalnya. Hanya untuk nominal diatas
14 in, diameter luar pipa pesis sama dengan nominalnya.
NPS merupakan istilah yang banyak digunakan di Amerika utara dengan satuan inci.
Ada satu terminology yang juga menunjukan diameter suatu pipa selain NPS, yaitu DN. DN
yang memiliki kepanjangan Diameter Nominal adalah sama sama menunjukan diameter suatu
pipa, bedanya dengan NPS, Diameter Nominal mengunakan satuan millimeter dan banyak
digunakan oleh Negara Negara di eropa.
Pengertian Pipe Schedule
Jika diameter luarnya (OD) telah di ketahui, terdapat thickness atau ketebalan yang
juga menunjukkan ukuran pipa. Dalam sebuah pipa, ketebalan pipa (wall-thickness) di kenal
dengan sebutan schedule, yang biasanya di singkat dengan sch.
Semakin pipa digunakan dalam pressure dan temperature tinggi, maka akan semakin
tebal dinding pipanya, semakin besar schedule nya. Yang artinya, semakin kecil pula diameter
internal dari pipanya, karena sebagian telah digunakan untuk ketebalan dinding dari pipanya.
Biasanya dikenal dengan 3 jenis schedule, yaitu standard, extra strong (xs) dan dobel extra
strong (xxs).
Nilai schedule pada pipa telah di tentukan oleh ASME, namun yang paling terlihat
bedanya yaitu ketika digunakan material stainless steel degan yang tidak. Untuk material
stainless steel, biasanya mendapatkan akhiran huruf "S" pada schedulenya. Pipa stainless
steel tersedia dalam schedule 5S, 10S, 40S dan 80S. Sedangkan untuk pipa carbonsteel
tersedia dalam schedule 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120, 140, 160, STD, XS dan XXS.
Pada umumnya ketebalan pipa mempunyai schedule 40, yaitu sama nilainya dengan
schedule STD untuk pipa 1/8 sampai dengan pipa ukuran 10 inc. Sedangkan Nilai Schedule
Extra strong (XS) dengan schedule 80 memiliki ukuran tebal yang sama sampai dengan pipa
ukuran 8 in, pipa yang lebih besar dari itu ukuran tebalnya akan sama sebesar 12.7 mm.
Sedangkan schedule XXS ukurannya lebih besar daripada schedule 160.
2. 5. Standar Perpipaan
Integritas sistem perpipaan tergantung pada pertimbangan dan prinsip yang digunakan
dalam desain, konstruksi dan pemeliharaan sistem. Sistem perpipaan yang terbuat dari
banyak komponen seperti pipa, flensa, dukungan, gasket, baut, katup, saringan, fleksibel dan
sendi ekspansi. Komponen dapat dibuat dalam berbagai bahan, dalam berbagai jenis dan
ukuran dan dapat diproduksi dengan standar nasional umum atau sesuai item produsen
No
1
Kode Standar
Negara
Perancis
Penjelasan
Perancis Norma
Amerika
Amerika
AFNOR
2
ASME
3
ASTM
Material
4
DIN
Jerman
Jerman Norma
JIS
Jepang
Standar Jepang
ISO
Internasiona
Organisasi Internasional untuk Standardisasi
l
ANSI
American National Standards Institute
Label (tanda) dan Kode Warna Perpipaan secara umum merujuk pada standar ANSI
A13.1-2007 (American National Standards Institute) dimana terdapat 6 (enam) kode warna
dan label (tanda) perpipaan yang diatur sebagaimana tabel di bawah berikut :
.
Adapun ukuran label (tanda) berbeda-beda menurut ukuran pipa sebagaimana ada pada tabel
di bawah :
Untuk pipa dengan ukuran kurang dari 3/4 inch direkomendasikan untuk membuat tanda
yang mudah dilihat secara permanen.
Label (tanda) harus mudah dilihat, terdapat di setiap belokan pipa, sambungan pipa, juga pipa
yang melewati dinding serta penempatan label (tanda) dipasang setiap interval 7 meter - 15
meter.
Contoh Pemasangan Label dan Kode Warna Perpipaan Pada Sambungan Pipa
BAB III
PERALATAN
Valve atau yang biasa disebut katup adalah sebuah perangkat yang mengatur, mengarahkan
atau mengontrol aliran dari suatu cairan (gas, cairan, padatan terfluidisasi) dengan
membuka,
menutup,
atau
menutup
sebagian
dari
jalan
alirannya.
Valve/katup dalam kehidupan sehari-hari, paling nyata adalah pada pipa air, seperti keran
untuk air. Contoh akrab lainnya termasuk katup kontrol gas di kompor, katup kecil yang
dipasang di kamar mandi dan masih banyak lagi.
Jenis jenis Valve yang sering digunakan :
1. Gate valve
Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka aliran dengan cara
mengangkat gerbang penutup nya yang berbentuk bulat atau persegi panjang.Gate Valve
merupakan jenis valve yang paling sering dipakai dalam sistem perpipaan karena fungsinya
adalah membuka dan menutup aliran.
Gate valve tidak untuk mengatur besar kecil laju suatu aliran fluida dengan cara
membuka setengah atau seperempat posisinya, Jika posisi gate setengah terbuka maka akan
terjadi turbulensi pada aliran tersebut. Turbulensi akan menyebabkan :
a.
2. Globe Valve
Globe Valve digunakan untuk mengatur besar kecilnya laju aliran fluida dalam pipa
(throttling). Prinsip dasar dari operasi Globe Valve adalah gerakan tegak lurus disk dari
dudukannya. Hal ini memastikan bahwa ruang berbentuk cincin antara disk dan cincin
kursi bertahap sedekat Valve ditutup.
3. Ball Valve
Ball Valve adalah sebuah Valve atau katup dengan pengontrol aliran berbentuk disc bulat
(seperti bola/belahan). Bola itu memiliki lubang, yang berada di tengah sehingga ketika
lubang tersebut segaris lurus atau sejalan dengan kedua ujung Valve / katup, maka aliran akan
terjadi. Tetapi ketika katup tertutup, posisi lubang berada tegak lurus terhadap ujung katup,
maka aliran akan terhalang atau tertutup.
Ball valve banyak digunakan karena kemudahannya dalam perbaikan dan kemampuan
untuk menahan tekanan dan suhu tinggi. Tergantung dari material apa mereka terbuat, Bal
Valve dapat menahan tekanan hingga 10.000 Psi dan dengan temperature sekitar 200 derajat
Celcius.
Ball Valve digunakan secara luas dalam aplikasi industri karena mereka sangat
serbaguna, dapat menahan tekanan hingga 1000 barr dan suhu hingga 482 F (250 C).
Ukurannya biasanya berkisar 0,2-11,81 inci (0,5 cm sampai 30 cm).
Ada 2 jenis ball valve, yaitu dan reduced bore ball valve (1) dan full bore ball valve (2).
(1)
(2)
4. Check Valve
Check valve adalah alat yang digunakan untuk membuat aliran fluida hanya mengalir ke
satu arah saja atau agar tidak terjadi reversed flow/back flow. untuk mengalirkan fluida hanya
ke satu arah dan mencegah aliran ke arah sebaliknya. tidak menggunakan handel untuk
mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan tekanan dari aliran fluida itu sendiri. Karena
fungsinya yang dapat mencegah aliran balik (backflow) Check Valve sering digunakan
sebagai
pengaman
dari
sebuah
equipment
dalam
sistem
perpipaan
Aplikasi valve jenis ini dapat dijumpai pada outlet/discharge dari centrifugal pump.
Ketika laju aliran fluida sesuai dengan arahnya, laju aliran tersebut akan membuat plug atau
disk membuka. Jika ada tekanan yang datang dari arahberlawanan, maka plug atau disk
tersebut akan menutup.
5. Butterfly Valve
Butterfly Valve memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan valve-valve yang
lain.
Butterfly menggunakan plat bundar atau disk yang dioperasikan dengan ankel
untuk
posisi
membuka
penuh atau menutup penuh dengan sudut 90. Disk ini tetap berada
ditengah
aliran,
dan
dihubungkan
ke ankel melalui shaft. Saat valve dalam keadaan tertutup, Disk
tersebut
tegak lurus dengan arah aliran, sehingga aliran terbendung, dan
saat
valve terbuka wafer sejajar/ segaris dengan aliran, sehingga zat
dapat
mengalir melalui valve.
Butterfly valve memiliki turbulensi dan penurunan tekanan (pressure
drop) yang minimal. Valve ini bagus untuk pengoperasian on-off ataupun throttling, dan
bagus untuk mengontrol aliran zat cair atau gas dalam jumlah yang besar. Namun demikian
valve ini biasanya tidak memiliki kekedapan yang bagus, dan harus digunakan pada situasi/
sistem yang memiliki tekanan rendah (low-pressure).
6. Safety Valve
Safety/Relief valve memiliki fungsi yang sangat berbeda dari valve-valve yang lain.
Valve ini didisain khusus untuk melepas tekanan berlebih yang ada di equipment dan sistem
perpipaan. Untuk mencegah kerusakan pada equipment, dan lebih penting lagi cedera pada
pekerja,
relief valve dapat melepas kenaikan tekanan sebelum menjadi lebih ekstrim.
secara
Relief valve menggunakan pegas baja (lihat gambar di bawah ini), yang
otomatis akan terbuka jika tekanan mencapai level yang tidak aman. Level
tekanan pada valve ini bisa diatur, sehingga bisa ditentukan pada level
tekanan berapa valve ini akan terbuka. Ketika tekanan kembali normal,
relief
valve
secara
otomatis
akan
tertutup
kembali.
3. 2. Flanges (Flens-Flens)
Flange adalah sambungan baut di mana dua buah pipa, equipment, fitting atau valve
dapat dihubungkan bersama-sama. Mereka tersedia dalam berbagai bentuk, tekanan, rating
dan ukuran untuk memenuhi persyaratan desain. Flange di bagi dalam berbagai jenis,
perbedaan jenis-jenis flange ini salah satunya adalah berdasarkan facenya, seperti yang
pernah saya bahas di artikel type flange berdasarkan facenya. Kali ini saya akan berbagi
mengenai perbedaan jenis flange dari kategori yang lain.
Jenis flang berdasarkan ratingnya
Flange atau yang memiliki nama lain forging (untuk jenis yang self reinforcement),
dapat di bagi menjadi beberapa jenis bila di lihat dari ratingnya. Yaitu flange rating 150#,
300#, 600#, 900#, 1500# bahkan sampai 2500#. Pembagian flange dari jenis ratingnya
dikarenakan flange tersebut bekerja dalam pressure (tekanan) yang berbeda sesuai dengan
ratingnya, rating flange tersebut dalam satuan pound. Lain kesempatan, saya akan
membahasnya lebih dalam mengenai rating pada flange.
Jenis flange berdasarkan ukurannya (NPS)
Flange juga dapat dibagi menurut ukuran pipanya. Jadi antara satu pipa dengan pipa
lainya yang ukurannya berbeda, jenis flangenya pun berbeda. Dalam artikel sejarah dan teori
dasar pemipaan, disinggung bahwa untuk menyebut ukuran dalam pipa kita mengenalnya
dengan istilah NPS. NPS adalah kependekan dari nominal pipe size, yaitu suatu ukuran
nominal yang digunakan untuk membedakan pipa.
Kembali mengenai flange, pembagian jenis flange beradarkan NPSnya kita akan
mengenal ukuran , , 1, 2 10, 12 24 dan seterusnya, mengikuti ukuran dari
pipa yang akan di pasangkan flange. Saya tidak mebahasnya secara detail pembagian jenis
flange ini karena cukup mudah untuk dipahami.
Pertanyaan selanjutnya, Kalau memang flange di bedakan beradarkan NPSnya,
apakah flange dibedakan juga melalui schedule nya seperti halnya pipa? ternyata tidak, hanya
flange jenis weldneck lah yang memiliki schedulue.
Jenis flange beradarkan ANSI
Di flange ANSI, kita akan membedakan flange dari bentuknya dan kegunaanya. Agak
membingungkan sebenarnya meberikan jenis klasifikasi flange dari sisi ini, soalnya ada yang
menyebutkan pembagian flange ini karena design-nya. Satu sisi lagi, klasifikasi flange disini
bisa di dibilang di bedakan dari jenis sambungan flangenya, mirip dengan artikel sebelumnya
yang membahas jenis sambungan pada pipa.
Tapi saya tidak akan memperdebatkanya karena esensinya sama, namun saya akan
mengikuti literatur yang saya baca, saya membanginya berdasar ANSI. Apa itu ANSI? Ansi
adalah American National Standards Institute. Berdaraskan ansi, flange dibedakan jenisnya
menjadi :
1. FlangeTipe Weldneck
Weldneck flange, flange jenis ini memiliki ciri yang amat ketara yaitu penyambungan
flangenya mengunakan las. Flange jenis ini biasa dan paling banyak digunakan dalam sebuah
plant, karena sifatnya mudah untuk disambungkan dengan pipa. Flange jenis ini dapat
digunakan untuk pressureyang tinggi, baik untuk temperature rendah atau tinggi.
2. Flange Tipe Slip-on dan Lap Joint
Untuk tipe flange slipon, sebenarnya hampir mirip bentuknya dengan jenis flange lap
joint. Kedua jenis flange ini sama sama memasukan pipa utamanya ke dalam flange, bedanya
kalau slip on si pipa tidak sampai keluar dari flange, sedangakan tipe lap joint, ada sisi pipa
yang keluar dari flange, dan sisi samping dalam flangenya pun biasanya radial.
Dalam slip on, flange hanya masuk sebagain, sisi luar dan dalamnya akan di las. Oleh
karena si pipa itu masuk ke dalam flange, maka diametar dalam slip on harus lebih besar
daripada diameter outside si pipa, lihat gambar di bawah.
Dalam beberapa literatur, slip opening ada yang menyebutnya dengan sleeve opening.
Untuk lap joint flange sendiri, jenis flange ini biasanya digunakan untuk pipa yang
sering dibongkar, atau di dimana fluida tidak diperkenankan kontak dengan las lasan atau tipe
penyambungan lainya. Karena pipa ini tidak di las, maka penyambungannya dapat di puntir
tanpa memikirkan posisi bautnya. Jenis flange ini tidak bisa disarankan untuk pressure yang
tinggi.
3. Flange Tipe Threaded (ulir)
Seperti namanya, jenis flange ini memiliki tipe penyambungan mengunakan ulir.
Biasanya digunakan untuk system yang sangat rawan kebakaran kalau mengunakan las,
disamping itu flange tipe ini harganya lebih murah.
4. Flange Tipe Soket
Soket flange, jenis flange ini mirip dengan slip on, hanya saja pada sisi terluar dari
flange terdapat tahanan yang menyebabkan pipa yang dimasukan ke dalamnya tidak tembus.
5. Reducing Flange
Reducing flange, jenis flange yang satu ini memiliki fungsi untuk mengabungkan pipa
yang memiliki diameter berbeda.
6. Blind Flange
Blind flange adalah jenis flange yang berfungsi untuk menutup aliran, seperti halnya
cap dalam fitting. Jenis flange ini rata, tidak ada apapanya karena memang berfungsi untuk
menutup.
Lalau kenapa aliran itu di tutup? Bisa jadi pipa yang di tutup alirannya di maksudnya
untuk dilakukan maintenance kemudian hari, atau memang aliran itu di tutup untuk akeses
manusia. Untuk akeses manusia? Iya, seperti dalam nozzle, biasanya ada manhole yang di
tutup dengan blind flange. Untuk yang belum tau manhole, bisa membaca artikel istilah
istilah dalam vessel.
Jenis flange bedasarkan cara pemasangan
Masih ada satu lagi pembagian flange berdasarkan cara ia di pasang di dalam pipa
atau vessel. Memang semua pembagian tersebut tidak ada aturan bakunya, hanya pembagian
dari flange dari ANSI yang mungkin paling mendekati klasifikasi sebenarnya dari flange.
3. 3. Fittings (sambungan)
Fitting dibagi dalam berbagai jenis, fitting fitting tersebut akan sangat berperan dalam
sebuah sistem pemipaan. Lalu apakah fitting itu? Fitting adalah salah satu komponen
pemipaan yang memiliki fungsi untuk merubah aliran, menyebarkan aliran, membesar atau
mengecilkan aliran. Fitting merupakan salah satu pemain utama dalam pemipaan, karenanya
kita akan selalu menggunakan komponen ini. Untuk mengetahui gambaran umum pengunaan
fitting dalam pemipaan, ada baiknya anda membaca sejarah dan teori dasar pemipaan
Fitting bukanlah nama untuk individu, melainkan nama yang digunakan untuk
pengelompokan. Karena di dalam fitting sendiri terdapat berbagai macam komponen lain
pemipaan, yang anda harus memahaminya satu persatu fungsi dan kegunaanya. Adapun jenis
dari fitting Antara lain adalah.
1. Fitting Ebow
Elbow adalah jenis fitting yang pertama, elbow merupakan komponen pemipaan yang
berfungsi untuk membelokan arah aliran. Layaknya tikungan kalau kita sedang berada di
jalan, tikungan tersebut mau tidak mau membuat kita berbelok arah ketika melaluinya, begitu
pula elbow yang bertugas untuk membelokan aliran fluida. Elbow terdiri dari dua jenis yang
paling umum yaitu 45 dan 90 derajat. Untuk memperoleh sudut di selain sudut diatas,
terkadang elbow tersebut di potong. Atau bisa juga dengan mengunakan dua elbow yang
disatukan untuk memperoleh sudut tertentu.
Dipasaran, elbow dibagi menjadi dua tipe, tipe sort radius dan long radius. Namum
umumnya digunakan long radius, yang memiliki diameter belokan 1.5 kali NPS (nominal
Pipe size)nya. Ada pula yang sampai dengan 3D atau bahkan 6D, yang biasa digunakan untu
flare.
Contoh menghitung radius elbow seperti ini, kita menghitung pipa yang dengan
diameter 2". Maka radiusnya adalah,1.5 x 2" = 3 " (76.2 mm), yang dikalikan adalah nominal
diameter dari pipa nya, NPSnya, bukan actual diameter dari pipanya seperti yang peranah
saya singgun di sejarah dan teori dasar piping.
Elbow pada umumnya memiliki diameter yang sama antara masukan dan keluaran,
walaupun ada juga yang memiliki ukuran berbeda, yang kita sebut dengan reducing elbow.
Selain itu, ada satu komponen fitting yang mirip elbow, sama sama berfungsi untuk
membelokan aliran, namun di buat dari potongan pipa, kita menyebutnya dengan miter.
2. Fitting Tee
Tee dalam fitting bertugas untuk membagi aliran, adalah koneksi fitting yang
memiliki cabang. Biasanya cabangnya ini ukurannya sama dengan ukuran pipa utamanya,
kita menyebutnya dengan straight tee. Sedangkan kalau berbeda, kita menyebutnya dengan
reducing tee.
Seperti kalau di jalan, kalau tee ini kita analogikan sebagai pertigaan. Ngomong
tentang pertigaan, berarti tidak semua nya harus tegak lurus dong? Benar, memang ada tee
yang tidak tegak lurus, ia membentuk sudut 45 derajat. Kita mengenalnya dengan lateral Tee,
yang penggunaanya biasanya untuk pressure yang rendah.
Kalau ada pertigaan, berarti ada perempatan dong? loh lama lama ko malah mbahas
jalan, nanti bisa bisa nanya ada lampu merah juga dong.. hehe, sudah cukup sampai di
perempatan, kita turun di perempatan. Dalam fitting juga ada perempatan, kita mengenalnya
dengan crosses. Namun pengunaan crosses ini amat sangat jarang, diperuntukan hanya
untuuk space yang terbatas.
3. Fitting Reducer
Reducer, sesuai namanya fitting jenis ini bertugas untuk me-reduce (mengurangi)
aliran fluida. Mengurangi disini bukan seperti valve, tapi ukuran pipanya saja yang
berkurang. Jadi reducer ini akan bertugas untuk mengabungkan dari diameter yang lebih
besar ke yang kecil, atau sebaliknya.
Dalam reducer ini, kita akan mengenal dua jenis reducer yaitu concentrik reducer dan
satu lagi adalah eccentrik reducer. Keduanya memiliki peran yang berbeda, kita akan
membahasnya lebih dalam di artikel perbedaan eccentrik dan concentrik reducer.
4. Stub-in
Stub-in, adalah jenis fitting yang fungsinya mirip dengan tee, yaitu membagi aliran.
Bedanya dengan tee, kalau tee adalah item yang terpisah, ia mengabungkan beberapa pipa.
namun kalau stub-in, percabangan langsung dari pipa utamanya yang fungsinya mengantikan
reducing tee.
5. Fitting Cap
Pipe caps fitting berfungsi untuk menghentikan aliran pada ujung pipa, fitting ini di
las langsung pada pipa utama. Ada juga penutup aliran fluida yang dapat di bongkar dan
dilepas, namun biasanya menggunakan sambungan flange, lebih tepatnya blind flange.
3. 4. Regulator
Regulator adalah rangkaian regulasi atau pengatur tegangan keluaran dari sebuah
catu daya agar efek darinaik atau turunnya tegangan jala-jala tidak mempengaruhi tegangan
catu daya sehingga menjadi stabil.
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple -nya kecil, tetapi ada
masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan
naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc
keluarannya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup
mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran
ini menjadi stabil.
Ada beberapa alasan yang mungkin diperlukannya sebuah regulator:
1. Fluktuasi tegangan jala-jala
2. Perubahan tegangan akibat beban (loading)
3. Perlu pembatasan arus dan tegangan untuk keperluan tertentu
Jenis-jenis regulator
Regulator Zener
Follower
adalah
arus
minimum yang
diperlukan oleh
dioda zener untuk mencapai tegangan breakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat
diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA
Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base I B pada rangkaian di
atas tidak bisa diabaikan lagi. Seperti yang diketahui, besar arus I C akan berbanding lurus
terhadap arus I B atau dirumskan dengan :
IC = IB .
Untuk keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai bisa diganti dengan tansistor darlington yang
biasanya memiliki nilai b yang cukup besar. Dengan transistor darlington , arus base yang
kecil bisa menghasilkan arus Ic yang lebih besar
3. Regulator Op-Amp
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah
dengan menggunakan Op-Amp untuk mendrive transistor Q. Dioda zener di sini tidak
langsung memberi umpan ke transistor Q,
tetapi sebagai tegangan referensi bagi OpAmp IC1. Umpan balik pada pin negatif Opamp adalah cuplikan dari tegangan keluar
regulator, yaitu :
V in(-) = (R2/(R1+R2)) V out
Jika tegangan keluar V out menaik, tegangan V in(-) juga akan menaik sampai tegangan ini
sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar V out
menurun, misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan
di titik referensi V z dengan memberi arus IB ke transistor Q1 sehingga pada setiap saat Opamp menjaga kestabilan:
V in(-) = V z
Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus, diperoleh
hubungan matematis :
V out = ( (R1+R2)/R2) V z
Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2.
Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan
komponen lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas karena
rangkaian semacam ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini
sudah banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan
seri 79XX yang merupakan regulator untuk tegangan tetap negatif.
Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus ( current limiter
) dan juga pembatas suhu ( thermal shutdown ). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan
menambah beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang terregulasi dengan baik. Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan 5 volt, 7812
regulator tegangan 12 volt dan seterusnya, sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan
7912 yang berturut-turut adalah regulator tegangan negatif 5 dan 12 volt.
3. 5. Steam Trap
Agar pengoperasian steam system lebih efektif dan efisien maka harus diproteksi dari ketiga
hal berikut:
1. Kondensat
2. Udara
3. Fluida non-kondensibel
Steam trap adalah valve otomatis yang didesain untuk mengeluarkan kondensat, udara,
dan fluida non-kondensibel yang terjebak atau tertahan di steam system. Steam trap dibagi
menjadi 4 kategori utama : Thermostatic, mechanical, Thermodynamic, dan Drain
Orifice.
Perbedaan steam trap yang bagus dan jelek
Steam trap yang bagus harus :
kondensat akan mengalir. Ketika steam memasuki trap maka bimetallic disc akan terpanaskan
dan kemudian disc akan mengembang lalu memaksa valave untuk menutup sehingga aliran
akan terhenti.
3.