Anda di halaman 1dari 18

KLASIFIKASI POTENSI ENERGI PANAS BUMI DI INDONESIA

(SNI 03-5012-1999)
1.1. Ruang Lingkup
Standardisasi ini merupakan pedoman untuk mengklasifikasikan potensi energi
panas bumi berdasarkan hasil penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika, teknik
reservoar serta estimasi kesetaraan listrik.
1.2. Definisi
Klasifikasi potensi energi panas bumi adalah pengklasifikasian potensi energi
panas bumi berdasarkan hasil penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika, teknik
reservoar, serta estimasi kesetaraan listrik.
1.3. Klasifikasi Potensi
1.3.1. Dasar-dasar Estimasi Potensi Energi Panas Bumi
Estimasi potensi energi panas bumi ini didasarkan pada kajian ilmu geologi,
geokimia, geofisika dan teknik reservoar.

Kajian geologi lebih ditekankan pada sistem vulkanis, struktur geologi, umur
batuan, jenis dan tipe batuan ubahan dalam kaitannya dengan sistem panas
bumi.

Kajian geokimia ditekankan pada tipe dan tingkat maturasi air, asal mula air
panas, model hidrologi dan sistem fluidanya.

Kajian geofisika menghasilkan parameter fisis batuan dan struktur bawah


permukaan dari sistem panas bumi.

Kajian teknik reservoar menghasilkan fase teknik yang mendefinisikan klasifikasi


cadangan termasuk sifat fisis dari batuan dan fluida serta perpindahan fluida dari
reservoar.
Dari keempat kajian tersebut di atas diperoleh potensi energi dan model sistem

panas bumi.
1.3.2. Metoda Estimasi Potensi Energi Panas Bumi
Estimasi potensi energi panas bumi dapat dilakukan dengan cara :

a) mengestimasi kehilangan panas (natural heat loss) yang dilakukan pada awal
eksplorasi
b) membandingkan dengan daerah panas bumi lain yang mempunyai kemiripan
lapangan dan telah diketahui potensinya
c) mengestimasi energi panas yang terkandung dalam batuan maupun fluida.
d) mengestimasi kandungan massa fluida dengan memperhitungkan energi panas
yang terdapat dalam fluida (air panas maupun uap).
1.3.3. Tahapan Penyelidikan Dan Pengembangan Panas Bumi
Tahapan penyelidikan dan pengembangan panas bumi yang berkaitan dengan
klasifikasi potensi energi (Gambar 3.1) adalah sebagai berikut :
a. Penyelidikan Pendahuluan/Rekonaisan
Kegiatan ini meliputi studi literatur dan peninjauan lapangan (geologi, geokimia).
Dari penyelidikan ini akan diperoleh peta geologi tinjau dan sebaran manifestasi (seperti:
air panas, steaming ground, tanah panas, fumarol, solfatar), suhu fluida permukaan dan
bawah permukaan serta parameter panas bumi lainnya yang berguna untuk panduan
penyelidikan selanjutnya.
b. Penyelidikan Pendahuluan Lanjutan
Dalam penyelidikan pendahuluan lanjutan ini dilakukan penyelidikan geologi,
geokimia, dan geofisika.
Penyelidikan geologi dilakukan dengan pendataan dari udara dan permukaan
yang menghasilkan peta geologi pendahuluan lanjutan, dilengkapi dengan penyelidikan
geohidrologi dan hidrologi yang menghasilkan peta hidrogeologi. Penyelidikan geokimia
meliputi pengamatan visual, pengambilan contoh dan analisis kimia air, gas serta tanah.
Hasilnya berupa peta anomali unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam air, gas dan
tanah, jenis fluida bawah permukaan, asal- usul fluida serta sistem panas bumi.
Penyelidikan geofisika yang digunakan adalah pemetaan geofisika dan menghasilkan
peta geofisika dengan interval yang memungkinkan untuk dibuat kontur.
c. Penyelidikan Rinci
Penyelidikan rinci dilakukan berdasarkan rekomendasi dari penyelidikan
sebelumnya, yang lebih dititik-beratkan pada penyelidikan ilmu kebumian terpadu
(geologi, geokimia, geofisika) dan dilengkapi pemboran landaian suhu.

Pada penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi rinci dengan skala yang
lebih besar daripada peta pendahuluan lanjutan, termasuk di dalamnya pemetaan
batuan ubahan. Penyelidikan geokimia dilakukan dengan interval titik yang lebih rapat
dan lokasi penyelidikannya lebih terarah berdasarkan hasil penyelidikan sebelumnya.
Hasilnya berupa peta anomali unsur kimia dan model hidrologi. Penyelidikan geofisika
dilakukan dengan cara pemetaan dan pedugaan yang menghasilkan peta anomali dan
penampang tegak pendugaan sifat fisis batuan.
Pada sumur landaian suhu dilakukan juga penyelidikan geologi, geokimia dan
geofisika, yang menghasilkan penampang batuan, sifat fisis serta kimia batuan dan
fluida sumur. Analisis data terpadu dalam tahap penyelidikan ini menghasilkan model
panas bumi tentatif dan saran lokasi titik bor eksplorasi.
d. Pengeboran Eksplorasi (wildcat)
Pengeboran eksplorasi (wildcat) adalah kegiatan pengeboran yang dibuat
sebagai upaya untuk mengindentifikasi hasil penyelidikan rinci sehingga diperoleh
gambaran geologi, data fisis dan kimia bawah permukaan serta kualitas dan kuantitas
fluida.
e. Prastudi Kelayakan
Kajian mengenai potensi panas bumi berdasarkan ilmu kebumian dan kelistrikan
yang merupakan dasar untuk pengembangan selanjutnya.
f.

Pengeboran Delineasi
Kegiatan pada tahap ini adalah pengeboran eksplorasi tambahan yang dilakukan

untuk mendapatkan data geologi, fisik dan kimia reservoar serta potensi sumur dari
suatu lapangan panas bumi.
g. Studi Kelayakan
Kajian mengenai kelistrikan dan evaluasi reservoar untuk menilai kelayakan
pengembangan lapangan panas bumi dilengkapi dengan rancangan teknis sumur
produksi dan perancangan sistem pembangkit tenaga listrik.
h. Pengeboran Pengembangan
Jenis kegiatan yang dilakukan adalah pengeboran sumur produksi dan sumur
injeksi

untuk

mencapai

target

kapasitas

produksi.

Pada

tahap

pengeboran

pengembangan ini dilakukan pengujian seluruh sumur yang ada sehingga menghasilkan
kapasitas produksi.
i.

Pemanfaatan Panas bumi

Panas bumi dapat dimanfaatkan dengan dua cara yaitu dengan cara
pemanfaatan langsung dan tidak langsung.

Pemanfaatan Langsung adalah pemanfaatan fluida panas bumi untuk


keperluan nonlistrik.

Pemanfaatan Tidak Langsung adalah pemanfaatan energi panas bumi


sebagai pembangkit tenaga lisrik.

Gambar 3.1. Alur kegiatan penyelidikan dan pengembangan panas bumi, menurut SNI
03-5012-1999.
1.3.4. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi

Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tahapan penyelidikan yang dilakukan pada


suatu daerah atau lapangan panas bumi. Tahapan penyelidikan pendahuluan
menghasilkan

klasifikasi

sumber

daya,

sedangkan

tahapan

penyelidikan

rinci

menghasilkan klasifikasi cadangan.


a. Klasifikasi Sumber Daya
Sumber daya panas bumi dibagi dalam dua kelas yaitu : kelas spekulatif dan
hipotetis.

Kelas sumber daya spekulatif adalah kelas sumber daya yang estimasi
potensi energinya didasarkan pada studi literatur serta penyelidikan
pendahuluan.

Kelas sumber daya hipotetis adalah kelas sumber daya yang estimasi
potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan pendahuluan
lanjutan.

b. Klasifikasi Cadangan
Cadangan panas bumi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu : kelas
terduga, mungkin dan terbukti.

Kelas cadangan terduga adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya
didasarkan pada hasil penyelidikan rinci.

Kelas cadangan mungkin adalah kelas cadangan yang estimasi potensi


energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci dan telah diidentifikasi
dengan bor eksplorasi (wildcat) serta hasil prastudi kelayakan.

Kelas cadangan terbukti adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya
didasarkan pada hasil penyelidikan rinci, diuji dengan sumur eksplorasi, delineasi
dan pengembangan serta dilakukan studi kelayakan.

1.4. Pelaporan
Dokumen klasifikasi potensi energi panas bumi di wilayah Indonesia ini disimpan
di instansi yang ditunjuk.

2. METODE ESTIMASI POTENSI PANAS BUMI

2.1. Ruang Lingkup


Standar ini merupakan pedoman untuk menentukan potensi energi panas bumi
di Indonesia berdasarkan hasil-hasil penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika,
karakteristik reservoar serta estimasi kesetaraan listrik. Metode yang digunakan dalam
standar ini adalah metode perbandingan, volumetrik dan simulasi reservoar. Standar ini
belum mencakup harga/besaran nilai dari masingmasing parameter.
2.2. Definisi
Metode estimasi potensi energi panas bumi adalah cara untuk memperkirakan
besarnya potensi energi listrik di suatu daerah/lapangan panas bumi berdasarkan hasil
penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika, karakteristik reservoar, serta estimasi
kesetaraan listrik.
2.3. Metode Estimasi Potensi Energi Panas Bumi
2.3.1. Umum
Ada beberapa metode dalam mengestimasi besarnya potensi energi panas
bumi. Metode yang paling umum digunakan adalah metode Perbandingan dan
volumetrik. Metode perbandingan merupakan metode yang khusus digunakan untuk
estimasi potensi sumber daya spekulatif dengan cara statistik sederhana, sedangkan
metode volumetrik adalah estimasi potensi energi panas bumi pada kelas sumber daya
hipotetis sampai dengan cadangan terbukti.
Ada dua model pendekatan yang dapat digunakan dalam metode volumetrik,
yaitu :
1.

Model pendekatan dengan menganggap parameter-parameter


reservoarnya seragam (lumped parameter model).

2.

Model pendekatan dengan menganggap parameter-parameter


reservoarnya heterogen (distributed parameter model) yang digunakan dalam
metoda simulasi reservoar.
Metode simulasi reservoar digunakan untuk membantu estimasi potensi

cadangan terbukti pada panas bumi yang sudah mempunyai sumur telah berproduksi.
2.3.2. Metode Perbandingan
a. Prinsip Metode Perbandingan
Prinsip dasar metode perbandingan adalah menyetarakan besar potensi energi
suatu daerah panas bumi baru (belum diketahui potensinya) dengan lapangan lain
(diketahui potensinya) yang memiliki kemiripan kondisi geologinya.

Besarnya potensi energi suatu daerah prospek panas bumi dapat diperkirakan dengan
cara sebagai berikut:
Hel = A x Qel
dengan catatan :
Hel

= Besarnya sumber daya (MWe)

= Luas daerah prospek panas bumi (km2)

Qel

= Daya listrik yang dapat dibangkitkan persatuan luas (MWe/km2)


Luas prospek pada tahapan ini dapat diperkirakan dari penyebaran

manifestasi permukaan dan pelamparan struktur geologinya secara global. Asumsi


besarnya daya listrik yang dapat dibangkitkan persatuan luas (km 2) dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi reservoar dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam estimasi
potensi energi panas bumi.

b. Penerapan Metode Perbandingan


Metode ini digunakan untuk mengestimasi besarnya potensi energi sumber daya
panas bumi kelas spekulatif dengan persyaratan bahwa penyelidikan ilmu kebumian
yang dilakukan baru sampai pada tahap penyelidikan penyebaran manifestasi
permukaan dan pelamparan struktur geologinya secara global (permulaan eksplorasi).
Pada tahap ini belum ada data yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi besarnya
sumber daya dengan menggunakan metode lain (secara matematis atau numerik). Oleh
karena itu potensi energi sumber daya panas bumi diperkirakan berdasarkan potensi
lapangan lain yang memiliki kemiripan kondisi geologi.

2.3.3. Metode Volumetrik


a. Prinsip Metode Volumetrik
Prinsip dasar metode volumetrik adalah menganggap reservoar panas bumi
sebagai suatu bentuk kotak yang volumenya dapat dihitung dengan mengalikan luas
sebaran dan ketebalannya.
Dalam metoda volumetrik besarnya potensi energi sumber daya atau cadangan
diperkirakan berdasarkan kandungan energi panas di dalam reservoar. Kandungan
energi panas di dalam reservoar adalah jumlah keseluruhan dari kandungan panas di
dalam batuan dan fluida.
b. Penerapan Metode Volumetrik
Metode volumetrik digunakan pada kelas sumberdaya hipotetis sampai dengan
terbukti (Tabel 2). Beberapa asumsi dibutuhkan untuk estimasi kesetaraan energi panas
dengan energi listrik (Tabel 4.1).

Persamaan dasar

Kandungan panas yang terdapat di dalam reservoar adalah :

H e A.h 1 r .c r .T L .u L .s L V .u V .s V
dimana:
He

= Kandungan energi panas (kJ)

= Luas area panas bumi (m2)

= Tebal reservoar (m)

= Temperatur reservoar (oC)

SL

= Saturasi air (fraksi)

SV

= Saturasi uap (fraksi)

uL

= Energi dalam air (kJ/kg)

uv

= Energi dalam uap (kJ/kg)

= Porositas batuan reservoar (fraksi)

cr

= kapasitas panas batuan (kJ/kgoC)

= density batuan (kg/m3)

= density air (kg/m3)

= density uap (kg/m3)

Prosedur Perhitungan

Estimasi potensi energi panas bumi metode volumetrik dapat dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:

1.

Menghitung kandungan energi di dalam reservoar pada keadaan


awal (Ti) :

H ei A.h 1 r .c r .Ti L .u L .s L V .u V .s V i
2.

Menghitung kandungan energi dalam reservoar pada keadaan


akhir (Tf) :

H ef A.h 1 r .c r .Tf L .u L .s L V .u V .s V f

3.

Menghitung maximum energi yang dapat dimanfaatkan (sumber


daya):
Hth = Hei - Hef

4.

Menghitung energi panas yang pada kenyataannya dapat diambil


(cadangan panas bumi). Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan kJ, maka
besarnya cadangan ditentukan sebagai berikut:
Hde = Rf . Hth
Apabila cadangan dinyatakan dalam satuan MWth, maka besarnya cadangan

ditentukan sebagai berikut:

H re

5.

H de
t 365 24 3600 1000
Menghitung besarnya potensi listrik panas bumi yaitu besarnya

energi listrik yang dapat dibangk itkan selama perioda waktu t tahun (dalam satuan
MWe)

H el

H re
t 365 24 3600 1000

Dimana:
Ti

= temperature reservoar pada keadaan awal, oC

Tf

= temperature reservoar pada keadaan akhir, oC

Hei

= kandungan energi dalam batuan dan fluida pada keadaan awal, kJ

Hef

= kandungan energi dalam batuan dan fluida pada keadaan akhir, kJ

Hth

= energi panas bumi maksimum yang dapat dimanfaatkan, kJ

Hde

= energi panas bumi maksimum yang dapat diambil ke permukaan (cadangan


panas bumi), kJ

Hre

= energi panas bumi maksimum yang dapat diambil ke permukaan selama


perioda waktu tertentu (cadangan panas bumi), MWth

Hel

= potensi listrik panas bumi, MWe

Rf

= faktor perolehan, fraksi

= lama waktu (umur) pembangkitan listrik, tahun

= faktor konversi listrik, fraksi


Tabel 2. Matriks Klasifikasi dan Estimasi Potensi Energi Panas Bumi.

2.3.4. Metode Simulasi Reservoar


a. Prinsip Metode Simulasi Reservoar
Dalam

metode

ini

digunakan

model

pendekatan

parameter

heterogen

(distributed parameter approach). Kegiatan pemodelan dapat dilakukan dengan


membagi sistem reservoar menjadi sejumlah blok atau grid yang satu sama lain saling
berhubungan. Pembagian blok dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor
diantaranya adalah jenis dan karakteristik batuan, struktur batuan dan lokasi sumur.

Dengan cara ini maka keanekaragaman permeabilitas, porositas, kandungan air dan
kandungan uap di dalam reservoar serta sifat fluidanya, baik secara lateral maupun
secara vertikal dapat diperhitungkan.
b. Penerapan Metode Simulasi Reservoar
Metode ini umumnya digunakan pada lapangan panas bumi yang mempunyai
sumur telah berproduksi, sehingga keanekaragaman sifat batuan dapat diketahui dari
data sumur bor. Dengan metode ini reservoar dimodelkan sebagai suatu sistim yang
terdiri dari sejumlah blok dan masing-masing saling berhubungan. Dalam proses
perhitungan, diperlukan simulator reservoar yang harganya relatif mahal dan diperlukan
keahlian khusus untuk mengoperasikannya.
Metode ini juga memberikan gambaran yang lebih baik mengenai penyebaran
permeabilitas di dalam reservoar dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya
pada saat diproduksikan.
Dengan

menggunakan

simulator

kemudian

dihitung

besarnya

tekanan,

temperatur, saturasi air dan saturasi uap di tiap blok serta laju alir masa dan laja alir uap
dari blok yang satu ke blok lainnya untuk berbagai variasi waktu. Hasil perhitungan yang
didapat berupa :

Perubahan tekanan dan temperatur terhadap kedalaman, baik di sumur maupun


di tempat-tempat lainnya.

Perubahan tekanan, temperatur, laju alir masa dan entalpi fluida terhadap waktu.
Untuk mendapatkan kondisi awal reservoar (natural state), perlu dilakukan

perhitungan dengan waktu yang lama sehingga diperoleh kondisi setimbang (steady),
yaitu kondisi reservoar, yang tekanan dan temperaturnya tidak berubah terhadap waktu.
Model ini diuji validitasnya dengan cara membandingkan hasil perhitungan dengan data
sebenarnya, yaitu hasil pengukuran di lapangan pada keadaan awal (sebelum reservoar
diproduksi).
Kalibrasi dilakukan dengan mengubah- ubah parameter batuan dan aliran panas
ke dalam reservoar yang mempunyai tingkat ketidakpastian tinggi.
Setelah dibuat model reservoar pada kondisi awal, kemudian dilakukan perhitungan
untuk mengetahui kondisi reservoar pada tahap produksi.
Penyelarasan hasil simulasi dengan data lapangan (history matching) dilakukan
dengan mengubah-ubah harga aliran panas yang masuk ke dalam reservoar dan
parameter batuan, khususnya di daerah sekitar sumur. Model tersebut dinilai telah

merepresentasikan kondisi reservoar sebenarnya, apabila telah tercapai keselarasan


antara hasil simulasi dengan data lapangan.
Peramalan kinerja sumur dan reservoar dilakukan dengan menggunakan model
tersebut diatas dengan berbagai skenario produksi dan injeksi.
Secara garis besar tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
3.

Pengkajian keseluruhan data yang mencakup data manifestasi


permukaan (data geologi, geofisika, geokimia), fluida reservoar dan semua data
sumur lainnya serta hasil- hasil studi yang telah dilakukan sebelumnya.

4.

Interpretasi

dengan

mengintegrasikan

semua

data

ilmu

kebumian dan semua data sumur dengan data yang baru diperoleh.
5.

Pengkajian konsep model yang ada dan melakukan revisi


(apabila diperlukan) dengan mengikut sertakan hasil interpretasi data ilmu kebumian
serta data sumur baru.

6.

Penetapan bagian dari reservoar yang akan dimodelkan.

7.

Simulasi model komputer (grid system).

8.

Persiapan data masukan komputer, mengenai ukuran dan


parameter-parameter reservoar di masing-masing blok seperti permeabilitas,
porositas, panas spesifik, konduktivitas batuan, dll.

9.

Simulasi model yang merepresentasikan kondisi reservoar


sebenarnya pada keadaan awal.

10.

Simulasi untuk memperoleh model yang merepresentasikan


kinerja semua sumur dan reservoar pada saat diproduksi.

11.

Peramalan kinerja semua sumur dan reservoar dengan berbagai


skenario produksi dan injeksi (selama jangka waktu 20-30 tahun).

3. ANGKA PARAMETER
3.1. Ruang Lingkup
Standar ini dimaksudkan untuk menentukan angka parameter dalam estimasi
potensi energi panas bumi untuk masing-masing klasifikasi sumber daya dan cadangan
panas bumi.
3.2. Angka Parameter
3.2.1. Umum

Untuk melakukan estimasi potensi energi panas bumi dibutuhkan parameterparameter fisis yang selanjutnya digunakan dalam rumus-rumus yang ada. Parameterparameter ini dibagi menjadi dua yaitu parameter tetap dan variabel.
Parameter tetap dapat ditentukan dengan asumsi berdasarkan statistik data hasil
penyelidikan di berbagai lapangan/daerah panas bumi, sedangkan variabel ditentukan
berdasarkan pengukuran langsung dan atau hasil pengolahan data lapangan.
Status parameter pada suatu kelas sumber daya/cadangan tertentu dapat
berubah dari suatu parameter tetap menjadi variabel, apabila pada kelas tersebut angka
parameter dapat ditentukan dengan pengukuran langsung di lapangan atau dapat
dihitung berdasarkan data lapangan yang ada.
3.2.2. Angka Parameter pada Kelas Sumber Daya Spekulatif
Parameter yang diasumsikan dalam kelas sumber daya spekulatif ini adalah
rapat daya (MWe/km2) sedangkan parameter luas daerah (km2) ditentukan berdasarkan
data geologi tinjau. Dasar Penentuan Angka Parameter : rapat daya pada kelas sumber
daya spekulatif ditentukan dengan asumsi berdasarkan data lapangan panas bumi yang
telah ada.
Tabel 3. Asumsi Rapat Daya pada Kelas Sumber Daya Spekulatif

3.2.3. Angka Parameter pada Kelas Sumber Daya Hipotetis


Beberapa parameter dalam kelas sumber daya hipotetis yang harus ditentukan
dengan asumsi adalah : tebal reservoar, saturasi air, porositas batuan, kapasitas panas
batuan, densitas batuan, umur pembangkitan dan faktor konversi.
Parameter lainnya dapat diukur langsung di lapangan atau diambil dari referensi
yang telah ada sebelumnya.
Tabel 4. Asumsi Angka Parameter pada Kelas Sumber Daya Hipotetis

Angka-angka parameter pada kelas sumber daya hipotetis ini ditentukan dengan
alasan sebagai berikut :
-

Tebal

reservoar

didasarkan

kepada

ketebalan

rata-rata

reservoar dari lapangan yang sudah berproduksi.


-

Harga Saturasi air didasarkan kepada anggapan bahwa


lapangan panas bumi tersebut adalah dominasi air.

Porositas batuan didasarkan kepada hasil rata-rata pengukuran


porositas batuan vulkanik di beberapa lapangan panas bumi.

Kapasitas panas batuan ditentukan berdasarkan asumsi.

Densitas

batuan

ditentukan

berdasarkan

hasil

rata-rata

pengukuran batuan di lapangan panas bumi.


-

Faktor perolehan ditentukan berdasarkan asumsi.

Umur pembangkitan listrik ditentukan berdasarkan rata-rata


umur ekonomis pembangkitan listrik.

Faktor konversi listrik ditentukan berdasarkan kemungkinan


kehilangan energi panas setelah ditransfer ke dalam energi listrik.

3.2.4. Angka Parameter pada Kelas Cadangan Terduga

Parameter yang ditentukan dengan asumsi pada kelas cadangan terduga adalah
: saturasi air, porositas batuan, kapasitas panas batuan, densitas batuan, umur
pembangkitan

dan

konversi

listrik.

Parameter

lainnya

ditentukan

berdasarkan

pengukuran langsung di lapangan dan perhitungan dengan rumusrumus yang ada.


Tabel 5. Asumsi Angka Parameter pada Tingkat Cadangan Terduga

Angka-angka parameter pada kelas cadangan terduga ini ditentukan dengan


alasan sebagai berikut :
-

Saturasi air 100% karena fluida dalam reservoar dia nggap


jenuh air, dengan anggapan bahwa lapangan panas bumi tersebut adalah dominasi
air.

Porositas batuan didasarkan kepada hasil rata-rata pengukuran


porositas batuan vulkanik di beberapa lapangan panas bumi.

Kapasitas panas batuan ditentukan berdasarkan asumsi.

Densitas batuan ditentukan berdasarkan hasil pengukuran dari


batuan ubahan di lapangan panas bumi.

Umur pembangkitan listrik ditentukan berdasarkan pada lama


waktu (umur) pembangkitan listrik.

Faktor konversi listrik ditentukan berdasarkan kemungkinan


kehilangan energi panas setelah ditransfer ke dalam energi listrik.

3.2.5. Angka Parameter pada Kelas Cadangan Mungkin


Parameter yang ditentukan dengan asumsi dalam kelas ini adalah: umur
pembangkitan dan faktor konversi listrik. Parameter lain ditentukan dengan perhitungan
atau pengukuran langsung di lapangan atau referensi yang ada.
Tabel 6. Asumsi Angka Parameter pada Tingkat Cadangan Mungkin

Dasar penentuan angka parameter :


-

Umur pembangkitan listrik ditentukan berdasarkan pada lama


waktu (umur) pembangkitan listrik.

Faktor

konversi

listrik

ditentukan

berdasarkan

pada

kemungkinan rata-rata kehilangan energi di dalam transfer energi panas menjadi


energi listrik.
3.2.6. Angka Parameter pada Kelas Cadangan Terbukti
Parameter yang ditentukan dengan asumsi dalam kelas ini adalah : umur
pembangkitan dan faktor konversi listrik. Parameter lain ditentukan dengan perhitungan
atau pengukuran langsung di lapangan atau referensi yang ada.
Tabel 7. Asumsi Angka Parameter pada Tingkat Cadangan Terbukti

Dasar penentuan angka parameter :


-

Umur pembangkitan listrik ditentukan berdasarkan pada lama


waktu (umur) pembangkitan listrik.

Faktor konversi listrik ditentukan berdasarkan kemungkinan


kehilangan energi panas setelah ditransfer ke dalam energi listrik.

Anda mungkin juga menyukai