Anda di halaman 1dari 4

1.

Diuretik Kuat
a. Farmakodinamik
Diuretik kuat bekerja pada ansa Henle ascenden. Obat ini
menghambat reabsorbsi Na+/K+/Cl- pada ansa Henle ascenden tebal
sehingga terjadi peningkatan ekskresi sodium, klorida, potassium, dan
ion lain dan memperbanyak volume urin. Diuretik kuat dapat
meningkatkan ekskresi sodium hingga 30% (Greenberg et al, 2010).
Diuretik kuat dsekresikan secara aktif ke dalam urin pada tubulus
proksimal. Penghambatan simporter Na+/K+/Cl- pada ansa Henle
ascenden membuat ion tidak dapat diabsorbsi, sehingga urin yang
melewati tubulus distal dan kolektivus menjadi bersifat hipertonis.
Peningkatan tekanan osmotik kemudian menghambat reabsorbsi air.
Pada penggunaan diuretik kuat, filtrat glomerular yang terbuang
meningkat dari 1% menjadi 25% (Naish & Denise, 2015).

Gambar 1.1 Farmakodinamik diuretik kuat: Hubungan antara respon


natrium dan jumlah diuretik yang mencapai lokasi kerja dalam kurva
sigmoid (Greenberg et al, 2010)
b. Farmakokinetik
Diuretik kuat merupakan obat yang cepat diabsorbsi di saluran
pencernaan. Obat ini memiliki waktu paruh yang bervariasi dari 30
menit sampai 1,5 jam (Kee et al, 2011).
Diuretik kuat paling baik diabsorbsi saat dibeerikan secara oral.
Pada kondisi emergensi seperti gagal jantung akut atau edema
cerebral, obat ini dapat diberikan secara IV. Molekul obat akan
berikatan dengan protein plasma dan disekresikan ke dalam urin pada

tubulus proksimal oleh carrier-mediated transport aktif (Naish &


Denise, 2015).
Furosemid dimetabolisasi di hepar melalui konjugasi oleh
glukuronat. Jenis obat diuretik kuat lain seperti bumetanid
dimetabolisasi oleh CYP450 (Naish & Denise, 2015).
c. ESO
Efek samping yang paling sering dijumpai

adalah

ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Penggunaan diuretik kuat


secara oral dalam jangka panjang dapat mengakibatkan hipokalemia,
hipomagnesemia, kontraksi volume ekstraseluler, hipotensi ortostatik,
azotemia, dan alkalosis metabolik (Greenberg, 2010).
Beberapa efek samping penggunaan diuretik kuat dapat menjadi
masalah serius, diantaranya yaitu (Finkel et al, 2009):
1) Ototoksisitas
Pendengaran dapat terkena efek penggunaan diuretik kuat,
terutama saat dikombinasikan dengan antibiotik aminoglikosida.
Kerusakan permanen dapat terjadi pada penggunaan jangka
panjang. Jenis diuretik kuat yang paling sering menyebabkan
kehilangan pendengaran adalah asam etakrinat.
2) Hiperurisemia
Furosemid dan asam etakrinat berkompetisi dengan asam urat
pada ginjal dan sistem sekresi bilier, sehingga menghambat proses
sekresi dan menyebabkan hiperurisemia,
3) Hipovolemia akut
Diuretik kuat dapat menyebabkan penurunan volume darah
dengan cepat sehingga dapat mengakibatkan hipotensi, syok, dan
kardiak aritmia. Hiperkalsemia dapat terjadi pada kondisi
tersebut.
4) Kekurangan potasium
Na dalam jumlah besar diberikan pada tubulus kolektivus
sehingga

menyebabkan

peningkatan

pertukaran

Na/K,

menyebabkan timbulnya komdisi hipokalemia. Hilangnya K + dari


sel dapat menyebabkan alkalosis hipokalemi.
5) Hipomagnesemia
Penggunaan diuretik kuat dan intake magnesium yang rendah
dapat mengakibatkan hipomagnesemia, terutama pada lanjut usia.
d. Indikasi

Diuretik kuat sering digunakan untuk mengobati kondisi edema,


gagal jantung kongestif, sirosis hati, dan sindrom nefrotik (Schrier,
2007). Karena onset kerjanya yang cepat, pemberian obat secara IV
seringkali berguna pada kondisi emergensi. Diuretik kuat juga dapat
digunakan untuk mengobati hiperkalsemia karena merangsang
ekskresi Ca2+ tubular (Finkel et al, 2009).
e. Kontraindikasi
Diuretik kuat dikontraindikasikan untuk pasien dengan anuria,
hipersensitif terhadap sulfonamid, dan pasien dengan koma hepatik
atau dalam kondisi kekurangan elektrolit berat. Asam etakrinat
sebaiknya tidak diberikan pada bayi (Arcangelo & Andrew, 2006).
Pemberian terhadap pasien dengan fungsi ginjal yang buruk dan lupus
eritomatosus perlu diwaspadai. Furosemid sendiri adalah obat
kehamilan kategori C (Aschenbrenner & Samantha, 2009).
f. BSO
Tabel 1.1 Sediaan diuretik kuat (POM RI, 2013)
Bumetamid

Oral
>5mg/hari

IV
1-2 mg/hari

IM
1mg, lalu
sesuaikan dengan

Furosemid

20-40 mg/hari

Torasemid

5 mg/hari

Dosis awal 250

dosis IV
Dosis awal 20-250

mg selama 1 jam

mg

Arcangelo, PA & Andrew MP. 2006. Pharmacotherapeutics for Advanced


Practice: A Practical Approach 2nd Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Aschenbrenner, DS & Samantha JV. 2009. Drug Therapy in Nursing 3rd
Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Finkel, Richard et al. 2009. Lippincotts Ilustrated

Reviews:

Pharmacology 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &


Wilkins
Greenberg, Barry H et al. 2010. Management of Heart Failure. New
Jersey: Wiley
Kee, Joyce et al. 2011. Pharmacology: A Nursing Process Approach 7th
Ed. Philadelphia: Elsevier
Naish, Jeanette & Denise SC. 2015. Medical Science 2nd Ed.
Philadelphia: Elsevier
POM RI. 2013. Diuretika Kuat dalam Informatorium Obat Nasional
Indonesia. Tersedia di: http://pionas.pom.go.id/book/ioni-bab-2sistem-kardiovaskuler-25-diuretika/252-diuretika-kuat (diakses 3
September 2015)
Schrier, Robert W. 2007. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 8th
Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai