Anda di halaman 1dari 6

dr. Thamrin dokter RSUD yang terletak sekitar 40 km dari Palembang.

Sekitar 100
meter dari RSUD, terjadi kecelakaan lalu lintas. Mobil minibus yang melaju dengan
kecepatan tinggi menabrak pohon beringin. Bagian depan mobil hancur, kaca depan pecah.
Sang sopir, satu-satunya apenumpang mobil terlempar keluar melalui kaca depan.
dr. Thamrinyang mendengar tabrakan langsung pergi ke tempat kejadian dengan
membawa peralatan tatlaksana trauma seadanya. Di tempat kejadian, terlihat sang sopir, lakilaki 28 tahun, tergeletak dan merintih, mengeluh dadanya sesak, nyeri di dada kanan dan
nyeri paha kiri.
Melalui pemeriksaan sekilas, didapatkan gambaran:
-

Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernafas


Tanda vital: Laju respirasi: 40x/menit, Nadi: 110x/menit; lemah, TD: 90/50 mmHg
Wajah dan bibir terlihat kebiruan
Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin
Terlihat deformitas di paha kiri
GCS: 13 (E: 3, M: 6, V: 4)

Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Salim langsung membawa sang sopir ke UGD,
setelah penanganan awal di UGD RSUD, pasien dipersiapkan untuk dirujuk ke RSMH.
Informasi Tambahan:
Kepala
Inspeksi: Luka lecet di dahi dan pelipis kanan diameter luka 2-4 cm. Pemeriksaan lain dalam
batas normal.
Leher
Trakea bergeser ke kiri, vena jugularis distensi.
Thoraks
Inspeksi: Gerakan dinding dada asimetris, kanan tertinggal, ada memar di sekitar dada kanan
bawah sampai ke samping, RR: 40x/menit.
Palpasi: Nyeri tekan pada dada kanan bawah sampai ke samping sampai lokasi memar.
Krepitasi costae 9,10,11 kanan depan.
Perkusi: kanan hipersonor, kiri sonor.

Auskultasi: Bunyi nafas kanan melemah, bising nafas kiri terdengar jelas, bunyi jantung
terdengar jelas cepat frekuensi 100x/menit.
Abdomen
Inspeksi: dinding perut datar
Auskultasi: bising usus normal
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas Bawah Kiri
Inspeksi: tampak deformitas tertutup , memar positif, hematom pada paha tengah kiri.
Palpasi: ada nyeri tekan, tidak dilakukan pemeriksaan krepitasi
ROM: Aktif dan pasif: ada limitasi gerakan.
1. Bagaimana penanganan ketika mobilisasi dari UGD RSUD ke RSMH?
Sebelum membawa korban ke UGD RSUD, pastikan saat mengangkat pasien tidak
menyakiti pasien. Pasien diharapkan ditaruh di atas tandu dan dimasukkan ke dalam
transportasi untuk dibawa ke UGD RSUD. Pastikan juga, tempat pasien berada, yaitu
tempat yang datar sehingga menjaga vertebrae tetap stabil. Periksa tanda vital saat di
dalam transportasi
Pada saat evakuasi dari lapangan ke rumah sakit daerah terdekat
1. Prioritas penanganan untuk kasus life threatening telah dilakukan dan
dipertahankan. Pada kasus ini gangguan pada jalan nafas dan pernafasan yaitu
tension pneumothorax. Hal penting yang harus dilakukan adalah pemasangan
collar neck dan tindakan pertama yaitu dekompresi jarum untuk mengeluarkan
udara intrapleura.
2. Memastikan adanya perbaikan setelah melakukan intervensi apapun, dalam hal
ini setelah melakukan intervensi pada fase jalan nafas dan pernafasan dengan
menilai kembali tanda vital korban dan mengamati perubahan tanda klinis
korban.
3. Setelah selesai dengan jalan nafas dan pernafasan, penolong memastikan sirkulasi
korban. Penutupan pada lokasi perdarahan eksternal dilakukan untuk mencegah
korban kehilangan banyak darah dan penilaian tanda vital dan tanda klinis korban
untuk menentukan sirkulasi berjalan baik dilakukan secara berkala.
4. Penilaian disabilitas telah dilakukan dan bagian yang diduga mengalami
disabilitas dipasangkan bidai dan dilakukan traksi untuk fiksasi dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
5. Korban dibawa ke rumah sakit terdekat oleh penolong beserta saksi.

Kriteria Rujukan Antar Rumah Sakit :


1) Bila keadaan rumah sakit tidak mencukupi kebutuhan penderita
2) Keadaan klinis pasien
2. Cara penegakan diagnosis (anamnesis pemeriksaan penunjang?
Anamnesis (wawancara pada pasien untuk mengetahui hubungan keluhan dengan
diagnosa pasien)
Identitas pasien
Pada anamnesis dapat ditanyakan keluhan yang dialami pasien maupun keluhan
tambahan yang menyertai keluhan utama pada pasien. Jika keluhan- keluhan itu
berhubungan dengan berbagai gejala klinis yang di temukan diatas, maka ada

kemungkinan terjadinya pneumothorax


Mekanis trauma
Ada nyeri dada, sesak nafas, nyeri waktu bernafas, sianotik dengan jejas di dada
Lokasi kejadian
Waktu kejadian dan waktu dari mulai terjadi trauma hingga dibawa ke UGD
Dapat di tanyakan apakah ada riwayat trauma sebelumnya, apakah ada penyakitpenyakit

yang

berhubungan

dengan

paru-paru,

seperti Empisema, Tuberkulosis, fibrosis kistik, penyakit paru obstruktif kronik

(PPOK), kanker paru-paru , asma, dan lainnya.


Adanya riwayat merokok dan aktivitas yang menimbulkan perubahan tekanan
udara

pada

rongga

pleura,

seperti

Scuba

diving

(menyelam), Penerbangan, Mendaki gunung di dataran tinggi akan memicu


pecahnya bula atau lepuh sehingga menimbulkan pneumothorax juga penting

untuk di tanyakan.
Adanya riwayat dalam keluarga ataupun kejadian pneumotorax sebelumnya juga
dapat berperan besar pada kejadian pneumothorax. Oleh karena itu penting pula

di tanyakan.
Adanya riwayat tindakan medis yang telah dialami pasien seperti CPR, biopsi
paru melali dinding dada, penggunaan ventilasi mekanik untuk membantu
pernapasan juga perlu ditanyakan pada pasien.

Pemeriksaan fisik

Pada Inspeksi : akan terlihat terjadinya pencembungan pada sisi yang sakit (hiper
ekspansi dinding dada), Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya
tertinggal, Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat , deviasi trakhea,
ruang interkostal melebar,

Pada Palpasi : Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar,
Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat ,Fremitus suara melemah atau
menghilang pada sisi yang sakit. Jika ada Tension pneumothorax maka akan

teraba adanya detensi dari vena jugularis di sekitar leher.


Perkusi : Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampaitimpani dan tidak
menggetar, Batas jantung terdorong ke arahtoraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi, Pada tingkat yang berat terdapat gangguan respirasi/sianosis,

gangguanvaskuler/syok.
Auskultasi : Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang,
Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negative

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lanoratorium: CBC (Hb, Ht, protombin time, urine output),

ABG, defisit laktat dan basa.


Foto Rontgen : Gambaran radiologis yang tampak pada fotorontgen kasus
pneumotoraks antara lain:
o Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru
yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler
sesuai dengan lobus paru.
o Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massaradio opaque
yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru
yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat
ringan sesak napas yang dikeluhkan.
o Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.
Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,
kemungkinan besar telahterjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan
intra pleura yangtinggi.
o Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan
sebagai berikut
Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada
tepi jantung, mulai dari basis sampai keapeks. Hal ini terjadi
apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga

udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.


Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam
dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari

pneumomediastinum.

Udara

yang

tadinya

terjebak

di

mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang


lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat
banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara,
sehingga bila jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka
dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke

daerah dada depan dan belakang.


Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,maka akan
tampak permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma

Foto R pneumotoraks (PA)


Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun
pada kebanyakan pasien sering tidakdiperlukan. Pada pasien dengan gagal

napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.


CT-scan thorax
CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa
dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer
dan sekunder.

3. Epidemiologi
Insidensi Tension Pneumotoraks di luar rumah sakit sulit untuk ditentukan. Dari 2000
insidens yang dilaporkan ke Australian Incident Monitoring Study ( AIMS ) , 17
merupakan penderita atau suspect pneumotoraks, dan 4 diantaranya didiagnosis
sebagai tension pneumotaraks. Data militer menunjukkan bahwa lebih dari 5% korban
akibat pertumburan dengan trauma dada mempunyai tension pneumotoraks.
4. Faktor Resiko
Faktor resiko dari tension pneumotoraks :
a. Trauma benda tumpul /tajam
b. Pemasangan kateter vena sentral
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi Awal : Nyeri dada, dipsneu, ansietas, takipneu, takikardi, hipersonor
dinding dada dan tidak ada suara nafas pada sisi yang sakit
Manifestasi Lanjut : Tingkat Kesadaran menurun, Trakea bergeser ke sisi
kontralateral, hipotensi, pembesaran pembuluh darah leher/vena jugularis, dan
sianosis

Anda mungkin juga menyukai