Anda di halaman 1dari 12

pengukuran kadar klorofil pada daun

dengan spektrofotometri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau
dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun
merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan
adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi
energi cahaya menjadi energi kimia.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen
yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam
fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga),
xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat
keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah
(dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur). Oleh sebab itu kami melakukan praktikum umtuk
mengukur kadar klorofil yang ada pada daun dengan menggunakan alat spektrofotometer.
1.2Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah;
1.Untuk mengetahui metode kadar klorofil pada 4 spesies sayur-sayuran yang berwarna hijau,
merah, putih dan kuning dengan menggunakan alat spektrofotometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fotosintesis
Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannya untuk menggunakan
zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan di dalam tubuh
tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada cukup cahaya, dan oleh Karena itu maka
asimilasi zat karbon disebut juga fotosintesis. Lengkapnya kita katakan, bahwa fotosintesis atau
asimilasi zat karbon itu suatu proses, dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh korofil diubah

menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan sinar (Dwidjoseputro, 1994).


Pengubahan energi sinar menjadi energi kimia (karbohidrat) dan kemudian pengubahan energi
kimia ini menjadi energy kerja pada peristiwa pernapasan dalam tubuh tumbuhan, hewan, atau
manusia itu merupakan rangkaian proses kehidupan di dunia ini (Dwidjoseputro, 1994).
Menurut Dwidjoseputro (1994), lazimnya peristiwa fotosintesis dinyatakan dengan persamaan reaksi
kimia sebagai berikut (Dwidjoseputro, 1994):
6 CO2 + 6 H2O C6 H12 O6 + 6 O2
Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada klorofil dan ada cukup cahaya.
2.2 Energi Cahaya
Sumber energi dari semua makhluk hidup adalah matahari. Radiasi matahari yang sampai ke bumi
ini hanya sebagian kecil saja dari spektrum elektromagnit. Panjang gelombang cahaya matahari
yang sampai di permukaan bumi meliputi 310 hingga 2300 nm. Panjang gelombang 225 nm
(ultraviolet) juga diradiasi oleh matahari, tetapi ini adalah foton yang sangat tinggi energinya yang
berbahaya bagi banyak kehidupan, terhalang oleh selapis ozon di atmosfer paling atas. Sinar lebih
panjang dari 2500 nm (2,5 ) terutama dihilangkan oleh uap air dan CO2 di atmosfir. Cahaya
tampak merupakan sebagian kecil dari cahaya yang sampai ke bumi (Sasmitamihardja, 1990).
Molekul yang mengaborpsi cahaya tampak adalah pigmen berwarna atau hitam. Electron yang
menjadi tereksitasi biasanya elektron yang mobil yang berasosiasi dengan ikatan rangkap yang
tidak jenuh. Misal klorofil, mempunyai tingkat ketidakjenuhan yang tinggi dan mengabsorpsi cahaya
yang efisien, terutama cahaya biru dan merah (Sasmitamihardja, 1990).
Cahay mempunyai dua sifat yaitu sifat gelombang dan sifat partikel. Sifat partikel cahaya biasanya
dinyatakan terdapat pada foton dan kuanta, yaitu suatu paket energi yang mempunyai ciri tersendiri;
masing-masing foton mempunyai panjang gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding
terbalik dengan panjang gelombang, jadi panjang gelombang cahaya ungu dan biru mempunyai
energi foton yang lebih tinggi dari panjang gelombang cahaya jingga (orange) dan merah
(Sasmitamihardja, 1990).
Menurut Dwidjoseputro (1994), spektrum dari sinar yang tampak oleh mata kita dapat digambarkan
dengan gelombangnya dinyatakan dengan m.
Ungu
Nila
Biru
Hijau
Kuning
Jingga
Merah

390 m 430 470 500 560 600 650 760 m


Suatu prinsip mendasar dari absorpsi cahaya disebut hukum Stark Einstein yang menyatakan
bahwa setiap molekul setiap kali hanya dapat menyerap satu foton, dan foton ini menyebabkan
tereksitasinya hanya satu elektron. Elektron yang dalam keadaan dasar (ground state) stabil pada
suatu orbit biasanya tereksitasi, dipindahkan menjahui keadaan dasarnya (orbit tersebut) dengan
jarak (ke orbit lain) sesuai dengan energi foton yang diabsorpsinya. Jika yang menyerap energi foton
itu adalah mplekul klorofil atau pigmen yang lain, maka molekul itu kemudian akan berada dalam
keadaan tereksitasi, dan energi eksitasi inilah yang digunakan dalam fotosintesis. Klorofil atau
pigmen yang lain itu akan tetap dalam keadaan tereksitasi untuk waktu yang singkat, biasanya 10-9
detik atau malahan kurang dari itu, energi eksitasi akan hilang pada waktu elektron kembali ke
orbitnya semula. Energi eksitasi yang diinduksi dalam suatu molekul atau atom oleh satu foton dapat
hilang menurut tiga cara, yaitu (Sasmitamihardja, 1990):
1.Energi dapat hilang sebagai panas atau kalor.
2.Energi dapat sebagian hilang sebagai panas dan sisanya sebagai cahaya tampak dengan panjang
gelombang lebih panjang dari panjang gelombang yang diabsorpsi, dinamakan fluoresensi.
3.Energi dapat dilakukan untuk melakukan suatu reaksi kimia. Fotosintetsis adalah hasil dari proses
yang ketiga.
2.3 Klorofil Serta Peranannya Dalam Fotosintesis
Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada umumnya kloroplas itu berbentuk
oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut
grana. Menurut Dwidjoseputro (1994), pada tanaman tinggi ada 2 macam klorofil, yaitu:
Klorofil a : C55 H72 O5 N4 Mg (berwarna hijau tua) dan
Klorofil b : C55 H70 O6 N4 Mg (berwarna hijau muda)
Rumus bangunnya berupa satu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai inti. Rumus
bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat darah), dimana intinya bukan Mg,
melainkan Fe. Pada klorofil terdapat suatu rangkaian yang disebut fitil yang terlepas menjadi fitol
C20 H39 OH, jika terkena air (hidrolisis) dan pengaruh enzim klorofilase. Fitol itu lipofil (suka akan
lemak), sedang sisanya disebut rangka porfin, sifatnya hidrofil (suka akan air) (Dwidjoseputro,
1994).
Klorofil itu fluoresen, artinya dapat menerima sinar dan mengembalikannya dalam gelombang yang
berlainan. Klorofil-a tampak hijau tua, tetapi jika sinar direfleksikan, tampaknya lalu merah darah.
Klorofil-b berwarna hijau cerah tampak merah coklat pada fluoresensi. Klorofil banyak meresap sinar
merah dan nila (Dwidjoseputro, 1994).
Klorofil tidak larut dalam air, melainkan larut dalam etanol, methanol, eter, aseton, bensol, kloroform.
Untuk memisahkan klorofil-a dan klorofil-b beserta pigmen-pigmen lain seperti karotin, xantofil,

orang menggunakan suatu teknik yang disebut kromatografi, dimana larutan klorofil dilewatkan
suatu tabung berisi bubukan sukrosa yang halus, maka bubukan sukrosa akan meresap zat-zat
yang terkandung didalam larutan tersebut menurut sifat zat masing-masing. Dan dengan demikian
terjadilah lapisan-lapisan yang beraneka warna pada tiang sukrosa dalam tabung. Lapisan-lapisan
itu dapat dipisah dan dilarutkan lagi untuk penelitian lebih lanjut (Dwidjoseputro, 1994).
2.4 Terjadinya Klorofil
Menurut Dwidjoseputro (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil:
1.Faktor pembawaan. Pembentukan klorofil seperti halnya pembembentukan pigmen-pigmen lain
seperti hewan dan manusia yang di bawakan oleh suatu gen tertentu di dalam kromosom. Jika gen
ini tidak ada maka tanaman akan tampak putih belaka (albino), seperti tanaman jagung yang albino
tidak dapat hidup lama.
2.Cahaya. Pada beberapa kecambah tanaman Angiosperma, klorofil dapat terbentuk tanpa
memerlukan cahaya. Tanaman lain yang ditumbuhkan di dalam gelap tidak berhasil membentuk
klorofil, mereka pucat (klorosis) kekuning-kuningan, disebabkan karena adanya protoklorofil yang
mirip dengan klorofil-a, yang mengandung kurang 2 atom H. terlalu banyak sinar berpengaruh buruk
kepada kepada klorofil. Larutan klorofil yang dihadapkan kepada sinar kuat tampak berkurang
hijaunya. Hal ini juga dapat kita lihat pada daun-daun yang terus-menerus kena sinar langsung,
warna mereka menjadi hijau kekuning-kuningan.
3. Oksigen. Kecambah yang ditumbuhkan di dalam gelap, kemudian ditempatkan di cahaya tak
mampu membentuk klorofil, jika tidak diberi oksigen.
4. Karbohidrat. Terutama dalam bentuk gula ternyata membantu pembentukan korofil dalam daundaun yang mengalami tumbuh etiolasi. Dengan tanpa pemberian gula, daun-daun tersebut tidak
mampu menghasilkan klorofil.
5.Nitrogen, Magnesium. Besi yang menjadi pembentuk bahan klorofil sudah tentu merupakan suatu
condition sine qua non (keharusan). Kekurangan akan salah satu dari zat-zat tersebut
mengakibatkan klorosis pada tumbuhan.
6.Unsur Mn, Cu, Zn. Meskipun jumlahnya hanya sedikit dalam pembentukan klorofil, jika tiada
unsur-unsur tersebut maka tanaman mengalami klorosis juga.
7.Air. Kekurangan air mengakibatkan desintegrasi dari klorofil seperti terjadi pada rumput dan
pohon-pohonan di musim kering.
8.Temperatur. 30 480 C merupakan suatu kondisi yang baik untuk pembentukan klorofil pada
kebanyakan tanaman, akan tetapi yang paling baik ialah antara 260 300 C.
Kecuali klorofil-a dan klorofil-b, kita kenal juga klorofil-c yang terdapat pada diatom dan ganggangpirang. Klorofil-d terdapat pada ganggang-merah. Sedang bakteri-ungu mempunyai bakterioklorofil

dan bakteri-hijau mempunyai bakterioviridin. Jenis-jenis klorofil yang tersebut di atas itu hampir
serupa susunan kimianya, semuanya mengandung Magnesium.
2.5 Kajian keislaman


5. Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).






18. Berkata Musa: Ini adalah tongkatku, Aku bertelekan padanya, dan Aku pukul (daun) dengannya
untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.

35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti
sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca
(dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan
minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan
bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
[1039] yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang
tidak tembus sampai kesebelahnya, Biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang
lain.
[1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu
matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya
menghasilkan minyak yang baik.
(Cahaya)
6CO2 + 12H2O C6O12H6 + 6O2 + 6H2O
(Zat hara)

(Campble, 2002: hal, 199).


Dalam reaksi proses fotosintesis diatas secara umum menggambarkan bagaimana proses reaksi
senyawa kimia yang mendapat bantuan dengan factor utama yaitu adanya bantuan cahaya. Cahaya
tersebut salah satu isyarat atau pertanda dalam al-quran dengan menggunakan bahasa Nuur,
cahaya atau syamsun; matahari yaitu cahaya yang dihasilkan oleh matahari dengan perbedaan
kekuatan panjang gelombang intensitas cahaya yang dilakukan pada proses fotosintesis tersebut.
Pada reaksi percobaan diatas tersebut menunjukkan bahwa kloroplas menguraikan air (H2O)
menjadi hidrogen (H) dan oksigen (O), memasukkann elektron hidrogen ke dalam ikatan molekul
gula. Fotosintesis merupakan proses redoks: H2O dioksidasi, CO2 direduksi (Campble, 2002: hal,
199).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2009 jam 09.30-10.30,
bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Corong 1 buah
2. Erlenmeyer 1 buah
3. Cawan 1 buah
4. Mortil 1 buah
5. Tabung ukur 1 buah
6. Kertas saring 1 buah
7. Timbangan digital 1 buah
8. Cuvet 1 buah
9. Mikropipet 1 buah
10. Tip 4 buah
11. Spektrofotometer 1 buah
3.2.2Bahan
1. Daun singkong
2. Daun kubis
3. Daun puring Merah

4. Daun puring Kuning


5. Tissue
3.3 Metode Kerja
1.Ditimbang 1 gr daun
2.Dihaluskan dengan mortil dan diberi alkohol 25 ml
3.Disaring dengan kertas saring
4.Dipanaskan spektrofotometer selama 30 menit
5.Diambil 3 ml larutan dengan mikropipet
6.Dimasukkan ke dalam cuvet
7.Dimasukkan ke spektrofotometer
8.Diamati kadar klorofil yang tertera di layar spektrofotometer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Gambar 1. Macam-macam Spektrofotometer
Adapun hasil penelitian kadar klorofil pada 4 spesies daun sayur-sayuran yang berwarna hijau,
merah, putih dan kuning dengan menggunakan metode alat spektrofotometer dapat kita amati pada
tabel berikut ini:
Tabel 1.Data Hasil Pengamatan Pengukuran Klorofil
Data kadar klorofil pada 4 spesies daun dengan menggunakan alat Spektroftotometer
OD
4 spesies dengan warna daun yang berbeda
Daun hijau
Daun merah
Daun putih
Daun kuning
649
1, 276
1,393

0,048
0,183
665
2,216
0,048
0,071
0,955
4.2 Pembahasan
Alat yang digunakan pada pengamatan kadar klorofil yaitu menggunakan alat yang disebut
dengan Spektrofotometer. Spektrofotometer ini banyak macamnya, ada yang terbuat dari atom dan
ada yang beling.
Untuk memperluas pengetahuan dalam menghemat tenaga pengukuran terhadap klorofil, maka
kita bandingkan berdasarkan alat yang berkembang di Negara-negara maju seperti pada gambar
dibawah ini merupakan gambar penggunaan alat sebagai pengukur kadar klorofil dengan
mengukur langsung pada daerah daun (objek) karena, mayoritas proses fotosintesis terjadi di daun.
Maka, perlu adanya perbandingan dengan menampilkan alat pengukur kadar klorofil tampak
dibawah ini:
gambar 2. Macam-macam alat Spektrofotometer
(Anonymous, 2009).
Gambar 3. Cara kerja cermin pada Spektrofotometer
(Anonymous, 2009).
Gambar 4. Panjang gelombang sinar cahaya (Anonymous, 2009).
Cahaya adalah suatu bentuk radiasi ektromagnetik yang memiliki sifat sebagai gelombang dan
partikel. Radiasi elektromagnetik terdiri atas dua medan yaitu medan listrik dan medan magnet.
Kedua medan tersebut berisolasi secara sinusoidal dalam ruang dan waktu.
Medan magnet yang berisolasi tersebut, posisinya saling tegak lurus dan keduanya bergerak tegak
lurus dengan arah radiasi elektromagnetik ketika merambat dalam ruang. Radiasi elektromagnetik
menyebar dengan membawa sifatnya sebagai gelombang dan frekuensi berisolasi yang sesuai
dengan tingkat energinya.
Adapun Spektrum elektromagnetik berkisar dari tingkatan energi yang rendah pada gelombang
radio-energi yang tinggi pada gelombang sinar gamma. Photon memiliki kandungan energi tertentu

tapi, tidak memilki berat dan muatan. Sifat cahaya pada optik pada krakteristik lensa, cahaya
dianggap sebagai gelombang. Namun, sifat cahaya efek foto elektrik pada cahaya lebih tepat
dianggap sebagai photon.
Klorofil menurut Raharjo (2006), sebagai sentisier adalah klorofil a, klorofil b, bakterioklorofil a, dan
bekterioklorofil b merupakan zat pigmen utama dalam proses fotosintesis karena, itu kemudian
disebut dengan The center place of photooxidation. Klorofil tersusun atas tertapirol, komponen N
memegang ikatan ion Mg+.
Klorofil adalah senyawa Poliena yang tersusun atas rangkaian ikatan tunggal dan rangkap yang
berselang-seling. Adapun penyerapan photon terjadi transisi dari elektron-elektron dalam orbitalnya.
karoten) yang meliputi; fikobilin (fikosianobilin dan fikoeritrobilin). Piranti utama tersebut sangat
efesien dalam menangkap energi cahaya dengan merubah dari energi cahaya menjadi energi kimia
(Raharjo, 2006).Peranti utama klorofil sama seperti karetinoid (
Respirasi sel terjadi didalam mitokondria seperti halnya pernyataan Wrigglesworth (1997), dalam
bukunya yang berjudul Energy and Life menyebutkan bahwa electron transport in mitocondria is
inhibited by the proton gradient. System that utilise the free energy of the proton gradient relieve the
inhibition and oxygen consumption increase. The phenomenon of respiratory control is a primary
mecahanism for balancing catabolism in the organism with the energy demand.
Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa mitikondria yang merupakan salah satu organel
intrasel menjadi kontrol respirai sel pada daun tanaman. Dalam mitokondria terjadi tiga tahapan
reaksi yang melalui system tranfer. Tiga tahapan tersebut meliputi; glikolisis yang terjadi di dalam
sitplasma kemudian dilanjut dengan proses reaksi perubahan as. Pyruvat (dalam crystae) dan
transisi (dalam matrix) yang terjadi didalam mitokondria.
1. Daun hijau:
klorofil (mg/l) : 20*(OD649) + 6,1*OD665
= 20. (2,216)+ 6,1. (1,276)
= 44,32 + 7,7836
= 52,1036 (mg/l)
Klorofil a : 13,7*(OD665) 5,76*(OD649)
= 13,7. (1,276) 5,76. (2,216)
= 17,4812 12,76416
= 4,71704
Klorofil b : 25*(OD649) 7,7*(OD665)
= 25. (2,216) 7,7(1,276)
= 55,4 9,8252
= 45,5748
2. Daun merah:

klorofil (mg/l) : 20*(OD649) + 6,1*(OD665)


= 20. (0,048) + 6,1. (1,393)
= 0,96 + 8,4973
= 9,4573 (mg/l)
Klorofil a : 13,7*(OD665) 5,76*(OD649)
= 13,7. (1,393) 5,76. (0,048)
= 19,0841 0,27648
= 18,80762
Klorofil b : 25*(OD649) 7,7*(OD665)
= 25. (0,048) 7,7. (1,393)
= 1,2 10,7261
= -9,5261
3. Daun putih:
klorofil (mg/l) : 20*(OD649) + 6,1*(OD665)
= 20. (0,071) + 6,1. (0,048)
= 1,42 + 0,2928
= 1,7128 (mg/l)
Klorofil a : 13,7*(OD665) 5,76*(OD649)
= 13,7. (0,048) 5,76. (0,071)
= 0,6576 0,40896
= 0,24864
Klorofil b : 25*(OD649) 7,7*(OD665)
= 25. (0,071) 7,7. (0,048)
= 1,775 0,3696
= 1,4054
4. Daun kuning:
klorofil (mg/l) : 20*(OD649) + 6,1*(OD665)
= 20. (0,955) + 6,1. (0,183)
= 19,1 + 1,1163
= 20,2163 (mg/l)
Klorofil a : 13,7*(OD665) 5,76*(OD649)
= 13,7. (0,183) 5,76. (0,955)
= 2,5071 5,5008
= -2,9937

Klorofil b : 25*(OD649) 6,1*(OD665)


= 25. (0,955) 6,1. (0,183)
= 23,875 1,1163
= 22,7597
Berdasarkan perhitungan kadar klorofil diatas maka, secara umum dapat kita amati secara
spesifik dengan membandingkan kadar klorofil pada 4 spesies dengan warna berbeda sebagai
berikut:
Tabel 2. klorofil pada 4 daun yang berbeda warna
Kadar Klorofil
Daun hijau
Daun merah
Daun putih
Daun kuning
klorofil (mg/l)
52,1036 (mg/l)
9,4573 (mg/l)
1,7128 (mg/l)
20,2163 (mg/l)
Klorofil a
4,71704
18,80762
0,24864
-2,9937
Klorofil b
45,5748
-9,5261
1,4054
22,7597
kadar klorofil pada sayur-sayuran daun berwarna hijau mencapai 52,1036 (mg/l). Adapun 3
spesies yang mempunyai warna daun merah, putih dan kuning. Daun merah klorofilnya mencapai
9,4573 (mg/l), klorofil pada daun putih klorofilnya 1,7128 (mg/l) dan daun kuning klorofilnya
mencapai 20,2163 (mg/l) .
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Spektrofotometer. http://Spektrofotometer.com. Diakses pada tanggal 30


oktober 2009.
Campble. Reece. Mitchell. 2002. Biologi edisi kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga Jakarta.
Dwidjoseputro, 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.
Raharjo, Sri. 2006. Kerusakan Oksidatif Pada Makanan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sasmitamihardja, 1990. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Bandung Press.
Wrigglesworth, John. 1997. Energy and Life. London: Taylor and Francis Publisher.

Anda mungkin juga menyukai