Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Siswa Sekolah Dasar/MI dan setingkat ditargetkan 100 % untuk
mendapatkan pemantauan kesehatan melalui kegiatan penjaringan kesehatan
siswa. Penjaringan kesehatan merupakan salah satu bentuk dari pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa yang memiliki masalah
kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin. 1
Berdasarkan profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2014, cakupan
penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan/guru UKS
pada tahun 2014 sebesar 93,2%.1 Sedangkan target penjaringan kesehatan
berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
Tahun 2015 adalah sebesar 100%. Karena itu masih diperlukan upaya untuk
mencapai target 2015 sebesar 100%.1
Berdasarkan data dari Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah, masih ada
sekolah dasar yang belum terjangkau oleh kegiatan penjaringan kesehatan siswa.
Berdasar data penjaringan kesehatan di Kecamatan Pakis Aji tahun 2014
diketahui bahwa 81 % siswa kelas 1 SD/MI di desa Plajan bermasalah dengan
gigi berlubang. Masalah kesehatan tersebut memliki andil yang cukup besar pada
jumlah kehadiran siswa dalam kegiatan belajar mengajar.2 Didapatkan pula data
Riskesdas 2010, di Jawa Tengah terdapat 8 % anak beusia 6 12 tahun memiliki
status gizi kurus dan 19,2 % dengan perawakan pendek.3
Wawancara yang dilakukan dengan pihak sekolah SD Negeri 1, 2, MI RA
Bustanul Arifin dan MI Tarbiyatul Mubtadiin desa Plajan Kecamatan Pakis Aji,
didapatkan data bahwa terdapat beberapa masalah kesehatan pada siswa kelas 1

yang ditemui di sekolah SD / MI tersebut pada siswa kelas 1 tahun 2014, antara
lain gigi berlubang, serumen telinga, radang tenggorok, status gizi kurang, dan
pemebesaran tonsil tanpa radang. Berdasarkan data pada tahun 2014 tersebut,
karies dentis menjadi masalah kesehatan yang paling banyak ditemui. Namun,
belum ada data mengenai masalah kesehatan pada sekolah-sekolah pada tahun
2015, sehingga perlu dilaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan siswa SD/MI
di Kecamatan Pakis Aji. Kegiatan ini dilakukan di 4 sekolah, yaitu SD Negeri 1,
2, MI RA Bustanul Arifin dan MI Tarbiyatul Mubtadiin Plajan. Keempat sekolah
tersebut dipilih sebagai perwakilan untuk menggambarkan status kesehatan siswa
SD/MI di Desa Plajan, Kecamatan Pakis Aji. Data yang didapatkan nantinya
untuk mengetahui bagaimana derajat kesehatan dan mendeteksi dini masalah
kesehatan yang ada di SD/MI tersebut.
1.2 BATASAN JUDUL
Laporan kegiatan dengan judul Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan Siswa
Baru SD Negeri 1, 2, MI RA Bustanul Arifin dan MI Tarbiyatul Mubtadiin di
Desa Plajan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara Pada Tanggal 30 Oktober
7 November 2015 mempunyai batasan pengertian judul sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penjaringan kesehatan
adalah kegiatan yang meliputi sejumlah prosedur pemeriksaan kesehatan
yang tidak membuat diagnosis tetapi bertujuan untuk memisahkan anak yang
tidak sehat dari anak yang sehat, dan memiliki sasaran peserta didik di kelas I
SD/MI, SMP/MTs, dan SMU/SMK/MA.
2. Siswa baru
adalah siswa kelas 1 yang masuk ke sebuah lembaga (SD/MI), tujuan
utamanya yaitu belajar dalam lingkungan baru, dengan melakukan
pendaftaran yaitu dengan cara melakukan pengisian formulir pendaftaran dan
pengisian data serta melakukan pembayaran registrasi.

3. SD Negeri 1, 2, MI RA Bustanul Arifin dan MI Tarbiyatul Mubtadiin di Desa


Plajan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara adalah tempat pelaksanaan
kegiatan yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pakis Aji.
4. 30 Oktober hingga 7 November 2015 adalah tanggal pelaksanaan
penjaringan kesehatan siswa baaru SD Nergeri 1,2, MI 1 dan MI 2 di desa
Plajan Kecamatan Pakis Aji

1.3 BATASAN OPERASIONAL


1.

Penjaringan Kesehatan
Sejumlah prosedur pemeriksaan kesehatan yang tidak membuat diagnosis
tetapi bertujuan memisahkan anak yang tidak sehat dari anak sehat.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum, status
gizi, kesehatan mata, telinga, hidung, tenggorokan, gigi, mulut, leher,
paru, jantung, abdomen, kulit, sistem saraf, dan anggota gerak.

2.

Tinggi Badan
Pemeriksaan tinggi badan diukur dengan pita pengukur yang ditempel
pada dinding yang rata, menggunakan satuan centimeter (cm).

3.

Berat Badan
Berat badan diukur dengan timbangan berdiri, menggunakan satuan
kilogram (kg).

4. Status Gizi
Status gizi siswa di nilai berdasarkan berat badan, tinggi badan dan jenis
kelamin.
5.

Pemeriksaan Mata

Pemeriksaan pada mata meliputi pemeriksaan visus, keadaan sklera


(ikterik atau sianosis), dan keadaan conjunctiva palpebra (pucat)
6.

Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan pada telinga meliputi ketajaman pendengaran tes arloji,
keberadaan serumen dan infeksi telinga

7. Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan hidung meliputi pemeriksaan discharge pada hidung
8. Pemeriksaan Gigi, Mulut, dan Tenggorokan
Meliputi pemeriksaan karies gigi, persistensi gigi, keadaan bibir (kering,
pecah-pecah, mudah berdarah), dan keadaan sudut bibir (luka, pecahpecah, mudah berdarah) pada tengoorokan memeriksa keadaan tonsil.
9.

Pemeriksaan Fisik Leher, Dada, Jantung, Abdomen


Pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

10. Pemeriksaan Kesegaran Jasmani


Pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kesegaran jasmani anak
sekolah.

1.4 RUANG LINGKUP


1. Lokasi

: SD Negeri 1,2, MI 1 dan MI 2 Plajan Kecamatan Pakis Aji

Kabupaten Jepara
2. Waktu
: Tanggal 30 Oktober 7 November 2015
3. Sasaran : Siswa kelas 1 SDN 1 ( 24 siswa), SDN 2 (12 siswa), MI 1
(32 siswa) dan MI 2 ( 16 siswa)
4. Metode : Pengamatan dan pemeriksaan fisik langsung terhadap siswa
SD
4

5. Materi

Penjaringan kesehatan SDN 1,2,MI 1 dan MI 2 Plajan

Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara


1.5 TUJUAN
1.5.1 Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan secara optimal dan mendeteksi dini masalah
kesehatan pada siswa kelas 1 SDN 1,2,MI 1 dan MI 2 desa Plajan Kecamatan
Pakis Aji Kabupaten Jepara
1.5.2 Tujuan khusus

Mendapatkan data siswa mengenai berat badan siswa kelas 1 SD

Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.


Mendapatkan data siswa mengenai tinggi badan siswa kelas 1 SD

Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.


Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan mata siswa kelas

1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.


Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan telinga siswa

kelas 1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.


Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan hidung siswa

kelas 1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.


Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan tenggorok siswa

kelas 1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.


Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan gigi dan mulut

siswa kelas 1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.


Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan leher, dada dan

abdomen siswa kelas 1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.


Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan kulit siswa

kelas 1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.


Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan rambut siswa
kelas SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.

Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan sistem saraf dan


anggota gerak siswa kelas 1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa

Plajan.
Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan kesegaran
jasmani siswa kelas 1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.

1.6 TINJAUAN PUSTAKA


Penjaringan kesehatan adalah sejumlah prosedur pemeriksaan
kesehatan yang tidak membuat diagnosis tetapi untuk memisahkan anak yang
tidak sehat dari yang sehat. Pengertian tidak sehat adalah lebih luas dari sakit
sebab mencakup kondisi lain yang menyebabkan menurunnya produktivitas
belajar dari anak tersebut.
Kegiatan penjaringan kesehatan sebagai upaya preventif mutlak harus
dilaksanakan untuk memenuhi syarat standar pelayanan minimal program UKS.
Hasil kegiatan penjaringan ini dapakai untuk perencanaan, pemantauan dan
evaluasi kegaitan UKS. Kegiatan penjaringan kesehatan siswa bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan secara optimal dan mendeteksi dini masalah
kesehatan pada siswa kelas 1 yang baru masuk. Sasaran penjaringan kesehatan
adalah peserta didik di kelas I Sekolah Dasar/MI. Kebijakan operasional
penjaringan kesehatan siswa sekolah adalah4,5
1. Kegiatan penjaringan kesehatan adalah salah satu kegiatan yang mutlak harus
dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan standar minimal pelayanan
kesehatan dalam rangka UKS
2. Puskesmas sebagai organisasi

fungsional

kesehatan

terdepan

yang

bertanggung jawab atas pelaksanaan upaya kesehatan dalam wilayah


kerjanya, mengawasi, dan mengendalikan pelaksanaan penjaringan kesehatan
3. Penjaringan kesehatan siswa sekolah dilaksanakan oleh suatu tim di bawah
koordinasi Puskesmas. Tim tersebut terdiri atas guru dari sekolah yang

bersangkutan (guru kelas dan atau guru pembina UKS) dan tenaga kesehatan
(paramedik dan dokter)
Pelaksanaan penjaringan kesehatan terdiri dari:
1. Pelaksana
Tim pelaksana minimal terdiri atas: 1 dokter dan dokter gigi, 3 tenaga
paramedik, 2 guru
2. Prosedur penjaringan kesehatan dilakukan secara bertahap:
- Tahap awal dilakukan oleh guru
- Tahap selanjutnya dilakukan oleh tenaga paramedik
- Tahap ketiga dilakukan oleh dokter
Hal yang dicatat adalah parameter yang sifatnya memberi petunjuk tentang
kelainan

yang

mempunyai

indikasi

yaitu

prevalensi

tinggi,

langsung

mengganggu proses belajar, menyebabkan cacat fisik, mental, sosial, dan


kematian. Selain itu, perlu diperhatikan kelainan atau penyakit yang menjadi
kekhususan di suatu daerah.Anggota tim penjaringan kesehatan mencatat data
sebagai berikut: 4
Tabel 1. Tugas Pelaksana Kegiatan Penjaringan Kesehatan
Pelaksana
Komponen
Guru kelas/ 1. Keadaan
wali kelas

Umum
2. Penglihatan

Data yang dicatat


a. Berat badan
b. Tinggi badan
a. Tidak dapat melihat
b. Tidak mengenal orang pada jarak 6 m
c. Sering meraba-raba, kesandung waktu jalan,
mendapat kesulitan waktu mengambil benda

3. Pendengaran

d.
e.
a.
b.

di dekatnya
Mata bergoyang terus
Kerusakan nyata pada bola mata
Tidak mendengar
Sering
menggunakan
isyarat

dalam

berkomunikasi
c. Tidak atau kurang tanggap terhadap suara

atau bila diajak bicara


d. Sering memiringkan kepala dalam usaha

4. Penampilan

untuk mendengar
e. Keluar nanah dari liang telinga
a. Penampilan fisik yang tidak seimbang,
misalnya

kepala

terlalu

kecil/besar,

mongoloid
b. Koordinasi gerakan kurang atau tidak
terkendali
c. Kesulitan dalam bergerak, kaku, tak lentur,

Paramedik

1. Keadaan
Umum

2. Mata
3. Telinga
4. Mulut

d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.

tak terkendali
Gerakan hiperaktif, tak dapat tenang
Gangguan bicara/ gugup
Ada cacat pada alat gerak
Kebersihan umum kurang atau buruk
Warna rambut kusam
Rambut mudah dicabut
Bibir kering, pecah-pecah, mudah berdarah
Sudut mulut luka, pecah-pecah, mudah

berdarah
a. Ketajaman penglihatan tidak normal
b. Radang pada mata
c. Juling
Ketajaman pendengaran
a. Gigi berlubang
b. Gigi tertutup kotoran/ karang gigi
c. Gusi bengkak, luka, berdarah
d. Lidah kotor
e. Bibir terbelah (sumbing) dan atau langitlangit terbelah

Guru

Kesegaran

Penjaskes

Jasmani

PENILAIAN STATUS GIZI


Indeks pertumbuhan berdasarkan baku rujukan WHO Child Growth Standarts
2005.

Beberapa indikator yang digunakan pada penjaringan kesehatan siswa sekolah


dasar untuk penilaian status gizi dan memantau pertumbuhan serta perkembangan
para siswa, di antaranya adalah:
1. TB/U (Tinggi/Panjang Badan menurut Umur)
TB/U, mewakili pertumbuhan yang dicapai dalam panjang atau tinggi terhadap
usia anak. Indeks ini dapat membantu mengidentifikasi anak-anak \yang
terhambat (pendek) karena kurang gizi pada masa lalu, riwayat berat bayi lahir
rendah atau penyakit berulang.Status gizi yang didasarkan pada indeks Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) menggunakan istilah stunted (pendek) dan
severely stunted (sangat pendek).

2. BB/U (Berat Badan menurut Umur)


BB/U, mewakili berat badan relatif anak.Indeks ini digunakan untuk menilai
apakah seorang anak kekurangan berat atau sangat berat, tetapi tidak digunakan
untuk mengklasifikasikan anak sebagai kelebihan berat badan atau obesitas.
Karena berat relatif mudah diukur, indeks ini yang umum digunakan. Gizi
kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat
Badan menurut Umur (BB/U) menggunakan istilah underweight (gizi kurang)
dan severely underweight (gizi buruk).
3. BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)
BB/TB, mewakili berat badan secara proposional dengan pertumbuhan yang
dicapai dalam panjang atau tinggi. Indeks ini sangat berguna dalam situasi
dimana umur anak tidak diketahui. Indeks berat badan menurut tinggi badan,
membantu mengidentifikasi anak-anak dengan berat badan rendah yang
biasanya disebabkan oleh sakit atau kekurangan makanan yang menyebabkan
penurunan berat badan. Indeks ini juga membantu mengidentifikasi anak-anak

yang mungkin berisiko menjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Kurus dan
sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang menggunakan istilah wasted (kurus) dan
severely wasted (sangat kurus).
4. IMT/U (Indeks Massa Tubuh menurut Umur)
IMT/U merupakan indeks yang sangat berguna untuk mengidentifikasi
kelebihan berat badan dan obesitas. IMT/U dan BB/TB cenderung
menunjukkan hasil yang sangat mirip.
Perhitungan Umur dan Z-Score Menggunakan WHO Anthro Plus 2005
WHO Anthro 2005 terbagi atas 2 tipe, yaitu WHO Anthro 2005 dan WHO
Anthro Plus 2005. Perbedaannya WHO Anthro digunakan untuk perhitungan
status gizi anak balita sedangkan WHO Anthro Plus digunakan untuk perhitungan
status gizi di atas balita alias anak pra sekolah hingga remaja.
Tabel 2. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

10

sumber : Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2011

Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja maupun orang


dewasa. Pada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umur,
karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas
tubuh. Karena itu, pada anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut
umur, biasa disimbolkan dengan IMT/U. Menurut WHO penilaian status gizi pada
anak usia 5-18 tahun menggunakan standar IMT berdasar umur.
IMT=

BB ( kg)
2
TB (m)

PENILAIAN KESEGARAN JASMANI7

11

Kesegaran jasmani adalah salah satu tolok ukur untuk menilai derajat
kesehatan masyarakat, karena itu dipakai untuk menilai perkembangan kesehatan
anak sekolah. Tes yang dipakai untuk menilai kesegaran jasmani anak sekolah
sesuai dengan standar dari :
1. Asian Committee on the Standarization of Physical Fitness Test (ACSFT)
dengan norma penilaian yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat
Indonesia
2. Tes aerobik 2,4 km

A. Petunjuk Umum :
a. Rangkaian tes yang akan dilakukan memerlukan energi karena itu siswa
yang akan mengikuti test harus berada dalam kondisi baik. Karena itu tes
ini dilakukan sesudah siswa menyelesaikan tahap penjaringan kesehatan
dan dinyatakan tidak mempunyai kontraindikasi untuk melakukan tes
kesegaran jasmani.
b. Sebelum mengadakan tes, siswa perlu dipersiapkan sebagai berikut :
1. Siswa makan pagi. Dilarang melakukan kegiatan fisik berat sebelum
melakukan tes, pada malam hari tidur yang cukup.
2. Siswa memakai pakaian olah raga dan memakai sepatu dengan sol karet
3. Sebelum melakukan tes siswa perlu memahami cara melakukan berbagai
kegiatan tes
4. Siswa melakukan pemanasan sebelum melakukan tes
5. Seluruh tes dilakukan dalam satu hari
6. Siswa yang tidak melaksanakan kegiatan mendapat nilai nol untuk
kegiatan tersebut
7. Untuk memperoleh hasil tes yang dapat dipercaya, pengetes harus dilatih
agar menguasai cara melakukan tes

12

B. Pelaksanaan
Berdasarkan kelompok umur 6-12 tahun, tes kesegaran jasmani meliputi :
a. Lari cepat 50 meter, diambil nilai dari waktu yang terbaik
b. Lompat jauh tanpa awalan, diambil nilai dari lompatan terjauh
c. Bergantung dengan siku tekuk, diambil nilai dari berapa lama dapat
bergantung
d. Lari hilir mudik 4x10 meter, diambil nilai dari waktu yang terbaik
e. Baring duduk 30 detik, diambil nilai dari berapa kali dapat melakukannya
f. Lentuk togok kemuka, diambil nilai dari jarak pencapaian terendah dari
lantai
g. Lari jauh jarak 600 meter, diambil nilai dari waktu pencapaian
C. Penilaian
a. Penilaian tingkat kesegaran jasmani dibedakan antara putra dan putri
menurut kelompok umur. Menentukan kelompok umur adalah berdasarkan
umur saat dilakukan tes kesegaran jasmani.
b. Hasil tes merupakan nilai kasar dan untuk tiap jenis tes harus terlebih dahulu
disesuaikan dengan nilai pada tabel T. Sesudah disesuaikan dengan Tabel T,
semua dijumlahkan. Kemudian disesuaikan dengan tabel Norma maka
ditetapkan tingkat kesegaran jasmani anak sekolah.
Tabel T untuk menilai prestasi dari masing-masing butir tes dan tabel
Norma untuk menentukan klasifikasi/kategori tingkat kesegaran jasmani.
Prestasi setiap butir tes yang dicapai oleh anak yang telah mengikuti tes disebut
Hasil Kasar. Tingkat kesegaran jasmani anak, tidak dapat dinilai secara
langsung berdasarkan prestasi yang telah dicapai, karena satuan ukuran yang
dipergunakan masing-masing butir tes tidak sama, contoh :
a. Untuk butir tes lari dan gantung siku tekuk mempergunakan satuan ukuran
waktu

13

b. Untuk butir tes baring duduk dan gantung angkat tubuh, mempergunakan
satuan ukuran jumlah ulangan gerak (kali).
Hasil kasar yang masih merupakan satuan ukuran yang berbeda-beda
tersebut di atas, perlu diganti dengan satuan ukuran yang sama, satuan ukuran
pengganti ini adalah Nilai. Nilai tes kesegaran jasmani peserta diperoleh
dengan mengubah hasil kasar setiap butir tes menjadi nilai terlebih dahulu
berdasarkan tabel T. Setelah hasil kasar setiap butir tes diubah menjadi nilai,
langkah

berikutnya

adalah

menjumlahkan

nilai-nilai

tersebut.

Hasil

penjumlahan tersebut menjadi dasar untuk menentukan klasifikasi kesegaran


jasmani remaja tersebut dengan melihat tabel Norma.7

14

Anda mungkin juga menyukai