PENDAHULUAN
yang ditemui di sekolah SD / MI tersebut pada siswa kelas 1 tahun 2014, antara
lain gigi berlubang, serumen telinga, radang tenggorok, status gizi kurang, dan
pemebesaran tonsil tanpa radang. Berdasarkan data pada tahun 2014 tersebut,
karies dentis menjadi masalah kesehatan yang paling banyak ditemui. Namun,
belum ada data mengenai masalah kesehatan pada sekolah-sekolah pada tahun
2015, sehingga perlu dilaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan siswa SD/MI
di Kecamatan Pakis Aji. Kegiatan ini dilakukan di 4 sekolah, yaitu SD Negeri 1,
2, MI RA Bustanul Arifin dan MI Tarbiyatul Mubtadiin Plajan. Keempat sekolah
tersebut dipilih sebagai perwakilan untuk menggambarkan status kesehatan siswa
SD/MI di Desa Plajan, Kecamatan Pakis Aji. Data yang didapatkan nantinya
untuk mengetahui bagaimana derajat kesehatan dan mendeteksi dini masalah
kesehatan yang ada di SD/MI tersebut.
1.2 BATASAN JUDUL
Laporan kegiatan dengan judul Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan Siswa
Baru SD Negeri 1, 2, MI RA Bustanul Arifin dan MI Tarbiyatul Mubtadiin di
Desa Plajan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara Pada Tanggal 30 Oktober
7 November 2015 mempunyai batasan pengertian judul sebagai berikut:
1. Pelaksanaan penjaringan kesehatan
adalah kegiatan yang meliputi sejumlah prosedur pemeriksaan kesehatan
yang tidak membuat diagnosis tetapi bertujuan untuk memisahkan anak yang
tidak sehat dari anak yang sehat, dan memiliki sasaran peserta didik di kelas I
SD/MI, SMP/MTs, dan SMU/SMK/MA.
2. Siswa baru
adalah siswa kelas 1 yang masuk ke sebuah lembaga (SD/MI), tujuan
utamanya yaitu belajar dalam lingkungan baru, dengan melakukan
pendaftaran yaitu dengan cara melakukan pengisian formulir pendaftaran dan
pengisian data serta melakukan pembayaran registrasi.
Penjaringan Kesehatan
Sejumlah prosedur pemeriksaan kesehatan yang tidak membuat diagnosis
tetapi bertujuan memisahkan anak yang tidak sehat dari anak sehat.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum, status
gizi, kesehatan mata, telinga, hidung, tenggorokan, gigi, mulut, leher,
paru, jantung, abdomen, kulit, sistem saraf, dan anggota gerak.
2.
Tinggi Badan
Pemeriksaan tinggi badan diukur dengan pita pengukur yang ditempel
pada dinding yang rata, menggunakan satuan centimeter (cm).
3.
Berat Badan
Berat badan diukur dengan timbangan berdiri, menggunakan satuan
kilogram (kg).
4. Status Gizi
Status gizi siswa di nilai berdasarkan berat badan, tinggi badan dan jenis
kelamin.
5.
Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan pada telinga meliputi ketajaman pendengaran tes arloji,
keberadaan serumen dan infeksi telinga
7. Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan hidung meliputi pemeriksaan discharge pada hidung
8. Pemeriksaan Gigi, Mulut, dan Tenggorokan
Meliputi pemeriksaan karies gigi, persistensi gigi, keadaan bibir (kering,
pecah-pecah, mudah berdarah), dan keadaan sudut bibir (luka, pecahpecah, mudah berdarah) pada tengoorokan memeriksa keadaan tonsil.
9.
Kabupaten Jepara
2. Waktu
: Tanggal 30 Oktober 7 November 2015
3. Sasaran : Siswa kelas 1 SDN 1 ( 24 siswa), SDN 2 (12 siswa), MI 1
(32 siswa) dan MI 2 ( 16 siswa)
4. Metode : Pengamatan dan pemeriksaan fisik langsung terhadap siswa
SD
4
5. Materi
Plajan.
Mendapatkan data siswa mengenai hasil pemeriksaan kesegaran
jasmani siswa kelas 1 SD Negeri 1, 2, MI 1 dan MI 2 di Desa Plajan.
fungsional
kesehatan
terdepan
yang
bersangkutan (guru kelas dan atau guru pembina UKS) dan tenaga kesehatan
(paramedik dan dokter)
Pelaksanaan penjaringan kesehatan terdiri dari:
1. Pelaksana
Tim pelaksana minimal terdiri atas: 1 dokter dan dokter gigi, 3 tenaga
paramedik, 2 guru
2. Prosedur penjaringan kesehatan dilakukan secara bertahap:
- Tahap awal dilakukan oleh guru
- Tahap selanjutnya dilakukan oleh tenaga paramedik
- Tahap ketiga dilakukan oleh dokter
Hal yang dicatat adalah parameter yang sifatnya memberi petunjuk tentang
kelainan
yang
mempunyai
indikasi
yaitu
prevalensi
tinggi,
langsung
Umum
2. Penglihatan
3. Pendengaran
d.
e.
a.
b.
di dekatnya
Mata bergoyang terus
Kerusakan nyata pada bola mata
Tidak mendengar
Sering
menggunakan
isyarat
dalam
berkomunikasi
c. Tidak atau kurang tanggap terhadap suara
4. Penampilan
untuk mendengar
e. Keluar nanah dari liang telinga
a. Penampilan fisik yang tidak seimbang,
misalnya
kepala
terlalu
kecil/besar,
mongoloid
b. Koordinasi gerakan kurang atau tidak
terkendali
c. Kesulitan dalam bergerak, kaku, tak lentur,
Paramedik
1. Keadaan
Umum
2. Mata
3. Telinga
4. Mulut
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
tak terkendali
Gerakan hiperaktif, tak dapat tenang
Gangguan bicara/ gugup
Ada cacat pada alat gerak
Kebersihan umum kurang atau buruk
Warna rambut kusam
Rambut mudah dicabut
Bibir kering, pecah-pecah, mudah berdarah
Sudut mulut luka, pecah-pecah, mudah
berdarah
a. Ketajaman penglihatan tidak normal
b. Radang pada mata
c. Juling
Ketajaman pendengaran
a. Gigi berlubang
b. Gigi tertutup kotoran/ karang gigi
c. Gusi bengkak, luka, berdarah
d. Lidah kotor
e. Bibir terbelah (sumbing) dan atau langitlangit terbelah
Guru
Kesegaran
Penjaskes
Jasmani
yang mungkin berisiko menjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Kurus dan
sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang menggunakan istilah wasted (kurus) dan
severely wasted (sangat kurus).
4. IMT/U (Indeks Massa Tubuh menurut Umur)
IMT/U merupakan indeks yang sangat berguna untuk mengidentifikasi
kelebihan berat badan dan obesitas. IMT/U dan BB/TB cenderung
menunjukkan hasil yang sangat mirip.
Perhitungan Umur dan Z-Score Menggunakan WHO Anthro Plus 2005
WHO Anthro 2005 terbagi atas 2 tipe, yaitu WHO Anthro 2005 dan WHO
Anthro Plus 2005. Perbedaannya WHO Anthro digunakan untuk perhitungan
status gizi anak balita sedangkan WHO Anthro Plus digunakan untuk perhitungan
status gizi di atas balita alias anak pra sekolah hingga remaja.
Tabel 2. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
10
BB ( kg)
2
TB (m)
11
Kesegaran jasmani adalah salah satu tolok ukur untuk menilai derajat
kesehatan masyarakat, karena itu dipakai untuk menilai perkembangan kesehatan
anak sekolah. Tes yang dipakai untuk menilai kesegaran jasmani anak sekolah
sesuai dengan standar dari :
1. Asian Committee on the Standarization of Physical Fitness Test (ACSFT)
dengan norma penilaian yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat
Indonesia
2. Tes aerobik 2,4 km
A. Petunjuk Umum :
a. Rangkaian tes yang akan dilakukan memerlukan energi karena itu siswa
yang akan mengikuti test harus berada dalam kondisi baik. Karena itu tes
ini dilakukan sesudah siswa menyelesaikan tahap penjaringan kesehatan
dan dinyatakan tidak mempunyai kontraindikasi untuk melakukan tes
kesegaran jasmani.
b. Sebelum mengadakan tes, siswa perlu dipersiapkan sebagai berikut :
1. Siswa makan pagi. Dilarang melakukan kegiatan fisik berat sebelum
melakukan tes, pada malam hari tidur yang cukup.
2. Siswa memakai pakaian olah raga dan memakai sepatu dengan sol karet
3. Sebelum melakukan tes siswa perlu memahami cara melakukan berbagai
kegiatan tes
4. Siswa melakukan pemanasan sebelum melakukan tes
5. Seluruh tes dilakukan dalam satu hari
6. Siswa yang tidak melaksanakan kegiatan mendapat nilai nol untuk
kegiatan tersebut
7. Untuk memperoleh hasil tes yang dapat dipercaya, pengetes harus dilatih
agar menguasai cara melakukan tes
12
B. Pelaksanaan
Berdasarkan kelompok umur 6-12 tahun, tes kesegaran jasmani meliputi :
a. Lari cepat 50 meter, diambil nilai dari waktu yang terbaik
b. Lompat jauh tanpa awalan, diambil nilai dari lompatan terjauh
c. Bergantung dengan siku tekuk, diambil nilai dari berapa lama dapat
bergantung
d. Lari hilir mudik 4x10 meter, diambil nilai dari waktu yang terbaik
e. Baring duduk 30 detik, diambil nilai dari berapa kali dapat melakukannya
f. Lentuk togok kemuka, diambil nilai dari jarak pencapaian terendah dari
lantai
g. Lari jauh jarak 600 meter, diambil nilai dari waktu pencapaian
C. Penilaian
a. Penilaian tingkat kesegaran jasmani dibedakan antara putra dan putri
menurut kelompok umur. Menentukan kelompok umur adalah berdasarkan
umur saat dilakukan tes kesegaran jasmani.
b. Hasil tes merupakan nilai kasar dan untuk tiap jenis tes harus terlebih dahulu
disesuaikan dengan nilai pada tabel T. Sesudah disesuaikan dengan Tabel T,
semua dijumlahkan. Kemudian disesuaikan dengan tabel Norma maka
ditetapkan tingkat kesegaran jasmani anak sekolah.
Tabel T untuk menilai prestasi dari masing-masing butir tes dan tabel
Norma untuk menentukan klasifikasi/kategori tingkat kesegaran jasmani.
Prestasi setiap butir tes yang dicapai oleh anak yang telah mengikuti tes disebut
Hasil Kasar. Tingkat kesegaran jasmani anak, tidak dapat dinilai secara
langsung berdasarkan prestasi yang telah dicapai, karena satuan ukuran yang
dipergunakan masing-masing butir tes tidak sama, contoh :
a. Untuk butir tes lari dan gantung siku tekuk mempergunakan satuan ukuran
waktu
13
b. Untuk butir tes baring duduk dan gantung angkat tubuh, mempergunakan
satuan ukuran jumlah ulangan gerak (kali).
Hasil kasar yang masih merupakan satuan ukuran yang berbeda-beda
tersebut di atas, perlu diganti dengan satuan ukuran yang sama, satuan ukuran
pengganti ini adalah Nilai. Nilai tes kesegaran jasmani peserta diperoleh
dengan mengubah hasil kasar setiap butir tes menjadi nilai terlebih dahulu
berdasarkan tabel T. Setelah hasil kasar setiap butir tes diubah menjadi nilai,
langkah
berikutnya
adalah
menjumlahkan
nilai-nilai
tersebut.
Hasil
14