CASE DR - Widiarso - Perdarahan Post Partum
CASE DR - Widiarso - Perdarahan Post Partum
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama
NIM
: 11.2014.069
Dr pembimbing / penguji
: Dr.FX.Widiarso,Sp.OG
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. L
Umur : 22 tahun
Status perkawinan : Kawin (P1A0)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Mejobo RT 07 RW 02 Mejobo,
KUDUS
21.00 WIB
Nama suami
: Tn. AZ
Umur
: 26 Tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tanggal 22 April 2016 Pukul 23.00 WIB
Keluhan utama
Perdarahan dari jalan lahir sejak 3 jam SMRS.
hamil os mengontrolkan kehamilannya di bidan dan mengaku tidak ada keluhan selama
hamil. Riwayat Hipertensi disangkal.
Riwayat Haid
Menarche
: 16 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Dismenorrhea
: (-)
Leukorrhea
: (-)
Menopause
: (-)
Perkawinan
: 1 kali
Menikah usia
: 19 tahun
Lama menikah
: 1 tahun
Riwayat KB
: (-)
Usia
kehamilan
37 minggu
Jenis
persalinan
Spontan
Penyulit
Penolong
Bidan
Jenis
BB/TB
Umur
kelamin
Laki-laki
lahir
2400
sekarang
0 hari
gram /
46 cm
Os tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis,
asma dan alergi.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita riwayat tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, kencing manis, asma dan alergi.
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 121 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,2 oC
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
Aspek kejiwaan
Tingkah laku
: Tenang
Alam perasaan
: biasa
Proses pikir
: wajar
Mata
Telinga
Hidung
Mulut/gigi
Leher
Thorak
Bentuk
Payudara
Inspeksi
Kiri
Depan
Pergerakan statis
Belakang
dan Bentuk
punggung
punggung
Perkusi
Auskultasi
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Jantung (Cor)
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas atas
Batas kiri
Batas kanan
Auskultasi
Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke 4 katup jantung
Abdomen
-
Inspeksi
Bentuk
Palpasi
Hati
Limpa
Ginjal
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: BU (+)
Ekstremitas
Luka
: tidak ada
Varises
: tidak ada
Edema
: (-)
Refleks
:(+)
Sensibilitas
:(+)
Lain lain
:-
Payudara
Abdomen
Palpasi
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher
Fluxus (+), Fluor (-)
V/U/V
Portio
OUE
: terbuka
Corpus Uteri
Adnexa
Cavum douglasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 April 2016
Pemeriksaan
Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin
L
Leukosit
H
DIFF COUNT
Eosinofil
L
Basofilia
Neutrofilia
H
Limfosit
L
Monosit
Luc %
L
MCV
L
MCH
MCHC
Hematokrit
L
Trombosit
Eritrosit
L
RDW
H
PDW
MPV
Hasil
Satuan
Nilai Normal
8.9
45.67
g/dL
10^3/uL
11.7-15.5
3.6-11.0
0.00
0.20
88.90
5.10
5.80
0.00
76
27
36
25.00
306
3.3
17.0
14.0
%
%
%
%
%
%
fL
Pg
g/dL
%
10^3/uL
10^6/uL
%
fL
1-3
0-1
50-70
25-40
2-8
1-4
80-100
26-34
32-36
36-46
150-400
3.80-5.20
11.5-14.5
10-18 (sysmex)
fL
25-65 (advia)
6.8-10
11.5
Rhesus
Positif
Hemostasis
Pembekuan / CT
5.30
Menit
3-6
Perdarahan / BT
2.00
Menit
1-3
Imunoserologi
HbsAg stik
HIV stik
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
RESUME
Sejak 3 jam SMRS, pasein mengatakan bahwa telah melahirkan anak pertama di bidan tanpa
divakum dan tanpa dijahit yaitu laki-laki dengan berat 2400 gram dan panjang 46 cm. Sejak 2
jam SMRS keluar darah dari jalan lahir terus menerus sehingga os dibawa ke RSMR. Selama
6
hamil os mengontrolkan kehamilannya di bidan dan mengaku tidak ada keluhan selama
hamil. Riwayat Hipertensi disangkal.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 121 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,2 oC
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher
Fluxus (+), Fluor (-)
V/U/V
Portio
OUE
: terbuka
Corpus Uteri
Adnexa
Cavum douglasi
8.9 g/dL
Leukosit
45.67
Hematokrit
25.00 %
(N: 36-46)
Trombosit
306.000
(N: 150.000-440.000)
Eritrosit
3.3 juta
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja :
PIA0, 22 tahun dengan perdarahan post partum et causa plasenta restan dan laserasi vagina
Dasar diagnosis :
Perdarahan pervaginam post partum disertai adanya sisa plasenta dan ruptur perineum.
Rencana Pengelolaan :
-
Medika mentosa
RL/NaCl + oxytocin 1 amp 20 tpm
Metergin 1 amp iv
Non-medikamentosa
Puasa
Tirah baring
Transfusi PRC 2 fls
Tindakan:
Pro Kuretage dan Jahit
PROGNOSIS
Power
: bonam
Passage
: bonam
Passenger
: bonam
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Frekuensi nadi
: 76 x/menit
Suhu
: 36,8 C
RL + oxytosin 1 ampul
Taxegram 2 x 1 gr
FOLLOW UP
Tanggal 23 April 2016 jam 07.30 WIB
1
Keadaan umum :
-
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 76 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 C
Mata
: CA (-/-)
Cor
: BJ murni reguler
Pulmo
Payudara
Abdomen
PPV
: Post kuret H1 atas indikasi perdarahan post partum ec plasenta restan dan
laserasi vagina
: Pemantauan Hb
Observasi KU, TTV, PPV dan kontraksi
: Keluhan (-)
O : Keadaan umum :
-
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
9
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,3 C
Mata
: CA (-/-)
Cor
: BJ murni reguler
Pulmo
Payudara
Abdomen
PPV
: Post kuret H2 atas indikasi perdarahan post partum ec plasenta restan dan
laserasi vagina
: Pemantauan Hb
Observasi KU, TTV, PPV dan kontraksi
: Keluhan (-)
O : Keadaan umum :
-
Tekanan darah
: 110/60 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5 C
Mata
: CA (-/-)
Cor
: BJ murni reguler
Pulmo
Payudara
Abdomen
PPV
: Post kuret H3 atas indikasi perdarahan post partum ec plasenta restan dan
laserasi vagina
Bactecyn 2 x 375 mg
Posphargin 2 x 0,125 mg
As Mefenamat 3 x 500 mg
Hemafort 1 drag/hari
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan,
persalinan maupun masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang
terjadi dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap
sebagai suatu keadaan akut dan serius, karena dapat membahayakan ibu
dan janin.
11
dengan
adanya
pemeriksaan-pemeriksaan
dan
perawatan
tiga
penyebab
klasik
kematian
ibu
disamping
infeksi
dan
preeklampsia.
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 mL setelah
persalinan abdominal. Perdarahan post partum terdiri atas primer dan
sekunder. Perdarahan post partum primer yaitu perdarahan yang terjadi
dalam waktu kurang dari 24 jam, penyebab tersering adalah atonia, sisa
plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Sedangkan, perdarahan
post partum sekunder adalah perdarahan yang terjadi dalam waktu lebih
dari 24 jam penyebab tersering adalah sisa plasenta. Perdarahan post
partum akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
PEMBAHASAN
Definisi
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 mL setelah
persalinan abdominal. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan
untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal
dimana telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien
mengeluh lemah, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah
sistolik <90 mmHg, denyut nadi >100x/menit, kadar Hb <8 g/dL.1,2
Menurut waktu terjadinya terbagi menjadi dua bagian:1-4
-
Perdarahan
Perdarahan
Perdarahan
Perdarahan
Epidemiologi
Insiden
terjadinya
perdarahan
post
partum
setelah
persalinan
kejadian
berkisar
antara
5%
sampai
15%.
Berdasarkan
anak
dan rendah,
cepat
segera
dan
kecil
ekstremitas
lahir gelisah,
dingin,
mual,
dan
lain-lain)
pascapersalinan
Bekuan
darah
pada
serviks
atau
posisi
ukuran
uterus
lahir
nadi
(perdarahan
primer)
Peningkatan
Robekan jalan
denyut
terlentang
menghambat
akan
aliran
darah keluar.
Perdarahan segera
Pucat
Darah segar mengalir Lemah
Menggigil
segera setelah bayi
lahir
Uterus kontraksi baik
Plasenta lengkap
13
Retensio
Plasenta
plasenta
setelah 30 menit
Perdarahan segera
Uterus kontraksi baik
Retensi sisa
plasenta
Inversio Uteri
belum
lahir Tali
pusat
akibat
putus
traksi
berlebihan
Inversio uteri akibat
tarikan
Perdarahan lanjutan
Plasenta atau sebagian Uterus
berkontraksi
selaput tidak lengkap
tetapi
tinggi
fundus
Perdarahan segera
tidak berkurang
Uterus tidak teraba
Neurogenik syok
Lumen vagina terisi Pucat dan limbung
massa
Tampak tali pusat (bila
plasenta belum lahir)
Perdarahan segera
Nyeri
sedikit
atau
berat
uteri.
Pemeriksaan obstetri
14
partial
seperti
tromboplastin
time
waktu
aPTT)
perdarahan
dan
waktu
pemeriksaan
laboratorium
atau
radiologis
dapat
Etiologi
Penyebab terjadinya perdarahan post partum yang dikenal dengan 4T,
antara
lain
Atonia
uteri;
Trauma;
Tissue;
Trombin.
Berikut
pembahasannya:1,5
15
darah
Masukkan kateter untuk memonitor pengeluaran urin
16
diantara
dua
tangan.
Tangan
kanan
melakukan
atau
berhenti,
tunggu
hingga
uterus
berkontraksi
abdominalis.
Kompresi aorta abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan
posisi tersebut,genggam tangan kanan kemudian tekankan pada
daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga
mencapai
kolumna
vertebralis.
Penekanan
yang
tepat
akan
pada
miometrium
(transabdominal).
Bila
perlu
17
sesudahnya.
Laparotomi dilakukan bila uterus tetap lembek dan perdarahan yang
terjadi tetap > 200 mL/jam. Tujuan laparotomi adalah meligasi arteri
uterina atau hipogastrik (khusus untuk penderita yang belum punya
18
20
manual
atau
di
kuretase
disusul
dengan
pemberian
obat
normal dan saat ini telah terlepas menunjukkan akreata sebagian. Akreata
yang komplit dimana seluruh permukaan dari plasenta melekat abnormal.
Jika terdapat invasi yang lebih berat (inkreta atau perkreta) tidak akan
menyebabkan perdarahan yang hebat, tapi hal ini menyebabkan usaha
yang lebih kuat untuk memisahkan plasenta. 2,3,6
Kondisi ini harus diperhatikan mungkin terjadi dimana plasenta
implantasi melalui skar pada uterus, khususnya jika berhubungan dengan
plasenta
previa.
Semua
pasien
dengan
plasenta
previa
harus
histerektomi.
Darah
dapat
menyebabkan
distensi
uterus
dan
(plasenta adhesiva)
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus
desidua
sampai
miometrium
sampai
dibawah
peritoneum (plasenta-akreata-perkreata).
Plasenta lepas dari dinding uterus namun belum lahir dapat disebabkan
karena atonia uteri atau adanya kesalahan penanganan kala III, sehingga
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta dan menimbulkan Perdarahan post partum primer dan
sekunder.
22
akreta
Plasenta
Plasenta
inkarserata
akreta
Konsistensi
parsial
Kenyal
Keras
uterus
Tinggi fundus
Sepusat
Bentuk
Diskoid
pusat
Agak globuler
uterus
Perdarahan
Sedang-banyak Sedang
Sedikit/tidak
Tali pusat
Terjulur
ada
Tidak terjulur
Ostium uteri
Separasi
sebagian
Terbuka
Konstriksi
Lepas sebagian Sudah lepas
Terbuka
Melekat
plasenta
Syok
Sering
seluruhnya
Jarang sekali
jari
Cukup
bawah Sepusat
Terjulur
Jarang
Diskoid
23
atau perforasi).
Resusitasi cairan untuk mengatasi hipovolemia
Lakukan transfusi darah apabila diperlukan
Beri antibiotika profilaksis (ampisilin 2g IV/oral + metronidazol 1
supositoria/oral)
Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, dan
syok neurogenik.
Yakinkan bahwa resusitasi sudah dilakukan pada saat ini, jika belum
perdarahan,
maka
pengeluaran
plasenta
dilakukan
dengan
dilepaskan,
dikeluarkan
dari
kemudian
uterus.
plasenta
Jangan
digenggam
menghentikan
dan
plasenta
uterotonika
saat
dengan
menandakan
hati-hati
terjadinya
untuk
ruptur
mencari
uterus.
ada
Ruptur
adanya
defek
tanpa
ruptur uteri
ada
maka
yang
sikatrik
dilakukan
laparotomi. 2,3,6
Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta
Penemuan
secara
pemeriksaan kelengkapan
sisa
plasenta
dini
hanya
plasenta
mungkin
setelah
dengan
dilahirkan.
melakukan
Pada
kasus
dengan
metronidazol
1g
supositoria
kadar Hb>8 gr
dapat
mengidentifikasi
kelainan
yang
menunjukkan
menggunakan
manipulasi
pada
persalinan.
Seksio
sesarea
terdahulu.
Beberapa
uterus
mengalami
perlakuan
yang
yang
maksimal
dari
serviks.
Robekan
serviks
yang
luas
jaringan lunak dan merobek pembuluh darah. Hal ini bisa terjadi akibat
kelahiran bayi yang besar, persalinan forceps tengah, pemutaran dengan
forceps, persalinan lewat servikal yang belum berdilatasi lengkap, setiap
tindakan menipulasi intrauterin dan mungkin persalinan pervaginam
dengan riwayat seksio sesarea atau insisi uterus lainnya. Bisa karena
episiotomi yang lebar, tindakan melebarkan laserasi perineum vagina
atau serviks dan ruptura uteri. 1,2
Penatalaksanaan ruptura perineum dan robekan dinding vagina.2
perdarahan.
Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik.
Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan
operator.
Khusus pada ruptura perineum komplit (hingga anus dan sebagian
rektum) dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi
pada rektum, sbb:
Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang
terjulur akan mengalami robekan pada posisi spina isiadika tertekan
dapat dijahit
Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus, tinggi
Bila terdapat defisit cairan, lakukan restorasi dan bila kadar Hb < 8 g
%, berikan transfusi darah2
Trombositopenia
dapat
berhubungan
dengan
penyakit
29
untuk
setiap
unit
darah
setelah
unit
yang
telah
ditransfusikan.
Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan
pada pasien dengan trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran
trombosit dengan cepat. Satu unit trombosit biasanya menaikkan hitung
trombosit sebesar 5.000 10.000/mm3. Dosis biasa sebesar kemasan 10
unit diberikan bila gejala-gejala perdarahan telah jelas atau bila hitung
trombosit di bawah 20.000/mm3. transfusi trombosit diindkasikan bila
hitung trombosit 10.000 50.000/mm3, jika direncanakan suatu tindakan
operasi, perdarahan aktif atau diperkirakan diperlukan suatu transfusi
yang masif. Transfusi ulang mungkin dibutuhkan karena masa paruh
trombosit hanya 3 4 hari. 1,2
Plasma
segar
yang
dibekukan
adalah
sumber
faktor-faktor
30
31
terjadilah
inversio
uteri.
Berdasarkan
luasnya
dinding
uteri
yang
pemulihan
volume
intravaskuler
yang
segera
dengan
Penatalaksanaan
Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2
komponen, yaitu:
1. Resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta kemungkinan
syok hipovolemik.
2. Identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan post
partum. 2
Tabel III. Penilaian Klinik untuk Menentukan Derajat Syok2
Volume
Tekanan Darah
Tanda dan
Derajat
Kehilangan
(sistolik)
Gejala
Syok
Darah
500-1.000
Normal
mL
Palpitasi,
takikardia,
(10-15%)
1000-1500
Penurunan
mL (15-25%)
ringan (80-100
takikardia,
1500-2000
mm Hg)
Penurunan
berkeringat
Gelisah,
mL (25-35%)
sedang (70-80
2000-3000
mL (35-50%)
pusing
Lemah,
i
Ringan
Sedang
pucat,
mm Hg)
oliguria
Penurunan tajam Pingsan,
(50-70 mm Hg)
Terkompensas
Berat
hipoksia,
anuria
Resusitasi cairan
33
perdarahan
post
partum.
Ginjal
normal
dengan
mudah
menggantikan
pembawa
oksigen
yang
hilang
dan
untuk
dan Oksitosin
Cara
Dosis
cara
atau
(lambat):
pemberian
awal
Ergometrin
Misoprostol
IV Oral atau rektal
0,2 400 mg
larutan mg
garam
fisiologis
dengan tetesan
cepat
Dosis
IM: 10 U
IV: 20 U dalam Ulangi 0,2 mg 400
lanjutan
1L
garam
menit
fisiologis
Bila
dengan
mg
2-4
setelah
dosis awal
masih
40 diperlukan, beri
tetes/menit
Dosis
jam
Tidak lebih dari Total 1 mg (5 Total 1200 mg
maksimal
per hari
Kontraindika
fisiologis
Pemberian
atau
larutan dosis)
atau 3 dosis
IV Preeklampsia,
cepat vitium
Nyeri kontraksi
kordis, Asma
hipertensi
35
bolus
Pencegahan
Bukti dan penelitian
dilahirkan.
Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cepat dan tepat
Penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi balik uterus ketika
uterus berkontraksi dengan baik
Komplikasi
Berapa komplikasi pada perdarahan pasca persalinan adalah penderita
dapat jatuh kedalam keadaan syok, kolaps, dan koagulasi intravaskuler
diseminata. 2
Prognosis
Prognosis pada perdarahan pasca persalinan tergantung dari: 2
-
PENUTUP
Kesimpulan
Perdarahan
post
partum
merupakan
suatu
penyebab
penting
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham F, leveno K, bloom S, hauth J, Gilstrap. Obstetrical
hemorrhage.
Dalam:
William
Obstetrics.
Ed.22.
Philadelphia:
McGrawHill; 2005.h.823-35
2. Smith, J. R., Brennan, B. G, Postpartum Hemorrhage. Diunduh
tanggal
30
April
2016.
http://emedicine.medscape.com/article/275038-overview#a4
3. Hanifa W. Gangguan dalam kala III persalinan. Dalam: Ilmu
kebidanan.
Ed.3.
Jakarta:
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo; 2006.h.653-62.
4. Mochtar, R., Lutan, D. (ed),1998, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi
Obstetri Patologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Kapita selekta
6. Saifuddin, A. B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G., H., Waspodo, G.
(ed), 2002, Perdarahan Setelah Bayi Lahir dalam Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta:
JNPKKR POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
7. Rustam M. Perdarahan postpartum. Dalam: Sinopsis obstetri. Ed.2.
Jakarta: EGC;1998.h.298-312.
37