Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
A.Konsep Teori Keluarga
1.

Pengertian Keluarga
Effendy (1995) mengutip dari Departemen Kesehatan (1988)
menyebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri
dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dalam Friedman (1998), Bailon dan Maglaya (1989) menyatakan
bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari 2 orang atau
lebih dengan adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah dan hidup dalam
satu rumah tangga serta di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga yang
mana berinteraksi di antara sesama anggota keluarga dan setiap anggota
keluarga mempunyai peran masing-masing untuk menciptakan dan
mempertahankan suatu kebudayaan.
Menurut Freeman (1981), dalam Effendy (1995) salah satu alasan
keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama anggota
keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau
masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah sebagai pasien yang perlu dirawat.
Dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa karakteristik
yang perlu diperhatikan oleh perawat diantaranya adalah:
a.

Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi


masalah kesehatan para anggotanya.

b.

Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga.

c.

Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah


pedesaan.

d.

Kemandirian dari tiap-tiap keluarga.


Untuk dapat meningkatkan status kesehatan keluarga, keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan


saling memelihara. Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu:
a.

Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

b.

Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c.

Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,


dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya
yang terlalu muda.

d.

Mempertahankan

suasana

di

rumah

yang

menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.


e.

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan


lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga yang

menjadi prioritas utama adalah keluargakeluarga yang tergolong resiko


tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
a.

Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur,


dengan masalah seperti tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.

b.

Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan.

c.

Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, misalnya anak


yang lahir prematur/BBLR.

d.

Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara


anggota.

2.

Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Effendy (1995) terdiri dari bermacammacam, diantaranya adalah:
a.

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak


saudara dan sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.

b.

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari


sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.

c.

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal


bersama keluarga sedarah istri.

d.

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal


bersama keluarga sedarah suami.

e.

Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai


dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

3.

Bentuk Keluarga
Dalam Friedman (1998) mengutip dari Sussman (1974) dan Macklin
(1988) membagi bentuk-bentuk keluarga menjadi dua yaitu:
a.

Bentuk Keluarga Tradisional


1)

Keluarga Inti
Karier ganda, suami, istri, dan anak hidup dalam rumah tangga yang
sama.
a)

Keluarga-keluarga yang melakukan


perkawinan yang pertama.

b)

Keluarga-keluarga

orang

tua

campuran atau orang tua tiri.


2)

Pasangan Inti
Suami dan Istri saja tanpa anak, atau tidak ada anak yang tinggal
bersama mereka.
a)

Karier tunggal.

b)

Keduanya berkarier.

(1)

Karier

istri

terus

berlangsung.
(2)

3)

Karier istri terganggu.

Keluarga dengan orang tua tunggal.


Satu

yang

mengepalai

sebagai

konsekuensi

dari

perceraian,

ditinggalkan atau pisah.


a)

Bekerja/berkarier.

b)

Tidak bekerja.

4)

Bujangan dewasa yang tinggal sendirian.

5)

Keluarga besar tiga generasi.


Mungkin menjadi ciri dari bentuk keluarga tertentu (1, 2, atau nomor 3
di atas) hidup dalam sebuah rumah tangga biasa.

6)

Pasangan usia pertengahan atau lansia.


Suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah (anak sudah
kuliah, bekerja ).

7)

Jaringan keluarga besar, dua keluarga inti atau lebih dari


kerabat primer atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup
berdekatan dalam daerah geografis dan dalam sistem tukar-menukar
barang dan jasa.

b.

Bentuk Kelurga Non Tradisional .


1)

Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah,


biasanya ibu dan anak.

2)

Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah,


perkawinan atas dasar hukum umum.

3)

Pasangan kumpul kebo, pasangan yang hidup bersama


tanpa menikah.

4)

Keluarga gay/lesbian, orang-orang yang berjenis kelamin


sama yang hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

5)

Keluarga komuni, rumah tangga yang terdiri dari lebih dari


satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara sama-sama
menggunakan fasilitas, sumber-sumber, dan memiliki pengalaman
yang sama; sosialisasi dari anak merupakan aktivitas kelompok.

Effendy (1995) menyatakan bahwa tipe/bentuk keluarga adalah


sebagai berikut :
a.

Keluarga inti (Nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari


ayah, ibu dan anak-anak.

b.

Keluarga besar (Extended family), adalah keluarga inti ditambah


dengan sanak saudara.

c.

Keluarga berantai (Serial family), adalah keluarga yang terdiri dari


wanita dan pria yang menikah lebih dari 1 kali, dan merupakan satu
keluarga inti.

d.

Keluarga berkomposisi, adalah keluarga yang perkawinannya


berpoligami dan hidup secara bersama.

e.

Keluarga duda/janda (Single family), adalah keluarga yang terjadi


karena perceraian atau kematian.

f.

Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah 2 orang menjadi 1 tanpa


pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.

4.

Peran keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
a.

Peranan ayah: ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak,


berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b.

Peranan ibu: sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu


mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.

c.

Peranan anak: anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial


sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.
Friedman (1998) membagi struktur peran ke dalam 2 bagian yaitu

peran formal dan peran informal. Peran formal bersifat eksplisif yang
berkaitan dengan setiap posisi formal keluarga yang merupakan sejumlah
perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran
secara merata kepada para anggota keluarga. Peran formal yang standar
terdapat dalam keluarga adalah pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang
perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer keuangan dan tukang masak.
Sedangkan peran informal adalah sebagai berikut:
a.

Pendorong
Pendorong memuji, setuju dengan, dan menerima kontribusi dari orang
lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka
merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengar.

b.

Pengharmonis
Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat di antara para anggota
menghibur menyatukan kembali perbedaan pendapat.

c.

Inisiator-Kontributor
Inisiator-kontributor mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau
cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
Kantor dan Lehr (1975), dalam Friedman (1998) menyatakan tipe peran
ini sebagai penggerak peran yang dicirikan oleh inisiasi tindakan.

d.

Pendamai

Pendamai (compromiser) merupakan salah satu bagian dari konflik dan


ketidaksepakatan. Pendamai menyatakan posisinya dan mengakui
kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian setengah jalan.
e.

Penghalang
Penghalang cenderung negatif terhadap semua ide yang ditolak tanpa
alasan. Kantor dan Lehr (1975), dalam Friedman (1998) memberikan
label kepada peran ini sebagai oposan.

f.

Dominator
Dominator cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan
memanipulasi

anggota

kelompok

tertentu

dan

membanggakan

kekuasaannya dan bertindak seakan-akan ia mengetahui segala-galanya


dan tampil sempurna.
g.

Penyalah
Peran ini sebagai penghalang dan dominator. Penyalah adalah seorang
yang suka memberitahu kesalahan, diktator, dan seorang bos yang
mengetahui semuanya.

h.

Pengikut
Seorang pengikut terus mengikuti dari gerakan kelompok, menerima ideide dari orang lain kurang lebih secara pasif, tampil sebagai pendengar
dalam diskusi kelompok dan keputusan kelompok.

i.

Pencari pengakuan
Pencari pengakuan berupaya mencari cara apa saja untuk menarik
perhatian kepada dirinya sendiri, perbuatannya, prestasi, dan masalahmasalahnya.

j.

Martir
Martir tidak menginginkan apa saja untuk dirinya, ia hanya berkorban
anggota keluarga.

k.

Keras hati
Orang yang memainkan peran ini mengumbar secara terus-menerus dan
aktif tentang semua hal yang benar, tidak bedanya dengan komputer.

Satir (1975), dalam Friedman (1998) menamakan peran informal ini


super reasonable.
l.

Sahabat
Sahabat seorang teman bermain keluarga yang mengikuti kehendak
pribadi dan memaafkan perilaku keluarga tingkah lakunya sendiri tanpa
melihat konsekuensinya. Nampak ia tidak selalu relevan.

m.

Kambing hitam keluarga


Kambing hitam keluarga adalah masalah anggota keluarga yang
diidentifikasi dalam keluarga. Sebagai korban atau tempat pelampiasan
ketegangan dan rasa bermusuhan, baik secara jelas maupun tidak.
Kambing hitam berfungsi sebagai tempat penyaluran.

n.

Penghibur
Penghibur senantiasa mengagungkan dan mencoba menyenangkan, tidak
pernah tidak setuju, ia termasuk yang selalu mengiyakan.

o.

Perawat Keluarga
Perawat keluarga adalah orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

p.

Pioner keluarga
Pioner keluarga membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing, dan
dalam pengalaman baru.

q.

Distraktor
Distraktor bersifat tidak relevan dengan menunjukkan perilaku yang
menarik perhatian, ia membantu keluarga menghindari atau melupakan
persoalan-persoalan yang menyedihkan dan sulit.

r.

Koordinator keluarga
Koordinator keluarga mengorganisasi dan merencanakan kegiatankegiatan keluarga, yang berfungsi mengangkat keterikatan/ keakraban
dan memerangi kepedihan.

s.

Penghubung keluarga
Perantara keluarga adalah penghubung, ia (biasanya ibu) mengirim dan
memonitor komunikasi dalam keluarga.

t.

Saksi

Peran dari saksi sama dengan pengikut kecuali dalam beberapa hal,
saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati, tidak melibatkan dirinya.
5.

Fungsi keluarga
Fungsi keluarga adalah hasil atau konseksuensi dari struktur keluarga.
Menurut Friedman (1998) fungsi keluarga antara lain:
a.

Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian)


Fungsi afektif ditujukan untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa,
memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. Keluarga harus
memenuhi kebutuhan-kebutuhan afeksi/kasih sayang dari anggotanya
karena respon afektif dari seorang anggota keluarga memberikan
penghargaan terhadap kehidupan keluarga.

b.

Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi menyatakan begitu banyak pengalaman belajar yang
ada dalam keluarga dengan tujuan untuk mengajar anak-anak agar
bagaimana berfungsi dan menerima peran-peran sosial dewasa seperti
suami-ayah dan istri-ibu serta membuat mereka menjadi anggota
masyarakat yang produktif dan juga sebagai penganugerahaan status
anggota keluarga.

c.

Fungsi perawatan kesehatan


Menyediakan kebutuhan fisik keluarga yang dipenuhi oleh orang tua
dengan menyediakan pangan, papan dan sandang, perlindungan terhadap
bahaya,

perawatan

kesehatan

dan

praktik-praktik

sehat

(yang

mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual).


d.

Fungsi Reproduksi
Menurut Leslie dan Horman (1989), dalam Friedman (1998) menyatakan
salah satu dasar dari keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas
keluarga antar generasi dan masyarakat yaitu menyediakan tenaga kerja
(rekruit) bagi masyarakat.

e.

Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dari keluarga
secara cukup (finansial, ruang gerak dan materi) dan pengalokasian

sumber-sumber tersebut yang sesuai melalui proses pengambilan


keputusan.
6.

Tugas Perkembangan Keluarga


Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan keluarga
dari waktu ke waktu dengan membaginya ke dalam satu seri tahap
perkembangan yang diskrit.
Empat asumsi dasar tentang teori perkembangan keluarga, seperti
yang diuraikan oelh Aldous (1978) dalam Friedman (1998) adalah:
a.

Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan


cara-cara yang sama dan dapat diprediksi.

b.

Karena manusia menjadi matang dan berinteraksi orang lain,


mereka memulai tindakan-tindakan dan juga reaksi-reaksi terhadap
tuntutan lingkungan.

c.

Keluarga dan anggotanya melakukan tugas-tugas tertentu yang


ditetapkan oleh mereka sendiri atau oleh konteks budaya dan masyarakat.

d.

Terdapat kecenderungan pada keluarga untuk memulai dengan


sebuah awal dan akhir yang kelihatan jelas.
Dalam siklus kehidupan setiap keluarga terdapat tahap-tahap yang

dapat diprediksi. Dalam Friedman (1998), Carter dan McGoldrick (1988)


membuat model enam tahap perkembangan siklus kehidupan keluarga,
yaitu:
Tahap I

Keluarga antara (dewasa muda yang belum kawin)

Tahap II

Penyatuan keluarga melalui perkawinan (pasangan yang


baru menikah)

Tahap III

Keluarga dengan anak kecil (masa bayi hingga usia


sekolah)

Tahap IV

Keluarga dengan anak remaja

Tahap V

Keluarga melepaskan anak dan pindah

Tahap VI

Keluarga dalam kehidupan terakhir

Friedman

(1998)

menyatakan

bahwa

formulasi

tahap-tahap

perkembangan kehidupan keluarga yang paling banyak digunakan adalah 8


tahap siklus kehidupan keluarga dari Duvall (1977). Dalam Friedman (1998)
yang diadaptasi dari Duvall (1977), Duval dan Miller (1985) menyebutkan 8
tahap kehidupan keluarga:
Tahap I

Keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau


tahap pernikahan)

Tahap II

Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi


sampai 30 bulan)

Tahap III

Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur


2 tahun hingga 6 tahun)

Tahap IV

Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua 6 tahun


hingga 13 tahun)

Tahap V

Keluarga dengan anak remaja (anak berumur 13 tahun


hingga 20 tahun)

Tahap VI

Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup


anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan
rumah)

Tahap VII

Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)

Tahap VIII

Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk


kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun
hingga pasangan yang sudah meninggal dunia.

Tahap antara dari tipologi Carter dan McGoldrich ditambahkan pada


model siklus kehidupan 8 tahap dari Duvall dan Miller untuk memberikan
gambaran yang komprehensif tentang perubahan kehidupan keluarga. Tahap
ini menunjuk ke masa di mana individu berumur 20 tahunan yang telah
mandiri secara finansial dan secara fisik telah meninggalkan keluarganya
namun belum berkeluarga. Tugas perkembangan pada tahap ini bersifat
individual bukan berorientasi pada keluarga.(Feidman, 1998)

Tiga tugas perkembangan keluarga dalam tahap antara yang


dicantumkan oleh Carter dan McGoldrich (1988), dalam Fiedman (1998)
yaitu:
1.

Pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarga


asalnya.

2.

Menjalin hubungan dengan teman sebaya yang akrab.

3.

Pembentukan diri yang berhubungan dengan kemandirian


pekerjaan dan finansial.

Tahap I: Keluarga pemula.


Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru
dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang
intim. Membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis, dan keluarga berencana merupakan
tiga tugas perkembangan yang penting dalam masa ini. (Friedman, 1998
yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)
Tahap II: Keluarga yang sedang mengasuh anak.
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30
tahun. Setelah lahir anak pertama, keluarga mempunyai beberapa tugas
perkembangan yang penting, yaitu membentuk keluarga muda sebagai
sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga),
rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga. (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan
McGoldrick, 1988)
Tahap III: keluarga dengan anak usia prasekolah
Siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 tahun
dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap
ini adalah:

a.

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang


bermain, privasi, keamanan.

b.

Mensosialisasikan anak.

c.

Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi


kebutuhan anak-anak yang lain.

d.

Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan


perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) di luar keluarga (keluarga
besar dan komunitas) (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan
McGoldrick, 1988).

Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah


Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja. Mensosialisasikan anak-anak (termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, termasuk tugas perkembangan
dalam tahap ini. (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan
McGoldrick, 1988)
Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun
dengan tugas perkembangan antara lain menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak-anak. (Friedman, 1998 yang
mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)
Tahap VI: Keluarga yang melepaskan anak usia muda

Permulaan dari tahap kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika
anak terakhir meninggalkan rumah.Tugas perkembangan tahap ini adalah
memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk
memperbaharui

dan

menyesuaikan

kembali

hubungan

perkawinan,

membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari istri maupun suami.
(Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)
Tahap VII: Orang tua usia pertengahan
Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini memiliki
tugas perkembangan yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan, mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orang tua, memperkokoh hubungan perkawinan.
(Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)
Tahap VIII: Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Dalam Friedman (1998), yang mengutip dari Duvall dan Miller (1985)
menyatakan bahwa tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain
meninggal. Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah:
a.

Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

b.

Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

c.

Mempertahankan hubungan perkawinan.

d.

Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

e.

Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

f.

Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan


integrasi hidup) (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan
McGoldrick, 1988).

7.

Model Konseptual Asuhan Keperawatan Keluarga


Meleis

(1985),

dalam

Friedman

(1998)

menyatakan

bahwa

keperawatan telah beranjak dari suatu bidang pekerjaan yang didasarkan


pada teknik ke disiplin ilmu dengan paradigma-paradigma atau kumpulan
teori yang bersaing. Meskipun semua teori keperawatan diawali dengan
teori-teori yang berorientasi pada individu dan menganggap keluarga hanya
sebagai bagian dari konteks pasien, para ahli dan teori lainnya telah
menguraikan dan mendefinisikan ulang teori keperawatan yang utama
mereka cenderung meningkatkan fokus mereka pada keluarga (Friedman,
1998 yang mengutip dari Whall, 1986).
Friedman (1998) menyebutkan bahwa lima dari teori dan model
keperawatan yang utama secara singkat diuraikan berkenaan dengan
bagaimana keluarga dimasukkan dalam model tersebut dan relevansi model
terhadap keperawatan keluarga.
a.

Model Sistem dari Neuman


Pada publikasi Neuman tahun 1970-an tentang model sistemnya, ia tidak
membahas keluarga. Dalam kompilasi akhir dari bab tentang model
Neuman, disunting oleh Neuman (1982), model tersebut diperluas yang
berhubungan dengan keluarga sehingga penerima asuhan keperawatan
termasuk keluarga. Dua bab dari naskah yang terakhir ini menerapkan
model dari Neuman untuk sistem. Keluarga dan terapi keluarga . Dalam
bab ini keluarga diuraikan sebagai target

yang tepat baik untuk

pengkajian dan intervensi primer, sekunder dan tertier. Proses


keperawatan digunakan sebagai penghubung antara teori keluarga dan
praktik keperawatan (Fawcett, 1984 yang dikutip oleh Friedman, 1998)
b.

Model perawatan diri dari Orem


Teori Orem tentang perawatan diri, kurangnya perawatan diri. Sistem
keperawatan berorentasi pada individu. Individu (klien) dianggap sebagai
penerima asuhan keperawatan yang terutama. Keluarga dipandang
sebagai faktor syarat dasar bagi anggota keluarga (klien), atau sebagai
konteks utama dimana individu berfungsi. Perawat juga membantu
pemberi perawatan yang tidak mandiri (anggota keluarga dewasa yang

merawat individu yang tidak mandiri) dan dalam melaksanakan tugas ini
mereka dianggap sebagai individu dari pada keluarga atau subsistem
keluarga (Orem, 1983, yang dikutip oleh Friedman, 1998)
Dalam Friedman (1998), Chin (1985) mengatakan bahwa satu alasan
mengapa terhadap kekurangan dari kemampuan penerapan model dan
Orem pada keluarga sebagai unit adalah syarat-syarat perawatan diri bagi
keluarga berbeda dengan untuk individu. Ia menyatakan bahwa fungsi
universal dari keluarga menjadi dasar untuk syarat perawatan diri
keluarga.
c.

Model sistem terbuka dari King


Friedman (1998) yang mengutip dari Whall (1986) menyebutkan bahwa
dalam buku King tahun 1981, keluarga sudah dibahas secara luas, King
memandang keluarga sebagai sistem sosial dan konsep utama dalam
modelnya. Keluarga diperlakukan baik sebagai konteks maupun klien.
Dijelaskan bahwa Teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat bila
terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan
mereka atau mengatasi masalah atau keadaan sulit. King terus
menguraikan modelnya sebagai perawat untuk membantu anggota
keluarga menyusun tujuan untuk mengatasi masalah dan mengambil
keputusan karena model tersebut berorientasi pada sistem dan interaksi
dengan perluasan isi keluarga yang lebih jauh.

d.

Model Adaptasi dari Roy


Dengan menguraikan model adapatasinya dan bagaimana keluarga
dimasukkan, Roy menjelaskan bahwa keluarga dan juga individu,
kelompok, organisasi sosial, serta komunitas dapat dijadikan unit analisis
dan fokus perawatan , karena para perawat mengkaji orang sebagai
sistem yang adaptif, mereka perlu mengkaji keluarga bila keluarga
merupakan fokus perawatan Intervensi keperawatan mempertinggi
stimuli (fokal, kontekstual dan residual) untuk meningkatkan adaptasi
dari sistem keluarga (Roy, 1983, hal 275 dikutip oleh Friedman, 1998)
Dalam Friedman (1998), menurut Mc Cubbin dan Figley (1983), Roy
mengatakan bahwa masalah keperawatan melibatkan mekanisme koping

yang tidak efektif, yang menyebabkan respons yang tidak efektif,


merusak integritas individu tersebut, gagasan ini dapat diperluas hingga
ke unit keluarga, dimana pola koping keluarga yang tidak efektif
menimbulkan masalah-masalah yang berhubungan dengan fungsi
keluarga.
e.

Model Proses Kehidupan dari Roger


Dalam teori Roger fokus dari keperawatan adalah pada proses kehidupan
umat manusia. Pada tahun 1983, ia menegaskan bahwa model
konseptualnya dapat diterapkan pada keluarga sama seperti pada
individu. Bagi Roger, keluarga dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang
energi keluarga yang tidak bisa dikurangi, bersifat 4 dimensi, negentropik
yang menjadi fokus studi dalam keperawatan. (Friedman, 1998)
Dalam

Friedman

(1998),

menurut

Whall

(1981)

secara

jelas

memperlihatkan kongruensi dan aplikabilitas teori Roger untuk


pengkajian keluarga yang mengilustrasikan hal ini dengan menggunakan
konsep Roger tentang saling melengkapi, resonasi dan helicy untuk
menguraikan sistem keluarga.
8.

Langkah-Langkah Dalam Perawatan Kesehatan Keluarga


Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga ada
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perawat, sebagai berikut:
a. Membina hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga dengan cara:
1)

Mengadakan kontak dengan keluarga.

2)

Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu


keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.

3)

Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhankebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga.

4)

Membina komunikasi dua arah dengan keluarga.

b. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan


keluarga.
c. Menganalisa data keluaga untuk menentukan masalah-masalah kesehatan
keluarga.

d. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah


kesehatan keluarga;
1)

Ancaman kesehatan.

2)

Keadaan sakit atau kurang sehat.

3)

Situasi krisis.

e. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk


melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
f.

Menentukan/menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan


keperawatan keluarga dengan mempertimbangkan:
1)

Sifat masalah.

2)

Kemungkinan masalah untuk diubah.

3)

Potensi menghindari masalah.

4)

Persepsi keluarga terhadap masalah.

g. Menyusun rencana asuhan perawatan kesehatan dan perawatan keluarga


sesuai dengan urutan prioritas
1)

Menentukan tujuan yang realistis.

2)

Merencanakan pendekatan dan tindakan.

3)

Menyusun standar dan kriteria avaluasi.

h. Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan


rencana yang disusun.
i.

Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang


dilakukan.

j. Meninjau kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat


teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang
baru. (Effendy, 1995)
B. Konsep Dasar Teori
1. Kehamilan Trimester III
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka
melanjutkan keturunan, yang terjadi secara alami, menghasilkan janin
yang tumbuh di dalam rahim. (Dr. H. Gunawan Nardho S. MPH., 1994.

Pedoman Pelayanan Ante Natal Care di Tingkat Pelayanan Dasar.


Jakarta : Departemen Kesehatan RI: 27
Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim
seorang perempuan, masa kehamilan ini didahului oleh terjadinya
pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur yang
dihasilkan oleh indung telur. (Dep Kes, 2009 : 15)
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam
tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan
akan diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan Trimester III adalah
Kehamilan yang berusia antara 28 minggu sampai dengan 40 minggu
atau Aterm.
b. Perubahan Fisik dan Fisiologis pada Ibu Hamil
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil antara lain :
1) Uterus
a) Ukuran
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat
hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut
kolagennya menjadi higroskopik endometrium menjadi desidua
ukuran pada kehamilan cukup bulan 30 x 25 x 20 cm dengan
kapitasi lebih dari 4000 cc.
b) Berat
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1000 gram
pada akhir kehamilan (40 pekan).
c) Bentuk dan Konsistensi
Rahim teraba berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis,
karena itu bagian-bagian janin dapat diraba melalui dinding perut
dan dinding rahim.
d) Posisi Rahim
Rahim memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat
mencapai batas hati. Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya,
lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri. (Rustam Mochtar,
1998 : 36)
e) Vaskularisasi
Aa.uterin dan Aa.Ovarika bertambah dalam diameter panjang dan
anak-anak cabangnya. Pembuluh darah balik (vena) mengembang
dan bertambah. (Rustam Mochtar, 1998 : 36)
f) Gambaran besarnya rahim dan tuanya kehamilan

Pada kehamilan 28 minggu, Tinggi Fundus Uteri terletak 2 3 jari


di atas pusat. Menurut Spiegelberg dengan mengukur Tinggi
Fundus Uteri dari Simpisis adalah 26,7 cm diatas Simpisis. Pada
kehamilan 36 minggu, Tinggi Fundus Uteri terletak 3 jari di bawah
Processus Xiphoideus. Pada kehamilan 40 minggu, Tinggi Fundus
Uteri terletak sama dengan 8 bulan tapi melebar ke samping yaitu
terletak diantara pertengahan pusat dan Processus Xiphoideus.
(Rustam Mochtar, 1998 : 52)
2) Serviks Uteri
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft)
disebut tanda goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan
mengeluarkan banyak cairan mucus, karena pertambahan dan
pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livide disebut tanda
Chadwick. (Rustam Mochtar, 1998 : 35)
3) Ovarium (indung telur)
Ovulasi terhenti. Masih terdapat Korpus Luteum Graviditas
sampai terbentuknya Uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen
dan progesterone (kira kira pada kehamilan 16 minggu dan Korpus
Luteum Graviditas berdiameter kurang lebih 3 cm). Kadar relaxin di
sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester
pertama.

Relaxin

mempunyai

pengaruh

menenangkan

hingga

pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm. (Rustam Mochtar,


1998 : 35)
4) Vagina dan vulva
Vagina dan vulva terjadi perubahan karena pengaruh estrogen.
Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau
kebiruan. Warna livid pada vagina atau portio serviks disebut tanda
Chadwick. (Rustam Mochtar, 1998 : 35)
5) Dinding Perut (Abdominal Well)
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastik di bawah kulit sehingga timbul striae
gravidarum. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan
disebut linea nigra. (Rustam Mochtar, 1998 : 36)
6) Mammae
Selama kahamilan payudara bertambah besar, tegang, berat.
Dapat teraba noduli noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli,

bayangan vena vena lebih membiru. Terdapat juga hiperpigmentasi


pada puting susu dan areola payudara. Kalau payudara diperas maka
akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning. (Rustam
Mochtar, 1998 : 40)
7) Sirkulasi darah
a) Volume darah
Volume dan darah total dan volume plasma darah naik pesat.
Volume darah akan bertambah banyak, kira kira 25 % dengan
puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung
(Cardiac Output) yang meningkat sebanyak kurang lebih 30%.
Kenaikan plasma darah dapat mencapai 40% saat mendekati cukup
bulan. (Rustam Mochtar, 1998 : 37)
b) Nadi dan tekanan darah
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester
kedua dan naik lagi seperti pada prahamil. Tekanan vena dalam
batas-batas normal. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 kali
permenit. (Rustam Mochtar, 1998 :38)
c) Jantung
Pompa jantung mulai naik kira kira 30%. Setelah kehamilan 3
bulan dan menurun lagi pada minggu minggu terakhir kehamilan.
(Rustam Mochtar, 1998 : 38)
8) Sistem respirasi
Wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas. Hal ini
disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat
pembesaran rahim. Kapasitas vital paru meningkat sedikit selama
hamil. Seorang wanita hamil selalu bernafas dada (thoracic breathing).
(Rustam Mochtar, 1998 : 38)
9) Traktus urinarius
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah
pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul karena
kandung kencing mulai tertekan. Dalam kehamilan ureter kanan dan
kiri membesar karena pengaruh progesterone. Akan tetapi ureter
kanan lebih membesar daripada ureter kiri karena mengalami lebih
banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri.
Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar ke
arah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering memakai

tangan kanannya atau disebabkan oleh letak kolon dan sigmoid yang
berada di belakang kiri uterus. Akibat tekanan pada ureter kanan
tersebut lebih sering dijumpai Hidroureter Dekstra dan Pielitis
Dekstra.
Disamping sering kencing tersebut diatas terdapat pula poliuri.
Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal
pada kehamilan sehingga filtrasi glomerulus juga meningkat sampai
69 %. Reabsorbsi di tubulus tidak berubah sehingga lebih banyak
dapat dikeluarkan urea, asam folik dalam kehamilan. (Hanifa
Wiknjosastro, 2002 : 97)
10) Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat
alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh Melanophore
Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah
satu hormon yang juga dikeluarkan oleh Lobus Anterior Hipofisis.
Kadang kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan
hidung dikenal sebagai Cloasma Gravidarum. Di daerah leher sering
terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola mamae. Linea Alba
pada kehamilan menjadi hitam dikenal sebagai Linea Nigra.
Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak,
warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan disebut Striae
Livide. Setelah partus Striae Livide ini berubah warnanya menjadi
putih dan disebut Striae Albikantes. Pada seorang multigravida sering
tampak

Striae

Livide

bersama

Striae

Albikantes.

(Hanifa

Wiknjosastro, 2002 : 97 98 )
11) Sistem Endokrin
Beberapa kelenjar endokrin terjadi perubahan seperti :
a) Kelenjar Tiroid : Dapat membesar sedikit
b) Kelenjar Hipofise : Dapat membesar terutama lobus anterior
c) Kelenjar Adrenal : Tidak begitu terpengaruh
12) Metabolisme
Umumnya kehamilan mempunyai efek pada metabolisme,
karena itu wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan
dalam kondisi sehat.
a) Tingkat metabolic basal (basal metabolic rate,BMR) pada wanita
hamil meninggi hingga 15-20%, terutama pada trimester akhir.

b) Keseimbangan asam alkali (acic base balance) sedikit mengalami


perubahan konsentrasi alkali.
c) Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus, alat
kandungan, payudara dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi.
d) Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu
makan kuat, sering kencing, dan kadang kala dijumpai glukosuria
yang mengingatkan kita pada diabetes melitus. Dalam keadaaan
hamil,

pengaruh

kelenjar

endokrin

agak

terasa,

seperti

somatomamotropin, plasma insulin dan hormon-hormon adrenal


17-ketosteroid.
e) Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolesterol meningkat
sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatomamotropin
mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara.
Deposit lemak lainya terdapat di badan, perut, paha dan lengan.
f) Metabolisme mineral
Kalsium
: Dibutuhkan rata rata 1,5 gram sehari sedangkan
untuk pembentukan tulang terutama dalam
Fosfor
Zat besi

trimester terakhir dibutuhkan 30 40 gram.


: Dibutuhkan rata-rata 2 g/hari.
: Dibutuhkan tambahan zat besi 800 mg (30-50

mg/hari)
Air
: Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
g) Berat badan wanita hamil akan naik rata-rata sekitar 10-14 kg,
yaitu pada Trimester I = 1-2 kg, Trimester II = 5-7 kg, dan
Trimester III = 4-5 kg. Kenaikan berat badan wanita hamil
disebabkan oleh : Janin, uri, air ketuban, uterus, payudara, kenaikan
volume darah, lemak, protein dan retensi air. Kenaikan berat badan
yang berlebihan biasa ditemukan pada Ibu hamil yang mengalami
keracunan kehamilan.
h) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori
yang dibutuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat
arang, khususnya sesudah kehamilan 5 bulan keatas. Namun bila
dibutuhkan, dipakai lemak ibu untuk mendapatkan tambahan
kalori.
i) Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus
mengandung banyak protein. Di Indonesia masih banyak dijumpai

penderita defisiensi zat besi dan vitamin B, oleh karena itu wanita
hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi mineral dan
vitamin. (Rustam Muchtar, 1998 : 39-40)
13) Sistem Muskuloskeletal
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone dan elastin
dalam kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat dan
ketidakseimbangan persendian.
Akibat dari perubahan

fisik

selama

kehamilan

adalah

peregangan otot-otot dan pelunakan ligament-ligamen. Area yang


paling dipengaruhi oleh perubahan perubahan tersebut adalah
Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan), Otot otot abdomal
(meregang ke atas uterus hamil) dan Otot dasar panggul (menahan
berat badan dan tekanan uterus). Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan
titik-titik kelemahan struktural dan bagian bermasalah yang potensial
dikarenakan beban dan menekan kehamilan.
Oleh karena itu masalah postur merupakan hal biasa dalam
kehamilan :
a) Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan
merubah dimensi tubuh dan pusat gravitasi.
b) Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar membentur bendabenda (memar biru) dan kehilangan keseimbangan (jatuh).
(PusDikNaKes, 2003 :100)
c. Perubahan Perubahan Psikologis Dalam Kehamilan Trimester III
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi
dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga tentang jenis
kelamin bayinya dan akan mirip siapa. Bahkan mereka mungkin juga
sudah memilih sebuah nama untuk bayinya. (PusDikNaKes, 2003 : 28)
Berat badan ibu meningkat, adanya tekanan pada organ dalam,
adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya semakin besar, adanya
perubahan gambaran diri (konsep diri, tidak mantap, merasa terasing,
tidak dicintai, merasa tidak pasti, takut, juga senang karena kelahiran
sang bayi). (Tri Rusmi Widayatun, 1999 : 154)
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti
kehadiran bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir

kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan


dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul. (Varney, 2006)
d. Kebutuhan Fisik Ibu hamil Trimester III
1) Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi atau makanan yang sehat adalah mengenai cara memilih
makanan yang seimbang dan merasakan yang terbaik secara fisik serta
mental bagi diri. Sedangkan makan sehat adalah mengenai makan
yang sesungguhnya dan menikmati makanan tersebut (Hunter&
Dodds, 2005).
Kebutuhan makanan sehari-hari untuk ibu hamil yaitu:
a) Kalori : 2500 Kkal
b) Protein : 85 g
c) Kalsium (Ca) : 1,5 g
d) Zat besi (Fe) : 15 mg
e) Vitamin A : 6000 IU
f) Vitamin B : 1,8 mg
g) Vitamin C : 100 mg
h) Riboflavin : 2,5 mg
i) As nicotin : 18 mg
j) Vitamin D : 400-800 IU
2) Kebutuhan Personal Hygiene
Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri
sendiri. Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena
badan yang kotor banyak mengandung kuman-kuman.
3) Kebutuhan Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan
cukup lancar, untuk memperlancar dan mengurangi infeksi kandung
kemih yaitu minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin
perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus dan besar,
sehingga buang air besar mengalami obstipasi (sembelit). Sembelit
dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya
gerakan ibu hamil, untuk mengatasi sembelit dianjurkan untuk
meningkatkan gerak, banyak makan makanan berserat (sayur dan
buah-buahan). Sembelit dapat menambah gangguan wasir menjadi
lebih.
4) Kebutuhan Seksual
Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang
tidak dapat ditawar, tetapi perlu diperhitungkan bagi mereka yang

hamil, kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan


hubungan seksual. Pada hamil muda hubungan seksual sedapat
mungkin dihindari, bila terdapat keguguran berulang atau mengancam
kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan, mengeluarkan air. Pada
kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan perlu dihindari
hubungan seksual karena dapat membahayakan. Bisa terjadi bila
kurang higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan bisa terangsang
karena, sperma mengandung prostaglandin. Perlu diketahui keinginan
seksual ibu hamil tua sudah berkurang karena berat perut yang makin
membesar dan tekniknya pun sudah sulit dilakukan. Posisi diatur
untuk menyesuaikan pembesaran perut.
5) Kebutuhan Mobilisasi
Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya memperlakukan
diridengan baik dan kiat berdiri duduk dan mengangkat tanpa
menjaditegang.Body mekanik (sikap tubuh yang baik) diinstruksikan
kepadawanita hamil karena diperlukan untuk membentuk aktivitas
sehari-hariyang aman dan nyaman selama kehamilan.Karena sikap
tubuh seorangwanita yang kurang baik dapat mengakibatkan sakit
pinggang.
6) Kebutuhan Istirahat / Tidur
Wanita hamil harus

mengurangi

semua

kegiatan

yang

melelahkan, tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk


menghindari pekerjaan yang tidak disukainya. Wanita hamil juga
harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang sangat
lama. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur
yang mendukung kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya.
Kebiasaan tidur larut malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus
dipertimbangkan dan kalau mungkin dikurangi hingga seminimal
mungkin. Tidur malam + sekitar 8 jam/ istirahat/ tidur siang 1 jam.
7) Kebutuhan Imunisasi
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi
terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena
kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin. Imunisasi
harus diberikan pada wanita hamil hanya imunisasi TT untuk

mencegah

kemungkinan

tetanus

neonatorum.

Imunisasi

TT

harusdiberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2


minimal 1bulan, dan ibu hamil harus sudah diimunisasi lengkap pada
umur kehamilan 8 bulan.
e. Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester III
Menurut Varney (2006), tidak semua wanita mengalami semua
ketidaknyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak
juga wanita mengalami dari tingkat sedang hingga berat.
Ketidaknyamanan merupakan suatu perasaan ataupun yang tidak
menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil
(Idayah,2008).
Kehamilan pada trimester 3 adalah usia kehamilan dari minggu ke
28 sampai minggu ke 40. Pada usia kehamilan ini ada kegembiraan dan
kegairahan ketika terfikir oleh kita bahwa akhirnya kita akan dapat
memegang bayi Anda, meskipun diwarnai sedikit ketakutan dan
kekhawatiran berkenaan dengan persalinan dan kelahiran anak.
Ketidaknyamanan, akibat ukuran bayi yang sedang tumbuh, mungkin
sedikit mengganggu. Berikut beberapa perubahan lain yang dialami pada
trimester III :
1) Hiverventilasi dan sesak nafas(Nospatologis)
2) Pusing dan Mengantuk
3) Sering Kencing dan Kebocoran Air Kencing
4) Kaki dan Jari Bengkak
5) Dyspepsia
6) Kram (Varney, 2006)
2. Anemia
a. Pengertian
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya.
Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran
(abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan
otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca
melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok,
infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat

(<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat


anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan
(Wiknjosastro, 2007).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr
% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2
(Cunningham. F, 2005).
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah
anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi
dalam makanan. Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi
atau karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh,
misalnya pada perdarahan. hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari
atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat
berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang
berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu.
Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi
penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima
janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya
(Mardliyanti, 2006).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr
% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena hemodulasi, terutama pada trimester 2
(Cunningham. F, 2005)
Beberapa penyebab anemia yaitu :
1) Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
2) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil,
masa tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti
tuberculosis dan infeksi lainnya.
3) Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria,
haid yang berlebihan dan melahirkan.

b. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil


1) Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita
anemia dan ibu. Wanita hamil yang berumur 20 35 tahun yaitu
50,5% menderita anemia.
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35
tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu
mengalami anemia.
2) Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di
banding dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa
semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia.
3) Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya
masalah gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari
keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan
keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsums
pangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk
mengetahui resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur
(WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar lengan
atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi
Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran LILA<23.5 cm.

Deteksi KEK dengan ukuran LILA yang rendah mencerminkan


kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang
biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya
besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK
berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).
4) Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya
tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian,
orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih
(untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena
anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi
fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah
atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing
tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004).
Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan
penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam
nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin.
Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin
terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit
infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat
kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan.
Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak
cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas
janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa
penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila
plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun
janin tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang
menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan
keguguran.

Penyakit

menular

yang

disebabkan

virus

dapat

menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular

dapat menimbulkan

komplikasi kehamilan

dan meningkatkan

kematian janin 30% (Bahar, 2006).


5) Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi
pada ibu dengan prioritas 1 3 anak dan jika dilihat menurut jarak
kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi
kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan
kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu
hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam
kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya
berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.
6) Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan
anemia yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi
banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau
kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social
ekonomi rendah (Manuaba, 2010).
c. Bahaya anemia dalam kehamilan ( Manuaba, 2010)
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal :
berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini,
anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah,
perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi
subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus :
premature, apgar scor rendah, gawat janin.
Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum,
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai
kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis
hingga kematian ibu (Mansjoer A. dkk., 2008).

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan


gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan
dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan
perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer A. dkk., 2008).
Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan
sehingga akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi
(Smith et al., 2012).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan : gangguan hiskekuatan mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus
terlantar, Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio
plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri, Kala IV dapat
terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas
: Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum,
memudahkan

infeksi

puerperium,

pengeluaran

ASI

berkurang,

dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas,


mudah terjadi infeksi mammae (Saifudin, 2006)
Hasil penelitian oleh Indriyani dan Amirudin (2007) menunjukkan
bahwa faktor risiko anema ibu hamil <11 gr% mempunyai hubungan
yang bermakna dengan kejadian partus lama. Ibu yang mengalami
kejadian anemia memiliki risiko mengalami partus lama 1,681 kali lebih
besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia tapi tidak bermakna
secara statistik. Ini diduga karena terjadi ketidak seragaman pengambilan
kadar Hb dan pada kontrolnya ada yang kadar Hb nya diambil pada
trimester 1 dan bisa saja pada saat itu ibu sedang anemia. Ibu hamil yang
anemia bisa mengalami gangguan his/gangguan mengejan yang
mengakibatkan partus lama. Kavle et al, (2008) pada penelitianya
menyatakan bahwa perdarahan pada ibu setelah melahirka berhubungan
dengan anemia pada kehamilan 32 minggu. Kehilangan darah lebih
banyak pada anemia berat dan kehilangan meningkat sedikit pada wanita
anemia ringan dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.

Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu

disebabkan karena

terjadinya penurunan Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume


darah 50% meningkat dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat sedikit
yang menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit.
Penurunan ini akan lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat
besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan cadangan saat kehilangan
darah waktu melahirkan. Selama kehamilan rahim, plasenta dan janin
memerlukan aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
(Smith et al., 2012).
Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin,
kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar
38,85% ,merupaka penyebab kematian bayi. Sedangkan penyebab
lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen
dalam rahim (hipoksiaintrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir),
yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal
dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari golongan
sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan
penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu56,09%
(Depkes, 2008).
Ahmad Rofiq (2008) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu
dengan prioritas 1-3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan
ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukkan proporsi kematian
maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan
ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar
bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang
terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan
zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang
dikandungnya.
d. Akibat anemia terhadap kehamilan

1) Abortus
2) Kematian intra uterine
3) Persalinan prematuritas tinggi
4) Berat badan lahir rendah
5) Kelahiran dengan anemia
6) Cacat bawaan
7) Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal
8) Intelegiensia rendah (Manuaba, 2010)
e. Pencegahan anemia
Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :
1) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran
warna hijau, kacang kacangan, protein hewani, terutama hati.
2) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk,
tomat, mangga dan lainlain yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi.
Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu,
wanita hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama
kehamilan bukan untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi
hemoglobin ibu, atau untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Ibu
yang mengalami kekurangan zat besi pada awal kehamilan dan tidak
mendapatkan suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk mengisi
kembali simpanan zat besi dari sumber-sumber makanan sehingga
suplemen zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes,
2008).
Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen
zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan.
Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom,
kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau
tua (kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang).
Selain itu tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi

seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi
penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari
(Anonim, 2004).

3. KEK
a. Pengertian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan
malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi
(Helena, 2013).
Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi
kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan
yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil.
Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam
jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi)
untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan
protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi
lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam
periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein
dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau
penyakit kronis lainnya.
b. Etiologi
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa
jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi
kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga
mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin
yang dikandungnya yaitu meliputi:

1) Akibat KEK pada ibu hamil


a) Terus menerus merasa letih
b) Kesemutan
c) Muka tampak pucat
d) Kesulitan sewaktu melahirkan
e) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi,
sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
2) Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung
a) Keguguran
b) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir
rendah (BBLR)
c) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya
kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
d) Kematian bayi (Helena, 2013).
c. Faktor yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Menurut (Djamaliah, 2008) antara lain : jumlah asupan energi,
umur, beban kerja ibu hamil, penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang
gizi dan pendapatan keluarga. Adapun penjelasannya :
1) Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada
kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat
yang baik atau optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup.
Penyediaan pangan dalam negeri yaitu : upaya pertanian dalam
menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buahbuahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang
menyebabkan malnutrisi.
2) Usia ibu hamil
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang
sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang

diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena


selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri,
juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan
untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang
melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan
tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil
akan lebih baik.
3) Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan
gerak yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada
mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan
energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi
yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada seorang ibu
hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi
selain untuk aktifitas/ kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk
perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut.
Kebutuhan energi rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan
sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan
berat badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan.
4) Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi
dan juga infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat
malnutrisi, mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya
absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual,
muntah dan perdarahan yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat
sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
5) Pengetahuan ibu tentang Gizi

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh


pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku
pengetahuan

tentang

nutrisi

melandasi

pemilihan

makanan.

Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai


asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari
ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi
bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai
nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai
pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi dari
pada yang kurang bergizi.
6) Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah,
sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya
dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut
70-80

persen

energi

dipenuhi

oleh

karbohidrat

(beras

dan

penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy


lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan
menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan.
7) Pemeriksaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal)
Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus
melakukan kunjungan ketenaga kesehatan. Karena pemeriksaan
kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai
wanita

hamil

melahirkan

terlalu

dan

gemuk

bahkan

untuk

jangan

menghindarkan

terlalu

kurus

kesulitan

karena

dapat

membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang dikandungannya


(Sjahmien Moehji, 2003)

Anda mungkin juga menyukai