Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN GANGGUAN

KARDIOVASKULER ( HIPERTENSI )

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV

1. HERMALITA 21142019025.P
2. NAYA ZULAIKA 21142019032.P
3. RIO RAHMAT ALFATH 21142019037.P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG TAHUN AJARAN 2021-2022


I. KONSEP KELUARGA

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri dan
anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. (BKKBN, 1992 didalam
Bakri,H,2017).

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan ( Depkes RI,1998 didalam Bakri,H,2017).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
keluarga. (Friedman, 2003 didalam Ratnawati, E (2017).

b. Tipe Keluarga

Keluarga, meskipun merupakan kelompok kecil dalam suatu masyarakat, tetapi


memiliki persoalan yang kompleks. Untuk itu, keluarga yang memerlukan pelayanan
kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan
sosial, maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran
serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu mengetahui
berbagai tipe keluarga.

Susman (1974) dan Macklin (1988) dalam Friedman dkk. (2003) membagi tipe
keluarga menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.

1. Keluarga tradisional, dengan jenis sebagai berikut :


a. Keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
b. Pasangan inti, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja
c. Keluarga dengan orang tua tunggal, yaitu satu orang sebagai kepala keluarga
(biasanya karena bercerai)
d. Lajang yang tinggal sendiri
e. Keluarga besar yang mencakup tiga generasi
f. Pasangan usia pertengahan atau pasangan lanjut usia
g. Jaringan keluarga besar
1. Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah

2. Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah

3. Keluarga homoseksual (gay/lesbian)

4. Keluarga komuni, yaitu keluarga dengan lebih dari satu pasang monogamy
dengan anak-anak secara bersama-sama menggunakan fasilitas serta sumber-
sumber yang ada

c. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (Effendy,V,1998) dalam Bakri,H, 2017 menjelaskan bahwa
struktur dalam keluarga terbagi menjadi empat, yaitu:

a. Pola komunikasi keluarga

b. Struktur peran

c. Struktur kekuatan

d. Nilai- nilai keluarga

Gambar Dimensi Struktur Keluarga

TUJUAN KELUARGA

K
K
O
E P
K E

Struktur Keluarga Menurut Friedman (2003)


1. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah hubungan, tak
hanya bagi keluarga melainkan berbagai macam hubungan. Tanpa ada
komunikasi, tidak aka nada hubungan yang dekat dan hangat, atau bahkan tidak
akan saling mengenal.

Di dalam keluarga, komunikasi yang dibangun akan menentukan


kedekatan antara anggota keluarga. Pola komunikasi ini juga bisa menjadi salah
satu ukuran kebahagiaan sebuah keluarga.

2. Struktur peran

Setiap individu dalam masyarakat memiliki perannya masing-masing. Satu


sama lain relative berbeda tergantung pada kapasitasnya. Begitu pula dalam sebuah
keluarga. Struktur peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan.

3. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan keluarga menggambarkan adanya kekuasaan atau


kekuatan dalam sebuah keluarga yang digunakan untuk mengendalikan dan
memengaruhi anggota keluarga. Kekuasaan ini terdapat pada individu di dalam
keluarga untuk mengubah perilaku anggotanya kea rah positif, baik dari sisi
perilaku maupun kesehatan. ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya struktur
kekuatan keluarga, yaitu :

1. legitimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap


anak
2. referent power (seseorang yang ditiru)
3. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima
4. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)

4. Nilai - nilai dalam kehidupan keluarga


Kkbj
Nilai merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman
bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah perilaku yang baik,
menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

d. Fungsi struktur keluarga

Struktur dalam keluarga tidak sekedar tentang anggota keluarga, tetapi lebih
kompleks lagi yakni mengenai interaksi dan hubungan antar anggota dalam membina
rumah tangga dan kehidupan sehari-hari. Berikut ialah jenis-jenis struktur dalam
keluarga.

a. Struktur Egalisasi (memberikan hak dan kewajiban yang sama pada setiap anggota
keluarga)
b. Struktur yang Hangat (menerima perbedaan dan memberikan toleransi)
c. Struktur yang terbuka ( tidak saling menutup diri)
d. Struktur yang kaku ( terkesan negatif, karena menerapkan aturan yang tidak boleh
dilawan)
e. Struktur yang bebas ( tidak mengekang anggota keluarga)
f. Struktur yang kasar (abuse/keluarga yang menerapkan berbagai aturan yang
mengekang)
g. Suasana emosi yang dingin (komunikasi yang kurang baik dan banyak rahasia
dalam keluarga
h. disorganisasi keluarga ( keluarga yang tidak sadar akan peran masing-masing)

e. Keluarga sebagai sasaran pelayanan keperawatan

Terdapat sejumlah alas an mengapa keluarga dipandang sebagai sasaran


pelayanan keperawatan, anatara lain sebagai berikut.

1. Perantara pesan kesehatan

2. Satu kesatuan

3. Hubungan kuat

4. Tempat penemuan kasus dini


5. Konteks keluarga

6. Sumber dukungan social

f. Prinsip keperawatan keluarga

Menurut Efendi dan Makhfudli,2009 dalam Ratnawati,E 2017 ada beberapa


prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian asuhan keperawatan
keluarga adalah sebagai berikut.

1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.


2. Kesehatan merupakan tujuan ytama dalm pemberian asuhan keperawatan
keluarga.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan merupakan sarana dalam mecapai
peningkatan kesehatan keluarga.
4. Perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah
dan kebutuhan keluarga guna mengatasi masalah kesehatannya.
5. Mengutamakan kegiatan-kegiatan bersifat promotif dan preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6. Perawat memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepetingan kesehatan keluarga.
7. Sasaran asuhan keperawatan keluarga dalah keluarga secara keseluruhan.
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
yaitu pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
9. Kegiatan utam dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga penyuluhan
kesehatan dn asuhan keperawatan kesehatan daasar atau perawatan dirumah.
10. Diutamakan bagi keluarga yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi.

g. Peran keluarga dalam keperawatan kesehatan keluarga

Peran menurut Bailon & Maglya (1989)


1. Mengenal masalah kesehatan
2. Membuat keputusan tindakan masalah keperawatan
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Menciptkan suasana rumah yang sehat
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

h. Peran perawat keluarga

Perawat keluarga merupakan pelayanan kesehatan yang ditunjukan pada


keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Menurut
Mubarak dkk.(2010), peran keluarga dalam melakukan perawatan keluarga antara lain
sebagai berikut :
1. Pendidik
2. Koordinator
3. Pelaksana dan pengawas perawatan
4. Pengawas kesehatan
5. Konsultan
6. Kolaborator
7. Advokat
8. Fasilitator
9. Penemu kasus
10. Modifikator
II. Konsep penyakit
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg.
(Aspiani, 2014)
Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Hiper artinya berlebihan, sedangkan tensi artinya tekanan atau tegangan.
Untuk itu, hipertensi merupakan tekanan darah atau denyut jantung yang lebih tinggi
dibandingkan dengan normal karena penyempitan pembuluh darah atau gangguan lainnya
(M. Asikin, Dkk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2016)
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikinya 140
mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah makin besar resikonya.
(Sylvia A Price dalam NANDA NIC NOC, 2015)
b. Anatomi Fisiologi
Menurut Tarwanto, Dkk (2015) anatomi dan fisiologi dalam kasus hipertensi adalah
sebagai berikut:
a. Jantung
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskuler, berotot dan berongga,
terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-paru. Bentuk jantung
seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya lebih kekiri dari
garis medial, bagian tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri
linea medioclavicularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak kekanan
tempatnya pada kosta ke III, 1 cm dari tepi lateral sternum.
Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cmdan tebalnya 6 cm.
Beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada perempuan
sekitar 225 gram.
b. Lapisan otot jantung
Ada tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut epikardium, lapisan
bagian tengah disebut miokardium, lapisan ini lebih tebal, tersusun atas otot lurik dan
mampu berkontraksi dengan kuat. Sedangkan lapisan bagian dalam disebut
endokardium, lapisan ini terdiri dari jaringan endotelia yang juga melapisi ruang jantung
dan katup-katup jantung.
c. Selaput jantung
Jantung dilapisi oleh dua membran untuk mencegah terjadinya trauma dan infeksi
yaitu perikardium parietal dan perikardium viseral. Perikardium paririetal merupakan
membran lapisan jantung paling luar dan tersusun dari jaringan fibrosa. Membran ini
sangat efektif dalam melindungi jantung dari infeksi. Sedangkan lapisan membran
perikardium viseral merupakan lapisan pada bagian dalam yang melekat ke miokardium
dan melapisi beberapa sentimeter aorta dan arteri pulmonalis.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat 5 sampai dengan 20 ml cairan perikardium
yang berfungsi sebagai pelumas untuk mencegah trauma.
Gambar 2.1
Ruang Dan Katub Jantung
Menurut Tarwonto, dkk(2015)

d. Ruang jantung
Jantung terbagi atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri, kedua
belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah yang disebut septum. Setiap belahan
terdiri atas 2 ruang yaitu yang disebut atrium dan ruang pemompa yang disebut
ventrikel. Dengan demikian jantung memiliki empat ruang yaitu: atrium kanan,
ventrikel kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri.
Atrium kanan menerima darah yang kurang oksigen dari seluruh tubuh melalui
vena cava superior (dari tubuh bagian atas) dan vena cava inferior (dari tubuh bagian
bawah) kemudian darah mengalir masuk ke ventrikal kanan untuk selanjutnya di pompa
ke paru-paru melalui arteri pulmonalis untuk dioksigenasi. Darah yang kaya oksigen
dari paru-paru melalui empat vena pulmonalis masuk ke atrium kiri dan selanjutnya dari
atrium kiri darah mengalir ke ventrikel kiri untuk dipompa keseluruh tubuh melalui
aorta.
e. Katup jantung
Jantung memiliki dua tipe katub yaitu : katub atrioventrikuler dan katub
semilunar. Katub jantung tersusun oleh jaringan fibrosa, sehingga katub dapat menutup
dan membuka karena sifatnya yang fleksibel. Fungsi katub jantung adalah mengalirkan
darah pada saat terbuka dan menahan aliran darah, mencegah reflek aliran darah pada
saat menutup. Katub atrioventrikuler terletak diantara atrium dan ventrikel.
Katub ini terdiri dari katub trikuspidalis yang menghubungkan antara atrium dan
ventrikel kanan dan bikuspidalis atau mitral yang menghubungkan antara atrium kiri
dan ventrikel kiri. Katub trikuspidalis mempunyai tiga daun kutub sedangkan
bikuspidalis mempunyai dua katub. Posisi katub atrioventrikuler sangat kuat karena
disokong oleh filamen fibrosa yang disebut chordatendineae dan otot papilari yang
melekat pada dinding ventrikel.
Katub atrioventrikuler menutup pada saat ventrikel jantung berkontraksi atau pada
saat systole untuk mencegah aliran balik darah ke atrium dan akan membuka pada saat
jantung relaksasi atau diastole untuk mengalirkan darah dari atrium dan mengisi
kembali ruang ventrikel.
Katub semilunar terdiri atas katub pulmonal dan katub aorta. Katub ini
mempunyai tiga daun katub. Katub pulmonal terletak diantara ventrikel kanan dan arteri
pulmunalis. Sedangkan katub aorta terletak diantara ventrikel kiri dengan aorta. Pada
saat terjadi diastole katub semilunar menutup dan membuka saat sistole. Menutupnya
katub jantung menimbulkan bunyi jantung.
c. Etiologi
Menurut M. Asikin, Dkk (2016). Ada sejumlah etiologi yang dapat menyebabkan
hipertensi yaitu usia, jenis kelamin dan pola hidup.
1. Usia
Pengidap hipertensi yang berusia lebih dari 35 tahun meningkatnya insidensi
penyakit arteri dan kematian premature.
2. Jenis Kelamin
Insiden terjadinya hipertensi pada pria umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita. Namun, kejadian hipertensi pada wanita mulai meningkat pada usia paru
baya, sehingga pada usia di atas 65 tahun insidensi pada wanita libih tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada orang yang berkulit hitam lebih sedikit dua kalinya dibandingkan
dengan orang yang berkulit putih.
4. Pola Hidup
Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan kehidupan atau pekerjaaan yang
penuh stress berhubungan dengan kejadian hipertensi yang tinggi. Obesitas juga
dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor resiko
tinggi bagi pengidap hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia
aterosklerosis yang berhubungan denga hipertensi.
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7, 2003.
Dalam Hidayatus Sya’diyah (2018)

Klasifikasi Tekanan sistolik Tekanan diastolik


Normal < 120 <80
Prehipertensi 120-130 80-89
Hipertensi Stage I 140-150 90-99
Hipertensi Stage II >150 >100

d. Patofisiologi
Menurut Ni Ketut Kardiyudiani, Brigitta Ayu Dwi Susanti (2019). Proses atau
patofisiologi terjadinya hipertensi diawali dari meningkatnya tekanan darah. Selain itu,
hipertensi bisa terjadi melalui beberapa cara sebagai berikut.
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak darah pada setiap
detiknya atau stroke volume.
2. Arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Oleh sebab
itu, setiap denyut jantung darah dipaksa melalui pembuluh darah yang sempit
dibandingkan biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Hal ini juga
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis.
3. Tekanan darah juga dpat meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri
kecil (arteriola) mengerut untuk sementara waktu.
e. Manifestasi Klinis
Menurut Ni Ketut Kardiyudiani, Brigitta Ayu Dwi Susanti (2019). Manifestasi
klinis pada pasien dengan hipertensi antara lain meningkatnya tekanan darah sistole
diatas 140 mmHg atau tekanan diastole diatas 90 mmHg, sakit kepala bagian belakang,
apestaksis/mimisan, rasa berat ditekuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, lemah dan
lelah. Manifestasi klinis di atas tidak semua harus muncul, yang terpenting adalah
adanya peningkatan tekanan darah yang abnormal.
Untuk orang dewasa dengan kondisi tubuh sehat umumnya memiliki tekanan darah
sistolik normal sekitar 90 hingga 120 mmHg atau tekanan darah diastolik normal sekitar
60 hingga 80 mmHg.

f. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. 16 Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
hipertensi yaitu : (Aspiani, 2014)
1. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
darah tinggi.
2. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang
bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan
hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi,
beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi
memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas
(eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
4. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem
penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam
tubuh.

g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ni Ketut Kardiyudiani, Brigitta Ayu Dwi Susanti (2019). Pemeriksaan
penunjang untuk pasien hipertensi sebenarnya cukup dengan menggunakan tensi meter
tetapi untuk melihat komplikasi akibat hipertensi maka diperlukan pemeriksaan
penunjang antara lain. (Kemenkes, 2016)
1. Hemoglobin/hematokrit untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan faktor risiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
2. Blood urea nitrogen (BUN)/ kreatinin untuk memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
3. Glukosa untuk mengkaji adanya hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Urinalisa untuk mengkaji tekanan darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan adanya diabetes mellitus.
5. EKG untuk menunjukan pola regangan, dimana luas dan peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
6. Foto thorak untuk mengkaji adanya pembesaran jantung.

h. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan nonfarmakologis
Dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan
darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu (Aspiani, 2014)
a. Pengaturan diet
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya
belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.
3) Diet kaya buah sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

b. Penurunan berat badan Mengatasi obesitas


Pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan voume
sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yangs angat efektif untuk 18 menurunkan tekanan darah. Penurunan
berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi
perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang
terjual bebas mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.

c. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk


menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung. olahraga isotonik
dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam
satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga
meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis
akibat hipertensi.
d. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan
tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka oanjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai
organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan :
- Diuretik Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium
- Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung
19 dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai
diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR. Penghambat enzim mengubah
angiostensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II
dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I
menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan
menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunakan sekresi
aldosterne, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium.
III. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelakasanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber
informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga,
observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.
Pengkajian Keluarga merupakan suatu tahapan dimana perawat dimana suatu
perawat mengambil informasi dari keluarga dengan pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat di ketahui kebutuhan keluarga
yang di binanya.Metode dalam pengkajian bisa melalui wawancara, observasi vasilitas
dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dan measurement dari data
sekunder (hasil lab, papsmear, dll). (Susanto, 2012)
Pengkajian keluarga merupakan proses Penjajakan keluarga yang perlu dilakukan
untuk membina hubungan baik dengan keluarga. Dalam penjajakan ini perawat perlu
mengadakan kontak dengan RW/RT dan keluarga yang bersamhkutan guna
menyampaikan maksud dan tujuan serta mengatasi masalah kesehatan mereka.Setelah
mendapat tanggapan positif dari keluarga tersebut, pengkajian diteruskan pada langkah
berikutnya. (Zaidin Ali, 2010)
Hal – hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1. Struktur dan sifat keluarga
Struktur dan sifat keluarga dimulai dari Kepala keluarga, Nama kepala keluarga,
Jenis kelamin, Umur, Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat dan susunan
anggota keluarga
2. Kebutuhan Nutrisi
Dalam kebutuhan nutrisi yang dikaji adalah bagaimanan cara penyajian makanan,
Kebiasaan dalam mengelola air minum, Kebiasaan keluarga dalam mengelola
makanan
3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Dalam kebutuhan istirahat dan tidur yang dikaji adalah Kebiasaan tidur dalam
keluarga
4. Aktivitas dan Olahraga
Apakah keluarga senang berolahraga, Apakah semua anggota keluaraga mengikuti
5. Ekonomi
Sarana ekonomi apa yang ada di wilayah keluarga, berapakah penghasilan rata-rata
keluarga setiap bulan, apakah keluaraga mempunyai tabungan, jaminaan kesehatan
di keluarga anda, apakah penghasilan keluarga dapat mencukupi untuk kebutuhan
hidup, siapa yang mengelola keuangan,sebutkan
6. Sosial
Bagaimana hubungan antar keluarga lain, apakah anggota keluarga terlibat aktif
dalam kegiatan di masyarakat
7. Pendidikan
Adakah anggota keluarga yang sedang mengikuti pendidikan di luar
Pendidikanformal, adakah anggota keluarga yang tidak bisa membaca, adakah
anggota keluaraga yang mempunyai keterampilan khusus, bagaimana pandangan
keluarga terhadap pendidikan anggota keluarga
8. Psikologis
a. Pola komunikasi, Pola komunikasi dalam keluarga, bahasa yang digunakan
b. Pola pertahanan, mekanisme penanganan masalah dalam keluarga, bagaimana
respon keluaraga bila salah satu anggota bermasalah
9. Spiritual
Apakah anggota keluarga taat menjalankan ibadah, jika tidak mengapa
10. Faktor lingkungan
a) Perumahan yang berisi Jenis rumah, Jenis bangunan, Luas pekarangan, Luas
bangunan, Status rumah, Atap rumah, Apakah dirumah terdapat jendela/lubang
angin, Pencahayaan rumah, Penerangan, Lantai, Vektor yang banyak di sekitar
rumah dan membahayakan kesehatan, Kebersihan didalam rumah, Bila tidak
bersih disebabkan oleh apa, Kebersihan halaman
b) Sumber Air, Apakah keluarga mempunyai sumber air bersih sendiri, Jika iya
apa jenisnya, Jika tidak dari mana sumber airnya, Apakah air untuk minum
diambil dari sumber air tersebut, Jika tidak bagaimanan memperolehnya,
Tempat penyimpanan air, Pengurasan tempat penampungan air, Penggunaan
air minum, Kualitas sumber air, Darimana sumber air yang digunakan untuk
keperluan kebersihan, Jarak sumber air dengan tempat penampungan limbah
c) Pembuangan air limbah, Apakah rumah ini mempunyai saluran pembuangan
air limbah, Bagaimana kondisi saluran pembuangan air limbah
d) Pembuangan sampah, Cara pembuangan sampah keluarga, Keadaan tempat
penampungan sampah
e) Kepemilikan kandang ternak, Pemilikan kandang ternak, Bila ada dimana letak
kandang dengan rumah induk, Bila mempunyai hewan ternak. Bagaimana cara
pemanfaatan kotoran ternak
f) Pembuangan kotoran/tinja, Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan
tinja, Tempat pembuangan tinja yang dimiliki, Dimana keluarga melakukan
buang air besar, Bagaimana kondisinya, Berapa jarak tempat pembuangan tinja
dengan sumber air
11. Komunikasi dan transportasi
Melalui apakah keluarga menerima informasi tentang kesehatan, sarana transfortasi
umum yang digunakan oleh keluarga, cara keluarga pergi ke sarana pelayanan
kesehatan
12. Pelayanan kesehatan dan sosial
Adakah anggota keluarga yang menderita sakit pada satu tahun terkahir, bila
ada jenis penyakitnya apa dan bila ada bagaimana mengatasinya, Adakah anggota
keluarga yang sakit saat ini, Jika ada bagaimana cara mengatasinya, Bila ada, jenis
penyakitnya, Adakah resiko tinggi dalam keluarga, Bila ada sebutkan jenisnya,
Apakah keluarga mendapatkan pembinaan dan tenaga kesehatan, Jika ya,
bagaimana tanggapan keluarga mengenai petugas kesehatan, Apakah keluarga
merasa perlu mendapatkan pengarahan, penyuluhan/ informasi kesehatan, Adakah
anggota keluarga yang menjadi kader kesehatan,
Jika ada, jenis kegiatan kader, Apakah kader aktif mengikuti kegiatan, Jika
tidak, alasannya, Apakah kader sudah mendapatkan pelatihan, Jika sudah, jenis
pelatihan, Adakah anggota keluarga yang menjadi dukun beranak, jika ada apakah
sudah mendapat pelatihan, jika sudah, jenis pelatihannya, jika ada apakah memiliki
dukun kit, jika ya, bagaimana kondisinya, apakah setiap menolong persalinan di
dampingi oleh bidan, jika tidak alasannya, Jika mendapatkan kesulitan dalam
menolong persalinan apa yang dilakukan, Adakah anggota keluarga yang
meninggal pada waktu satu tahun terakhir, Jika ada siapa, Apakah penyebab
kematian tersebut

13. Masalah Maternal Kesehatan


Usia Sekolah
Apakah dalam keluarga ada anak usia sekolah, Jika ya,berapa, Status gizi
di liat dari kesesuaian berat badan (BB) tinggi badan (TB) dan usia Pola makan,
Apakah ada kebiasaan makan yang salah, Jika ya, sebutkan jenisnya menurut,
Apakah sudah mendapat imunisasi booster, Jika ya, berapa kali, Apakah ada anak
sakit saat ini, Jika ya, jenisnya, Jika ya, penanganannya
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah keluarga
dan keperawatan yang berkaitan dengan keadaan fisik, (data objektif) Terdapat empat
cara yang dilakukan pada tiap pemeriksaan fisik yang dilakukan, yaitu:
 Inspeksi. Tahapan yang bertujuan melihat bagian tubuh dan menentukan apakah
seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal. Inspeksi dilakukan secara
langsung (seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman) dan tidak langsung
(dengan alat bantu).
 Palpasi. Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan
bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan menggunakan telapak tangan, jari, dan
ujung jari. Tujuannya untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi,
ukuran, kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada tubuh.
 Auskultasi. Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk membedakan
suara normal dan abnormal menggunakan alat bantu stetoskop. Suara yang
didengarkan berasal dari sistem kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.
 Perkusi. Tahapan ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa kulit.
Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

b. Daftar Masalah Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis dibuktikan dengan
tampak meringis
2. Defisit pengetahuan penyakit vertigo pada ny “L” berhubungan dengan kurang
terpapar informasi dibuktikan dengan menunjukan persepsi yang keliru terhadap
masalah
3. Kesiapan peningkatan koping keluarga berhubungan dengan anggota keluarga
menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan
c. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis dibuktikan dengan
tampak meringis, mengeluh nyeri, sulit tidur
2. Defisit pengetahuan penyakit Hipertensi pada ny “M” berhubungan dengan kurang
terpapar informasi dibuktikan dengan menunjukan persepsi yang keliru terhadap
masalah
3. Kesiapan peningkatan koping keluarga berhubungan dengan anggota keluarga
menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan
d. Rencana Keperawatan
Tabel 1.1 Intervensi
(PPNI,SDKI,SIKI,SLKI, 2017)

N Diagnosa Luaran Intervensi Keperawatan


o Keperawatan Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Definisi : intervensi Observasi
Pengalaman keperawatan selama 1. identifikasi,lokasi,karakteristik,durasi,
sensorik atau 1x30 menit frekuensi nyeri
emosional yang diharapkan 2. Identifikasi skala nyeri
berkaitan Tingkat nyeri 3. Identifikasi respon nyeri
dengan Menurun dengan 4. Identifikasi faktor yang memperberat
keruskan Kriteria hasil : dan mempperingan nyeri
jaringan aktual, 1. keluhan nyeri 5. Identifikasi pengaruh nyeri
atau fungsional menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
dengan omset 2. meriingis respon nyeri
mendadakatau menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
lambat dengan 3. sikap protektif kualitas hidup
berlangsung menurun 8. Monitor efek samping penggunaan
kurang dari 3 4. gelisah menurun analgetik
bulan . 5. kesulitan tidur Terapeutik
Penyebab : menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis
1. agen 6. menarik diri untuk mengurangi rasa nyeri
pencedera menurun 2. Kontrol lingkungan yang
fisiologis 7. berfokus pada diri memperberat rasa nyeri
2. agen sendiri menurun 3. Fasilitasi stirahat dan tidur
pencedera 8. diaphoresis 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
kimiawi menurun nyeri
3. agen 9.perasaan depresi Edukasi
pencedera fisik menurun 1. Jelaskan penyebab, periode dan
Gejala dan 10. perasaan takut pemicu nyeri
tanda mayor mengalami cedera 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Gejala berulang menurun 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
subjektif : 11. anoreksia mandiri
1. mengeluh menurun 4. Anjurkan mengunakan analgetik
nyeri 12. perineum terasa secara tepat
Gejala objektif tertekan menurun 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
1. tampak 13. uterus teraba untuk mengurangi rasa nyeri
meringis membulat menurun
2. bersikap 14. ketegangan otot Kolaborasi
protektif menurun 1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika
3. gelisah 15. pupil dilatasi perlu
4. frekuensi menurun
nadi 16. muntah menurun
meningkat 17. mual menurun
5. sulit tidur 18. frekuensi nadi
Gejala dan membaik
tanda minor 19. pola napas
Gejala objectif membaik
1. tekanan 20. proses berpikir
darah membaik
meningkat 21. focus membaik
2. pola nafas 22. fungsi berkemih
berubah membaik
3. nafsu makan 23. perlaku
berubah membaik
4. proses 24. nafsu amkan
berfikir membaik
terganggu 25. pola napas
5. menarik diri membaik
6. berfokus
pada diri
sendiri
7. diaforesis
2. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan intervensi Observasi
Definisi : keperawatan selama 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Ketiadaan atau 1x30 menit menerima informasi
kurangnya diharapkan 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat
informasi Tingkat Pengetahuan meningkatkan dan menurunkan
kognitif yang Meningkat dengan motivasi perilaku hidup sehat
berkaitan Kriteria Hasil :
dengan topic 1. perilaku sesuai Terapeutik
tertentu anjuran meningkat 1. Sediakan materi dan media
Penyebab : 2. verbalisasi minat pendidikan kesehatan
1. keteratasan dalam belajar 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
kognitif meningkat sesuai kesepakatan
2. gangguan 3. kemmapuan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
fungsi kognitif menjelaskan
3. kekeliruan pengetahuan tentang Edukasi

mengikuti suatu topic 1. Jelaskan factor risiko yang dapat

anjuran meningkat mempengaruhi kesehatan

4. kurang 4. kemampuan 2. Ajarkan perilaku hidup sehat dan

terpapar menggambarkan bersih

informasi pengalaman 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan

5. kurang minat sebelumnya yang untuk meningkatkan perilaku hidup

dalam belajar sesuai dengan topic bersih dan sehat

6. kurang meningkat
mampu 5. perilaku sesuai
menginggat dengan pengetahuan
7. meningkat
ketidaktahuan 6. pertanyyan
menentukan tentang masalah
sumber yang dihadapi
informasi menurun
7. persepsi yang
Gejala dan keliru terhadap
Tanda Mayor masalah menurun
Subjektif 8. persepsi yang
1. menanyakan keliru terhadap
masalah yang masalah menurun
dihadapi 9. menjalani
Objektif pemeriksaan yang
1. Menunjukan tidak tepat menurun
perilaku tidak
sesuai anjuran
2.
menunjukkan
persepsi yang
keliru terhadap
masalah

Gejala dan
Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. menjalani
pemeriksaasn
yang tidak
tepat
2. menujukan
perilaku
berlebihan
(mis. Apatis,
bermusuhan,
agitasi,
histeris)
3. Kesiapan Setelah dilakukan Pelibatan Keluarga
Peningkatan intervensi Observasi
Koping keperawatan selama 1. Identifikasi kesiapan keluarga untuk
Keluarga 1x30 menit terlibat dalam perawatan
Definisi : diharapkan Status
Pola adaptasi Koping Keluarga Terapeutik
anggota Membaik 1. Ciptakan hubungan terapeutik pasien
kelaurga dalam Dengan Kriterua dengan keluarga dalam perawatan
mengatasi hasil : 2. Diskusikan cara perawataan di
situasi yang 1. kepuasaan rumah (mis, kelompok, perawatan, di
dialami klien terhadap perilaku rumah, atau ramah singgah)
secara efektif bantuan anggota 3. Motivasi keluarga mengembangkan
dan keluarga lain aspek positif rencana perawatan
menunjukan meningkat 4. Fasilitasi keluarga membuat
keinginan serta 2. keterpaparan keputusan perawatan
kesiapan untuk informasi meningkat
meningkatkan 3. perasaan Edukasi

kesehatan diabaikan menurun 1. Jelaskan kondisi pasien kepada

keluarga dank 4. kekhawatiran kelaurga

lien tentang anggota 2. Informasikan tingkat ketergantungan

keluarga menurun pasien kepada keluarga


Gejala dan 5. perilaku 3. Informasikan harapan apsien kepada
tanda Mayor mengabaikan kelaurga
Subjektif anggota kelaurga 4. Anjurkan keluarga bersikap asertif
1. anggota menurun dalam perawatan
keluarga 6. kemampuan 5. Ajarkan keluarga terlibat dalam
menetapkan memenuhi perawatan
tujuan untuk kebutuhan anggota
meningkatkan keluarga menurun
gaya hidup 7. komitmen pada
sehat perawatan/pengobat
2. anggoat an menurun
kelaurga 8. komunikasi antara
menetapkan anggota keluarga
sasaran untuk menurun
meningkatkan 9. perasaan tertekan
kesehatan (depresi) menurun
Objektif 10. perilaku
(tidak ada) menyerang (agresi)
menurun
Gejala dan 11. perilaku
Tanda Minor menghasut menurun
Subjektif 12. gajala
1. anggota psikosomatis
keluarga menurun
mengidentifika 13. perilaku
si pengalaman menolak perawatan
ysng menurun
mengoptimalka 14. perilaku
n kesejahteraan bermusuhan
2. anggota menurun
keluarga 15. perilaku
berupaya individualistic
menjelaskan menurun
dampak krisis 16. ketergantungan
terhdap pada anggota
perkembangan keluarga lain
3. anggota menurun
keluarga 17. perilaku
mengungkapka overprotektif
n minat dalam menurun
membuat 18. toleransi
kontak dengan membaik
orang lain yang 19. perilaku
mengalami bertujuan membaik
situasi yang 20. perilaku sehat
sama membaik

e. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program.


Dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan keluarga.
Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang
cukup untuk merencanakan implementasi (Komang, 2012).

f. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan
program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan terkait program
kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil.
Evaluasi program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi
sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan upaya
pelayanan kesehatan. Evaluasi proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan
(knowledge), sikap (Attitude) dan perubahan perilaku. (Etiadi,2010)

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. (2014). Laporan Pendahuluan Hipertensi, Jantung dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta.
Udjianti. (2010). Patofisiologi Hipertensi. Jakarta: Erlangga.

Ni Ketut Kardiyudiani, Dkk. (2019). Keperawatan Medikal Bedah I. PT. PUSTAKA BARU.
Padilla. (2013). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

PPNI. TIM POKJA SDKI DPP.(2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan
PPNI. TIM POKJA SLKI DPP.(2017) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan
PPNI. TIM POKJA SIKI DPP.(2017) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan

Format Pengkajian Keperawatan Keluarga

A. Pengkajian
I. Biodata Keluarga
a. Kepala Keluarga
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 01/ 07/ 1953 (68 Th)
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Satu Ulu darat. Jln. Hamzah Kuncit
Tanggal Pengkajian : 23 Maret 2021

b. Komposisi keluarga

No Nama Umur Sex Hub Dgn Pendidikan Pekerjaan Ket


KK
1 Tn. A 68 Th Lk Bapak SD Buruh -
2 Ny. M 65 Th Pr Ibu SD Tidak Sakit
Bekerja
3 Tn. M 44 Th Lk Anak SMA SMA -
4 Tn. C 31 Th Lk Anak SMA SMA -
c. Genogram

Keterangan : Meninggal = X
Pasien =

Laki laki =

Perempuan =

Tinggal serumah = ---

d. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. M adalah usila yaitu yang terdiri dari suami, istri yang sudah
tua dan anak yang sudah dewasa.
e. Suku Bangsa
Keluarga pasien berasal dari suku Indonesia kebudayaan yang dianut tidak
bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu
bahasa Palembang.
f. Agama
Seluruh anggota keluarga Tn. A beragama islam dan taat beribadah, sering
mengikuti pengajian yang ada di RT.
g. Status Ekonomi Keluarga
Sumber pendapatan keluarga sejumlah dari suami sebesar RP. 1000.000,00 dan
dari anak- anak RP. 2.000.000,00
Makan : Rp. 1.500.000,00
Listrik : Rp. 200.000,00
Bensin : Rp. 200.000,00
Dll : Rp. 1100.000,00
Barang-barang yang dimiliki di rumah : televisi, kulkas, Semeda motor, lemari,
satu set kursi tamu
h. Aktivitas rekreasi Keluarga
Rekreasi yang digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton
televisi bersama dirumah.

2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.A merupakan tahap VIII keluarga usia lanjut.
b. Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Tn.A merupakan tahap VIII keluarga usia lanjut.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Tn. A sebagai kepala keluarga menderita DM, kontrol rutin di Puskesmas
Mergangsan tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan, maupun
kebutuhan dasar yang lainnya
2. Ny. M mempunyai penyakit hipertensi sejak 8 tahun yang lalu, rutin kontrol
ke puskesmas 1 bulan sekali untuk cek lab dan mengambil obat rutin, tidak
mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar
lainnya mempunyai penyakit hipertensi pada saat pengkajian : TD : 140/80
mmhg S : 36,2 celcius BB : 60 Kg N : 80 x/m R : 20 x/m TB : 155 cm
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Ny. M menderita hipertensi dari keturunan ibunya.

3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki system sanitasi yang baik, dan
memiliki system penerangan ruangan yang baik.
b. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas
Hubungan antar tetangga sangat baik, bila ada tetanggga yang mengalami
kesulitan saling bergotong royong.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Sebagai penduduk kota Palembang, tidak pernah transmigrasi maupun imigrasi.
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Kebiasaan Tn. A dilingkungan sekitarnya, yaitu Tn. A selalu berkumpul dan
berkomunikasi dengan tetangga pada waktu siang hari, dan setiap dengan
tetangganya selalu melakukan kumpulan arisan, kebiasaan lain dari masyarakat
di lingkungan sekitar rumah selalu melaksanakan kerja bakti.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yaitu 4 orang, ke puskesmas bersama, saling
mendukung satu sama lain.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Anggota keluarga menggunakan bahasa Palembang dalam berkomunikasi sehari-
harinya dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.
b. Jumlah struktur kekuatan keluarga
Ny.M menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya dalam saling
mendukung
c. Struktur peran keluarga
Formal : Tn.A sebagai kepala keluarga, Ny.M sebagai istri.
Informal : Tn.A dibantu anaknya juga membantu mencari nafkah.
d. Nilai atau norma keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula dengan
sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada
keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas atau petugas kesehatan yang terdekat.

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afeksi
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa
ke puskesmas atau petugas kesehatan.
b. Fungsi ekonomi
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik
dan selalu mentaati norma yang baik.
c. Fungsi sosial
Menurut Ny. M keluarganya sangat peduli dan sangat perhatian terhadap keadaan
kesehatannya. Ny.M selalu mendukung untuk selalu berobat ke puskesmas secara
teratur, dan anggota keluarga yang lain selalu mengingatkan hal-hal yang dapat
memperberat sakitnya, misalnya jangan terlalu lelah.
d. Fungsi produksi
Tn. A mempunyai 2 orang anak perempuan.
e. Fungsi Pemenuhan (Perawatan / Pemeliharaan) Kesehatan
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian dan biaya
untuk berobat.
f. Fungsi religious
Pasien dan keluarga selalu solat berjamaah
g. Fungsi rekreasi
Bagi keluarga pasien rekreasi merupakan fasilitas untuk menghilangkan stress
dari pekerjaan
h. Fungsi reproduksi
Tn. A mempunyai 2 orang anak perempuan.

6. Stres dan koping keluarga


a. Stres jangka panjang dan jangka pendek
 Stresor jangka pendek : Ny.M mengatakan dirinya menderita penyakit
hipertensi.
 Stresor jangka panjang : Ny.M mengidap penyakit hipertensi semenjak tahun
2010 dan ia ingin penyakitnya ini sembuh total.
b. Kemampuan keuangan berespon terhadap masalah / stressor
Pasien mampu membeli makanan, minuman, dan dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan juga mampu melakukan pengobatan.
c. Strategi koping
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada
d. Strategi adaptasi fungsional
Jika ada masalah dengan anggota keluarganya Tn. A menyampaikan atau
membicarakan dengan anggota keluarganya
7. Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan
Harapan saya agar petugas kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan lebih baik lagi
8. Theraphy
1. Amlodipine 10 mg 1x1
9. Pemeriksaan Fisik

Tabel
Pemeriksaan Fisik

Aspek Tn. A (68 Th) Ny. M (65 Th) Tn. M (44 Th) Tn. C (31 Th)
Tekanan 130 / 80 mmHg 140/90 mmHg 120/80 mmHg 120/80 mmHg
Darah
Nadi 87 x/ mnt 92 x/mnt 85 x /mnt 83 x/mnt
Pernafasan 20 x/mnt 20 x/mnt 20 x/mnt 20 x/mnt
Kepala Simetris, rambut Simetris, Bentuk Bentuk
bewarna hitam, rambut sudah simetris, simetris, rambut dan
namun sudah bewarna putih rambut dan kepala bersih, tidak
ditumbuhi uban, penuh dengan kepala bersih, ada keluhan pada
bersih, tidak ada uban, bersih, tidak ada kepala
ketombe tidak ada keluhan pada
ketombe, nyeri kepala
kepala
P : Pasien
mengatakan
nyeri
Q : nyeri seperti
tertimpa
beban berat
R : Pasien
mengatakan
nyeri di
daerah
tengkuk
S : skala nyeri 7
T : Ketika
malam hari
Mata Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk Bentuk simetris,
penglihatan agak penglihatan simetris, penglihatan baik,
mulai kabur, agak mulai ppenglihatan ananemis
ananemis kabur ananemis baik, ananemis
Telinga Simetris, keadaan Simetris, Simetris, Simetris, keadaan
bersih, fungsi keadaan bersih, keadaan bersih, bersih, fungsi
pendengaran baik fungsi fungsi pendengaran baik
pendengaran pendengaran
baik baik
Hidung dan Simetris, keadaan Simetris, Simetris, Simetris, keadaan
Mulut bersih, masih keadaan bersih, keadaan bersih, bersih, masih dapat
dapat masih dapat masih dapat membedakan bau-
membedakan bau- membedakan membedakan bauan yang ada,
bauan yang ada, bau-bauan yang bau-bauan mukosa bibir kering,
mukosa bibir ada, mukosa yang ada, nafsu makan
kering, nafsu bibir kering, mukosa bibir menurun, sulit
makan menurun, nafsu makan kering, nafsu menelan
sulit menelan menurun, sulit makan
menelan menurun, sulit
menelan
Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
ronchi (-), ronchi (-), ronchi (-), ronchi (-),
wheezing (-) wheezing (-) wheezing (-) wheezing (-)
tidak ada keluhan tidak ada tidak ada tidak ada keluhan
keluhan keluhan
Abdomen Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak ada
ada keluhan ada keluhan ada keluhan keluhan
Ekstrimitas Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
udem, secara udem, secara udem, secara udem, secara umum
umum tidak ada umum tidak umum tidak tidak ada kelainan
kelainan ada kelainan ada kelainan

B. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga.


1. Analisa Data
Tabel Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Agen Pencedera Fisiologis Nyeri akut
Pasien mengatakan
nyeri ditekuk
DO :
P : Pasien
mengatakan nyeri
Q : nyeri seperti
tertimpa beban
berat
R : Pasien
mengatakan nyeri
di daerah
tengkuk
S : skala nyeri 7
T : Ketika malam
hari
Td : 140/90 mmHg
N : 92 x/mnt
S : 36,5 C
RR : 20 x/mnt
DS : Kurang Terpapar Informasi Defisit Pengetahuan
Pasien mengatakan
bahwa mereka tidak
tahu tentang
penyakit yang
dialaminya

DO :
- Menunjukan
perilaku tidak sesuai
anjuran
- Tidak mengerti
cara menangani
penyakitnya
-
DS : Anggota keluarga Kesiapan peningkatan koping
Keluarga pasien menetapkan sasaran untuk
keluarga
mengatakan Pada meningkatkan kesehatan
mengatakan tidak
tahu cara untuk
mengatasi penyakit
yang di derita oleh
istrinya
DO :
- Tampak anggota
keluarga tidak
mengerti
-

2. Diagnosa yang muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis dibuktikan dengan
tampak meringis, mengeluh nyeri, sulit tidur
b. Defisit pengetahuan penyakit Hipertensi pada ny “M” berhubungan dengan kurang
terpapar informasi dibuktikan dengan menunjukan persepsi yang keliru terhadap
masalah
c. Kesiapan peningkatan koping keluarga berhubungan dengan anggota keluarga
menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan

3. Penilaian (scoring) Diagnosa Keperawatan


Tabel 3.3 Penilaian (scoring) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis dibuktikan
dengan tampak meringis, mengeluh nyeri, sulit tidur

No Kriteria Skor Pembenaran

1. Sifat masalah :
1. Tidak / kurang
sehat 3
2. Ancaman
3. Keadaan sejahtera .
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah :
1. Mudah 2
2. Sebagian
3. Tidak dapat
3. Potensial masalah untuk
dicegah :
1. Tinggi 2
2. Cukup
3. Rendah
4. Menonjolnya masalah :
1. Masalah berat
harus ditangani
2. Ada masalah,
3
tetapi tidak perlu
ditangani
3. Masalah tidak
dirasakan
TOTAL 10
Diagnosa 2 : Defisit pengetahuan penyakit Hipertensi pada ny “M” berhubungan
dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan menunjukan persepsi yang
keliru terhadap masalah

No Kriteria Skor Pembenaran

1. Sifat masalah :
1. Tidak / kurang sehat
3
2. Ancaman
3. Keadaan sejahtera .
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah :
1. Mudah 1
2. Sebagian
3. Tidak dapat
3. Potensial masalah untuk
dicegah :
1. Tinggi 2
2. Cukup
3. Rendah
4. Menonjolnya masalah :
1. Masalah berat harus
ditangani
2. Ada masalah, tetapi
3
tidak perlu
ditangani
3.Masalah tidak
dirasakan
TOTAL 9
No Kriteria Skor Pembenaran

1. Sifat masalah :
1.Tidak / kurang sehat
3
2. Ancaman
3. Keadaan sejahtera .
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah :
1. Mudah 2
2. Sebagian
3. Tidak dapat
3. Potensial masalah untuk
dicegah :
1. Tinggi 2
2. Cukup
3. Rendah
4. Menonjolnya masalah :
1. Masalah berat harus
ditangani
2. Ada masalah, tetapi
1
tidak perlu
ditangani
3. Masalah tidak
dirasakan
TOTAL 8

4. Diagnosa Prioritas
Berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan keperawatan dengan skoring tertinggi:
a. Nyeri akut
b. Defisit pengetahuan
c. Kesiapan peningkatan koping keluarga
C. Intervensi

No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Nyeri
berhubungan dengan 1x2 jam diharapkan Observasi
agen pencendera Tingkat nyeri 1.Identifikasi,lokasi,karakteristik,durasi, frekuensi
fisiologis dibuktikan Menurun dengan nyeri
dengan tampak Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
meringis, mengeluh 1. Keluhan nyeri menurun Terapeutik
nyeri, sulit tidur 2. Meringis menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
3. Gelisah menurun rasa nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Edukasi Kesehatan


penyakit Hipertensi 1x2 jam diharapkan Observasi
pada ny “M” Tingkat Pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
berhubungan dengan Meningkat dengan Kriteria Hasil : informasi
kurang terpapar 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat Terapeutik
informasi dibuktikan 2. Kemmapuan menjelaskan pengetahuan 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
dengan menunjukan tentang suatu topic meningkat 2. Berikan kesempatan untuk bertanya
persepsi yang keliru 3. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
terhadap masalah menurun Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan

3. Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Pelibatan Keluarga


koping keluarga 1x2 jam diharapkan Status Koping Keluarga Observasi
berhubungan dengan Membaik 1. Identifikasi kesiapan keluarga untuk terlibat dalam
anggota keluarga Dengan Kriteria hasil : perawatan
menetapkan sasaran 1. Kepuasaan terhadap perilaku bantuan anggota Terapeutik
untuk meningkatkan keluarga lain meningkat 1. Ciptakan hubungan terapeutik pasien dengan
kesehatan 2. Kekhawatiran tentang anggota keluarga keluarga dalam perawatan
menurun 2. Diskusikan cara perawataan di rumah (mis,
3. Perilaku mengabaikan anggota keluarga kelompok, perawatan, di rumah, atau ramah
menurun singgah)
4.Kemampuan memenuhi kebutuhan anggota 3. Fasilitasi keluarga membuat keputusan perawatan
keluarga menurun
Edukasi
1. Informasikan tingkat ketergantungan pasien kepada
keluarga
2. Anjurkan keluarga bersikap asertif dalam perawatan
3. Ajarkan keluarga terlibat dalam perawatan

D. Implementasi

No Tanggal dan Diagnosa Implementasi Evaluasi Nama


waktu dan paraf
1. 26/3/21 Nyeri akut berhubungan Manajemen Nyeri S: Yulanda
09.40 Wib dengan agen pencendera 1.Mengidentifikasi,lokasi,karakter Pasien mengatakan nyeri ditekuk Pransiska
fisiologis dibuktikan istik,durasi, frekuensi nyeri mulai berkurang setelah melakukan
dengan tampak meringis, 2. Mengidentifikasi skala nyeri teknik non farmakologi yang di ajar
mengeluh nyeri, sulit 3. Memberikan teknik O:
tidur nonfarmakologis untuk P : Pasien mengatakan nyeri
mengurangi rasa nyeri berkurang
4. Menjelaskan penyebab, periode Q : nyeri seperti tertimpa beban
dan pemicu nyeri
5. Menjelaskan strategi berat berkurang
meredakan R : Pasien mengatakan nyeri di
6. Mengajarkan teknik daerah tengkuk
nonfarmakologis untuk S : Skala nyeri 5
mengurangi rasa nyeri T : Ketika malam hari
Td :130/85 mmHg
N : 90 x/mnt
S : 36,5 C
RR : 20 x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
2. 26/3/21 Defisit pengetahuan Edukasi Kesehatan S : Klien Mengatakan bahwa ia Yulanda
sudah mengerti tentang penyakit
10.20 Wib penyakit Hipertensi pada 1. Mengidentifikasi kesiapan dan Pransiska
yang dialaminya
ny “M” berhubungan kemampuan menerima O : Klien kooperatif
_ Klien mampu menjelaskan ulang
dengan kurang terpapar informasi
yang perawat jelaskan
informasi dibuktikan 2. Menyediakan materi dan media A: Masalah Teratasi
P : Intervensi Dihentikan
dengan menunjukan pendidikan kesehatan
persepsi yang keliru 3. Membeerikan kesempatan
terhadap masalah untuk bertanya
4. Menjelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
3. 26/3/21 Kesiapan peningkatan Pelibatan Keluarga S: Keluarga mengatakan bahwa Yulanda
sudah tau cara mengatasi nyeri
11.00 Wib koping keluarga 1. Mengidentifikasi kesiapan Pransiska
secara baik ,
berhubungan dengan keluarga untuk terlibat dalam -Keluarga mengatakan akan terlibat
dalam kesehatan klien
anggota keluarga perawatan
menetapkan sasaran 2. Menciptakan hubungan O : Keluarga Kooperati , dan maiu
mengikuti petunjuk
untuk meningkatkan terapeutik pasien dengan - keluarga sudah mengerti apabila
kesehatan keluarga dalam perawatan terjadi sakit pada anggota keluarga
akan sgera dibaak ke fasilitas
3. Memfasilitasi keluarga kesehatan terdekat
membuat keputusan perawatan A : Masalah Teratasi
P : Intervensi Dihentikan
4.Menginformasikan tingkat
ketergantungan pasien kepada
keluarga
5. Menganjurkan keluarga
bersikap asertif dalam
perawatan
6. Mengajarkan keluarga terlibat
dalam perawatan

Anda mungkin juga menyukai