Anda di halaman 1dari 3

murmelnana

Salam Bastaaa Untuk kesekian kali ingin menjadi penulis blog viel Spa!
Skip to content

Beranda

Perihal

Pengalaman bersama Fisura Ani/


Anal Fissure
Posted on 6 Oktober 2014 by murmelnana

Assalamualaikum Warrahmatullah wabarakatuh


First posting on Eid Adha 1435 niiiihh yeaah..
Langsung aja ya
Yup, berdasarkan judulnya PENGALAMAN
Alhamdulillah, dengan banyak berdoa dan yakin bahwa
sakit itu adalah ujian dari ALLAH SWT, ujian untuk
meningkatkan keimanan dan kesabaran pastinya, sudah
lebih dari sebulan saya sembuh dari penyakit Fisura Ani
atau Anal Fisura ini. So, sebelum lanjut membaca blog ini,
saya minta pada pembaca yang mempunyai penyakit yang
sama ini, yakinkan diri anda bahwa anda akan sembuh,
tentunya dengan seijin ALLAH SWT, ijin itu akan didapat
jika kita minta ngomong sama ALLAH SWT.

Begini ceritanya
Akhir bulan Juni 2013, saya pulang ke tanah air dari
Austria. 3 tahun merantau dan hidup keras di Austtia
membuat tubuh saya lemah sesampainya di Indonesia.
Situasi dan kondisi kota Bandar Lampung tempat saya
tinggal sudah banyak berubah. Makin banyak debu, makin
semerawut dengan motor, belum lagi stres sama angkot
yang semakin sedikit, stres sama daftar kerja, makanan
mulai menyesuaikan lagi, dan yang paling buat stres ngurus
pernikahan Pulang-pulang saya dilamar sama temen
SD (yang ini nanti ada cerita khusus yah hehe). Semua
campur jadi satu. Kira-kira 2 bulan saya di tanah air, mulai
BAB tidak lancar. Memang historisnya saya punya
ambeien. Waktu di Austria pun pernah kumat. Lamakelamaan dubur semakin sakit ketika BAB. Karena
memikirkan sebentar lagi menikah, ibu saya memaksa saya
untuk periksa ke dokter.
Pergilah kami ke beberapa dokter. Dokter pertama adalah
dokter penyakit dalam. Di sini saya meminta untuk rongent
tulang belakang, karena saya merasa agak tidak enak di
bagian tulang belakang, sudah sejak dari SMA saya
dipanggil jalan bebek, karena kalau jalan pantat anggak
nungging kayak bebek. Saya pikir ada kaitan pencernaan
yang tidak lancar dengan kondisi tulang belakang yang
saya rasa agak bengkok (lordosis). Setelah rontgent dokter
menjelasknan kalau tulang belakang saya tidak ada
masalah, hanya saya harus datang lagi besok untuk bertemu

dengan ahli radiologinya untuk dijelaskan lebih lanjut,


namun saya tidak datang lagi, dan hasil rongent pun tidak
saya ambil. Namun saat dokter penyakit dalam itu melihat
hasil rongent, dia bilang bahwa perut saya full. Dokter ini
hanya menyarankan saya mengkonsumsi dulcolax obat
pencahar. Karena sangat tidak nyaman mengkonsumsi obat
ini, saya berhentikan untuk mengkonsumsi.
Dokter kedua adalah dokter penyakit dalam juga, namun
kali ini sang dokter memiliki alat lebih canggih. Datang
jam setengah sepuluh pagi baru bertemu dokter jam tiga
sore. Sangat mengecewakan karena hanya terjadi interview
antara saya dengan dokter, seujung kukupun dia tidak
menyentuh saya, dia bilang percuma dilakukan tes lebih
lanjut karena hanya akan terlihat hal umumnya saja
(entahlah apa maksud ucapan dokter ini) namun dia
memberi saya resep, obat yang diberikan pun lumayan
mahal. Pulanglah saya bersama ibu tanpa kabar baru
tentang penyakit saya.
Setelah menikah, makin sakit dubur saya, tadinya hanya
sebatas nyeri-nyeri sehabis buang air kecil, lama-kelamaan
saya tidak bisa duduk dan rasa nyeri baru bisa hilang sehari
kemudian. Dengan takut-takut saya bicara pada suami dan
ibu mertua, bahwa saya sakit ambeien, dan sudah sangat
parah. Suami dan ibu mertua yang sangat sayang saya
membawa saya ke dokter penyakit dalam yang lain. Setelah
diinterview dan diperiksa bagian perut, dokter
menyarankan saya meminum obat, dan dalam beberapa hari

Anda mungkin juga menyukai