Anda di halaman 1dari 2

Mekanisme Pemekatan (sistem Countercurrent)

Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung


Henle,
suatu
bagian
nefron
yang panjang dan melengkung dan terletak di antara
tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi
tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung
pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars
ascenden lengkung. Sistem tersebut juga bergantung
pada impermeabilizas relatif bagian lengkung ini
terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti
natrium keluar. Akhirnya sistem ini mengandalkan
permeabilizas duktus-duktus pengumpul terhadap air.

Langkah-langkah
System

pada

Countercurrent

Multiplier

1. sewaktu natrium ditransportasikan keluar pars


ascendens, cairan interstisium yang melingkupi
lengkung henle menjadi pekat.
2. air tidak dapat mengikuti natrium keluar pars
ascendens. Filtrat yang tersisa secara progresif
menjadi encer.
3. pars ascendens lengkung bersifat permeable
terhadap air. Air meninggalkan bagian ini dan

mengalir mengikuti gradien konsetrasi kedalam ruang


intersisium. Hal ini menyebabkan pemekatan cairan
pars descendens. Sewaktu mengalir ke pas
ascendens, cairan mengalami pengenceran progresif
karena natrium dipompa keluar.
4. hasil akhir dalah pemekatan cairan interstisium di
sekita rlengkung henle. Konsentrasi tertinggi terdapat
di daerah yang mengelilingi bagian bawah lengkung
dan menjadi semakin encer mengikuti pars asendens.
5. dibagian puncak pars asendens lengkung, cairan
tubulus bersifat isotonik atau bahkan bersifat
hipotonik. (Corwin, 2000).

Hasil dari Countercurrent Multiplier System


Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air
bervariasi.
Apabila
permeabilizas
terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah
melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi
keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam
kapiler peritubulus. Hasilnya dalah penurunan
ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila
permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak
akan berdifusi keluar duktus pengumpul melainkan

akan diekskresikan melalui urin. Urin akan encer.


(Corwin, 2000).
Peran hormon Antidiuretik dalam Pemekatan Urin
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air
ditentukan oleh kadar hormon hipofisis
Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di
dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior
meningkat sebagai respons terhadap penurunan
tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstra
sel (penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada
tubulus pengumpul untuk meningkatkan
permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau
osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH
akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam
kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan
darah naik dan osmolalitas ekstra sel berkurang.
Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau
cairan ekstra sel terlalu encer, maka pengeluaran ADH
akan dihambat dan akan lebih banyak air yang
diekskresikan melalui urin sehingga volume dan
tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstra sel
meningkat. (Corwin, 2000)
a. Nilai normal : warna kuning muda sampai kuning
tua
b. Kesalahan yang terjadi disebabkan karena hal

berikut :
- Melihat warna urine tidak pada tempat yang terang
- Terlambat melakukan pemeriksaan, sehingga warna
menjadi gelap
c. Zat yang mempengaruhi warna urine
- Kuning : Urobilin urochrom (Bilirubin)
- Hijau : Indicant (Methylene Blue & Evan's Blue)
- Coklat : Urobilin (Bilirubin,Hematin,Porfobilin)
- Merah : Uroeritrin (Hb, Porfirin)
- Putih susu : Urat, Phosphat (Pus, Getah Phosphat)
DAFTAR PUSTAKA
Frandson
R.D.
1992.
Yogyakarta : UGM Press

AnatomiFisiologiTernak.

Corwin, Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC


Ganong, William. 2002. FisiologiKedokteran. Jakarta :
EGC
Anonim
A.
2009. http://darryltanod.blogspot.com/2008/04/mekan
isme-proses-dasar-ginjal-darryl.html. akses 30 Juni
2009.

Anda mungkin juga menyukai