Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH VARIASI TEGANGAN DC CHOPPER DAN VARIASI FREKUENSI INVERTER

PADA PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA 1 HP


BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51/52
Baskara Internalis
L2F 002 564
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Abstrak
Sekarang ini motor induksi tiga fasa lebih banyak digunakan oleh industri besar maupun industri kecil daripada
motor jenis lain. Hal ini dimungkinkan karena motor induksi tiga fasa ini memilki keunggulan dalam segi teknis dan ekonomis.
Namun demikian terdapat suatu kelemahan mendasar dari motor induksi tiga fasa yaitu kesulitan dalam pengaturan
kecepatan. Secara umum pengaturan kecepatan motor induksi tiga fasa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengubah
jumlah kutub motor dan mengubah frekuensi suplai motor. Selain itu pengaturan kecepatan motor induksi tiga fasa juga bisa
dilakukan dengan mengatur tegangan suplai. Pengaturan kecepatan dengan mengatur jumlah kutub sulit dilakukan karena
konstruksi fisik motor akan sangat besar dan jangkauan pengaturannya terbatas. Sedangkan pengaturan kecepatan dengan
mengatur frekuensi dan tegangan suplai dapat diperoleh jangkauan pengaturan yang lebar tanpa merubah kontruksi fisik
motor.
Pada tugas akhir ini dibuat suatu alat pengatur kecepatan motor induksi tiga fasa dengan cara mengatur tegangan
dan frekuensi sumber menggunakan dc chopper penurun tegangan (buck converter) dan inverter. Dc chopper ini dibuat
dengan menggunakan 1 buah MOSFET sebagai komponen pensaklarannya sedangkan Inverter tiga fasa menggunakan 6
buah MOSFET dimana untuk mengatur pemicuan MOSFET dipergunakan mikrokontroler AT89S51/52. Alat ini dibuat
dengan sistem open loop dengan beban sebuah motor induksi tiga fasa tipe rotor sangkar tupai. Untuk mengetahui kecepatan
putar motor, terdapat suatu alat pengukur kecepatan putar (tachometer) berbasis mikrokontroler AT89S51 yang terpasang
terpisah dari sistem utama.
Alat yang dibuat pada tugas akhir ini dapat digunakan untuk mengatur tegangan DC masukan sebesar 320 V dengan
duty cycle antara 0,4 sampai 0,65 dengan range 0,05 menggunakan dc chopper penurun tegangan (buck converter) dan
mengatur frekuensi berkisar antara 40 Hz sampai 55 Hz dengan range 5 Hz dengan metode yang digunakan untuk pemicuan
inverter adalah metode SPWM (Sinusoidal Pulse Width Modulation).ang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
gelombang sinus pada beban motor induksi tiga fasa 1 HP.
Kata kunci: dc chopper, inverter, SPWM, motor induksi, mikrokontroller, MOSFET.
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekarang ini dunia industri banyak menggunakan
motor induksi tiga fasa untuk proses produksi karena
kehandalan dan kemudahannya. Namun demikian terdapat
kelemahan motor induksi tiga fasa yaitu sulit dalam hal
pengaturan kecepatan jika dibandingkan motor jenis lain
seperti motor DC, dimana pengaturan kecepatannya cukup
dilakukan dengan mengatur tegangan sumber DCnya saja.
Padahal dalam proses produksi di sebuah industri sekarang ini
sangat dibutuhkan kecepatan putar yang dapat diatur sesuai
keperluan.
Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang dapat
digunakan untuk mengatur kecepatan motor induksi tiga fasa
dengan pengaturan frekuensi maupun pengaturan tegangan.
Pada tugas akhir sebelumnya telah dibuat pengaturan
kecepatan dengan menggunakan inverter. Selain itu, ada juga
tugas akhir yang menggunakan AC-AC konverter untuk
mengatur kecepatan motor dengan mengubah tegangan
masukan. Untuk menyempurnakan pengaturan kecepatan
motor maka dibuat alat yang menggabungkan keduanya.
Karena masukan inverter membutuhkan tegangan DC maka
untuk mengatur tegangan tidak dapat menggunakan AC-AC
konverter tapi menggunakan DC-DC konverter yaitu DC
Chopper yang bisa mengatur tegangan masukan DC untuk
inverter, sehingga bila tegangan DC masukan inverter
berubah maka amplitudo yang dihasilakn oleh inverter
berubah dan otomatis tegangan yang dihasilkan oleh inverter
juga berubah. Sedangkan inverter sendiri sebagai konverter
DC-AC dapat menghasilkan frekuensi yang bisa diatur.

Dengan menggabungkan DC Chopper dan inverter maka


dapat dihasilkan pengaturan tegangan dan pengaturan
frekuensi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat
peralatan pengatur kecepatan motor induksi 3 fasa 1 HP
sebagai prototype untuk pengemudian mesin listrik dengan
variasi tegangan dan variasi frekuensi berupa dc chopper
buck converter dan inverter 3 fasa sehingga dapat diketahui
pengaruhnya terhadap motor induksi 3 fasa 1 HP, serta dapat
dipergunakan sebagai modul praktikum.
1.3. Batasan Masalah
Pembahasan dalam tugas akhir ini dibatasi pada :
a. Motor yang digunakan adalah motor induksi 3 fasa
tipe sangkar tupai.
b. Pengaturan kecepatan putar motor induksi dilakukan
dengan mengatur tegangan dan frekuensi sumber.
c. Variasi tegangan dilakukan dengan mengatur duty
cycle dari 0,2 sampai 0,7 dengan perubahan sebesar
0,05.
d. Variasi frekuensi yang digunakan adalah 30 Hz
sampai 65 Hz dengan range kenaikan 1 Hz.
e. Sistem pengaturan yang digunakan adalah open
loop.
f. Pengaturan tegangan sumber menggunakan dc
chopper buck converter (penurun tegangan).
g. Pengaturan frekuensi sumber menggunakan inverter
tiga fasa dengan metode pemicuan SPWM
(Sionusoidal Pulse Width Modulation).

h. Tidak

dibahas mengenai harmonisa yang


ditimbulkan oleh buck converter dan inverter tiga
fasa karena sudah dianalisa oleh tugas akhir
sebelumnya
i. Tidak dibahas mengenai program simulasi dengan
Mathlab 5.3.
j. Mikrokontroler yang digunakan adalah AT89S51
untuk dc chopper buck converter dan tachometer
sedangkan
inverter tiga fasa menggunakan
AT89S52.
k. Pembahasan tentang mikrokontroler dibatasi hanya
yang berkaitan dengan tugas akhir ini secara
langsung.
l. Pengaturan
kecepatan
dilakukan
dengan
pengoperasian terpisah untuk masing-masing
tegangan dan frekuensi sumber.
m. Tidak dibahas mengenai kondisi starting, stopping
dan breaking
n. Komponen dan rangkaian elektronika yang
digunakan hanya dibahas pada fungsi kerjanya.
o. Tidak dibahas mengenai blok penyearah (rectifier)
yang digunakan
II. DASAR TEORI
2.1 Motor Induksi 3 Fasa
Motor induksi tiga fasa banyak sekali ditemukan di
perindustrian hal ini dikarenakan motor tiga fasa memiliki
banyak sekali kelebihan antara lain motor ini sederhana,
murah, mudah pemeliharaannya serta memiliki daya tahan
yang kuat.
Bentuk fisik atau konstruksi motor induksi tiga fasa
terdiri dari dua bagian utama yaitu stator dan rotor. Stator
Merupakan bagian dari motor induksi yang tidak bergerak,
stator ini dihubungkan secara langsung ke pencatu AC tiga
fasa. sedangkan rotor merupakan bagian yang bergerak dari
motor induksi. Rotor ini tidak dihubungkan ke pencatu secara
langsung tetapi mendapatkan arus yang diinduksikan ke
dalamnya oleh kerja transformator dari stator.
Suplai tiga fasa yang terhubung ke belitan stator ini akan
menimbulkan medan putar dengan kecepatan sebesar:

ns =

60 f
....................................................(1)
p

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik karakteristik


torsi-kecepatan pada pengaturan kecepatan motor induksi
dengan pengaturan tegangan di bawah ini:

Gambar 1 karakteristik torsi-kecepatan dengan pengaturan


tegangan [13]

2.1.2

Pengaturan frekuensi pada motor induksi


Seperti dalam persamaan 1 dengan perubahan frekuensi
maka kecepatan akan berubah. Namun ada beberapa batasan
untuk metode ini, frekuensi yang terlalu rendah menyebabkan
kelebihan arus, dan motor cepat aus sedangkan frekuensi
terlalu tinggi, torsi maksimum motor akan berkurang [7].
Seperti terlihat pada gambar 2 dibawah ini

Gambar 2 karakteristik torsi-kecepatan dengan pengaturan


frekuensi [7]

2.1.3

Pengaruh tegangan pada motor induksi

Telah diketahui sebelumnya bahwa dengan naiknya suplai frekuensi


maka kecepatan motor akan naik dan torsi maksimum motor akan
turun. Dari persamaan 2.40 dapat diketahui pula dengan naiknya
suplai tegangan maka torsi maksimum akan naik. Jika ke duanya
dikombinasikan maka kecepatan dan torsi maksimum akan naik
bersama-sama.

Keterangan:
f =
Frekuensi jala-jala (Hz)
P =
Jumlah pasang kutup
Medan stator tersebut akan memotong batang konduktor
pada rotor, Akibatnya pada kumparan rotor akan timbul GGL
induksi. Untuk memperoleh tegangan induksi, diperlukan
adanya slip yaitu (perbedaan kecepatan relative antara
kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan putar
rotor (nr)).
Gambar 3 karakteristik torsi-kecepatan dengan pengaturan tegangan
2.1.1
Pengaturan tegangan pada motor induksi
dan frekuensi[7]
Jika tegangan masukan diturunkan menjadi sebesar
2.2
DC
Chopper
Buck
Converter[15]
bVs dengan b 1, hal itu akan berpengaruh terhadap Torsi
Buck Converter atau sering juga disebut dengan step
motor induksi tiga fasa yang dituliskan dalam persamaan
[7]
down
converter
ini merupakan suatu peralatan pengkonversi
berikut ini :
daya yang mengubah DC ke DC dimana menghasilkan
'
3R 2 bVs
magnitudo keluaran yang berbeda (lebih kecil atau mendekati
Td =
..................... (2)
2
'
magnitudo masukannya). Buck converter ini memiliki

R2
keistimewaan yaitu kesederhanaan pada rangkaian dan
+ X 2 eq
s s R1 +
s
memiliki efisiensi yang tinggi. Rangkaian Buck Converter ini

dapat dilihat pada gambar 4.

2.5 Mikrokontroller AT89S51/52


Mikrokontroller ini mempunyai spesifikasi sebagai
berikut: 4 kbytes flash memory, in system programming (ISP),
32 I/O yang dapat diprogram, 128 x 8 bit RAM internal, 2
buah timer/counter 16 bit, 6 sumber interupsi, watchdog timer
dan dual DPTR. Mikrokontroller pada tugas akhir ini
Gambar 4 Rangkaian Buck Converter
digunakan untuk mengatur keseluruhan proses pemicuan
keluaran dari buck converter dapat dihitung dengan inverter.
persamaan sebagai berikut :
III. Perancangan dan Pembuatan Alat
Va = D. Vs ......................................................(5)
3.1 Perancangan Perangkat Keras
Dimana:
Gambaran dari perncangan alat dapat dilihat pada
Va = Tegangan keluaran buck chopper (V)
gambar 7 berikut.
Vs = Tegangan masukan buck chopper (V)
D = Duty cycle
2.3 Inverter Tiga Fasa
Inverter adalah suatu alat yang berfungsi merubah
tegangan searah (DC) menjadi tegangan bolak-balik (AC),
dimana besar tegangan dan frekuensi keluarannya dapat
diatur. Rangkaian inverter ini dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 7 Diagram blok perancangan alat

3.1.1 DC Chopper Buck Converter


Untuk bisa menghasilkan tegangan bervariasi yang
dapat diatur, digunakan dc choper penurun tegangan (Buck
Converter) dengan mikrokontroler AT89S51 sebagai
rangkaian kontrol utamanya. Untuk lebih jelasnya, rangkain
buck converter dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 5 Rangkaian dasar inverter 3 fasa dengan enam buah
MOSFET
Untuk menghasilkan tegangan fasa-netral, maka secara
bergantian dilakukan pemicuan terhadap MOSFET sisi atas
dan sisi bawah pada masing-masing fasa sesuai sudut
pemicuannya. Pada gambar di atas terlihat bahwa tiap-tiap
fasa terdiri dari 2 buah MOSFET, sebagai berikut
Fasa R terdiri dari MOSFET 1 untuk sisi atas dan
MOSFET 4 untuk sisi bawah.
Fasa S terdiri dari MOSFET 3 untuk sisi atas dan
MOSFET 6 untuk sisi bawah.
Fasa T terdiri dari MOSFET 5 untuk sisi atas dan
MOSFET 2 untuk sisi bawah.
2.3.1
Teknik Modulasi Inverter
SPWM (Sinusoidal Pulse Wide Modulation)[5] adalah
teknik modulasi yang paling umum digunakan untuk
mengontrol komponen semikonduktor pada inverter. SPWM
ini diperoleh dengan cara membandingkan gelombang
sinusoid dengan gelombang carrier yang berupa gelombang
segitiga.

Gambar 8 rangkaian penurun tegangan buck converter

3.1.2 Inverter Tiga Fasa


Inverter 3 fasa dirancang menggunakan 6 buah
MOSFET, dimana masing-masing fasa menggunakan 2 buah
MOSFET seperti ditunjukkan pada gambar 9. Untuk
MOSFET yang terdapat pada sisi atas, suplai pemicuan yang
digunakan terpisah dengan suplai pemicuan untuk fasa yang
lain maupun MOSFET pada sisi bawah. Hal ini disebabkan
ground yang dijadikan referensi untuk pemicuan sisi atas
masing-masing fasa berbeda, sehingga menggunakan 3 buah
sumber DC yang terpisah secara listrik untuk pemicuan pada
sisi atas saja. Sedangkan pada sisi bawah ground yang
dijadikan referensi adalah sama sehingga hanya diperlukan 1
buah sumber DC saja yang terpisah secara listrik dari sumber
DC untuk pemicuan pada sisi atas.

Gambar 6 Pembangkitan gelombang SPWM

2.4 MOSFET
MOSFET merupakan singkatan dari Metal Oxide
Semiconductor
Field
Effect
Transistor
yang
merepresentasikan bahan-bahan penyusunnya yang terdiri
dari logam, oksida dan semikonduktor. Terdapat 2 jenis
MOSFET yaitu tipe NPN atau N channel dan PNP atau biasa
disebut P channel. Pada tugas akhir ini digunakan mosfet
IRFP460 (arus max = 20A, Tegangan max = 500 V)

Gambar 9 rangkaian inverter 3 fasa

3.1.3 Mikrokontroller AT89S51/52


Pada tugas akhir ini terdapat dua buah sistem minimum
mikrokontroler AT89S51 dan sebuah sistem minimum
mikrokontroler
AT89S52
yaitu
sistem
minimum
mikrokontroler AT89S51 untuk buck converter, sistem
minimum mikrokontroler AT89S52 untuk inverter tiga fasa,
dan sistem minimum mikrokontroler AT89S51 untuk
tachometer.
3.2 Perancangan Perangkat Lunak
Disini terdapat 3 macam program yaitu pemicuan PWM
buck converter, program pemicuan inverter 3 fasa dan
program untuk tachometer, dimana masing-masing program
diisikan ke dalam 3 mikrokontroller yang berbeda.
3.2.1
Program Pemicuan PWM Buck Converter
Program pemicuan PWM buck converter yang diisikan
ke mikrokontroller 1 ini berfungsi untuk mengatur duty cycle
pada buck converter lengkap dengan tampilan seven segment.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada flowchart di bawah ini

Gambar 11 Flowchart program pemicuan inverter 3 fasa

3.2.3
Program Tacometer
Tachometer bekerja dengan cara menghitung jumlah
pulsa pada selang waktu tertentu dan kemudian
menampilkannya dalam sevensegment. Pulsa-pulsa dikirim
oleh perangkat sensor yang ditunjukkan pada gambar 12 di
bawah ini

Gambar 10 Flowchart program pemicuan PWM buck converter

3.2.2
Program Pemicuan Inverter 3 Fasa
Program pemicuan inverter 3 fasa yang diisikan ke
mikrokontroller 2 ini berfungsi untuk mengatur frekuensi
pada inverter 3 fasa lengkap dengan tampilan seven segment.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada flowchart di bawah ini

Gambar 12 Rangkaian sensor untuk tachometer

1340

Adapun flowchart programnya adalah sebagai berikut

Grafik Hubungan Tegangan dengan Kecepatan

Kecepatan (rpm)

1330
1320

Beban
0

1310
1300

Beban
1

1290
1280

Beban
2

1270
1260
1250
0,40

0,45

0,50
0,55
Duty Cycle

0,60

0,65

Gambar 17 Grafik hubungan tegangan dengan kecepatan

Gambar 13 Flowchart program untuk tachometer

IV. Pengujian dan Analisa


4.1 Pengujian Arus dan Tegangan
4.1.1 DC Chopper Buck Converter

Gambar 18 Grafik torsi-kecepatan dengan pengaturan tegangan

(a)
(b)
Gambar 14 a. Tegangan picuan duty cycle 50%
b. Tegangan keluaran buck converter duty cycle 50%

Dari gambar di atas terlihat bahwa gelombang keluaran


tegangan buck converter memiliki ripple yang sangat kecil
atau bisa dikatakan lurus sehingga keluaran tegangan ini bisa
dikatakan sesuai dengan yang telah dirancang

Kecepatan (rpm)

Pada grafik yang didapatkan dari pengujian terlihat bahwa


karakteristik torsi kecepatan dengan pengaturan tegangan
pada frekuensi tertentu telah sesuai dengan grafik idealnya.
4.2.2 Pengaturan dengan Variasi Frekuensi
Dari pengujian yang telah dilakukan dengan variasi
frekuensi inverter didapatkan grafik sebagai berikut sebagai
berikut:
Grafik Hubungan Frekuensi dengan Kecepatan
pada Duty Cycle 0,65

1500
1450
1400
1350
1300
1250
1200
1150
1100
1050
1000

Beban
0
Beban
1
Beban
2
40

45

50

55

Frekuensi (Hz)

Gambar 19 Grafik f dengan kecepatan pada duty cycle 0,65

Grafik Hubungan Duty Cycle dengan Output Buck


Converter pada Inverter Frekuensi 40 Hz

220,0

Pada Motor
Tanpa
Beban

Output Buck Converter (V)

200,0

Pada Motor
Beban 1

180,0

160,0
Pada Motor
Beban 2

140,0

Output
Perhitungan

120,0
100,0
0,35

0,45

0,55
Duty Cycle

0,65

Gambar 15 Grafik duty cycle dengan output buck converter

4.1.2 Inverter Tiga Fasa

(a)
(b)
Gambar 16 a. Tegangan antar fasa inverter frekuensi 50 Hz
b. Arus inverter frekuensi 50 Hz

Dari gambar 4.4 di atas terlihat bahwa setiap periode


terdiri dari 18 pulsa SPWM (9 pulsa pada siklus positif dan 9
pulsa pada siklus negatif). Dengan T/div sebesar 5 ms, untuk
frekuensi 50 Hz terdiri dari 4 kotak atau 20 ms setiap
periodenya. Dari persamaan dasar f =1/T dapat diketahui
bahwa gelombang pada gambar 16 (b) memiliki frekuensi 50
Hz.
4.2 Analisa Pengaturan Kecepatan Motor
4.2.1 Pengaturan dengan Variasi Tegangan
Dari pengujian yang telah dilakukan dengan variasi duty
cycle buck converter didapatkan grafik sebagai berikut
sebagai berikut:

Gambar 20 Grafik torsi-kecepatan dengan pengaturan frekuensi

Dengan adanya kenaikan frekuensi maka kecepatan motor


juga bertambah, tetapi seiring dengan kenaikan frekuensi
tersebut menyebabkan torsi yang dihasilkan oleh motor akan
turun.
4.2.3 Pengaturan Variasi Tegangan dan Frekuensi
Telah diketahui sebelumnya bahwa dengan naiknya
suplai frekuensi maka kecepatan motor akan naik dan torsi
maksimum motor akan turun. Dengan naiknya suplai
tegangan maka torsi maksimum akan naik. Jika ke duanya
dikombinasikan maka kecepatan dan torsi maksimum akan
naik bersama-sama.

Gambar 21 Grafik torsi-kecepatan dengan pengaturan tegangan dan


frekuensi

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari analisa dan pembahasan pada tugas akhir ini, dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Alat pengatur kecepatan motor induksi yang telah dibuat
dapat digunakan untuk pengaturan kecepatan dari 1066
sampai 1452 rpm.
2. Kombinasi DC Chopper Buck Converter dan inverter
dapat digunakan untuk pengaturan kecepatan motor
dengan variasi tegangan dan frekuensi.
3. Kenaikan tegangan dengan duty cycle 0,05 pada frekuensi
tetap akan menaikkan kecepatan motor mulai dari 2 6
rpm.
4. Kenaikan frekuensi sebesar 5 Hz pada tegangan tetap
akan menaikkan kecepatan motor dari 104 124 rpm.
5. Dengan naiknya tegangan suplai pada motor maka torsi
yang dihasilkan motor akan semakin meningkat.
6. Dengan naiknya frekuensi tegangan suplai pada motor
maka torsi yang dihasilkan motor akan semakin turun dan
arus juga akan semakin kecil karena reaktansi Xeq
semakin membesar.
5.2 Saran
Untuk keperluan pengembangan tugas akhir ini, maka
dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan variasi tegangan masukan DC pada
inverter dapat menggunakan jenis-jenis DC Chopper
lainnya seperti Bost Converter, Buck-Bost Converter,
Cuck converter dan sebagainya, sehingga hasil variasi
tegangan DC bisa lebih baik.
2. Untuk kesempurnaan alat sebagai pengaturan kecepatan
motor induksi tiga fasa bisa ditambahkan peralatan soft
starting serta dinamic breaking.

[12] Putra, Agfianto Eko, Belajar Mikrokontroler


AT89C51/52/55 (teori dan aplikasi), Penerbit Gava
Media, 2002.
[13] Rashid, Muhammad H, Power Electronics Circuit,
Device, and Aplication 2nd, Prentice-Hall International
Inc, 1988.
[14] S. Clemente, et al, Gate Drive Charakteristicc and
Requirement for HEXFETs, International Rectifier,
Application Note 937
[15] Saadat, Hadi, Power System Analysis, McGraw-Hill,
1999
[16] Salam, Dr. Zainal, Power Electronics and Drives 2nd,
http://www.Powerdesigners.com, 2002
[17] Wildi, Theodore, Electrical Machines, Drives and
Power Systems 3rd,Prentice Hall Inc, New Jersey, 1997.
[18] Zuhal, Dasar Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya,
Gramedia, 1995

Baskara Internalis
Mahasiswa tingkat akhir Teknik Elektro
Universitas
Diponegoro
dengan
konsentrasi Sistem Tenaga.

DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]

..; http:/www. alldatasheet.com


..; http:/www.atmel.com
..; http:/www.semikron.com
Ahmed, Ashfaq, Power Electronics for Technology,
Pearson Education, New Delhi, 1999.
[5] Arief W, Donny, Suplai DC Terpisah Untuk Multilevel
Inverter Satu Fase Tiga Tingkat dengan Menggunakan
DC Chopper, Skripsi S-1, Universitas Diponegoro,
Semarang, 2006.
[6] B.L. Theraja, Electrical Technology, Nirja Construction
& Dev. Co. Ltd, 1980.
[7] EL - Sharkawi Mohamed A, Fundamentals of Electric
Drivers, Brooks, Washinton DC, 2000.
[8] Hartono, Andi, Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3
Fasa dengan Menggunakan Inverter Sinusoidal Pulse
Width Modulation, Skripsi S-1, Universitas Diponegoro,
Semarang, 2004.
[9] I. Pressman, Abraham, Switching Power Supply Design,
The McGraw-Hill Companies Inc, 1998
[10] Nugroho, Andy, Pengaturan dan Sinkronisasi
Kecepatan Dua Buah Motor Induksi Satu Fasa dengan
Menggunakan Inverter Berbasis Mikrokontroler
AT89C51, Skripsi S-1, Universitas Diponegoro,
Semarang, 2004.
[11] Penick, Tom, Power Electronics EE 326L,
http://www.teicontrols.com , 2003

Menyetujui :
Dosen Pembimbing I

Ir. Agung Warsito, DHET


NIP. 131 668 485

Dosen Pembimbing II

Mochammad Facta, ST. MT


NIP. 132 231 134

Anda mungkin juga menyukai