Tipus Hipospadia 4
Tipus Hipospadia 4
1. Pendahuluan
Hipospadia merupakan salah satu kelainan congenital yang sering ditemui,
kemungkinannya sekitar 1:250 samapi 1:300 pada bayi baru lahir. Pada pasien
dengan hipospadia yang berat, kadang tampak seperti ambiguous genitalia.
Mengakibatkan stres emosional dan beban psikologis bagi orang tua, dan
menjadi pertanyaan mengenai jenis kelamin anak mereka. (Baskin, 2000)
Hipospadia, merupakan konsekuensi dari suatu fusi yang tidak lengkap,
kulit uretra terdapat pada sisi alur uretra pada permukaan tengah dari lubang
kelamin. Pada 8 minggu perkembangan janin terjadi deferensiasi alat kelamin.
Setelah itu, pada pria, tepi medial dari lipatan uretra secara progresif menyatu
di garis tengah pada ventrum dari lubang kelamin; uretra penis benar-benar
tertutup pada minggu ke 14. Kelenjar dari uretra dibentuk pada minggu ke 16,
namun mekanisme yang mendasari langkah ini masih kontroversial.
Organogenesis uretra sebagian besar tergantung oleh hormone androgen.
Testosterone diproduksi oleh sel Leydig janin di kompartemen testis
interstisial
dan
kemudian
dikonversi
dalam
kulit
kelamin
menjadi
2. Anatomi
3. Etiologi
Hipospadia hasil dari fusi yang tidak lengkap dari lipatan uretra terjadi
pada usiua kehamilan pada minggu ke 8 dan ke 14. Diferensiasi seksual lakilaki pada umumnya tergantung pada hormone testosteron, dihydrotestosteron,
dan ekspresi reseptor androgen oleh sel target. Gangguan dalam keseimbangan
bersamaan
dengan
kehadiran
reseptor
androgen
Teori perkembangan uretra pada penis manusia. Beberapa teori seperti yang
telah dijelaskan dalam sebagian besar buku pelajaran embriologi, kelenjar uretra
dibentuk karena perkembangan epidermis pada perkembangan ectodermal. Data
kami mendukung pembentukan uretra secara keseluruhan terjadi hanya melalui
deferensiasi endodermal.
c. Gangguan Endokrin
Salah satu penyebab hipospadia kemungkinan disebabkan adanya
kontaminasi lingkungan, dimana dapat mengintervensi jalur androgen
yang normal dan dapat mengganggu sinyal seluler. Hal ini dapat diketahui
dari beberapa bahan yang seing dikonsumsi oleh manusia yang banyak
mengandung aktivitas estrogen, seperti pada insektisida yang sering
digunakan untuk tanaman, estrogen alami pada tumbuhan, produk-produk
plastic, dan produk farmasi. Selain itu, banyak bahan logam yang
digunakan untuk industry makanan, bagian dalamnya dilapisi oleh bahan
plastic yang mengadung substansi estrogen. Substansi estrogen juga dapat
ditemukan pada air laut dan air segar, namun jumlahnya hanya sedikit.
Ketika estrogen tersebut masuk ke dalam tubuh hewan, jumlah estrogen
paling tinggi berada pada puncak rantai makanan, seperti ikan besar,
burung, mamalia laut dan manusia, sehingga menyebabkan kontaminasi
estrogen yang cukup besar. Pada beberapa spesies, kontaminasi estrogen
dapat mempengaruhi fungsi reproduksi dan kesehatan. Sebagai contoh,
terjadi penipisan kulit telur karena pengaruh estrogen. (Baskin, 2000)
d. Faktor Genetik
Usia ibu saat melahirkan dapat menjadikan salah satu factor resiko
terjadinya hipospadia. Sebuah langsung korelasi terlihat antara usia ibu
yang tua dengan meningkatkan kejadian hipospadia, dan lebih ditandai
dengan bentuk parah dari cacat lahir. (Fisch, 2001)
4. Klasifikasi
Pembagian hipospadia berdasarkan anatomi :
a. Anterior
Dimana meatus tampak pada bagian inferior dari glands penis. (Wang,
2008)
b. Coronal
Dimana meatus tampak pada alur batang penis. (Wang, 2008)
c. Distal
Dimana meatus tampak pada bagian bawah batang penis. (Wang, 2008)
pemeriksaan
penunjang
yang
memastikan
dapat
dilakukan
organ-organ
seks
meluruskan
penis
(orthoplasty),
rekonstruksi
dari
uretra
lebar
akan
dilakukan
tubularisasi
primer
dengna
Secara historis, jika alur uretra tidak cukup lebar untuk tubularisasi
di situ, seperti pada teknik GAP atau prosedur Thiersch Duplay,
kemudian pendekatan alternatif seperti Mathieu atau untuk penanganan
hipospadia yang lebih parah, flap pedikel dengan vascularisasi bias
dilakukan. Baru-baru ini konsep sayatan di kulit uretra dan
dilakukannya
tubularisasi
dan
penyembuhan
sekunder
telah
Kita sudah cukup puas dengan teknik onlay island flap untuk
hipospadia untuk kasus pada hipospadia pada batang penis dan kasuskasus yang lebih parah dari hipospadia. Onlay island flap telah
berhasil diuji dengan hasil jangka panjang yang sangat baik. Tidak
membuang kulit uretra pada teknik onlay island flap telah
menyingkirkan striktur anastomosis bagian proksimal dan telah
c. Striktur
Keadaan ini dapat berkembang sebagai komplikasi jangka panjang dari
operasi hipospadia. Keadaan ini dapat diatasi dengan pembedahan, dan
dapat membutuhkan insisi, eksisi atau reanastomosis. (Arap, 2000)
d. Divertikula
Divertikula uretra dapat juga terbentuk ditandai dengan adanya
pengembangan uretra saat berkemih. Striktur pada distal dapat
mengakibatkan obstruksi aliran dan berakhir pada divertikula uretra.
Divertikula dapat terbentuk walaupun tidak terdapat obstruksi pada bagian
distal. Hal ini dapat terjadi berhubungan dengan adanya graft atau flap
pada operasi hipospadia, yang disangga dari otot maupun subkutan dari
jaringan uretra asal. (Arap, 2000)
e. Terdapatnya rambut pada uretra
Kulit yang mengandung folikel rambut dihindari digunakan dalam
rekonstruksi hipospadia. Bila kulit ini berhubungan dngan uretra, hal ini
dapat menimbulkan masalah berupa infeksi saluran kemih dan
pembentukan batu saat pubertas. Biasanya untuk mengatasinya digunakan
laser atau kauter, bahkan bila cukup banyak dilakukan eksisi pada kulit
yang mengandung folikel rambut lalu kemudian diulang perbaikan
hipospadia. (Arap, 2000)
Daftar Pustaka
1. Baskin, L. 2000. HYPOSPADIAS. ANATOMY, EMBRYOLOGY, AND
RECONSTRUCTIVE TECHNIQUES. Brazilian Journal of Urology. Vol.
26 (6): 621-629, November - December, 2000.
2. Rey, RA., Codner, E. 2005. Low Risk of Impaired Testicular Sertoli and
Leydig Cell : Functions in Boys with Isolated Hypospadias. J Clin
Endocrinol Metab, November 2005, 90(11):60356040.
3. Djacovic, N., Nyarangi-Dix, J. 2008. Hypospadias. Advances in Urology.
Volume 2008, Article ID 650135, 7 pages.
4. Arap, S., Mitre, AI. 2000. PENOSCROTAL HYPOSPADIAS. Brazilian
Journal of Urology. Vol. 26 (3): 304-314, May - June, 2000.
5. Man, DW. 1985. An Approach to Hypospadias Management. Journal of
the Hong Kong Medical Association, Vol. 37, No. 2, 1985.
6. Brouwers, MM., Feitz, WFJ. 2006. Hypospadias: a transgenerational effect
of diethylstilbestrol?. Society of Human Reproduction and Embryology.
Human Reproduction Vol.21, No.3 pp. 666669, 2006.
REFRAT
HIPOSPADIA
Oleh:
Bekti Siswati G0005070
Pembimbing:
dr. Amru Sungkar, Sp.B, Sp. BP