Jepang dan masih banyak lagi bangsa yang masuk ke Aceh, membuat
masakan di Aceh kaya rasa. Sebut saja salah satunya Eungkot
Keumamah atau yang dikenal dengan sebutan Ikan Kayu.
Sejak dulu Eungkot Keumamah dikenal dengan sebutan Masakan Perang dan
termasuk masakan favorit para pejuang-pejuang Aceh, dikarenakan masakan ini
awet, tahan lama, tidak mudah basi tetapi bisa menambah nafsu makan. Dan yang
menjadi daya tariknya, masakan ini semakin dipanaskan akan semakin enak.
Disebut-sebut ikan kayu karena tekstur ikan ini keras seperti kayu, akibat dari proses
perebusan dan pengasapan ataupun dijemur di terik matahari, hingga teksturnya
menjadi sekeras kayu, dan berwarna coklat tua kehitaman. Hal ini dimaksudkan agar
ikan lebih awet dan bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama. Setelah dijemur
dan dipotong sepanjang pergelangan tangan, lalu dilanjuti dengan proses pelumuran
tepung dan sedikit kapur yang berguna untuk mencegah penjamuran.
Bahan baku utama dalam pembuatan ikan kayu itu sendiri adalah Eungkot Suree
atau juga yang dikenal dengan Ikan Tongkol yang sangat besar potensinya di Aceh
karena lokasi geografis yang dikelilingi oleh lautan. Daging ikan tongkol tersebut
selain sangat gurih, mudah diolah dan padat Gizi diolah menjadi berbagai menu
makanan sehingga ikan ini menjadi pilihan yang tepat untuk menjadi menu makanan
sehari-hari. Selain itu, ikan tongkol juga memilikiprotein yang tinggi dan sangat
cocok dikonsumsi untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan, jadi inget semasa
kecil nenek sering memasak menu ini.
Kalori : 111
Protein (gr) : 24
Lemak (gr) : 1
Kolesterol (mg) : 46
Zat Besi (gr) : 0.7
Selain lezat dan bergizi, ikan kayu juga memiliki khasiat yang cukup baik untuk
kesehatan, yaitu merangsang pertumbuhan sel-sel darah merah dan menghambat
proses penuaan. Jika dikonsumsi secara rutin, minimal tiga kali dalam seminggu
sebagai menu utama, akan menghindarkan kita dari penyakit rheumatic, anemia,
Ejakulasi Dini dan Kulit Kusam, jadi termasuk untuk orang yang ingin terlihat awet
muda.
Harga ikan kayu yang masih mentah di Aceh relatif murah yakni berkisar Rp 7.000,per kilogramnya, sehingga menjadikan makanan ini merakyat dan hampir di semua
bagian pesisir Aceh.